Senin, 19 November 2012

Askep OMA dan Mastoiditis

A.Pengertian
Otitis media kronik adalah keradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum timpani. Otitis media kronik dapat dibagi menjadi dua, aktif dan inaktif. Aktif merujuk pada adanya infeksi dengan pengeluaran sekret telinga atau otorrhea akibat perubahan patologi dasar seperti kolesteatoma atau jaringan granulasi. Inaktif merujuk pada sekuele dari infeksi aktif terdahulu yang telah terbakar habis, dengan demikian tidak ada otorrhoe.
Pasien dengan otitis media kronik inaktif seringkali mengeluh gangguan pendengaran. Mungkin terdapat gejala lain seperti vertigo, tinitus, atau suatu rasa penuh dalam telinga.
Mastoiditis adalah infeksi akut dan kronik yang mengenai mukosa dan sel – sel mastoid, yang merupakan kelanjutan dari proses Otitis media akut supuratif yang tidak teratasi. Karena telinga tengah berhubungan dengan mastoid, maka otitis media kronik sering kali disertai mastoiditis kronik.

B.Etiologi
Otitis media kronik dan mastoiditis disebabkan oleh kuman-kuman aerob dan anaerob, yaitu :
1.Kuman aerob
Positif gram : S. Pyogenes, S. Albus
Negatif Gram : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli.
2.Kuman anaerob : Bakteroides spp

C.Tanda dan Gejala
Otitis media kronik aktif berarti adanya pengeluaran sekret dari telinga. Otorrhoe dan supurasi kronik telinga tengah dapat menunjukkan pada pemeriksaan pertama sifat-sifat dari proses patologi yang mendasarinya. Umumnya otorrhoe pada otitis medi kronik bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium peradangannya. Gejala otitis media kronik dan mastoiditi kronik yang penting lainnya adalah gangguan pendengaran, yang biasanya konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita supurasi telinga tengah kronik, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Vertigo pada pasien dengan penyakit telinga tengah kronik memberi kesan erosi pada kanalis semisirkularis horisontalis.

D.Diagnosis
1.Anamnesis
Otorea terus menerus / kumat – kumatan lebih dari 6 – 8 minggu
Pendengaran menurun (Tuli).
2.Pemeriksaan
a.Tipe tubotimpanal (Hipertrofi, benigna).
Perforasi sentral
Mukosa menebal
Audiogram: Tuli konduktif dengan “air bone gab” sebesar kl 30 dB
X – foto mastoid : Sklerotik
b.Tipe degeneratif.
Perforasi sentral besar
Granulasi atau polip pada mukosa kavum timpani
Audiogram : tuli konduktif / campuran dengan penurunan 50 – 60 dB
X-foto mastoid : sklerotik
c.Tipe metaplastik (atikoantral, maligna).
Perforasi atik atau marginal
Terdapat kolesteatom
Desttruksi tulang pada margotimpani
Audiogram : tuli konduktif / campuran dengan penurunan 60 dB atau lebih.
X- foto mastoid : sklerotik/rongga.
d.Tipe campuran (degeneratif, metaplastik).
a)Perforasi marginal besar atau total
b)Granulasi dan kolesteatom
c)Audiogram : tuli konuktif / campuran dengan penurunan 60 dB atau lebih
d)X- foto mastoid : sklerotik / rongga.

E.Penyulit
1.Abses retroairkula
2.Paresis atau paralisis syaraf fasialis
3.Komplikasi intrakranial :
Meningitis
Abses ekstradural
Abses otak

F.Terapi
1.Tipe tubetimpanal stadium aktif:
Anti biotik : Ampisilin / Amoksilin, (3-4 X 500 mg oral) atau klidomisin (3 X 150 – 300 mg oral) Per hari selama 5 –7 hari
Pengobatan sumber infeksi di rongga hidung dan sekitarnya
Perawatan lokal dengan perhidoral 3% dan tetes telinga (Klora menikol 1- 2%)
Pengobatan alergi bila ada latar belakang alergi
Pada stadium tenang (kering) di lakukan miringoplastik. ICOPIM.
2.Tipe degeneratif :
Atikoantrotomi (5.203)
Timpanoplastik (5.195)
3.Tipe meta plastik / campuran
Mastoidektomi radikal (5.203)
Mastoidektomi radikal dan rekonstruksi.

Untuk OMK dengan penyulit :
1.Abses Retroaurikuler
Insisi abses
Antibiotik : Penisilin Prokain 2 X 0,6-1,2 juta IU i.m / hari dan metronidazol X 250 – 500mg oral / sup / hari.
Mastoid dektomi radikal urgen
2.Paresis atau Paralisis Syaraf Fasialis
Menentukan lokasi lesi :
Dengan test Scrimer  supra atau infra ganglion
Refleks stapedeus : positif  lesi di bawah N. Stapedeus
Negatif :  lesi di atasnya

Tes pengecapan pada lidah :
Positif :  lesi di bawah korda timpani
Negatif :  lesi di atasnya
Mastoidektomi urgen dan dekompresi saraf fasialis
Rehabilitasi.

3.Labiringitis
Tes fistel
Mastoidektomi urgen
4.Meningitis
Perawatan bersama dengan bagian syaraf
Antibiotik:
ampicilin 6 x 2-3 g/ hari i.v di tambah
Kloranfenikol 4 x 1 G atau seftriakson 1 –2 g / hari i.v
Bila meningitis sudah tenang segera di lakukan mastoidektomi radikal.
5.Absese Ekstradural
Antibiotik : Ampisilin 4-6 X2-3 G/hari i.v
ditambah metronodazol 3 X 500mg Sup / hari.
Perawatan bersama dengan bagian bedah syaraf
Drainase abses oleh bagian bedah syaraf
Bila suadh tenang dilakukan matoiddektomi radikal



ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PENDERITA OTITIS MEDIA KRONIK DAN MASTOIDITIS

A.PENGKAJIAN
Pengumpulan data
1.Riwayat
a.Identitas Pasien
b.Riwayat adanya kelainan nyeri
c.Riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang
d.Riwayat alergi
e.OMA berkurang
2.Pengkajian Fisik
a.Nyeri telinga
b.Perasaan penuh dan penurunan pendengaran
c.Suhu Meningkat
d.Malaise
e.Nausea Vomiting
f.Vertigo
g.Ortore
h.Pemeriksaan dengan otoskop tentang stadium
3.Pengkajian Psikososial
a.Nyeri otore berpengaruh pada interaksi
b.Aktifitas terbatas
c.Takut menghadapi tindakan pembedahan
4.Pemeriksaan Laboratorium
5.pemeriksaan Diagnostik
a.Tes Audiometri : pendengaran menurun
b.X ray : terhadap kondisi patologi
Misal : Cholesteatoma, kekaburan mastoid
6.Pemeriksaan pendengaran
a.Tes suara bisikan
b.Tes garputala

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan
2.Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran
3.Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di saraf pendengaran.
4.Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.
5.Resiko tinggi trauma berhubungaan dengan gangguan presepsi pendengaran
6.Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan

Diagnosa Keperawatan
Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan
Tujuan
Nyeri yang dirasakan klien berkurang
Kriteria hasil
Klien mengungkapkan bahwa rasa nyeri berkurang.
Klien mampu melakukan metode pengalihan suasana.
Intervensi Keperawatan
1.Ajarkan Klien untuk mengalihkan suasana dengan melakukan metode relaksasi saat nyeri yang teramat sangat muncul, relaksasi yang seperti menarik nafas panjang.
Rasional :
Metode pengalihan suasana dengan melakukan relaksasi bisa mengurangi nyeri yang diderita klien.
2.Kompres dingin di sekitar area telinga
Rasional :
Kompres dingin bertujuan untuk mengurangi nyeri karena rasa nyeri teralihkan oleh rasa dingin disekitar area telinga.
3.Atur posisi klien
Rasional :
Posisi yang sesuai akan membuat klien merasa lebih nyaman.
4.Untuk kolaborasi, beri aspirin/analgesik sesuai instruki, beri sedatif sesuai indikasi
Rasional :
Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada pasien untuk mengurangi sensasi nyeri dari dalam.


Diagnosa Keperawatan
Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
Tujuan
Gangguan komunikasi berkurang / hilang.
Kriteria hasil
Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).
Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.

Intervensi Keperawatan :
1.Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan dan catat pada rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti : tulisan, berbicara, bahasa isyarat.
Rasional :
Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.
2.Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.
a.Jika ia dapat mendengar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan keras).
1)Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.
2)Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
b.Jika klien dapat membaca ucapan :
1)Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
2)Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibi anda.
c.Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
1)Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.
2)Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
d.Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah.
Rasional :
Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh klien.
3.Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
a.Bicara dengan jelas, menghadap individu.
b.Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
c.Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
d.Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.
Rasional :
Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.

Diagnosa Keperawatan
Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di saraf pendengaran.
Tujuan
Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil
Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran sampai pada tingkat fungsional.
Intervensi Keperawatan :
1.Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
Rasional :
Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.
2.Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
Rasional :
Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.
3.Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
Rasional :
Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran rusak secara permanen.
4.Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).
Rasional :
Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.

Diagnosa Keperawatan
Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.
Tujuan
Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil
Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekhawatirannya.
Intervensi Keperawatan :
1.Mengatakan hal sejujurnya kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.
Rasional :
Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
2.Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.
Rasional :
Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu klien.
3.Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien.
Rasional :
Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.























DAFTAR PUSTAKA


Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.
George L, Adams. 1997. BOEIS : Buku ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC. Jakarta.
Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan RSUD Dr Soetomo Surabaya
Rukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. EGC. Jakarta.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL Ny. Rn UMUR 24 TAHUN
G1P0A0 UMUR KEHAMILAN 7 MINGGU
DENGAN KEHAMILAN NORMAL
Tempat Praktek    :    RB AMANDA    Nama mahasiswa :
Tanggal Masuk        :    01 Oktober 2010    Keterampilan ke  :
1.PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
Tanggal pengkajian    :  01 Oktober 2010   Pukul  20.00 WIB
Identitas/ biodata
Nomor RM            :    402    Nama Suami    :    Tn. D
Nama ibu            :    Ny. Rn
Umur            :    24 tahun        :    26 tahun
Pendidikan            :    SMA        :    Sarjana
Pekerjaan/ penghasilan    :    pedagang        :    PNS
Suku/ bangsa            :    Indonesia        :    Indonesia
Agama            :    Islam        :    Islam
Alamat             :    Sleman,Yogyakarta    :    Sleman,Yogyakarta
1.    Keluhan Utama :
Ny. Rn mengatakan tidak punya nafsu makan dan mual muntah bila setelah makan.
2.    Riwayat Menstruasi
a.    Menarche    :   pada umur 16 thn    Siklus        :   28   hari
b.    Lama        :   7 hari               Jumlah        :   2-3x ganti pembalut/hri
c.    Warna        :   merah segar     Keluhan   :  tdk ada
d.    Teratur/tidak    :   teratur
3.    Riwayat Perkawinan
a.    Umur waktu nikah    :   23 tahun
b.    Lama            :   1 tahun
c.    Perkawinan ke        :   satu
d.    Jumlah anak        :   primigravida
4.    Riwayat Kesehatan
a.    Riwayat kesehatan sekarang
Ny. Rn mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular, menurun ataupun menahun.
b.    Riwayat kesehatan yang lalu
Ny. Rn mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular, menurun, menahun pada masa lampau.
c.    Riwayat kesehatan keluarga
Ny. Rn mengatakan tidak ada penyakit menurun pada keluarganya.
5.    Riwayat Kehamilan Sekarang
a.    HPHT                :  13 Agustus 2010
b.    HPL                :  20 Mei 2011
c.    Haid bulan sebelumnya    :  07 Juli 2010 lamanya : 7 hari
d.    Siklus                 :  28  hari
e.    ANC                :  pertama kali, frekuensi : 1 kali
f.    Imunisasi TT            :  1  kali, waktu caten
g.    Keluhan TM I            :  nafsu makan berkurang dan mual muntah
TM II        :  tidak ada
TM III        :  tidak ada
h.    Pergerakan janin pertama kali    :  belum ada pergerakan janin karena UK baru 7 minggu
i.    Pergerakan janin dalam waktu 24 jam terakhir  : (-) kali
j.    Keluhan yang dirasakan    :  (-)
6.    Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu :
Ny. Rn mengatakan hamil pertama kali / primigravida
No    TTL    Jns prsln    Tempat prsln    Komplikasi    Penolong    Bayi    Nifas
Umur            Ibu    Bayi        PB/BB Jns klmn    Kead    Kead    Laktasi
7.    Riwayat KB : Ny. Rn mengatakan tidak pernah menggunakan alat KB, namun menggunakan KB alami.
8.    Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
Kebutuhan    Sebelum hamil    Selama hamil    Keluhan
Nutrisi :
·    Makan
·    Minum
3x sehari ( nasi, lauk;ikan;sayur;daging,buah)
7-8x sehari air putih/gelas
1x sehari (nasi, lauk:daging,buah) porsi sangat sedikit
5-6x sehari air putih/gelas
Tidak nafsu makan dan mual muntah stlh makan
Eliminasi :
·    BAK
·    BAB
4-5x/hari,kuning jernih bau khas urin
1x/hari lembek kekuningan
2-3x/hari,kuning tua
bau khas urin
1-2hari 1x/hari lembek agak keras
Tidak ada
Tidak ada
Istirahat
Tidur malam -+8jam    Tidur malam -+ 8jam    Tidak ada
Aktifitas
Berdagang di pasar    Berdagang di pasar namun tdk setiap hri    Tidak ada
Personal hygiene
Mandi 2x/hari, keramas 3x/minggu, gosok gigi 2x/hari    Mandi 2x/hari, keramas 3x/minggu, gosok gigi 2x/hari    Tidak ada
Rekreasi
Berlibur saat liburan    Liburan sesekali    Tdk ada
Pola seksual
2-3x/minggu    1-2x/minggu    Tdk ada
9.    Data Psikologis (perasaan tentang kehamilan ini) :
Ny. Rn mengatakan senang dengan kehamilannyadan semua keluarganya sangat mendukung kehamilannya.
10.    Data Sosial-Budaya
a.    Hubungan dengan keluarga :
Ny. Rn  mengatakan hubungan dengan keluarganya sangat baik.
b.    Hubungan dengan tetangga :
Ny. Rn mengatakan dengan tetangga baik dan akrab.
c.    Hewan peliharaan :
Ny. Rn mengatakan tidak mempunyai hewan peliharaan.
d.    Lingkungan :
Ny. Rn mengatakan lingkungan sekitar rumah bersih aman dan tenteram.
11.    Data Spiritual :
Ny. Rn mengatakan beragama Islam dan taat dalam menjalankan ibadah.
12.    Pengetahuan Ibu
a.    Tentang kehamilan :
Ny. Rn mengatakan  sedikit mengerti tentang kehamilan.
b.    Tentang nutrisi ibu hamil :
Ny. Rn mengatakan belum mengetahui tentang nutrisi ibu hamil.
c.    Tentang perawatan payudara :
Ny. Rn mengatakan sudah cukup mengetahui tentang perawatan payudara.
d.    Tentang senam hamil :
Ny. Rn mengatakan cukup mengerti tentang senam hamil.
e.    Tentang persiapan persalinan :
Ny. Rn mengatakan cukup mengerti tentang persiapan persalinan.
B.DATA OBYEKTIF
1.    Pemeriksaan umum
a.    Keadaan umum    : baik
b.    Kesadaran        : composmentis
c.    Status emosional    : stabil
d.    Tanda vital        :
TD    : 110/80 mmHg    BB sebelum hamil    : 66 kg
Nadi     : 84x/ menit        BB saat hamil        : 71 kg
RR    :  24x/ menit        TB            : 160 cm
Suhu     :  37°C            Lila             : 24 cm
e.    Status present
·    Kepala
ü    Rambut : bersih, tidak rontok, tidak berketombe, hitam,tdk ada lesi
ü    Muka      : bersih, simetris, mesosephal, tdk oedem,tdk pucat
ü    Mata      : simetris, conjunctiva merah muda, sclera putih
ü    Hidung  : bersih, simetris, tdk ada polip,tdk ada seekret
ü    Telinga  : bersih, simetris,tdk ada serumen
ü    Mulut    : bersih,bibir tdk pucat,tdk ada mastitis&ginggivitis
·    Leher    : tdk ada pembesaran tiroid,limfa&vena jugularis
·    Dada     : simetris, tdk ada lesi, warna coklat normal
·    Mammae     : simetris, puting menonjol,areola melebar warna coklat tua
·    Perut     : bersih, tdk ada bekas luka operasi
·    Pinggang     : tdk ada nyeri tekan, tdk ada oedem
·    Genetalia    : tidak dilakukan pemeriksaan dalam
·    Ektremitas
ü    Atas    : bersih, simetris, tdk ada oedem,jari lengkap
ü    Bawah : bersih,simetris,tdk oedem,tdk ada varises,reflek patela +/+
2.    Pemeriksaan obstetri
a.    Inspeksi
·    Wajah/muka    : tdk oedem, simetris,tdk pucat,cloasma gravidarum
·    Mammae        : simetris,tdk oedem,puting menonjol,areola coklat tua
·    Abdomen        : simetris,tdk oedem,tdk ada bekas operasi
·    Genetalia (vulva&vagina, perineum) : bersih, tdk ada pembengkakan.
b.    Palpasi
·    Leopold I        : tdk dilakukan
·    Leopold II        : tdk dilakukan
·    Leopold III    : tdk dilakukan
·    Leopold IV    :tdk dilakukan
TBJ         :  (-)
Palpasi supra pubik kandung kemih : kosong
c.    Auskultasi
DJJ         : frekuensi (-) kali/ menit
: irama (-)
: interval (-)
d.    Perkusi    : reflek patella +/-
e.    Periksa dalam     : tdk dilakukan
3.    Pemeriksaan penunjang/ laboratorium
a.    Protein urine    : tidak dilakukan
b.    Urin reduksi    : tidak dilakukan
c.    HB        : 12 mmHg
d.    Gol. Darah     : O
2.INTERPRETASI DATA
Ny. Rn umur 24 tahun G1P0A0 UK 7 minggu dengan kehamilan normal.
Masalah : tidak nafsu makan dan mual muntah bila setelah makan.
3.DIAGNOSA POTENSIAL : hiperemesis gravidarum
Data dasar Subjektif : Ny. Rn mengatakan tidak nafsu makan dan mual muntah bila setelah makan.
Data dasar Objektif : Ny. Rn terlihat mual dan muntah, kondisi badannya juga lemah/kurang segar.
4.ANTICIPATORY :
Masalah potensial: hiperemesis gravidarum, kekurangan nutrisi
melakukan antisipasi sesuai penyebab tersebut, makan porsi sedikit namun sering, hindari makanan yang berbau tajam, minum teh hangat pada pagi hari dan banyak makan biskuit atau camilan,  setiap hari bila perlu diberi vitamin B6.
5.MERENCANAKAN ASUHAN KEBIDANAN
Anjurkan untuk makan dengan porsi sedikit tapi sering.
Anjurkan untuk menghindari makanan yang berbau tajam seperti durian,sate,dll.
Anjurkan untuk minum teh hangat pada pagi hari dan banyak makan biskuit atau camilan yang kering.
Beri vit. B6
Jadwalkan kunjungan ulang 4 minggu kemudian.
6.IMPLEMENTASI                          1-10-2010 pukul 20.45
Menganjurkan untuk makan dengan porsi sedikit tapi sering.
Menganjurkan untuk menghindari makanan yang berbau tajamseperti durian, sate,dll.
Menganjurkan untuk minum teh hangat pada pagi hari dan banyak makan biskuit atau camilan yang kering.
Memberikan vit. B6.
Menjadwalkan kunjungan ulang 4 minggu kemudian.
7.EVALUASI
Ny. Rn mengerti semua penjelasan bidan dan mau melaksanakannya.

Jumat, 02 November 2012

ASKEP SIFILIS dan ASKEP HIV AIDS


Asuhan Keperawatan Pasien Sifilis

Pengkajian
  1. Pemeriksaan fisik
    • Keadaan umum
    • Kesadaran, status gizi, TB, BB, suhu, TD, nadi, respirasi
  2. Pemeriksaan sistemik
    Kepala (mata, hidung, telinga, gigi & mulut), leher (terdapat perbesaran tyroid atau tidak), tengkuk, dada (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi), genitalia, ekstremitas atas dan bawah.
  3. Pemeriksaan penunjang
    Pemeriksaan laboratorium (kimia darah, ureum, kreatinin, GDS, analisa urin, darah rutin)


Diagnosa Keperawatan yang Muncul
  1. Nyeri kronis b.d adanya lesi pada jaringan
  2. Hipertermi b.d proses infeksi
  3. Cemas b.d proses penyakit


Diagnosa Keperawatan 1. :
Nyeri kronis b.d adanya lesi pada jaringan


Tujuan :
Nyeri klien hilang dan kenyamanan terpenuhi


Kriteria Hasil :
  • Nyeri klien berkurang
  • Ekspresi wajah klien tidak kesakitan
  • Keluhan klien berkurang

Intervensi :
  • Kaji riwayat nyeri dan respon terhadap nyeri
  • Kaji kebutuhan yang dapat mengurangi nyeri dan jelaskan tentang teknik mengurangi nyeri dan penyebab nyeri
  • Ciptakan lingkungan yang nyaman (mengganti alat tenun)
  • Kurangi stimulus yang tidak menyenangkan
  • Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik



Diagnosa Keperawatan 2. :
Hipertermi b.d proses infeksi


Tujuan :
Klien akan memiliki suhu tubuh normal


Kriteria Hasil :
  • Suhu 36–37 °C
  • Klien tidak menggigil
  • Klien dapat istirahat dengan tenang

Intervensi :
  • Observasi keadaan umum klien dengan tanda vital tiap 2 jam sekali
  • Berikan antipiretik sesuai anjuran dokter dan monitor keefektifan 30-60 menit kemudian
  • Berikan kompres di dahi dan lengan
  • Anjurkan agar klien menggunakan pakaian yang tipis dan longgar
  • Berikan minum yang banyak pada klien


Diagnosa Keperawatan 3. :
Cemas b.d proses penyakit


Tujuan :
Cemas berkurang atau hilang


Kriteria Hasil :
  • Klien merasa rileks
  • Vital sign dalam keadaan normal
  • Klien dapat menerima dirinya apa adanya

Intervensi :
  • Kaji tingkat ketakutan dengan cara pendekatan dan bina hubungan saling percaya
  • Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman serta menjauhkan benda-benda berbahaya
  • Libatkan klien dan keluarga dalam prosedur pelaksanaan dan perawatan
  • Ajarkan penggunaan relaksasi
  • Beritahu tentang penyakit klien dan tindakan yang akan dilakukan secara sederhana.

Asuhan keperawatan
Merupakan faktor penting dalam survival pasien dalam beradaptasi dengan proses infeksi/penyakit, dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif, dan preventif perawatan kesehatan. Rencana keperawatan bagi penderita AIDS harus disusun dan dilaksanakan  secara individual untuk memenuhi kebutuhan masing-masing klien.

Masalah Keperawatan HIV Positif
Setidaknya ada tiga masalah keperawatan pada klien HIV positif, yaitu 1) kerusakan penyesuaian diri terhadap proses infeksi, 2) perubahan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh, dan 3) kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.

Masalah Keperawatan AIDS
Sementara, masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada klien AIDS berjumlah 14 masalah. Empat belas masalah tersebut adalah, 1) resiko tinggi terhadap infeksi (progresi menjadi sepsis/awitan infeksi oportunistik, 2) resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan, 3) resiko tinggi terhadap pola napas tidak efektif, kerusakan pertukaran gas, 4) resiko tinggi terhadap cedera (perubahan faktor pembekuan), 5) perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, 6) nyeri akut/kronis, 7) resiko tinggi/aktual terhadap kerusakan integritas kulit, 8) perubahan membran mukosa oral, 9) kelelahan, 10) perubahan proses pikir, 11) ansietas, 12) isolasi sosial, 13) ketidakberdayaan, dan 14) kurang pengetahuan / kebutuhan belajar mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

Intervensi/Implementasi Keperawatan
Meningkatkan Integritas Kulit
§   Kulit dan mukosa oral harus dinilai secara rutin dari adanya infeksi dan kerusakan kulit.
§   Klien dianjurkan mempertahankan keseimbangan antara istirahat dan mobilitas.
§   Bantu mengubah posisi Klien setiap 2 jam bagi yang imobilisasi.
§   Klien diminta untuk tidak menggaruk dan menggunakan sabun nonabrasif, memakai pelembab tanpa parfum untuk mencegah kekeringan kulit.
§   Gunakan losion, salep, dan kasa steril pada kulit yang sakit sesuai ketentuan dokter.
§   Obat antipruritus, antibiotik dan analgesik diberikan menurut ketentuan dokter.
§   Penggunaan plester harus dihindari.
§   Bagi yang bedrest jaga agar kain sprei tidak berkerut
§   hindari memakai pakaian ketat.
§   Daerah perianal pasien harus sering diperika, bersihkan setiap kali selesai defekasi dengan sabun nonabrasif.
§   Rendam duduk atau irigasi secara perlahan-lahan untuk pembersihan dan meningkatkan kenyamanan.
§   Pasien dengan keadaan umum yang buruk memerlukan bantuan untuk memelihara kebersihan diri.

Mencegah Infeksi
§   Kepada Klien dan orang yang merawatnya diminta untuk memantau tanda dan gejala infeksi, yaitu demam, mengigil, keringat malam, batuk dengan atau tanpa produksi sputum, napas pendek, kesulitan bernapas, sakit / sulit menelan, bercak putih di rongga mulut, penurunan BB yang tidak jelas penyebabnya, kelenjar limfe membengkak, mual, muntah, diare persisten, sering berkemih, sulit dan nyeri saat berkemih, sakit kepala, perubahan visual dan penurunan daya ingat, kemerahan, keluar sekret pada luka, lesi vaskuler pada wajah, bibir atau daerah perianal.
§   Perawat harus memantau  hasil laboratorium, seperti hitung leukosit dan hitung jenis.
§   Penyuluhan mencakup higiene perorangan, rumah (seperti kamar, dapur) harus bersih untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur.
§   Jika harus membersihkan kotoran, pasien  harus memakai sarung tangan.
§   Pengidap AIDS dan pasangannya harus menghindari kontak dengan cairan tubuh selama melakukan hubungan seksual dan selalu menggunakan kondom pada segala bentuk hubungan seks.
§   Pentingnya menghindari rokok dan mempertahankan keseimbangan antara diet, istirahat, dan latihan.
§   Semua petugas kesehatan harus selalu mempertahankan tindakan penjagaan universal dalam semua perawatan pasien.

Meningkatkan kebiasaan Defekasi yang Lazim.
§   Nilai pola defekasi, frekuensi defekasi, dan konsistensi feses serta Klien yang melaporkan rasa sakit pada perut terkait dengan defekasi.
§   Kuantitas dan volume feses cair diukur untuk mencatat kehilangan volume cairan.
§   Kultur feses untuk menentukan penyebab diare.
§   Konseling untuk pengobatan dan asupan makanan yang adekuat.

Memperbaiki Toleransi terhadap Aktivitas.
§   Toleransi terhadap aktivitas dinilai dengan memantau kemampuan Klien untuk bergerak (ambulasi) dan melaksanakan kegiatan sehari-hari.
§   Bantuan dalam menyusun rencana rutinitas harian untuk menjaga keseimbangan antara aktivitas dan istirahat mungkin diperlukan.
§   Barang-barang pribadi yang sering digunakan harus ditaruh pada tempat yang mudah dijangkau.
§   Terapi relaksasi dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan yang turut menimbulkan kelemahan dan keadaan mudah letih.
§   Kolaborasi dengan tim kesehatan lain mungkin diperlukan, seperti kelemahan akibat adanya anemia, yang memerlukan terapi obat-obatan.

Memperbaiki Bersihan Jalan Napas.
§   Frekuensi, irama, penggunaan otot aksesoris dan suara pernapasan ; status mental; dan warna kulit diperiksa minimal  sekali sehari.
§   Adanya sputum harus dicatat, batuk, bernapas dalam, drainase postural, perkusi dan vibrasi dilakukan sedikitnya setiap dua jam untuk mencegah stasis sekresi dan meningkatkan bersihan saluran napas.
§   Berikan posisi fowler tinggi atau semi fowler yang akan meudahkan pernapasan dan bersihan saluran napas.
§   Evaluasi status volume cairan  untuk mempertahankan terapi hidrasi yang adekuat.
§   Suctioning nasofaring atau trakea, intubasi dan ventalasi mekanis.

Memperbaiki Proses Pikir.
§   Status mental harus dinilai sedini mungkin untuk memberikan data dasar  bagi keperluan pemantauan perubahan perilaku.
§   Klien dan keluarga harus dibantu untuk memahami dan mengatasi semua perubahan yang terjadi dalam proses pikir.
§   Klien mungkin memerlukan reorientasi, semua instruksi harus dengan bahasa yang jelas dan sederhana.

Meredakan Nyeri dan ketidaknyamanan.
§   Nyeri akut adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya ketidaknyamanan, berakhir dari satu detik sampai kurang dari 6 bulan.
§   Sedangkan nyeri kronik adalah keadaan dimana individu mengalami nyeri menetap atau berulang , dalam waktu lebih dari 6 bulan.
§   Nilai kualitas dan kuantitas nyeri yang berkaitan dengan terganggunya integritas kulit perineal, lesi sarkoma, dan neuropati perifer.
§   Tindakan membersihkan daerah perianal, gunakan anestesi lokal / salep dapat diresepkan, bantal yang lunak dapat digunakan untuk meningkatkan rasa nyaman.
§   Kepada klien diminta menghindari makanan yang mengiritasi usus, gunakan antispasmodik dan antidiare untuk mengurangi gangguan rasa nyaman serta frekuensi defekasi.
§   Kolaborasi /konsultasikan dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan.

Memperbaiki Status Nutrisi.
§   Status nutrisi dinilai melalui pemantauan BB, asupan makanan, antropometri, kadar albumin, BUN, protein serta transferin dalam serum.
§   Pengendalian mual dan muntah dengan obat antiemetik dapat meningkatkan asupan diet Klien .
§   Menganjurkan Klien memakan makanan yang mudah ditelan dan menghindari makanan kasar, pedas atau lengket, serta terlalu panas atau dingin.
§   Menganjurkan menjaga higiene oral sebelum dan sesudah makan.
§   Jadual makan harus diatur sehingga tidak jatuh pada saat Klien baru saja menjalani tindakan yang menyebabkan nyeri dan dalam keadaan kelelahan.
§   Konsultasi dengan ahli diet untuk menentukan kebutuhan nutrisi.
§   Penggunaan suplemen  yang khusus dirancang untuk pengidap AIDS dapat dianjurkan pada Klien .
§   Bila asupan oral tidak dapat dipertahankan, memerlukan terapi nutrisi enteral atau parenteral.
§   Perawat komunitas atau perawatan di rumah (home care) dapat memberikan pelajaran tambahan serta dukungan setelah Klien pulang dari rumah sakit.

Mengurangi Isolasi Sosial.
Isolasi sosial adalah pengalaman sendiri individu akibat perlakuan orang lain dan dianggap sebagai hal yang negatif dan mengancam status. Isolasi sosial dapat terjadi akibat adanya penyakit yang menyeramkan, dan mengakibatkan kegelisahan di suatu masyarakat, sehingga menyebabkan seseorang diasingkan, misalnya penyakit tuberkulosis dan AIDS. Pengidap AIDS menarik diri baik secara fisik maupun emosional dari kontak sosial, akibat stigmatisasi ganda. Perawat berada dalam posisi kunci untuk menciptakan suasana penerimaan dan pemahaman terhadap pengidap AIDS dan keluarga serta pasangannya.
§   Klien dianjurkan untuk mengekspresikan perasaan terisolasi, kesepiannya, dan perawat/keluarga harus menetramkannya dengan menjelaskan bahwa semua perasaan ini merupakan hal yang lazim serta normal.
§   Berikan informasi tentang cara melindungi diri sendiri dan orang lain dapat membantu pasien agar tidak menghindari kontak sosial.
§   Menjelaskan kepada Klien, keluarga dan sahabatnya bahwa penyakit AIDS tidak ditularkan melalui kontak biasa.

Koping Terhadap Kesedihan.
§   Membantu Klien untuk mengutarakan  perasaannya dan menggali serta mengenali sumber yang bisa memberikan dukungan dan mekanisme untuk mengatasi persoalan tersebut.
§   Mendorong Klien untuk mempertahankan kontak dengan keluarga , sahabatnya dan memanfaatkan kelompok pendukung.
§   Klien juga dianjurkan untuk meneruskan kegiatan yang biasa mereka lakukan.
                                                                                                                                    
Pendidikan Pasien dan pertimbangan Perawatan di Rumah.
§   Pasien, keluarga, dan sahabatnya diberitahu mengenai cara-cara penularan penyakit AIDS.
§   Semua ketakutan dan kesalahpahaman harus dibicarakan dengan seksama.

Hasil yang diharapkan dari intervensi yang sudah  dilaksanakan (Evaluasi)
§   Mempertahankan integritas kulit,
§   kebiasaan defekasi normal,
§   Tidak mengalami infeksi,
§   Mempertahankan tingkat toleransi yang memadai terhadap aktivitas,
§   Mempertahankan tingkat proses pikir yang lazim,
§   Mempertahankan kebersihan saluran napas yang efektif,
§   Mengalami peningkatan rasa nyaman, penurunan rasa nyeri,
§   Mempertahankan status nutrisi yang memadai,
§   Mengalami pengurangan perasaan terisolasi dari pergaulan sosial,
§   Melewati proses kesedihan / dukacita,
§   Pemahaman tentang penyakit AIDS serta berpartisipasi dengan maksimal dalam kegiatan perawatan mandiri.