BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dari sudut praktis, memimpin
persalinan adalah suatu seni, walaupun memerlukan ilmu obsteri yang harus
diketahui penolong. Oleh karena itu dukun beranak masih mempunyai peranan
penting dan memerlukan pendidikan dan latihan, terutama dinegara-negara
berkembang.
Pertanyaan yang sering diajukan pada
ibu hamil adalah bolehkah bersalin di rumah atau di rumah sakit? Walaupun 85%
persalinan berjalan normal, namun 15 %-nya dijumpai komplikasi yang memerlukan
penanganan khusus. Antenatal care yang baik dapat mencegah komplikasi dan
mencoba menjawab pertanyaan diatas. Masalah dinegara berkembang adalah tentang
fasilitas rumah sakit, ketengan, sosio-budaya da sosio-medis masih memegang
peranan dibandingkan dengan Negara-negara maju. (Sinopsis Obstetri 1998:101)
Jadi persalinan adalah proses
pengeluaran konsepsi yang telah cukup bulan melalui jalan lahir atau jalan
lainnya, dengan bantuan atau tanpa bantuan.
Persalinan kala IV dimulai setelah
lahirnya plasenta sampai 1-2 jam setelah itu. Pemantauan pada kala IV:
kelengkapan plasenta dan selaput ketuban perkiraan pengeluaran darah, laserasi
atau luka episiotomi pada perineum dengan perdarahan aktif. Keadan umum dan
tanda-tanda vital ibu.Untuk mencegah perdarahan lebih lanjut.
1.2 Rumusan
masalah
1.2.1
Apa pengertian
persalinan kala IV ?
1.2.2
Bagaimana asuhan dan pemantauan
pada kala IV ?
1.2.3
Bagaimana bentuk tindakan pada
persalinan kala IV ?
1.2.4
Bagaimana pemantauan
lanjut kala IV ?
1.2.5
Bagaimana tanda
bahaya kala IV ?
1.2.6
Bagaimana pemantauan
keadaan umum ibu pada kala IV ?
1.2.7
Bagaimana rokemendasi
kebijakan teknik asuhan persalinan dan kelahiran ?
1.2.8
Bagaimana tindakan pada
perdarahan dalam kala IV ?
1.2.9
Apa komplikasi pada persalinan
kala IV ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.1.1
Untuk mengetahui persalinan
kala IV secara umum.
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1
Untuk mengetahui
pengertian persalinan kala IV.
1.3.2.2
Untuk mengetahui asuhan
dan pemantauan pada kala IV.
1.3.2.3
Untuk mengetahui bentuk
tindakan pada persalinan kala IV.
1.3.2.4
Untuk mengetahui pemantauan
lanjut kala IV.
1.3.2.5
Untuk mengetahui tanda
bahaya kala IV.
1.3.2.6
Untuk mengetahui pemantauan
keadaan umum ibu pada kala IV.
1.3.2.7 Untuk
mengetahui rokemendasi kebijakan teknik asuhan persalinan dan
kelahiran.
1.3.2.8 Untuk
mengetahui tindakan pada perdarahan dalam kala IV.
1.3.2.9 Untuk
mengetahui komplikasi pada persalinan kala IV.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (Mochtar, 2002).
Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di luar uterus melalui vagina ke
dunia luar. Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir
dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa
serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang
dari 24 jam (Wiknjosastro, 2002).
Macam-macam persalinan, yaitu :
·
Persalinan spontan :
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan sendiri dan melalui jalan lahir
·
Persalinan buatan :
Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar misalnya forcep
·
Persalinan anjuran :
Persalinan yang tidak dimulai sendiri, tetapi baru berlangsung setelah
pemecahan ketuban, pemberian pitocyn / prostaglandin.
Tahapan persalinan adalah :
1.
Kala I : Pembukaan Sevik – 10 cm
(lengkap).
2.
Kala II : Pengeluaran janin.
3.
Kala III : Pengeluaran &
pelepasan plasenta.
4.
IV : dari lahirnya uri selama 1 –
2 jam
Kala IV
persalinan adalah waktu setelah plasenta lahir sampai empat jam pertama setelah
melahirkan. (Sri Hari Ujiiningty1as, 2009)
Menurut Reni Saswita, 2011. Kala IV dimulai setelah
lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah proses tersebut. Observasi yang
harus dilakukan pada kala IV:
1.
Tingkat kesadaran
2.
Pemeriksaan tanda-tanda vital:
tekanan darah, nadi dan pernafasan
3.
Kontraksi uterus
4. Terjadinya
perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400
sampai 500 cc.
2.2 Asuhan dan Pemantauan pada Kala IV
Menurut Reni Saswita, 2011 asuhan dan pemantauan
pada kala IV yaitu:
1.
Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus,
untuk merangsang uterus berkontraksi.
2.
Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara
melintang antara pusat dan fundus uteri.
3.
Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
4.
Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada
laserasi atau episotomi).
5.
Evaluasi kondisi ibu secara umum
6.
Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV
persalinan di halaman belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau
setelah penilaian dilakukan.
A.
Fisiologi Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2
jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk memantau kondisi ibu.
B.
Evaluasi Uterus
Setelah kelahiran plasenta, periksa
kelengkapan dari plasenta dan selaput ketuban. Jika masih ada sisa plasenta dan
selaput ketuban yang tertinggal dalam uterus akan mengganggu kontraksi uterus
sehingga menyebabkan perdarahan.
Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil (massase) fundus uteri dan bila perlu dilakukan Kompresi Bimanual.
Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil (massase) fundus uteri dan bila perlu dilakukan Kompresi Bimanual.
C.
Pemeriksaan Servik, Vagina dan
Perineum
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya
robekan jalan lahir, maka periksa daerah perineum, vagina dan vulva. Setelah
bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan, oleh kemungkinan edema dan lecet.
Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva bisa
berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet.
Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau
hemoroid yang keluar, maka periksa anus dengan rectal toucher.
Laserasi dapat dikategorikan dalam :
1)
Derajat pertama: laserasi
mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
2)
Derajat kedua: laserasi mengenai
mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu dijahit).
3)
Derajat ketiga: laserasi mengenai
mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani.
4)
Derajat empat: laserasi mengenai
mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani yang meluas hingga ke
rektum. Rujuk segera.
2.3 Bentuk
Tindakan
Bentuk
Tindakan Dalam Kala IV :
1. Mengikat
tali pusat;
2. Memeriksa
tinggi fundus uteri;
3. Menganjurkan
ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi;
4. Membersihkan
ibu dari kotoran;
5. Memberikan
cukup istirahat;
6. Menyusui
segera;
7. Membantu
ibu ke kamar mandi;
8. Mengajari
ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik bagi ibu
maupun bayi.
Tindakan Yang Tidak Bermanfaat :
1. Tampon
vagina :
menyebabkan sumber infeksi.
2. Pemakaian
gurita : menyulitkan
memeriksa kontraksi.
3. Memisahkan
ibu dan bayi.
4. Menduduki
sesuatu yang panas : menyebabkan
vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, menambah perdarahan dan menyebabkan
dehidrasi.
2.4 Pemantauan Lanjut Kala IV
Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut
selama kala IV adalah :
1)
Vital sign – Tekanan darah normal
< 140/90 mmHg; Bila TD < 90/ 60 mmHg, N > 100 x/ menit (terjadi
masalah); Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam atau perdarahan.
2)
Suhu – S > 380 C (identifikasi
masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun infeksi.
3)
Nadi
4)
Pernafasan
5)
Tonus uterus dan tinggi fundus
uteri – Kontraksi tidak baik maka uterus teraba lembek; TFU normal, sejajar
dengan pusat atau dibawah pusat; Uterus lembek (lakukan massase uterus, bila
perlu berikan injeksi oksitosin atau methergin).
6)
Perdarahan – Perdarahan normal
selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau seperti darah haid yang banyak.
Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari jalan lahir, kontraksi atau
kandung kencing).
7)
Kandung kencing – Bila kandung
kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik.
2.5
Tanda
Bahaya Kala IV
Selama kala IV, bidan harus memberitahu ibu
dan keluarga tentang tanda bahaya :
1) Demam.
2) Perdarahan
aktif.
3) Bekuan
darah banyak.
4) Bau busuk
dari vagina.
5) Pusing.
6) Lemas
luar biasa.
7) Kesulitan
dalam menyusui.
8) Nyeri
panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa.
2.6
Pemantauan Keadaan Umum Ibu pada Kala IV
Menurut Reni Saswita, 2011 Sebagian besar
kejadian kesakitan dan kematian ibu disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan
dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini,
penting sekali untuk memantau ibu secara ketat segera setelah setiap tahapan
atau kala persalinan diselesaikan.
Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam pertama pasca
persalinan.
1) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi
fundus, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam pertama
dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua pada kala IV.
2) Pemijatan uterus untuk memastikan
uterus menjadi keras, setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30
menit dalam jam kedua kala IV.
3) Pantau suhu ibu satu kali dalam jam
pertama dan satu kali pada jam kedua pascapersalinan.
4) Nilai perdarahan, periksa perineum
dan vagina setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua.
5) Ajarkan ibu dan keluarganya
bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus, juga bagaimana melakukan
pemijatan jika uterus menjadi lembek.
2.7
Rokemendasi Kebijakan Teknik Asuhan Persalinan dan Kelahiran
Menurut Reni Saswita, 2011 rokemendasi
kebijakan teknik asuhan persalinan dan kelahiran yaitu:
1) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
harus dimasukkan sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk
hadirnya keluarga atau orang-orang yang hanya memberikan dukungan.
2) Partograf harus digunakan untuk
memantau persalinan dan berfungsi sebagai suatu catatan / rekam medik untuk
persalinan.
3) Selama persalinan normal, intervensi
hanya dilaksanakan jika ada indikasi. Proseduri ni bukan dibutuhkan jika
ada infeksi / penyulit.
4) Penolong persalinan harus tetap
tinggal bersama ibu dan bayi.
5) Penolong persalinan harus tetap
tinggal bersama ibu setidak-tidaknya 2 jam pertama setelah kelahiran, atau
sampai keadaan ibu stabil. Fundus harus diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam
pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Masase fundus harus dilakukan
sesuai kebutuhan untuk memastikan tonus uterus tetap baik, perdarahan minimal,
dan dapat dilakukan tindakan pencegahan.
6) Selama 24 jam pertama setelah
persalinan, fundus harus sering diperiksa dan dimasase sampai tonus baik. Ibu
atau anggota keluarga dapat diajarkan untuk melakukan masase fundus.
7) Segera setelah lahir, seluruh tubuh
terutama kepala bayi harus segera diselimuti dan dikeringkan, juga dijaga
kehangatannya untuk mencegah hipotermi.
8) Obat-obat esensial, bahan, dan
perlengakapan harus disediakan oleh petugas dan keluarga.
2.8
Perdarahan dalam kala IV
Menurut Reni Saswita, 2011 jika ada
perdarahan dalam kala IV dan kontraksi rahim kurang baik, segera disuntikkan
0,2 mg ergonovin atau metilergonovin intramuskular, uterus ditekan untuk
mengeluarkan gumpalan darah dan dilakukan masase. Seandainya perdarahan belum
berhenti juga ditambah dengan suntikan metil ergonovin lagi, tetapi
sekarang intravena dan dipasang oksitosin drip 10 unit dalam 500 cc
glukosa; selama tindakan ini masase diteruskan.
Jika masih ada juga perdarahan, jangan terus terfiksasi pada
atonia uteri, tetapi pertimbangkan juga kemungkinan lain, seperti robekan
serviks, sisa plasenta suksenturiata, ruptura uteri, dan koagulopati.
Oleh karena itu, jika kemungkinan ini belum dikesampingkan,
dilakukan pemeriksaan in spekulo dan eksplorasi kavum uteri.
Kita harus mencurigai adanya koagulopati dalam kala IV jika
dengan usaha-usaha yang lazim dan setelah dikesampingkan robekan serviks dan
robekan rahim perdarahan melampaui 1000 cc, walaupun darah. Yang keluar dari
jalan lahir membeku.Dalam hal ini kita suntikkan trasilol 200.000 unit
intravena (proteinase inhibitor).
Jika masih ada perdarahan, dilaksanakan kompresi bimanual
secara hamilton, yaitu : satu tangan masuk ke dalam vagina dan tangan ini yang
dijadikan tinju dengan rotasi merangsang dinding depan rahim, sedangkan tangan
luar menekan dinding perut di atas fundus hingga dapat merangsang dinding
belakang rahim.
Dengan demikian, uterus ditekan dan dirangsang antara tangan
dalam dan tangan luar.Perasat ini sekurang-kurangnya dilakukan selama 15
menit.Selama perasat-perasat ini diusahakan darah hingga jika kompresi bimauil
tidak berhasil, keadaan pasien masih cukup baik untuk melakukan histerektomi.
2.9 Komplikasi
a) Atonia Uteri
b) Infeksi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (Mochtar, 2002)
Kala IV persalinan adalah waktu setelah plasenta
lahir sampai empat jam pertama setelah melahirkan. (Sri Hari Ujiiningtyas,
2009).
Tahapan persalinan adalah :
1.
Kala I : Pembukaan Sevik – 10 cm
(lengkap).
2.
Kala II : Pengeluaran janin.
3.
Kala III : Pengeluaran &
pelepasan plasenta.
4.
Kala IV : dari lahirnya uri
selama 1 – 2 jam
3.2 Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami sebagai kelompok mengharapkan
kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama mahasiswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Nur Muslihatun Wafi, 2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.Yogyakarta.Fitramaya
Draft,
Acuan Pelatihan Pelayanan Dasar Kebidanan. Dep.Kes. RI, 2004, Asuhan Persalinan
Normal, Jakarta.
Faisol, Abdul. 2012. http://icoel.wordpress.com/kebidanan/kala-ii-persalinan/. Di akses tanggal 21 Oktober 2013