Sabtu, 30 November 2013

ASKEP CAIRAN DAN ELEKTROLIT


BAB I
PEMBAHASAN
A.    DEFINISI.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang trjadi dalam bentuk berlebihan atau kekurangan.  Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuhtetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. 

Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
B.      FISIOLOGI CAIRAN DAN ELEKTROLIT.
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk kedalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan beberapa cara yaitu:
1.      Difusi.
Merupakan proses di mana partikel yang terdapat di dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit di difusikan menembus membrane sel. Klecepatan difusi di pengaruhi oleh ukuran molekul, konsentarsi larutan dan temperature.
2.      Osmosis.
Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melaui membran semipermiabel dan larutan yang berkosentrasi lebih rendah ke kosentrsi yang lebih tinggi yang sifat nya menarik.
3.      Transport aktif.
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke lebih tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
C.     KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
No.
Umur / BB (Kg)
Kebutuhan cairan (mL/24 jam)
1
3 hari/ 3 kg
250-300
2
1 tahun/ 9,5 kg
1150-1300
3
2 tahun/ 11,8 kg
1350-1500
4
6 tahun/ 20 kg
1800-2000
5
10 tahun/ 28,7 kg
2000-2500
6
14 tahun/ 45 kg
2200-2700
7
18 tahun/ 54 kg
2200-2700
1.      Volume cairan tubuh.
Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60% dari berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan di mana lemak pada wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW di mana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya. Contoh: bayi baru lahir TBW nya 70-80% dari BB, usia 1 tahun 60% dari BB, usia puberitas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60% dari BB dan wanita 52% dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55% dari BB dan wanita 47% dari BB, sedangkan pada usia di atas 60 tahun untuk pria 52% dari BB dan wanita 46% dari BB.
D.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.
1.      Umur.
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan di karenakan gangguan fungsi ginjal ataw jantung.
2.      Iklim.
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
3.      Diet.
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4.      Stress.
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5.      Kondisi sakit.
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit misalnya:
a.       Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
b.      Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
c.       Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami ganguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemapuan untuk memenuhinya secara mandiri.
6.      Tindakan medis.
Banyak tindakan medis akan berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti: suction, NGT dan lain-lain.
7.      Pengobatan.
Pengobatan seperti pemberian dueretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
8.      Pembedahan.
pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggimengalami gangguan  keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh karena kehilangan darah selama pembedahan.
E.     MASALAH-MASALAH GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.
1.      Hipovolemik.
            Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler (CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme nya adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron. Gejala: pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan TD, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah terasa kering dan kasar, mukosa mulut  kering. Tanda-tanda penurunan berat badan dengan akut, mata  cekung, pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak adanya penurunan jumlah air mata.
2.      Hipervolemik
                        Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
a.       Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
b.      Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
c.       Kelebihan pemberian cairan.
d.      Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
e.       Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi kuat, asites, adema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher, dan irama gallop.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN.
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi:
1.      Kaji riwayat kesehatan dan kepearawatan untuk identifikasi penyebab gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
2.      Kaji manifestasi klinik melalui:
a.       Timbang berat badan klien setiap hari.
b.      Monitor vital sign.
c.       Kaji intake output.
3.      Lakukan pemeriksaan fisik meliputi:
a.       Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability.
b.      Auskultasi bunyi /suara nafas.
c.       Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran.
4.      Review nilai pemeriksaan laboratorium :
a.       Berat jenis urine.
b.      PH serum.
c.       Analisa Gas Darah.
d.      Elektrolit serum.
e.       Hematokrit.
f.       BUN.
g.      Kreatinin Urine.
B.     DIAGNOSA.
Diagnosa keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
1.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme 

pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri.

2.      Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio, ketidakseimbangan 

elektrolit.

3.      Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan 

dengan diare, kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.

4.      Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih bwerhubungan dengan anuria, 

penurunan kardiak output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di 
ekstraseluler.

5.      Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan.
6.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema.
7.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema.
C.     INTERVENSI.
Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
1.      Atur intake cairan dan elektrolit.
2.      Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter dengan
memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan.
3.      Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.
4.      Provide care seperti : perawatan kulit, safe environment.
DAFTAR PUSTAKA
Kuntarti. 2005. Keseimbangan Cairan, Elektrolit Asam dan Basa.
Sacharin,Rosa M. 1994. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Dolores F. Saxton, Comprehensive Review Of Nursing For NCLEK-RN, Sixteenth Edition, Mosby, St. louis, Missouri, 1999.

ASKEP ISTIRAHAT TIDUR



BAB I
PEMBAHASAN
A.    DEFINISI.
1.      Istirahat.
Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yg membutuhkan ketenangan. Namun tidak berarti tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat dalam hal ini berperan dalam  menyiapkan lingkungan  atau suasana yang nyaman untuk beristirahat  bagi klien/pasien.
Menurut Narrow (1645-1967) terdapat  enam kondisi seseorang dapat beristirahat, diantaranya yaitu :
a.       Merasa segala sesuatu berjalan normal.
b.      Merasa diterima.
c.       Merasa diri mengerti apa yang sedang berlangsung.
d.      Bebas dari perlukaan dan ketidak nyamanan.
e.       Merasa puas telah melakukan aktifitas-aktifitas yang berguna.
f.       Mengetahui bahwa mereka akan mendapat pertolongan bila membutuhkannya.
2.      Tidur.
Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang relatif tenang disertai peningkatan ambang rangsangan  yang tinggi terhadap  stimulus dari luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan terjaga (bangun), dan mudah dibangunkan, (Hartman). Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur merupakan  suatu keadaan istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu, berkurangnya kesadaran membantu memperbaiki sistem tubuh/memulihkan energi. Tidur juga sebagai fenomena di mana terdapat periode tidak sadar yang disertai perilaku fisik psikis yang berbeda dengan keadaan terjaga.
Seorang ahli menyebutkan bahwa tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkanoleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986). Tidur dipicu oleh sekelompok kompleks hormon yang aktif dalam utama, dan yang merespon isyarat dari tubuh sendiri dan lingkungan. Sekitar 80 persen dari tidur tanpa mimpi, dan dikenal sebagai gerakan mata non-cepat (NREM) tidur.
B.     FUNGSI ISTIRAHAT DAN TIDUR.
1.      Memperbaiki keadaan fisiologis dan psikologis.
2.      Melepaskan stress dan ketegangan.
3.      Memulihkan keseimbangan alami di antara pusat-pusat neuron.
4.      Secara tradisional, dipandang sebagai waktu untuk memperbaiki dan menyiapkan diri pada waktu periode bangun.
5.      Memperbaiki proses biologis dan memelihara fungsi jantung.
6.      Berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.
7.      Mengembalikan konsentrasi dan aktivitas sehari-hari.
8.      Menghasilkn hormon pertumbuhan utk memperbaiki serta memperbaharui epitel dan sel otak.
9.      Menghemat dan menyediakan energi bagi tubuh.
10.  Memelihara kesehatan optimal dan mengembalikan kondisi fisik.
C.     MEKANISME TIDUR.
1.      Teori Chemics : peningkatan CO2 menyebabkan rasa ngantuk.
2.      Teori Vaskuler : penurunan TD di otak yang menyebabkan rasa ngantuk. Salah satu fungsi kelenjar hipofise sebagai pusat pengaturan tidur.
3.      Para ahli neuriofisiologis : sekresi hormone serotonin yang menyebabkan rasa ngantuk.
4.      Teori Feed Back : Kelemahan sel-sel saraf yang menyebabkan rasa ngantuk instink/naluri.
D.    TAHAP-TAHAP TIDUR.
1.      NREM (Non Rapid Eye Movement).
Ada 4 tahapan :
a.       Tahap 1 :
1)      Termasuk light sleep.
2)      Berakhir hanya beberapa menit.
3)      Penurunan aktivitas fisik dimulai dengan penurunan gradual dalam tanda vital dan metabolisme.
4)      Dengan mudah dibangunkan dengan stimulus sensori seperti suara dan individu merasa seperti mimpi di siang hari.
b.      Tahap 2 :
1)      Merupakan periode sound sleep.
2)      Kemajuan relaksasi.
3)      Masih dapat dibangunkan dengan mudah.
4)      Berlangsung selama 10-20 menit.
5)      Fungsi tubuh berlangsung lambat.
c.       Tahap 3 :
1)      Tahap awal tidur dalam.
2)      Lebih sulit dibangunkan dan jarang bergerak.
3)      Otot secara total relaksasi.
4)      Tanda vital mengalami kemunduran teratur.
5)      Berlangsung 15-30 menit.
d.      Tahap 4 :
1)      Tahap tidur benar-benar nyenyak.
2)      Sangat sulit dibangunkan.
3)      Jika tidur nyenyak telah terjadi, akan menghabiskan sepanjang malam pada tahap ini.
4)      Bertanggung jawab mengistirahatkan dan memperbaiki tidur.
5)      Tanda vital menurun secara signifikan.
6)      Berlangsung 15-30 menit.
7)      Dapat terjadi tidur berjalan dan mengompol.
2.      REM (Rapid Eye Movement).
a.       Periode yang sangat hidup karena mimpi penuh warna.
b.      Dimulai 50-90 menit setelah tidur terjadi.
c.       Tipe yang mempengaruhi respon autonom meliputi kecepatan gerak mata, fluktuasi jantung, rata-rata pernafasan dan peningkatan fluktuasi tekanan darah.
d.      Kehilangan tonus otot.
e.       Peningkatan sekresi gastrik.
f.       Tahap yang bertanggung jawab untuk perbaikan mental.
g.      Sangat sulit untuk dibangunkan.
h.      Durasi dari REM meningkat setiap siklus dan rata-rata 20 menit.
E.     KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR PER HARI.
1.      Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50% REM dan 1 siklus tidur rata-rata 45-60 menit.
2.      Bayi (s/d 1 thn) : 1 siklus tidur rata2 12-14 jam/hari dengan 20-30% REM dan tidur sepanjang malam.
3.      Todler (1-3 thn): Lama tidur 11-12 jam/hari dengan 25% REM dan tidur sepanjang malam + tidur siang.
4.      Pra sekolah : ± 11 jam/hari dengan 20% REM.
5.      Usia sekolah : ± 10 jam/hari dengan  18,5% REM.
6.      Usia sekolah : ± 10 jam/hari dengan 18,5% REM.
7.      Adolescent : ± 8,5 jam/hari dengan 20% REM.
8.      Dewasa muda : 7-8 jam/hari dengan 20-25% REM.
9.      Dewasa menengah : ± 7 jam/hari dengan 20% REM dan sering sulit tidur.
10.  Dewasa tua  : ± 6 jam/hari dengan  20-25% REM dan sering sulit tidur.
F.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ISTIRAHAT TIDUR.
1.      Umur.
Semakin bertambah umur manusia semakin berkurang total waktu kebutuhan tidur. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan dan fisiologis dari sel-sel dan organ, pada neonati kebutuhan tidur tinggi karena masih dalam proses adaptasi dengan lingkungan dari dalam rahim ibu, sedangkan pada lansia sudah mulai terjadi degenerasi sel dan organ yang mempengaruhi fungsi dan mekanisme tidur.
2.      Penyakit.
Hal ini umumnya terjadi pada klien dengan nyeri, kecemasan, dispnea. Pada kasus penyakit akibat digigit nyamuk tse-tse. Juga pada kasus tertentu dengan klien gangguan hipertiroid.
3.      Motivasi.
Niat seseorang untuk tidur mempengaruhi kualitas tidur seperti menonton, main game atau hal-hal lain yang dapat menyebabkan penundaan waktu anda untuk tidur.
4.      Emosi.
Suasana hati, marah, cemas dan stres dapat menyebabkan seseorang tidak bisa tidur atau mempertahankan tidur.
5.      Lingkungan.
Lingkungan yang tidak kondusif seperti di dekat bandara atau di tepi jalan-jalan umum atau di tempat-tempat umum yang menimbulkan kebisingan.
6.      Obat – obatan.
Penggunaan atau ketergantungan pada penggunaan obar-obat tertentu seperti golongan sedative, hipnotika dan steroid.
7.      Makanan dan minimum.
Pola dan konsumsi makanan yang mengandung merica, gas/air yang banyak, pola dan konsumsi minuman yang mengandung kafein ,gas dll.
8.      Aktivitas.
Kurang beraktivitas dan atau melakukan aktivitas yang berlebihan justru akan menyebabkan kesulitan untuk memulai tidur.
G.    MASALAH-MASALAH YANG TERJADI PADA SAAT TIDUR.
1.      Insomnia.
Pengertian insomnia mencakup banyak hal. Insomnia merupakan suatu keadaan di mana seseorang sulit untuk memulai atau mempertahankan keadaan tidurnya, bahkan seseorang yang terbangun dari tidur tapi merasa belum cukup tidur dapat di sebut mengalami insomnia (Japardi, 2002).
Jadi insomnia merupakan ketidak mampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Insomnia bukan berarti seseorang tidak dapat tidur/kurang tidur karena orang yang menderita insomnia sering dapat tidur lebih lama dari yang mereka pikirkan, tetapi kualitasnya berkurang.
Jenis insomnia yaitu :
a.       Insomnia insial adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur.
b.      Insomnia intermiten adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat mempertahankan tidur atau keadaan sering terjaga dari tidur.
c.       Insomnia terminal adalah bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi.
Beberapa factor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia yaitu rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa kondisi, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur.
2.      Narkolepsi.
Merupakan suatu keadaan tidur di mana seseorang sulit mempertahankan keadaan terjaga/bangun/sadar. Penderita akan sering mengantuk hingga dapat tertidur secara tiba-tiba, dapat di katakan pula bahwa narkolepsi adalah serangan mengantuk yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di mana serangan mengantuk tersebut datang.
Penyebabnya secara pasti belum jelas, tetapi di duga terjadi akibat kerusakan genetika sistem saraf pusat di mana periode REM tidak dapat dikendalikan. Serangan narkolepsi dapat menimbulkan bahaya bila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada alat-alat yang berputar-putar atau berada di tepi jurang.
3.      Somnabulisme (tidur berjalan).
Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi,berjalan kaki dan berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur (Japardi, 2002). Lebih banyak terjadi pada anak-anak, penderita mempunyai resiko terjadinya cidera.
4.      Enuresis (ngompol).
Enuresis adalah kencing yang tidak di sengaja (mengompol) terjadi pada anak-anak, remaja dan paling banyak pada laki-laki, penyebab secara pasti belum jelas, namun ada beberapa faktor yang menyebabkan Enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku.
5.      Nocturia.
Merupakan suatu keadaan di mana klien sering terbangun pada malam hari untuk buang air kecil.
6.      Apnea / tidak bernapas dan Mendengkur.
Disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan Adenoid dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran nafas pada lansia. Otot-otot dibagian belakang mulut mengendur lalu bergetar bila di lewati udara pernafasan.
7.      Delirium / Mengigau.
8.      Sehubungan dengan gangguan penyakit seperti pain, anxiety dan dispneu.
9.      Nightmares dan  Night terrors (mimpi buruk).
Adalah mimpi buruk, umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau lebih, setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
10.  Tidur dan stadium penyakit (digigit nyamuk tse-tse).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
Gangguan pola tidur adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami, perubahan jumlah/kualitas pola tidur dan istirahat sehubungan dengan keadaan biologis atau kebutuhan emosi.
A.    PENGKAJIAN.
1.      Riwayat tidur.
a.       kuantitas (lama tidur) dan kualitas watu tidur di siang dan malam hari.
b.      Aktivitas dan rekreasi yang di lakukan sebelumnya.
c.       Kebiasaan/pun saat tidur.
d.      Lingkungan tidur.
e.       Dengan siapa paien tidur.
f.       Obat yang di konsumsi sebelum tidur.
g.      Asupan dan stimulan.
h.      Perasaan pasien mengenai tidurnya.
i.        Apakah ada kesulitan tidur.
j.        Apakah ada perubahan tidur.
2.      Gejala Klinis.
a.       Perasaan Lelah.
b.      Gelisah.
c.       Emosi.
d.      Apetis.
e.       Adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak.
f.       Konjungtin merah dan mata perih.
g.      Perhatian tidak fokus.
h.      Sakit kepala.
3.      Penyimpangan Tidur.
Seperti telah dijelaskan pada bab oembahasan di atas, gangguan tidur yang mungkin terjadi adalah :
a.       Insomnia.
b.      Somnabulisme.
c.       Enuresis.
d.      Narkolepsi.
e.       Nightmare dan Night Terrors (mimpi buruk).
f.       Apnea / tidak bernapas dan Mendengkur.
B.     DIAGNOSA.
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari gangguan pola istirhat tidur diantaranya yaitu :
1.      Gangguan pola tidur b/d kerusakan transfer oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, imobilisasi, nyeri pada kaki, takut operasi, lingkungan yang mengganggu.
2.      Cemas b/d ketidak mampuan untuk tidur, henti nafas saat tidur, (sleep apnea) dan ketidak mampuan mengawasi prilaku.
3.      Koping individu tidak efektif berhubungan dengan insomnia.
4.      Gangguan ukaran gas berhubungan henti nafas saat tidur.
5.      Potensial cedera berhubungan dengan Semnambolisme.
6.      Gangguan konsep diri berhubungan dengan penyimpangn tidur hipersomia.
C.     INTERVENSI.
Ø  Tujuan :
Mempertahankan kebutuhan istirahat dan tidur dalam batas normal.
Ø  Rencana Tindakan :
a.       Lakukan identifikasi fsktor yang mempengaruhi masalah tidur.
b.      Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal yang dapat mengganggu tidur.
c.       Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
d.      Coba untuk memicu tidur.
e.       Kurangi potensial cedera selama tidur
f.       Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika di perlukan.
D.    IMPLEMENTASI.
Ø  Tindakan keparawatan pada orang dewasa :
1.      Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur.
a.       Bila terjadi pada pasien rawat inap, masalah tidur di hubungkan dengan lingkungan rumah sakit, maka :
1)      Libatkan pasien dalam pembuatan jadwal aktivitas.
2)      Berikan obat analgesik sesuai prosedur.
3)      Berikan linngkungan yang suportif.
4)      Jelaskan dan berikan dukungan pada pasien agar tidak takut akan cemas.
b.      Bila faktor insomnia, maka :
1)      Anjurkan pasien memakan makanan yang berprotein tinggi sebelum tidur.
2)      Anjurkan pasien tidur pada waktu sama dan hindari tidur pada waktu siang dan sore hari.
3)      Anjurkan pasien tidur saat mengantuk.
4)      Anjurkan pasien mennghindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur.
5)      Anjurkan pasien menggunakan teknik pelepasan otot serta meditasi sebelum tidur.
c.       Bila terjadi somnabulisme, maka :
1)      Berikan rasa aman pada diri pasien.
2)      Bekerjasama dengan diazepam dalam tindakan pengobatan..
3)      Cegah timbulnya cidera.
d.      Bila terjadi enuresa, maka :
1)      Anjurkan pasien mengurangi minum beberapa jam sebelum tidur.
2)      Anjurkan pasien melakukan pengosongan kandungan kemih sebelum tidur.
3)      Bangunkan pasien pada malam hari untuk buang air kecil.
e.       Bila terjadi Narkolepsi, maka :
1)      Berikan obat kelompok Amfetamin /kelomppok Metilfenidat hidroklorida (ritalin) untuk mengendalikan narkolepsi.
2.      Mengurangi distraksi lingkungan dan hal yang mengganggu tidur.
a.       Tutup pintu kamar pasien .
b.      Pasang kelambu/garden tempat tidur.
c.       Matikan pesawat telapon.
d.      Bunyikan musik yang lembut.
e.       Redupkan atau matikan lampu.
f.       Kurangi jumlah stimulus.
g.      Tempatkan pasien dengan kawan sekamar yang cocok.
3.      Meningkatkan aktivitas pada siang hari.
a.       Buat jadwal aktivitas yang dapat menolong pasien.
b.      Usahakan pasien tidak tidur pada siang hari.
4.      Membuat Pasien untuk memicu tidur.
a.       Anjurkan pasien mandi sebelum tidur.
b.      Anjurkan pasien minum susu hangat.
c.       Anjurkan pasien membaca buku.
d.      Anjurkan pasien menonton televisi.
e.       Anjurkan pasien menggosok gigi sebelum tidur.
f.       Anjurkan pasien embersihkan muka sebelum tidur.
g.      Anjurkan pasien membersuihkan tempat tidur.
5.      Mengurangi potensial cedera sebelum tidur.
a.       Gunakan cahaya lampu malam.
b.      Posisikan tempat tidur yang rendah.
c.       Letakkan bel dekat pasien.
d.      Ajarkan pasien untuk meminta bantuan.
e.       Gantungkan selang drainase di tempat tidur dan cara memindahkannya bila pasien memekainnya.
6.      Memberi pendidikan kesehatan dan rujukan.
a.       Ajarkan rutinitas jadwal tidur di rumah.
b.      Ajarkan pentingkan latihan reguler ± ½ jam.
c.       Penerangan tentang efek samping obat hipnotik.
d.      Lakukan rujukan segera bila gangguan tidur kronis.
Ø  Tindakan Keperawatan Pada Anak :
1.      Masa Neonatus dan bayi.
a.       Beri sprei kering dan tebal untuk menutupi perlak.
b.      Hindarkan pemberian bantal yang terlalu banyak.
c.       Atur suhu ruangan menjadi 18˚-21˚C pada malam dan 15,5˚-18˚C pada siang.
d.      Berikan cahaya lampu yang lembut.
e.       Yakinkan bayi merasa nyaman dan kering.
f.       Berikan aktivitas yang tenang sebelum menidurkan bayi.
2.      Masa Anak.
a.       Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang secara konsisten.
b.      Tempel jadwal tidur
c.       Berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur.
d.      Dukung aktivitas ”pereda ketegangan” seperti bercerita.
3.      Masa Sebelum Sekolah.
a.       Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang secara konsisten.
b.      Tempel jadwal tidur.
c.       Berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur.
d.      Dukung aktivitas ”pereda ketegangan” seperti bercerita.
e.       Sering perlihatkan ketergantungan selama menjelang tidur.
f.       Berikan rasa aman dan nyaman.
g.      Nyalakan lampu agak terang.
4.      Masa Sekolah.
a.       Mengingatkan waktu istirahat dan tidur karena umumnya banyak beraktivitas.
5.      Masa Remaja.
a.       Usia ini sering memrlukan waktu sebelum tidur cukup lama untuk berias dan membersihkan diri
6.      Masa Dewasa (Muda, Paruah Baya, dan Tua).
a.       Bantu melepaskan ketegangan sebelum tidur.
·         Berikan hiburan.
·         Kurangi rasa nyeri.
·         Bersihkan tempat tidur.
b.      Membuat lingkungan menjadi aman serta dekat dengan perawat.
·         Berikan selimut sehingga tidak kedinginan.
·         Anjurkan pasien latihan relaksasi.
·         Berikan makan ringan atau susu hangnt sebelum tidur.
·         Berikan obat sedaktif sesuai program terapi kolaboratif.
·         Bantu pasien mendapatkan posisi tidur yang nyaman.
E.     EVALUASI.
1.      Klien menggunakan terapi relaksasi setiap makan malam sebelum pergi tidur dengan meminta klien melaporkan keberhasilan tidur dan tetap tidur.
2.      Klien melaporkan perasaan nyaman setelah terbangun di pagi hari dengan meminta klien melaporkan keberhasilan tidur dan tetap tidur.
3.      Klien melaporkan dapat menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan dalam 4 minggu dengan mengobservasi ekspresi dan prilaku nonverbal pada saat klien terjaga.
4.      Pola tidur normal untuk masa anak adalah 11-12 jam /hari terpenuhi, masa sekolah 10 jam/hari terpenuhi, masa remaja 7-8 jam/hari terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA
Doengos.E.Maryln,dkk (2002) Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Wartonah Tartowo (2006) KDM dan Proses keperawatan,Edisi 3, Salemba Medika Jakarta.
Alimul.H.Aziz (2006) Pengantar KDM dan Proses Keperawatan, Salemba Medika Jakarta.

Wartonah Tartowo (2006) KDM dan Proses keperawatan,Edisi 3, Salemba Medika Jakarta.
Asmadi (2008) Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi KDM, Salemba Medika Jakarta.