Kamis, 01 Oktober 2015

ASKEP PERSALINAN KALA 4



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dari sudut praktis, memimpin persalinan adalah suatu seni, walaupun memerlukan ilmu obsteri yang harus diketahui penolong. Oleh karena itu dukun beranak masih mempunyai peranan penting dan memerlukan pendidikan dan latihan, terutama dinegara-negara berkembang.
Pertanyaan yang sering diajukan pada ibu hamil adalah bolehkah bersalin di rumah atau di rumah sakit? Walaupun 85% persalinan berjalan normal, namun 15 %-nya dijumpai komplikasi yang memerlukan penanganan khusus. Antenatal care yang baik dapat mencegah komplikasi dan mencoba menjawab pertanyaan diatas. Masalah dinegara berkembang adalah tentang fasilitas rumah sakit, ketengan, sosio-budaya da sosio-medis masih memegang peranan dibandingkan dengan Negara-negara maju. (Sinopsis Obstetri 1998:101)
Jadi persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi yang telah cukup bulan melalui jalan lahir atau jalan lainnya, dengan bantuan atau tanpa bantuan.
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 1-2 jam setelah itu. Pemantauan pada kala IV: kelengkapan plasenta dan selaput ketuban perkiraan pengeluaran darah, laserasi atau luka episiotomi pada perineum dengan perdarahan aktif. Keadan umum dan tanda-tanda vital ibu.Untuk mencegah perdarahan lebih lanjut.
1.2  Rumusan masalah
1.2.1        Apa pengertian persalinan kala IV ?
1.2.2        Bagaimana asuhan dan pemantauan pada kala IV ?
1.2.3        Bagaimana bentuk tindakan pada persalinan kala IV ?
1.2.4        Bagaimana pemantauan lanjut kala IV ?
1.2.5        Bagaimana tanda bahaya kala IV ?
1.2.6        Bagaimana pemantauan keadaan umum ibu pada kala IV ?
1.2.7        Bagaimana rokemendasi kebijakan teknik asuhan persalinan dan kelahiran ?
1.2.8        Bagaimana tindakan pada perdarahan dalam kala IV ?
1.2.9        Apa komplikasi pada persalinan kala IV ?
1.3  Tujuan
1.3.1    Tujuan Umum
1.3.1.1  Untuk mengetahui persalinan kala IV secara umum.
1.3.2    Tujuan khusus
1.3.2.1  Untuk mengetahui pengertian persalinan kala IV.
1.3.2.2  Untuk mengetahui asuhan dan pemantauan pada kala IV.
1.3.2.3  Untuk mengetahui bentuk tindakan pada persalinan kala IV.
1.3.2.4  Untuk mengetahui pemantauan lanjut kala IV.
1.3.2.5  Untuk mengetahui tanda bahaya kala IV.
1.3.2.6  Untuk mengetahui pemantauan keadaan umum ibu pada kala IV.
1.3.2.7  Untuk mengetahui rokemendasi kebijakan teknik asuhan persalinan dan kelahiran.
1.3.2.8  Untuk mengetahui tindakan pada perdarahan dalam kala IV.
1.3.2.9  Untuk mengetahui komplikasi pada persalinan kala IV.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Mochtar, 2002).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2002).
Macam-macam persalinan, yaitu :
·         Persalinan spontan      : Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan sendiri dan melalui jalan lahir
·         Persalinan buatan        : Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar misalnya forcep
·         Persalinan anjuran       : Persalinan yang tidak dimulai sendiri, tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocyn / prostaglandin.
Tahapan persalinan adalah :
1.    Kala I : Pembukaan Sevik – 10 cm (lengkap).
2.    Kala II : Pengeluaran janin.
3.    Kala III : Pengeluaran & pelepasan plasenta.
4.    IV : dari lahirnya uri selama 1 – 2 jam
Kala IV persalinan adalah waktu setelah plasenta lahir sampai empat jam pertama setelah melahirkan. (Sri Hari Ujiiningty1as, 2009)
Menurut Reni Saswita, 2011. Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV:
1.    Tingkat kesadaran
2.    Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernafasan
3.    Kontraksi uterus
4.    Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
2.2 Asuhan dan Pemantauan pada Kala IV
Menurut Reni Saswita, 2011 asuhan dan pemantauan pada kala IV yaitu:
1.    Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk merangsang uterus berkontraksi.
2.    Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang antara pusat dan fundus uteri.
3.    Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
4.    Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi atau episotomi).
5.    Evaluasi kondisi ibu secara umum
6.    Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di halaman belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
A.  Fisiologi Kala IV
       Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk memantau kondisi ibu.
B.     Evaluasi Uterus
       Setelah kelahiran plasenta, periksa kelengkapan dari plasenta dan selaput ketuban. Jika masih ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal dalam uterus akan mengganggu kontraksi uterus sehingga menyebabkan perdarahan.
Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil (massase) fundus uteri dan bila perlu dilakukan Kompresi Bimanual.
C.     Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum
       Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah perineum, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan, oleh kemungkinan edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva bisa berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet.
       Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang keluar, maka periksa anus dengan rectal toucher.
       Laserasi dapat dikategorikan dalam :
1)      Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
2)      Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu dijahit).
3)      Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani.
4)      Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani yang meluas hingga ke rektum. Rujuk segera.
2.3 Bentuk Tindakan
       Bentuk Tindakan Dalam Kala IV :
1.      Mengikat tali pusat;
2.      Memeriksa tinggi fundus uteri;
3.      Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi;
4.      Membersihkan ibu dari kotoran;
5.      Memberikan cukup istirahat;
6.      Menyusui segera;
7.      Membantu ibu ke kamar mandi;
8.      Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi.
Tindakan Yang Tidak Bermanfaat :
1.    Tampon vagina                                    : menyebabkan sumber infeksi.
2.    Pemakaian gurita                                 : menyulitkan memeriksa kontraksi.
3.    Memisahkan ibu dan bayi.
4.    Menduduki sesuatu yang panas          : menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, menambah perdarahan dan menyebabkan dehidrasi.
2.4  Pemantauan Lanjut Kala IV
Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut selama kala IV adalah :
1)        Vital sign – Tekanan darah normal < 140/90 mmHg; Bila TD < 90/ 60 mmHg, N > 100 x/ menit (terjadi masalah); Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam atau perdarahan.
2)        Suhu – S > 380 C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun infeksi.
3)        Nadi
4)        Pernafasan
5)        Tonus uterus dan tinggi fundus uteri – Kontraksi tidak baik maka uterus teraba lembek; TFU normal, sejajar dengan pusat atau dibawah pusat; Uterus lembek (lakukan massase uterus, bila perlu berikan injeksi oksitosin atau methergin).
6)        Perdarahan – Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau seperti darah haid yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari jalan lahir, kontraksi atau kandung kencing).
7)        Kandung kencing – Bila kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik.
2.5  Tanda Bahaya Kala IV
     Selama kala IV, bidan harus memberitahu ibu dan keluarga tentang tanda bahaya :
1)      Demam.
2)      Perdarahan aktif.
3)      Bekuan darah banyak.
4)      Bau busuk dari vagina.
5)      Pusing.
6)      Lemas luar biasa.
7)      Kesulitan dalam menyusui.
8)      Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa.
2.6  Pemantauan Keadaan Umum Ibu pada Kala IV
Menurut Reni Saswita, 2011 Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini, penting sekali untuk memantau ibu secara ketat segera setelah setiap tahapan atau kala persalinan diselesaikan.
Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam pertama pasca persalinan.
1)      Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua pada kala IV.
2)      Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV.
3)      Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam kedua pascapersalinan.
4)      Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
5)      Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus, juga bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi lembek.
2.7  Rokemendasi Kebijakan Teknik Asuhan Persalinan dan Kelahiran
Menurut Reni Saswita, 2011 rokemendasi kebijakan teknik asuhan persalinan dan kelahiran yaitu:
1)      Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukkan sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang yang hanya memberikan dukungan.
2)      Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai suatu catatan / rekam medik untuk persalinan.
3)      Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika ada indikasi. Proseduri  ni bukan dibutuhkan jika ada infeksi / penyulit.
4)      Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi.
5)      Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu setidak-tidaknya 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai keadaan ibu stabil. Fundus harus diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan tonus uterus tetap baik, perdarahan minimal, dan dapat dilakukan tindakan pencegahan.
6)      Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering diperiksa dan dimasase sampai tonus baik. Ibu atau anggota keluarga dapat diajarkan untuk melakukan masase fundus.
7)      Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera diselimuti dan dikeringkan, juga dijaga kehangatannya untuk mencegah hipotermi.
8)      Obat-obat esensial, bahan, dan perlengakapan harus disediakan oleh petugas dan keluarga.
2.8  Perdarahan dalam kala IV
Menurut Reni Saswita, 2011 jika ada perdarahan dalam kala IV dan kontraksi rahim kurang baik, segera disuntikkan 0,2 mg ergonovin atau metilergonovin intramuskular, uterus ditekan untuk mengeluarkan gumpalan darah dan dilakukan masase. Seandainya perdarahan belum berhenti juga ditambah dengan suntikan metil ergonovin lagi, tetapi sekarang  intravena dan dipasang oksitosin drip 10 unit dalam 500 cc glukosa; selama tindakan ini masase diteruskan.
Jika masih ada juga perdarahan, jangan terus terfiksasi pada atonia uteri, tetapi pertimbangkan juga kemungkinan lain, seperti robekan serviks, sisa plasenta suksenturiata, ruptura uteri, dan koagulopati.
Oleh karena itu, jika kemungkinan ini belum dikesampingkan, dilakukan pemeriksaan in spekulo dan eksplorasi kavum uteri.
Kita harus mencurigai adanya koagulopati dalam kala IV jika dengan usaha-usaha yang lazim dan setelah dikesampingkan robekan serviks dan robekan rahim perdarahan melampaui 1000 cc, walaupun darah. Yang keluar dari jalan lahir membeku.Dalam hal ini kita suntikkan trasilol 200.000 unit intravena (proteinase inhibitor).
Jika masih ada perdarahan, dilaksanakan kompresi bimanual secara hamilton, yaitu : satu tangan masuk ke dalam vagina dan tangan ini yang dijadikan tinju dengan rotasi merangsang dinding depan rahim, sedangkan tangan luar menekan dinding perut di atas fundus hingga dapat merangsang dinding belakang rahim.
Dengan demikian, uterus ditekan dan dirangsang antara tangan dalam dan tangan luar.Perasat ini sekurang-kurangnya dilakukan selama 15 menit.Selama perasat-perasat ini diusahakan darah hingga jika kompresi bimauil tidak berhasil, keadaan pasien masih cukup baik untuk melakukan histerektomi.
2.9  Komplikasi
a)      Atonia Uteri
b)      Infeksi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
       Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Mochtar, 2002)
Kala IV persalinan adalah waktu setelah plasenta lahir sampai empat jam pertama setelah melahirkan. (Sri Hari Ujiiningtyas, 2009).
Tahapan persalinan adalah :
1.      Kala I : Pembukaan Sevik – 10 cm (lengkap).
2.      Kala II : Pengeluaran janin.
3.      Kala III : Pengeluaran & pelepasan plasenta.
4.      Kala IV : dari lahirnya uri selama 1 – 2 jam
3.2 Saran
       Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Nur Muslihatun Wafi, 2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.Yogyakarta.Fitramaya
  Draft, Acuan Pelatihan Pelayanan Dasar Kebidanan. Dep.Kes. RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal, Jakarta.
Faisol, Abdul. 2012. http://icoel.wordpress.com/kebidanan/kala-ii-persalinan/.  Di akses tanggal 21 Oktober 2013