Beberapa tipe malfungsi jantung yang paling mengganggu tidak
terjadi sebagai akibat dari otot jantung yang abnormal tetapi karena
irama jantung yang abnormal. Sebagai contoh, kadang-kadang denyut atrium
tidak terkoordinasi dengan denyut dari ventrikel, sehingga atrium tidak
lagi berfungsi sebagai pendahulu bagi ventrikel.
Aritmia adalah kelainan elektrofisiologi jantung dan terutama
kelainan system konduksi jantung. Aritmia adalah gangguan pembentukan
dan/atau penghantaran impuls. Terminology dan pemakaian istilah untuk
aritmia sangat bervariasi dan jauh dari keseragaman di antara para ahli.
Beberapa sifat system konduksi jantung dan istilah-istilah yang penting untuk pemahaman aritmia :
Dari
awal depolarisasi hingga awal repolarisasi sel-sel miokard tidak dapat
menjawab stimulus baru yang kuat sekalipun. Periode ini disebut periode
refrakter mutlak.
Fase selanjutnya hingga hamper akhir repolarisasi,
sel-sel miokard dapat menjawab stimulus yang lebih kuat. Fase ini
disebut fase refrakter relative.
Yang dimaksud dengan blok ialah perlambatan atau penghentian penghantaran impuls.
· Pemacu ektopik atau focus ektopik
Ialah
suatu pemacu atau focus di luar sinus. Kompleks QRS yang dipacu dari
sinus disebut kompleks sinus. Kompleks QRS yang dipacu dari focus
ektopik disebut kompleks ektopik, yang bias kompleks atrial, kompleks
penghubung –AV atau kompleks ventricular.
Hal
ini terutama berhubungan dengan simpul AV yaitu suatu impuls yang
melaluinya tak berhasil menembusnya hingga ujung yang lain, tetapi
perubahan-[erubahan akibat konduksi ini tetap terjadi, yaitu terutama
mengenai periode refrakter.
Konduksi
aberan ialah konduksi yang menyimpang dari jalur normal. Hal ini
disebabkan terutama karena perbedaan periode refrakter berbagai bagian
jalur konduksi.
Konduksi aberan bias terjadi di atria maupun
ventrikel, tetapi yang terpenting ialah konduksi ventricular aberan,
yang ditandai dengan kompleks QRS yang melebar dan konfigurasi yang
berbeda.
Konduksi atrial aberan diandai dengan P yang melebar dan konfigurasi yang berbeda.
Re-entri
ialah suatu keadaan dimana suatu impulas yang sudah keluar dari suatu
jalur konduksi, melalui suatu jalan lingkar masuk kembali ke jalur
semula. Dengan demikian bagian miokard yang bersangkutan mengalami
depolarisasi berulang.
Suatu
kompleks lolos ialah kompleks ektopik yang timbul karena terlambatnya
impuls yang datang dari arah atas. Kompleks lolos paling sering timbul
di daerah penghubung AV dan ventrikel, jarang di atria. Jelas bahwa
mekanisme lolos ialah suatu mekanisme penyelamatan system konduksi
jantung agar jantung tetap berdenyut meskipun ada gangguan datangnya
impuls dari atas.
2. KLASIFIKASI
Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :
1) Gangguan pembentukan impuls.
a. Gangguan pembentukan impuls di sinus
b. Gangguan pembentukan impuls di atria (aritmia atrial).
c. Pembentukan impuls di penghubung AV (aritmia penghubung).
d. Pembentukan impuls di ventricular (Aritmia ventricular).
2) Gangguan penghantaran impuls.
Bradikardi sinus bisa terjadi karena stimulasi vagal,
intoksikasi digitalis, peningkatan tekanan intrakanial, atau infark
miokard (MI). Bradikardi sinus juga dijumpai pada olahragawan berat,
orang yang sangat kesakitan, atau orang yang mendapat pengobatan
(propanolol, reserpin, metildopa), pada keadaan hipoendokrin (miksedema,
penyakit adison, panhipopituitarisme), pada anoreksia nervosa, pada
hipotermia, dan setelah kerusakan bedah nodus SA.
Berikut adalah karakteristik disritmia
- · Frekuensi: 40 sampai 60 denyut per menit
- · Gelombang P: mendahului setiap kompleks QRS; interval PR normal
- · Kompleks QRS: biasanya normal
- · Hantaran: biasanya normal
- · Irama: reguler
Semua karakteristik bradikardi sinus sama dengan irama sinus
normal, kecuali frekuensinya. Bila frekuensi jantung yang lambat
mengakibatkan perubahan hemodinamika yang bermakna, sehingga menimbulkan
sinkop (pingsan), angina, atau disritmia ektopik, maka penatalaksanaan
ditujukan untuk meningkatkan frekuensi jantung. Bila penurunan frekuensi
jantung diakibatkan oleh stimulasi vagal (stimulasi saraf vagul)
seperti jongkok saat buang air besar atau buang air kecil,
penatalaksanaan harus diusahakan untuk mencegah stimulasi vagal lebih
lanjut. Bila pasien mengalami intoksikasi digitalis, maka digitalis
harus dihentikan. Obat pilihan untuk menangani bradikardia adalah
atropine. Atropine akan menghambat stimulasi vagal, sehingga
memungkinkan untuk terjadinya frekuensi normal.
Takiakrdia sinus (denyut jantung cepat) dapat disebabkan oleh demam,
kehilangan darah akut, anemia, syok, latihan, gagal jantung kongestif,
nyeri, keadaan hipermetabolisme, kecemasan, simpatomimetika atau
pengobatan parasimpatolitik.
Pola EKG takikardia sinus adalah sebagai berikut :
- · Frekuensi : 100 sampai 180 denyut permenit.
- · Gelombang P : Mendahului setiap kompleks QRS, dapat tenggelam dalam gelombang T yang mendahuluinya; interval PR normal.
- · Kompleks QRS : Biasanya mempunyai durasi normal.
- · Hantaran : Biasanya normal.
- · Irama : Reguler.
Semua aspek takikardia sinus sama dengan irama sinus normal kecuali
frekeunsinya. Tekanan sinus karotis, yang dilakukan pada salah satu sisi
leher, mungkin efektif memperlambat frekuensi untuk sementara, sehingga
dapat membantu menyingkirkan disritmia lainnya. Begitu frekuensi
jantung meningkat, maka waktu pengisian diastolic menurun, mengakibatkan
penurunan curah jantung dan kemudian timbul gejala sinkop dan tekanan
darah rendah. Bila frekwensi tetap tinggi dan jantung tidak mampu
mengkompensasi dengan menurunkan pengisian ventrikel, pasien dapat
mengalami edema paru akut.
Penanganan takikardia sinus biasanya
diarahkan untuk menghilangkan penyebabknya. Propranolol dapat dipakai
untuk menurunkan frekwensi jantung secara cepat. Propranolol menyekat
efek serat adrenergic, sehingga memperlambat frekwensi.
DISRITMIA ATRIUM
- Kontraksi premature atrium
Penyebab :
- · Iritabilitas otot atrium karena kafein, alcohol, nikotin.
- · Miokardium teregang seperti pada gagal jantung kongestif
- · Stress atau kecemasan
- · Hipokalemia
- · Cedera
- · Infark
- · Keadaaan hipermetabolik.
Karakteristik :
- · Frekwensi : 60 sampai 100 denyut per menit.
- · Gelombang P : Biasanya mempunyai konfigurasi yang berbeda dengan gelombang P yang berasal dari nodus SA.
- · Kompleks QRS : Bisa normal, menyimpang atai tidak ada.
- · Hantaran : Biasanya normal.
- ·
Irama : Reguler, kecuali bila terjadi PAC. Gelombang P akan terjadi
lebih awal dalam siklus dan baisanya tidak akan mempunyai jeda
kompensasi yang lengkap.
Kontraksi atrium premature sering
terlihat pada jantung normal. Pasien biasanya mengatakan berdebar-debar.
Berkurangnya denyut nadi (perbedaan antara frekwensi denyut nadi dan
denyut apeksi) bisa terjadi. Bila PAC jarang terjadi, tidak diperlukan
penatalaksanaan. Bila terjadi PAC sering (lebih dari 6 per menit) atau
terjadi selama repolarisasi atrium, dapat mengakibatkan disritmia serius
seperti fibrilasi atrium. Sekali lagi, pengobatan ditujukan untuk
mengatasi penyebabnya.
- Takikardia Atrium Paroksimal
Adalah
takikardia atrium yang ditandai dengan awitan mendadak dan penghentian
mendadak. Dapat dicetuskan oleh emosi, tembakau, kafein, kelelahan,
pengobatan simpatomimetik atau alcohol. Takikardia atrium paroksimal
biasanya tidak berhubungan dengan penyakit jantung organic. Frekwensi
yang sangat tinggi dapat menyebabkan angina akibat penurunan pengisian
arteri koroner. Curah jantung akan menurun dan dapat terjadi gagal
jantung.
Karakteristik :
- · Frekwensi : 150 sampai 250 denyut per menit.
- ·
Gelombang P : Ektopik dan mengalami distorsi dibanding gelombang P
normal; dapat ditemukan pada awal gelombang T; interval PR memendek
(Kurang dari 0, 12 detik).
- · Kompleks QR : Biasanya normal, tetapi dapat mengalami distorsi apabila terjadi penyimpangan hantaran.
- · Hantaran : Biasanya normal.
- · Irama : Reguler.
Pasien biasanya tidak merasakan adanya PAT. Penanganan diarahkan
untuk menghilangkan penyebab dan menurunkan frekwensi jantung. Morfin
dapat memperlambat frekwensi tanpa penatalaksanaan lebih lanjut. Tekanan
sinus karotis yang dilakukan pada satu sisi, akan memperlambat atau
menghentikan serangan dan biasanya lebih efektif setelah pemberian
digitalis atau vasopresor, yang dapat menekan frekwensi jantung.
Penggunaan vasopresor mempunyai efek refleks pada sinus karotis dengan
meningkatkan tekanan darah dan sehingga memperlambat frekwensi jantung.
Sediaan digitalis aktivitas singkat dapat digunakan. Propranolol dapat
dicoba bila digitalis tidak berhasil. Quinidin mungkin efektif, atau
penyekat kalsium verapamil dapat digunakan. Kardioversion mungkin
diperlukan bila pasien tak dapat mentoleransi meningkatnya frekwensi
jantung.
Terjadi bila ada titik focus di atrium yang menangkap irama jantung
dan membuat impuls antara 250 sampai 400 kali permenit. Karakter penting
pada disritmia ini adalah terjadinya penyekat tetapi terhadap nodus AV,
yang mencegah penghantaran beberapa impuls. Penghantaran impuls melalui
jantung sebenarnya masih normal, sehingga kompleks QRS tak terpengaruh.
Inilah tanda penting dari disritmia tipe ini, karena hantaran 1:1
impuls atrium yang dilepaskan 250 – 400 kali permenit akan mengakibatkan
fibrilasi ventrikel, suatu disritmia yang mengancam nyawa.
Karakteristik :
- · Frekwensi : frekwensi atrium antara 250 sampai 400 kali denyut per menit.
- · Irama : Reguler atau ireguler, tergantung jenis penyekatnya (misalnya 2:1, 3:1 atua kombinasinya).
- ·
Gelombang P : Tidak ada, melainkan diganti oleh pola gigi gergaji yang
dihasilkan oleh focus di atrium yang melepaskan impuls dengan cepat.
Gelombang ini disebut sebagai gelombang F.
- · Kompleks QRS : Konfigurasinya normal dan waktu hantarannya juga normal.
- · Gelombang T : Ada namun bisa tertutup oleh gelombang flutter.
Penanganan
yang sesuai sampai saat ini untuk flutter atriuma dalah sediaan
digitalis. Obat ini akan menguatkan penyekat nodus AV, sehingga
memperlambat frekwensinya. Quinidin juga dapat diberikan untuk menekan
tempat atrium ektopik.penggunaan digitalis bersama dengan quinidin
biasanya bisa merubah disritmia ini menjadi irama sinus. Terapi medis
lain yang berguna adalah penyekat kanal kalsium dan penyekat beta
adrenergic.
Bila terapi medis tidak berhasil, fluter atrium sering berespons terhadap kardioversi listrik.
Fibrilasi
atrium (kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi dan tidak
terkoordinasi) biasanya berhubungan dengan penyakit jantung
aterosklerotik, penyakit katup jantung, gagal jantung kongestif,
tirotoksikosis, cor pulmonale, atau penyakit jantung congenital.
Karakteristik :
- ·
Frekwensi : frekwensi atrium antara 350 sampai 600 denyut permenit;
respons ventrikuler biasanya 120 sampai 200 denyut per menit.
- ·
Gelombang P : tidak terdapat gelombang P yang jelas; tampak indulasi
yang iereguler, dinamakan gelombang fibrilasi atau gelombang F, interval
PR tidak dapat diukur.
- · Kompleks QRS : Biasanya normal .
- ·
Hantaran : Biasanya normal melalui ventrikel. Ditandai oleh respons
ventrikuler ireguler, karena nodus AV tidak berespon terhadap frekwensi
atrium yang cepat, maka impuls yang dihantarkan menyebabkan ventrikel
berespon ireguler.
- · Irama : ireguler dan biasanya cepat,
kecuali bila terkontrol. Ireguleritas irama diakibatkan oleh perbedaan
hantaran pada nodus AV.
Penanganan diarahkan untuk mengurangi
iritabilitas atrium dan mengurangi frekwensi respons ventrikel. Pasien
dengan fibrilasi atrium kronik, perlu diberikan terapi antikoagulan
untuk mencegah tromboemboli yang dapat terbentuk di atrium.
Obat
pilihan untuk menangani fibrilasi atrium sama dengan yang digunakan pada
penatalaksanaan PAT, preparat digitalis digunakan untuk memperlambat
frekwensi jantung dan antidisritmia seperti quinidin digunakan untuk
menekan disritmia tersebut.
DISRITMIA VENTRIKEL
- Kontraksi Prematur Ventrikel
Kontraksi
ventrikel premature (PVC) terjadi akibat peningkatan otomatisasi sel
otot ventrikel. PVC bisa disebabkan oleh toksisitas digitalis, hipoksia,
hipokalemia, demam, asidosis, latihan, atau peningkatan sirkulasi
katekolamin.
PVC jarang terjadi dan tidak serius. Biasanya pasien
merasa berdebar-debar teapi tidak ada keluhan lain. Namun, demikian
perhatian terletak pada kenyataan bahwa kontraksi premature ini dapat
menyebabkan disritmia ventrikel yang lebih serius.
Pada pasien dengan
miokard infark akut, PVC bisa menjadi precursor serius terjadinya
takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel bila :
- · Jumlahnya meningkat lebih dari 6 per menit
- · Multi focus atau berasal dari berbagai area di jantung.
- · Terjadi berpasangan atau triplet
- · Terjadi pada fase hantaran yang peka.
Gelombang
T memeprlihatkan periode di mana jantung lebih berespons terhadap
setiap denyut adan tereksitasi secara disritmik. Fase hantaran gelombang
T ini dikatakan sebagai fase yang peka.
Karakteristik :
- · Frekwensi : 60 sampai 100 denyut per menit.
- · Gelombang P : Tidak akan muncul karena impuls berasal dari ventrikel.
- ·
Kompleks QRS : Biasanya lebar dan aneh, berdurasi lebih dari 0, 10
detik. Mungkin berasal dari satu focus yang sama dalam ventrikel; atau
mungkin memiliki berbagai bentuk konfigurasi bila terjadi dari multi
focus di ventrikel.
- · Hantaran : Terkadang retrograde melalui jaringan penyambung dan atrium.
- · Irama : Ireguler bila terjadi denyut premature.
Untuk
mengurangi iritabilitas ventrikel, harus ditentukan penyebabnya dan
bila mungkin, dikoreksi. Obat anti disritmia dapat dipergunakan untuk
pengoabtan segera atau jangka panjang. Obat yang biasanya dipakai pada
penatalaksanaan akut adalah lidokain, prokainamid, atau quinidin mungkin
efektif untuk terapi jangka panjang.
Bigemini
ventrikel biasanya diakibatkan oleh intoksikasi digitalis, penyakit
artei koroner, MI akut, dan CHF. Istilah bigemini mengacu pada kondisi
dimana setiap denyut adalah prematur.
Karakteristik :
- · Frekwensi : Dapat terjadi pada frekwensi jantung berapapun, tetapi biasanya kurang dari 90 denyut per menit.
- · Gelombang P : Seperti yang diterangkan pada PVC; dapat tersembunyi dalam kompleks QRS.
- · Kompleks QRS : Setiap denyut adalah PVC dengan kompleks QRS yang lebar dan aneh dan terdapat jeda kompensasi lengkap.
- ·
Hantaran : Denyut sinus dihantarkan dari nodus sinus secara normal,
namun PVC yang mulai berselang seling pada ventrikel akan mengakibatkan
hantaran retrograde ke jaringan penyambung dan atrium.
- · Irama : Ireguler.
Bila terjadi denyut ektopik pada setiap denyut ketiga maka disebut trigemini, tiap denyut keempat, quadrigemini.
Penanganan
bigemini ventrikel adalah sama dengan PVC karena penyebab yang sering
mendasari adalah intoksikasi digitalis, sehingga penyebab ini harus
disingkirkan atau diobati bila ada. Bigemini ventrikel akibat
intoksikasi digitalis diobati dengan fenitoin (dilantin).
Disritmia
ini disebabkan oleh peningkatan iritabilitas miokard, seperti PVC.
Penyakit ini biasanya berhubungan dengan penyakit arteri koroner dan
terjadi sebelum fibrilasi ventrikel. Takikardia ventrikel sangat
berbahaya dan harus dianggap sebagai keadaan gawat darurat. Pasien
biasanya sadar akan adanya irama cepat ini dan sangat cemas. Irama
ventrikuler yang dipercepat dan takikardia ventrikel mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
- · Frekwensi : 150 sampai 200 denyut per menit.
- ·
Gelombang P : Biasanya tenggelam dalam kompleks QRS; bila terlihat,
tidak slealu mempunyai pola yang sesuai dengan QRS. Kontraksi ventrikel
tidak berhubungan dengan kontraksi atrium.
- · Kompleks QRS :
Mempunyai konfigurasi yang sama dengan PVC- lebar dan anerh, dengan
gelombang T terbalik. Denyut ventrikel dapat bergabung dengan QRS
normal, menghasilkan denyut gabungan.
- · Hantaran : Berasal dari ventrikel, dengan kemungkinan hantaran retrograde ke jaringan penyambung dan atrium.
- · Irama : Biasanya regular, tetapi dapat juga terjadi takiakrdia ventrikel ireguler.
Terapi
yang akan diberikan dtentukan oleh dapat atau tidaknya pasien
bertoleransi terhadap irama yang cepat ini. Penyebab iritabilitas
miokard harus dicari dan dikoreksi segera. Obat antidisritmia dapat
digunakan. Kardioversi perlu dilakukan bila terdapat tanda-tanda
penurunan curah jantung.
Fibrilasi
ventrikel adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tak efektif. Pada
disritmia ini denyut jatung tidak terdengar dan tidak teraba, dan tidak
ada respirasi. Polanya sangat ireguler dan dapat dibedakan dengan
disritmia tipe lainnya. Karena tidak ada koordinasi antivitas jantung,
maka dapat terjadi henti jantung dan kematian bila fibrilasi ventrikel
tidak segera dikoreksi.
Karateristik :
- · Frekwensi : Cepat, tak terkoordinasi dan tak efektif.
- · Gelombang P : Tidak terlihat.
- · Kompleks QRS : CEpat, undulasi iregulertanpa pola yang khas (multifokal). Ventrikel hanya memiliki gerakan yang bergetar.
- ·
Hantaran : Banyak focus di ventrikel yang melepaskan impuls pada saat
yang sama mengakibatkan hantaran tidak terjadi; tidak terjadi kontraksi
ventrikel.
- · Irama : Sangat ireguler dan tidak terkordinasi, tanpa pola yang khusus.
- Penanganan segera adalah melalui defibrilasi.
ABNORMALITAS HANTARAN
Penyekat
AV derajat satu biasanya berhubungan dengan penyakit jantung organic
atau mungkin disebabkan oleh efek digitalis. Hal ini biasanya terlihat
pad apasien dengan infark miokard dinding inferior jantung.
Karakteristik :
- · Frekwensi : Bervariasi, biasanya 60 sampai 100 denyut per menit.
- · Gelombang P : Mendahului setiap kompleks QRS. Interval PR berdurasi lebih besar dari 0, 20 detik.
- · Kompleks QRS : Mengikuti setiap gelombang P, biasanya normal.
- ·
Hantaran : Hantaran menjadi lambat, biasanya di setiap tempat antara
jaringan penyambung dan jaringan purkinje, menghasilkan interval PR yang
panjang. Hantaran ventrikel biasanya normal.
- · Irama : Biasanya regular.
Disritmia
ini penting karena dapat mengakibatkan hambatan jantung yang lebih
serius. Merupakan tanda bahaya. Maka pasien harus dipantau ketat untuk
setiap tahap lanjut penyekat jantung.
Penyekat
AV derajat dua juga disebabkan oleh penyakit jantung organic, infark
miokard atau intoksikasi digitalis. Bentuk penyekat ini menghasilkan
penurunan frekwensi jantung dan biasanya penurunan curah jantung.
Karakteristik :
- ·
Frekwensi : 30 sampai 55 denyut per menit. Frekwensi atrium dapat lebih
cepat dua , tiga atau empat kali disbanding frekwensi ventrikel.
- ·
Gelombang P : Terdapat dua, tiga atau empat gelombang untuk setiap
kompleks QRS. Interval PR yang dihantarkan biasanya berdurasi normal.
- · Kompleks QRS : Biasanya normal.
- · Hantaran : Satu atau dua impuls tidak dihantarkan ke ventrikel.
·
Irama : Biasanya lambat dan regular. Bila terjadi irama ireguler, hal
ini dapat diebabkan oleh kenyataan adanya penyekat yang bervariasi
antara 2:1 sampai 3:1 atau kombinasi lainnya.
Penanganan diarahkan
untuk meningkatkan frekwensi jantung guna mempertahankan curah jantung
normal. Intoksikasi digitalis harus ditangani dan seitap pengoabtan
dengan fungsi depresi aktivitas miokard harus ditunda.
Penyekat
AV derajat tiga (penyekat jantung lengkap) juga berhubungan dengan
penyakit jantung organic, intoksikasi digitalis dan MI. frekwensi
jantung berkurang drastic, mengakibatkan penurunan perfusi ke organ
vital, seprti otak, jantung, ginjal, paru dan kulit.
Karakteristik :
- ·
Asal : Impuls berasal dari nodus SA, tetapi tidak dihantarkan ke serat
purkinje. Mereka disekat secara lengkap. Maka setiap irama yang lolos
dari daerah penyambung atau ventrikel akan mengambil alih pacemaker.
- ·
Frekwensi : frekwensi atrium 60 sampai 100 denyut per menit, frekwensi
ventrikel 40 sampai 60 denyut per menit bila irama yang lolos berasal
dari daerah penyambung, 20 sampai 40 denyut permenit bila irama yang
lolos berasal dari ventrikel.
- · Gelombang P : Gelombang P yang
berasal dari nodus SA terlihat regular sepanjang irama, namun tidak ada
hubungan dengan kompleks QRS.
- · Kompleks QRS : Bila lolosnya
irama berasal dari daerah penyambung , maka kompleks QRS mempunyai
konfigurasi supraventrikuler yang normal, tetapi tidak berhubungan
dengan gelombang P. kompleks QRS terjadi secara regular. Bila irama yang
lolos berasal dari ventrikel, kompleks QRS berdurasi 0, 10 detik lebih
lama dan baisanya lebar dan landai. Kompleks QRS tersebut mempunyai
konfigurasi seperti kompleks QRS pada PVC.
- · Hantaran : Nodus SA
melepaskan impuls dan gelombang P dapat dilihat. Namun mereka disekat
dan tidak dihantarkan ke ventrikel. Irama yang lolos dari daerah
penyambung biasnaya dihantarkan secara normal ke ventrikel. Irama yang
lolos dari ventrikel bersifat ektopik dengan konfigurasi yang
menyimpang.
- · Irama : Biasanya lambat tetapi regular.
- Penanganan
diarahkan untuk meningkatkan perfusi ke organ vital. Penggunaan pace
maker temporer sangat dianjurkan. Mungkin perlu dipasang pace maker
permanent bila penyekat bersifat menetap.
Pada
asistole ventrikel tidak akan terjadi kompleks QRS. Tidak ada denyut
jantung, denyut nadi dan pernapasan. Tanpa penatalaksanaan segera,
asistole ventrikel sangat fatal.
Karakteristik :
- · Frekwensi : tidak ada.
- · Gelombang P : Mungkin ada, tetapi tidak dapat dihantarkan ke nodus AV dan ventrikel.
- · Kompleks QRS : Tidak ada.
- · Hantaran : Kemungkinan, hanya melalui atrium.
- · Irama : Tidak ada.
Resusitasi
jantung paru (CPR) perlu dilakukan agar pasien tetap hidup. Untuk
menurunkan stimulasi vagal, berikan atropine secara intravena. Efinefrin
(intrakardiak) harus diberikan secara berulang dengan interval setiap
lima menit. Natrium bikarbonat diberikan secara intravena. Diperlukan
pemasangan pacemaker secara intratoraks, transvena atau eksternal.
5.
KOMPLIKASI6.
PROSEDUR DIAGNOSTIK
·
EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan oabt
jantung.
· Monitor Holter : gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan
untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila
pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
· Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup.
·
Skan pencitraan miokardia : Dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan
dinding dan kemampuan pompa.
· Tes stress latihan : Dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.
· Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat menyebabkan disritmia.
·
Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat, contoh digitalis, quinidin dan
lain-lain.
· Pemeriksaan Tiroid : Peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum dapat menyebabkan /meningkatnya disritmia.
·
laju Sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi
akut/aktif, contoh endokarditis sebagai faktor pencetus untuk disritmia.
· GDA/Nadi Oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
7. MANAJEMEN MEDIK
Pada prinsipnya tujuan terapi aritmia adalah (1) mengembalikan
irama jantung yang normal (rhythm control), (2) menurunkan frekuensi
denyut jantung (rate control), dan (3) mencegah terbentuknya bekuan
darah.
Terapi sangat tergantung pada jenis aritmia. Sebagian
gangguan ini tidak perlu diterapi. Sebagian lagi dapat diterapi dengan
obat-obatan. Jika kausa aritmia berhasil dideteksi, maka tak ada yang
lebih baik daripada menyembuhkan atau memperbaiki penyebabnya secara
spesifik. Aritmia sendiri, dapat diterapi dengan beberapa hal di bawah
ini;
Disritmia umumnya ditangani dengan terapi medis. Pada
situasi dimana obat saja tidak memcukupi, disediakan berbagai terapi
mekanis tambahan. Terapi yang paling sering adalah kardioversi elektif,
defibrilasi dan pacemaker. Penatalaksanaan bedah, meskipun jarang, juga
dapat dilakukan.
OBAT-OBATANObat-obatan.
Ada beberapa jenis obat yang tersedia untuk mengendalikan aritmia.
Pemilihan obat harus dilakukan dengan hati-hati karena mereka pun
memiliki efek samping. Beberapa di antaranya justru menyebabkan aritimia
bertambah parah. Evaluasi terhadap efektivitas obat dapat dikerjkan
melalui pemeriksaan EKG (pemeriksaan listrik jantung).
KARDIOVERSIKardioversi
mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang
memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur elektif. Pasien dalam
keadaan sadar dan diminta persetujuannya.
DEFIBRILASIDefibrilasi
adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat. Biasanya terbatas penatalaksanaan fibrilasi ventrikel apabila
tidak ada irama jantung yang terorganisasi. Defibrilasi akan
mendepolarisasi secara lengkap semua sel miokard sekaligus, sehingga
memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali fungsinya sebagai pacemaker.
DEFIBRILATOR KARDIOVERTER IMPLANTABELAdalah
suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takiakrdia ventrikel
yang mengancam jiwa atau pada pasien yang mempunyai risiko tinggi
mengalami fibrilasi ventrikel.
TERAPI PACEMAKERPacemaker
adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang
ke otot jantung untuk mengontrol frekwensi jantung. Alat ini memulai dan
memeprtahankan frekwensi jantung kerika pacemaker alamiah jantung tak
mampu lagi memenuhi fungsinya. Pacemaker biasanya digunakan bila pasien
mengalami gangguan hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang
mengakibatkan kegagalan curah jantung.
PEMBEDAHAN HANTARAN JANTUNGTakikardian
atrium dan ventrikel yang tidak berespons terhadap pengobatan dan tidak
sesuai untuk cetusan anti takikardia dapat ditangani dengan metode
selain obat dan pacemaker. Metode tersebut mencakup isolasi endokardial,
reseksi endokardial, krioablasi, ablasi listrik dan ablasi frekwensi
radio.
Isolasi endokardial dilakukan dengan membuat irisan ke dalam
endokardium, memisahkannya dari area endokardium tempat dimana terjadi
disritmia. Batas irisan kemudian dijahit kembali. Irisan dan jaringan
parut yang ditimbulkan akan mencegah disritmia mempengaruhi seluruh
jantung.
Pada reseksi endokardial, sumber disritmia diidentifikasi
dan daerah endokardium tersebut dikelupas. Tidak perlu dilakukan
rekonstruksi atau perbaikan.
Krioablasi dilakukan dengan meletakkkan
alat khusus, yang didinginkan sampai suhu -60ºC (-76ºF), pada
endokardium di tempat asal disritmia selama 2 menit. Daerah yang membeku
akan menjadi jaringan parut kecil dan sumber disritmia dapat
dihilangkan.
Pada ablasi listrik sebuah kateter dimasukkan pada atau
dekat sumber disritmia dan satu sampai lima syok sebesar 100 sampai 300
joule diberikan melalui kateter langsung ke endokardium dan jaringan
sekitarnya. Jaringan jantung menjadi terbakar dan menjadi parut,
sehingga menghilangkan sumber disritmia.
Ablasi frekwensi radio
dilakukan dengan memasang kateter khusus pada atau dekat asal disritmia.
Gelombang suara frekwensi tinggi kemudian disalurkan melalui kateter
tersebut, untuk menghancurkan jaringan disritmik. Kerusakan jaringan
yang ditimbulkan lebih spesifik yaitu hanya pada jaringan disritmik saja
disertai trauma kecil pada jaringan sekitarnya dan bukan trauma luas
seperti pada krioablasi atau ablasi listrik.
ASUHAN KEPERAWATAN1. PENGKAJIAN DATA DASARAKTIVITAS /ISTIRAHATGejala :
1) Kelemahan, kelelahan umum dan karena kerja.
Tanda :
2) Perubahan frekwensi jantung/TD dengan aktivitas/olahraga.
SIRKULASI
Gejala :
3) Riwatar IM sebelumnya/akut 90%-95% mengalami disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi.
Tanda :
4) Perubahan TD, contoh hipertensi atau hipotensi selama periode disritmia.
5)
Nadi : mungkin tidak teratur, contoh denyut kuat, pulsus altenan
(denyut kuat teratur/denyut lemah), nadi bigeminal (denyut kuat tak
teratur/denyut lemah).
6) Deficit nadi (perbedaan antara nadi apical dan nadi radial).
7) Bunyi jantung : irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun.
8) Kulit : warna dan kelembaban berubah, contoh pucat, sianosis, berkeringat (gagal jantung, syok).
9) Edema : dependen, umum, DVJ (pada adanya gagal jantung).
10) Haluaran urine : menurun bila curah jantung menurun berat.
INTEGRITAS EGO
Gejala :
· Perasaan gugup (disertai takiaritmia), perasaan terancam.
· Stressor sehubungan dengan masalah medik.
Tanda :
· Cemas, takut, menolak, marah, gelisah, menangis.
MAKANAN/CAIRAN
Gejala :
· Hilang nafsu makan, anoreksia.
· Tidak toleran terhadap makanan (karena adanya obat).
· Mual/muntah.
· Perubahan berat badan.
Tanda :
· Perubahan berat badan.
· Edema
· Perubahan pada kelembaban kulit/turgor.
· Pernapasan krekels.
NEURO SENSORI
Gejala :
· Pusing, berdenyut, sakit kepala.
Tanda :
·
Status mental/sensori berubah, contoh disorientasi, bingung, kehilangan
memori, perubahan pola bicara/kesadaran, pingsan, koma.
· Perubahan perilaku, contoh menyerang, letargi, halusinasi.
· Perubahan pupil (kesamaan dan reaksi terhadap sinar).
· Kehilangan refleks tendon dalam dengan disritmia yang mengancam hidup (takikardia ventrikel , bradikardia berat).
NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Gejala :
· Nyeri dada, ringan sampai berat, dimana dapat atau tidak bias hilang oleh obat anti angina.
Tanda :
· Perilaku distraksi, contoh gelisah.
PERNAPASAN
Gejala :
· Penyakit paru kronis.
· Riwayat atau penggunaan tembakau berulang.
· Napas pendek.
· Batuk (dengan /tanpa produksi sputum).
Tanda :
· Perubahan kecepatan/kedalaman pernapasan selama episode disritmia.
·
Bunyi napas : bunyi tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernapasan, seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal.
KEAMANAN
Tanda :
· Demam.
· Kemerahan kulit (reaksi obat).
· Inflamasi, eritema, edema (trombosis superficial).
· Kehilangan tonus otot/kekuatan.
PENYULUHAN
Gejala :
· Faktor risiko keluarga contoh, penyakit jantung, stroke.
·
Penggunaan/tak menggunakan obat yang disresepkan, contoh obat jantung
(digitalis); anti koagulan (coumadin) atau obat lain yang dijual bebas,
contoh sirup batuk dan analgesik berisi ASA.
· Adanya kegagalan untuk memeprbaiki, contoh disritmia berulang/tak dapat sembuh yang mengancam hidup.
Pertimbangan :
· DRG menunjukkan rerata lama di rawat : 3,2 hari.
Rencana pemulangan :
· Perubahan penggunaan obat.
2.
DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1) RISIKO TINGGI TERHADAP PENURUNAN CURAH JANTUNG.Faktor risiko meliputi :
v Gangguan konduksi elektrikal.
v Penurunan kontraktilitas miokardia.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
v Tidak dapat diterapkan , adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa actual.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi :
v
Mempertahankan /meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh
TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urine adekuat, nadi teraba sama,
status mental biasa.
v Menunjukkan penurunan frekwensi/tak adanya disritmia.
v Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.
INTERVENSIRASIONAL
- Raba
nadi (radial, carotid, femoral, dorsalis pedis) catat frekwensi,
keteraturan, amplitude (penuh/kuat) dan simetris. Catat adanya pulsus
alternan, nadi bigeminal atau defisit nadi.
- Auskultasi bunyi jantung, catat frekwensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
- Pantau
tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
Laporkan variasi penting pada TD/frekwensi nadi, kesamaan, pernapasan,
perubahan pada warna kulit/suhu, tingkat kesadaran/sensori, dan haluaran
urine selama episode disritmia.
- Tentukan tipe disritmia dan catat irama (bila pantau jantung /telemetri tersedia).
- Takikardia
- Bradikardia
- Disritmia atrial
- Disritmia ventrikel
- Blok jantung
- Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.
- Demonstrasikan /dorong penggunaan perilaku pengaturan stress, contoh tehnik relaksasi , bimbingan imajinasi, napas lambat/dalam.
- Selidiki
laporan nyeri dada, catat lokasi, lamanya, intensitas, dan faktor
penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal, contoh wajah
mengkerut, menangis, perubahan TD/frekwensi jantung.
- Siapkan /lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi.
- Kolaborasi
- Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit.
- Kadar obat.
- Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
- Berikan obat sesuai indikasi.
- Kalium,
- Antidisritmia :
- Kelompok Ia, contoh disopiramid (norpace), prokainamid (pronestly), quinidin (quinagulate).
- Kelompok Ib contoh lidokain, fenitoin, tokainidin, meksiletine.
- Kelompok Ic, contoh enkainid, flekainid, propafenon.
- Kelompok II, contoh propranolol, nadolol, asebutolol, esmolol.
- Kelompok III, contoh bretilium toslat, aminodaron.
- Kelompok IV, contoh verapamil, nifedipin, diltiazem.
- Lain-lain, contoh atropine sulfat, isoproterenol, glkosid jantung , digitalis.
- Siapkan untuk/Bantu kardioversi elektif.
- Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung.
- Masukan/pertahankan masukan IV
- Siapkan untuk prosedur diagnostic invasive/bedah sesuai indikasi.
- Siapkan untuk/Bantu penanaman otomatik kardioversi atau defibrilator (AICD) bila diindikasikan
2) KURANG PENGETAHUAN TENTANG PENYEBAB/KONDISI PENGOBATAN.Dapat dihubungkan dengan :
v Kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
v Tidak mengenal sumber informasi.
v Kurang mengingat.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
v Pertanyaan
v Pernyataan salah konsepsi.
v Gagal memperbaiki program sebelumnya.
v Terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi :
v Menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan dan fungsi pacu jantung (bila menggunakan).
v Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping merugikan dari obat.
v Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alas an tindakan.
v Menghubungkan dengan benar prosedur tanda gagal pacu jantung.
INTERVENSIRASIONAL
- Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal.
- Jelaskan/tekankan masalah disritmia khusus dan tindakan terapeutik pada pasien/orang terdekat.
- Identifikasi efek merugikan/komplikasi disritmia khusus, contoh kelemahan, edema dependen, perubahan mental lanjut, vertigo.
- Anjurkan
/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan
(tindakan yang dibutuhkan), bagaimana dan kapan minum obat, apa yang
dilakukan bila dosis terlupakan (informasi dosis dan penggunaan), efek
samping yang diharapkan atau kemungkinan reaksi merugikan, interaksi
dengan obat lain/obat yang dijual bebas atau substansi (alcohol,
tembakau), sesuai dengan apa dan kapan melaporkan ke dokter.
- Dorong
pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan.
Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan aktivitas cepat, contoh
pusing, silau, dispnea, nyeri dada.
- Kaji ulang kebutuhan diet individu/pembatasan, contoh kalium dan kafein.
- Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien/orang terdekat untuk dibawa pulang.
- Anjurkan
pasien melakukan pengukuran nadi dengan tepat. Dorong pencatatan nadi
harian sebelum minum obat/latihan. Identifikasi situasi yang memerlukan
intervensi medis cepat.
- Kaji ulang kewaspadaan keamanan, tehnik
untuk mengevaluasi/mempertahankan pacu jantung atau fungsi AICD dan
gejala yang memerlukan intervensi medis.
- Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus maneuver. Valsalva bila perlu.
DAFTAR PUSTAKA
- Emergency Cardiovascular Care Program, Advanced Cardiac Life Support, 1997-1999, American Heart Association.
- Noer Sjaifoellah, M.H. Dr. Prof, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, Edisi ketiga, 1996, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
- http://www.rnceus.com/course_frame.asp?exam_id=16&directory=ekg
- http://www.ce5.com/ekg101.htm
- http://www.kompas.com/kesehatan/news/0305/07/112208.htm
- http://www.rnceus.com/course_frame.asp?exam_id=16&directory=ekg
- Smeltzer Bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & Studdarth, edisi 8 , EGC, Jakarta.
- Guyton & Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Cetakan I, EGC, Jakarta.
- http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2004/3/7/ink1.html
- Ganong F. William, 2003, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20, EGC, Jakarta.
- Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume I, EGC, Jakarta.