Senin, 02 Oktober 2017

ASKEP P.O AFF PEN ELBOUS

KARYA TULIS ILMIAH 
"ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN P.O. AFF PEN ELBOUS"





SMK KESEHATAN LOGOS
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
 Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang ini telah mengalami perubahan dalam berbagai bidang, misalnya dalam bidang ilmu dan teknologi yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidup masyarakat. Perubahan teknologi yang terlihat pada saat ini adalah teknologi dibidang transportasi. Perusahaan-perusahaan kendaraan bermotor saling berlomba-lomba memberikan karya terbaiknya. Meningkatnya teknologi dibidang transportasi dapat meningkatkan intensitas kecelakaan (Isbagyo, 2000).
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2007 terdapat lebih dari delapan  juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah yakni sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Insiden fraktur di USA diperkirakan menimpa satu orang pada 10.000 populasi setiap tahunnya (Armis, 2008)
Sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda, hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur mengalami kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami stress psikologis karena cemas bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik. Kecelakaan merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia selain kematian, kecelakaan juga dapat menmbulkan patah tulang dan kecacatan (Departement Kesehatan Republik Indonesia, 2007).

Data dari Riset Kesehatan Dasar 2007  di Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam atupun tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang(3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma benda tajam atau tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%). Di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 didapatkan sekitar 2.700 orang mengalami insiden fraktur, 56% penderita mengalami kecacatan fisik, 24% mengalami kematian, 15% mengalami kesembuhan dan 5% mengalami gangguan psikologis atau depresi terhadap adanya kejadian fraktur. Pada tahun yang sama di Rumah Sakit Umum di   Jawa Tengah, tercatat terdapat 676 kasus fraktur dengan rincian 86,2% fraktur jenis terbuka dan 13,8% fraktur jenis tertutup, 68,14% jenis fraktur tersebut adalah fraktur ekstremitas bawah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2007).
 Data yang didapatkan dari Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan Kabupaten Pekalongan sepanjang tahun 2009 sampai 2011 diperoleh jumlah  sebanyak 582 kasus fraktur. Di tahun 2009 jumlah pasien mencapai 184 kasus fraktur. 46  kasus diantaranya merupakan fraktur tibia, cruris, dan fraktur fibula. Tahun 2010 angka fraktur meningkat 202 kasus dan kasus fraktur tibia, cruris serta fibula menurun menjadi 38 kasus. Tahun 2011 angka kejadian fraktur di rumah sakit islam menurun 196 kasus dari tahun 2010 , akan tetapi angka kejadian fraktur  tibia, fibula, dan crusis masih cukup tingi yaitu 38 kasus ( Rekam Medik RSI Muhammadiyah, 2012). Berdasarkan latar belakang dan data tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun karya tuli berjudul “Asuhan Keperawatan pada pasien P.O.AFF PEN ELBOUS “
1.1  Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini adalah :
1.      Bagaimana Fraktur dapat menjadi masalah di masyarakat ?
2.      Apa hubungan penatalaksanaan asuhan keperawatan yang sesuai dengan pasien P.O.AFF PEN ELBOUS untuk mecegah komplikasi?
3.      Bagaimana penerapan aspek yang harus di lakukan untuk menunjang keberhasilan asuhan keperawatan bagi pasien dengan kasus fraktur ? 
1.3 Tujuan
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai adalah penulis dapat  menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan P.O.AFF PEN ELBOUS
2.      Tujuan Khusus
Dengan disusunnya karya tulis ilmiah ini, diharapakan penulis dapat :
1.      Mampu  melakukan  pengkajian  pada  pasien  sesuai  dengan  kasus  P.O.AFF PEN ELBOUS.
2.      Mampu menentukan masalah keperawatan pasien sesuai  dengan  kasus  P.O.AFF PEN ELBOUS.
3.      Mampu  merencanakan  asuhan  keperawatan  sesuai  dengan kasus  P.O.AFF PEN ELBOUS.
4.      Mampu  melaksanakan  rencana  asuhan  keperawatan pada klien P.O.AFF PEN ELBOUS. 
5.      Mampu  melaksanakan  evaluasi  sesuai  dengan  kasus  P.O.AFF PEN ELBOUS.
6.      Mampu  menidentifikasikan  kesenjangan  yang  terdapat  antara teori  dan  praktek.
7.      Mampu mengidentifikasikan factor-faktor pendukung, menghambat, serta mencari solusi/alternatif pemecahan masalah.
8.      Mampu  mendokumentasikan asuhan  keperawatan  sesuai  kasus.
1.4 Ruang lingkup
Asuhan keperawatan pada Nn.D dengan P.O.AFF.PEN ELBOUS di RSUD CIBINONG,BOGOR,dari tanggal 08 Mei sampai dengan 10 Mei tahun 2012.
1.5 Metode penulisan
Metode dalam penulisan makalah ilmiah ini menggunakan metode deskriptif dan metode studi kepustakaan .Dalam metode deskriptif pendekatan yang di gunakan adalah studi kasus di mana peserta didik mengelola 1(satu) kasus dengan menggunakan proses keperawatan.
1.6 Sistematika penulisan
Pada BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakng Masalah, Tujuan Penulisan , Ruang lingkup dan sistematika penulisan.
Pada BAB II : TINJAUAN TEORI
Pengertian, etiologi, patofisiologi, komplikasi, Penatalaksanaan, Kosep tumbuh kembang, Konsep hospilitasi, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
Pada BAB III : TINJAUAN KASUS
Terdiri dari pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
Pada BAB IV : PEMBAHASAN
Terdiri atas dari Pengkajian,Diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
Pada BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian.
Beberapa pengertian fraktur menurut beberapa ahli :
1.      Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smelter & Bare, 2002).
2.      Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price, 1995).
3.      Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang patologis (Barret dan Bryant, 1990)
4.      Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Doenges, 2000)
5.      Fraktur adalah teputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.
  
Berdasarkan pengertian fraktur di atas penulis menarik kesimpulan bahwa Fraktur adalah teputusnya kontunitas yang dapat di sebabkan dari bebberapa sebab di antaranya trauma dan penyakit tulang seperti osteoporosis.
    
2.2 Etiologi
Penyebab fraktur antara lain menurut Soeharto Resoprojo dan Barbara C.Long di bagi menjadi 4 (empat) ,yaitu :
1.      Benturan atau cidera (jatuh pada kecelakaan).
2.      Fraktur patologik yang di sebabkan oleh penyakit kanker atau osteoporosis.
3.      Patah karena keletihan.
4.      Patah tulang karena otot tidak dapat mengobservasi energi,seperti karena berjalan kaki terlalu jauh.
(Barbara C.Long 1996:375).
2.3 Patofisiologi
1.      Proses perjalanan penyakit.
Fraktur adalah patah tulang biasanya di sebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patolgik yang terjadi itu terbuka atau tertutup.Baik fraktur terbuka ataupun tertutup akan mengenai serabut saraf yang akan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu paasti akan mengenai tulang sehingga akan menjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, di samping itu fraktur terbuka akan megenai yang kemugkina dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar .
2.      Manifestasi klinik
a.       Rasa nyeri langsung dan menjadi lebih hebat karena berjalan dan tekanan pada daerah yang terkena.
b.      Hilangnya fungsi pada faerah yang cidera.
c.       Tampak deformitas bila di bandingkan dengan bagian yang normal.
a.       Daerah yang cidera kurang kuat untuk di gerakan.
d.      Bila bergerak dapat menimbulkan crepitasi
e.       Edema stempat.
f.       Shock terutama bila terjadi perdarahan hebat dari daerah area terbuka.
(Barbara C.Long 1996:375).
Pada umumnya fraktur terbuka ataupun yang tertutup akan dilakukan
Imobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan framen yang telah di hubungkan tetap pada tempatya sampai sembuh, imobilisasi dapat di lakukan dengan cara :
1)      Fraktur tertutup atau eksterna
a.       Gibs
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
a)      Immobilisasi dan penyangga fraktur
b)      Istirahatkan dan stabilisasi
c)      Koreksi deformitas
d)     Mengurangi aktifitas
e)      Membuat cetakan tubuh orthotik

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :
a)      Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
b)      Gips patah tidak bisa digunakan
c)      Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
d)     Jangan merusak / menekan gips
e)      Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
a.       Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama
b.      Bidai
c.       Penggendongan atau Brace
d.      Penggendongan atau Brace dengan Gibs
e.       Traksi
f.       Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain :
1.      Traksi  manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency
2.      Traksi mekanik, ada 2 macam :
a.       Traksi  kulit  (skin  traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
b.      Traksi  skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.
3.      Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
a.       Mengurangi nyeri akibat spasme otot
b.      Memperbaiki & mencegah deformitas
c.       Immobilisasi
d.      Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
e.       Mengencangkan pada perlekatannya
4.      Prinsip pemasangan traksi :
a.       Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik
b.      Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat dipertahankan
c.       Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus
d.      Traksi dapat bergerak bebas dengan katrolPemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai
e.       Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman
2)      Fraktur terbuka atau interna
a.    Pemasangan plaste logam,pen,skrup
b.    Pencangkokan tulang dengan pelat pin
c.     Cara operatif / pembedahan
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik,berupa,pen,sekrup,pelat,danpaku.

Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
a.       Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
b.      Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya
c.       Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
d.      Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
e.       Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan dijalankan
3)      Eksternal dan internal dengan kombinasi di atas membantu kenyamanan dan aktifitas     kehidupan sehari-hari (ADL).(Sylvia,A.Prince,1995 : 1183).
2.4 Komplikasi
1.    Komplikasi Dini
a.       Cedera viscera
b.      Cedera vaskule
c.       Cedera syaraf
d.      Sindroma Kompartemen (Volkmann’s Ischemia)
Pada sindroma kompartemen, terjadi perdarahan disertai edema. Akibat dari edema ini, tekanan kompartemen osteofasial meningkat, sehingga sebagai akbiatnya kapiler di sekitar luka menurun, yang berujung pada iskemi otot. Karena iskemi otot, edema menjadi bertambah dan iskemik menjadi-jadi (sirkulus visiosus) dan akhirnya terjadi nekrosis otot dan saraf dalam kompartemen tersebut.
Setelah terjadi nekrosis, jaringan otot yang mati akan digantikan dengan jaringan fibrosis yang sifatnya tidak elastis yang akan membentuk kontraktur atau lebih dikenal sebagai Volkmann ischaemic contracture. Biasanya sindroma kompartemen ini diakbiatkan balutan atau gips yang terlalu kencang.
Pada bagian yang mengalami sindrom kompartemen, komplikasi beresiko tinggi yang sering muncul ialah fraktur siku, lengan atas, dan tibia proksimal. Sindroma kompartemen ini ditandai dengan 5P:
a.       Pain (rasa nyeri)
b.      Paresthesia (mati rasa)
c.       Pallor (pucat)
d.      Paralisis (kelumpuhan)
e.       Pulselessness (ketiadaan denyut nadi)
Tatalaksana dengan melakukan fasiotomi
a.       Hemartrosis
b.      Infeksi
  1. Komplikasi Lanjut
Delayed union terjadi bila estimasi waktu union tercapai namun belum union. Hal ini mungkin disebabkan oleh:
a)      Cedera jaringan lunak berat
b)      Suplai darah inadekuat
c)      Infeksi
d)     Stabilisasi tidak adekuat
e)      Traksi berlebihan
Tatalaksana dengan bone graft
a)      Non-union (delayed union >6 bulan)
Pada non-union, tidak terjadi penyambungan tulang. Tulang hanya tersambung dengan jaringan fibrosis, sehingga pada daerah fraktur tulang dapat bergerak (pseudoarthrosis). Pada pemeriksaan dengan sinar X, masih terlihat dengan jelas garis fraktur. Penyebabnya adalah gangguan stabilitas.
Terdapat dua jenis non-union: atrofik (sedikit callus terbentuk, dapat diatasi dengan bone grafting) dan hipertrofik (terdapat kalus namun tidak stabil, umumnya akibat banyak pergerakan di lokasi fraktur)
b)      Malunion
Pada malunion, fragmen fraktur menyatu dalam posisi patologis/deformitas(angulasi, rotasi, perpendekan). Malunion dapat mengganggu baik secara fungsional maupun kosmetik.
a.       Kaku sendi
b.      Hipotrofi/Atrofi otot
c.       Miositis osifikans
Pada kelainan ini, terdapat osifikasi heterotopik pada otot. Biasanya terjadi pasca cedera, terutama pada dislokasi siku. Pada miositis osifikans, beberapa tanda muncul seperti bengkak local, nyeri tekan, gerak sendi yang terbatas.
Pada pemeriksaan dengan sinar X setelah lebih dari 2 minggu, tampak gambaran kalsifikasi pada otot.
Tatalaksana dengan eksisi massa tulang, indometasin, dan terapi radiasi :.
a.       Avascular necrosis
Cedera, baik fraktur maupun dislokasi, seringkali mengakibatkan iskemia tulang yang berujung pada nekrosis avaskular. Avascular necrosis ini sering dijumpai pada caput femoris, bagian proksimal dari os. Scapphoid, os. Lunatum, dan os.
b.      Talus.Algodystrophy (Sudeck’s atrophy)
c.       Osteoarthritis
2.6 Penatalaksanaan
1.      Konservatif
a.      Immoblisasi tanpa reposisi
Misalnya pemasangan bidai atau gips pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan gkedudukan baik.
b.      Reposisi tertutup atau fiksasi dengan gibs
Misal pada fraktur supra candy lain,smith,fragmen distal di kembalikan pada kedudukansemula pada fragmen progsimal dan di pertahankan dalam kedudukan yang lebih stabil dalam gips
c.       Traksi
Dapat untuk reposisi perlahan dan fiksasi sehingga sembuh atau di pasang gibs.
2.      Operasi
a.       Reposisi tertutup
Fiksasi eksterna setelah posisi baik,berdasarkan kontrol mikrointra operasi maka di pasang alang fiksasi eksterna .Fiksasi eksterna dapat model sederhana seperti kongeradenem juded,screw dengan bore cement
b.      Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi eksterna.misalnya reposisi tertutup di ikuti dengan pemasangan parsel pins/pinning dan imobilisasi gibs.
c.       Reposisi terbuka dengan fiksasi interna fixation (ORIF).
§  Fraktur yang tidak bisa sembuh / bahaya avasolar dan neerisis tinggi.
§  Fraktur yang tidak bisa di reposisi tertutup , misal :Fr.dislokasi.
§  Fraktur yang dapat di reposisi tapi sulit di pertahankan.
§  Fraktur yang memberikan hasil baik dengan operasi.
a)      Exacional arthopreistry
Membuang fragmen dan melakukan pemasangan endoprothesis
moore atau yang lainya.
b)      Excici exasi caput femur dan pemasangan endoptrothesis moore atau yang lainya.
3.      Pada fraktur pelvis penatalaksanaan yang baik itu dengan tirah baring untuk menambah digiditas,sampai nyeri dan tidak kenyamanan menghilang.
2.7 Konsep aktifitas sehari-hari penderita terhadap lingkungan
Sosialisasi klien terhadap situasi lingkungan sebelum dan selama sakit yang mencakup kesehatan social.
2.8 Pengkajian keperawatan
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji data menurut Engram (1999), adalah :
1.    Identitas klien meliputi : nama, usia, pekerjaan, pendidikan, suku, dll
2.    Riwayat keperawatan
a)    Awalan serangan : terjadi pada ssat pasien jatuh dari motor dan lengan pasien mengalami fraktur.
b)   Keluhan utama : Fraktur P.O.AFF PEN ELBOUS (dex)
c)    Riwayat kesehatan masa lalu
        Riwayat penyakit yang diderita
3.    Riwayat psikososial
Berhubungan dengan emosional klien yang berkaitan dengan kecemasan klien sebagai factor stressor terhadap penyakit yang di alaminya.
5.  Kebutuhan dasar
a)     Pola eliminasi : sebelum sakit pola BAB pasien kurang teratur, kadang 1x/hari /tidak sama sekali dan ketika di rawat di RS pasien tidak BAB tetapi pola BAK pasien teratur.
b)    Pola nutrisi : sebelum sakit pola nutrisi pasien 3x/hari,dengan lauk yang bervariatif dengan minum air putih yang tidak telalu banyak dan ketika di rawat di RS pola nutrisi pasien tidak di ubah sama sekali,tetapi erkadang makannya tidak habis, pola nutrisi parental di berikan dengan cairan infus D5% (20 tetes/menit).
c)     Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya rasa nyeri luka pasca bedah yang menimbulkan rasa tidak nyaman.
d)    Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
e)     Aktivitas : akan terganggu karena kondisi lengan yang di pasang pen.
6.  Pemeriksaan fisik
a)     Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak biasa, kesadaran compos mentis.
b)    Pemeriksaan sistematik : Inspeksi, Perkusi, Palpasi,Auskultasi .
c)     Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan darah lengkap.
2.9 Diagnosa keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontuinitas jaringan, kerusakan serabut syaraf, spasme otot.
1.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka neuromoskuler , pembatasan gerak.
2.      Resiko infeksi berhubungan denganpenuruna barier pertahanan tubuh sekunder terhadap terputusnya kontuinitas jaringan.
3.      Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan atau interupsi aliran dara, cilera vaskuler langsung, edema berlebih.
4.      Kerusakan intregritas kulit atau jaringan berhubungan dengan gangguan status metabolik, serkulasi dan sensori, penurunan aktifitas.
5.      Kurang pengetahuan kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang mengingat salah interprestasi, urang informasi.
2.9 Perencanaan keperawatan
Nyeri spasme otot, gerakan fragmen tulang berhubungan dengan edema, cedera pada jaringan lunak, alat traksi / imobilisasi, stress, ansietas.
Tujuan :                                            
Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria evaluasi :
Menunjukkan tindakan santai; mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/ istirahat dengan tepat
Menyatakan nyeri hilang
Intervensi :
  1. Mempertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi. 
  2. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
  3. Lakukan dan awasi latihan rentan gerak pasif / aktif
  4. Berikan alternative tindakan kenyamanan, contoh pijatan-pijatan punggung, perubahan posisi.
Rasional : 
  1. Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang / tegangan, jaringan yang cedera. 
  2. Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan menurunkan nyeri.
  3. Mempertahankan kekuatan atau mobilitas otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan yang cedera.
  4. Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan local dan kelelahan otot.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler: Nyeri/ ketidaknyamanan, terapi restriktif (imobilisasi tungkai).
Tujuan :
Klien akan mempertahankan mobilisasi pada tingkat yang lebh tinggi.

Kriteria evaluasi :
Menyatakan ketidaknyamanan hilang
Menunjukkan perilaku /tehnik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.
Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi
Menunjukkan penggunaan keteramplan relaksasi dan aktivitas
terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual

Intervensi :
  1. Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi. Pertahankan rangsangan lingkungan contohnya : radio, tv, koran, barang milik pribadi/ lukisan, kalender, jam, kunjungan keluarga/teman. 
  2. Intruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasif/aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit.
  3. Dorong kegunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tak sakit.
  4. Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan (contoh mandi, mencukur).

Rasional :
  1. Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri dan membantu menurunkan isolasi sosial. 
  2. Meningkatkan aliran darah keotot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi; mencega kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan.
  3. Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan masa otot. Catatan : latihan ini dikontraindikasikan pada perdarahan akut/edema.
  4. Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien dalam situasi dan meningkatkatkan kesehatan diri langsung.

Resiko terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (fraktur)
Tujuan :
Klien   dapat   mempertahankan         stabilisasi         dan      posisi   fraktur

Kriteria evaluasi :
Mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur
Menunjukkan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas pada sisi fraktur.
Menunjukkan pembentukan kalus/mulai penyatuan fraktur dengan tepat. 


Intervensi : 
  1. Mempertahankan tirah baring/ ekstremitas sesuai indikasi. Berikan sokongan sendi diatas dan dibawah fraktur bila bergerak atau membalik. 
  2. Sokong fraktur dengan bantal/ gulungan selimut.  Pertahankan posisi netral pada bagian yang sakit dengan bantal pasir pembebat, gulungan trokanter papan kaki.
  3. Kaji integritas alat piksasi eksternal
Rasional  :
  1. Meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi atau penyembuhan. 
  2. Mencegah gerakan yang tidak perlu dan perubahan posisi yang tepat dari bantal juga dapat mencegah tekanan deformitas pada gips yang kering.
  3. Traksi hoffman  memberikan stabilisasi dan sokongan fraktur tanpa menggunakan katrol, tali atau beban, memungkinkan mobilitas/ kenyamanan pasien lebih besar dan memudahkan perawatan luka. Kurang atau berlebihannya keketatan klem/keketatan dapat mengubah tekanan kerangka, menyebabkan kesalahan posisi.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya ketahanan primer: Kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan, prosedur invasif traksi tulang.
Tujuan :
Klien akan mempertahankan kondisi tulang yang fraktur dan jaringan lunak yang adekuat.

Kriteria evaluasi :
Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.

Intervensi :
  1. Kaji tanda-tanda infeksi seperti panas, kemerahan, nyeri dan lain-lain. 
  2. Perawatan luka dengan tehnik septik
  3. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik
Rasional :
  1. Dapat mengidentifikasi timbulnya infeksi lokal/nekrosis jaringan, yang dapat menimbulkan osteomielitis. 
  2. Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi 
  3. Antibiotk dapat digunakan secara profilaktik atau dapat ditujukan pada mikroorganisme khusus.
Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang edema, cedera pada jaringan lunak, alat traksi / imobilisasi, stress, ansietas.
Tujuan : 
Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria evaluasi :
Menunjukkan tindakan santai; mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/ istirahat dengan tepat
Menyatakan nyeri hilang
Intervensi :
  1. Mempertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi. 
  2. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
  3. Lakukan dan awasi latihan rentan gerak pasif / aktif
  4. Berikan alternative tindakan kenyamanan, contoh pijatan-pijatan punggung, perubahan posisi.
Rasional : 
  1. Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang / tegangan, jaringan yang cedera. 
  2. Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan menurunkan nyeri.
  3. Mempertahankan kekuatan atau mobilitas otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan yang cedera.
  4. Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan local dan kelelahan otot.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler: Nyeri/ ketidaknyamanan, terapi restriktif (imobilisasi tungkai).
Tujuan :
Klien akan mempertahankan mobilisasi pada tingkat yang lebh tinggi.

Kriteria evaluasi :
Menyatakan ketidaknyamanan hilang
Menunjukkan perilaku /tehnik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.
Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi
Menunjukkan penggunaan keteramplan relaksasi dan aktivitas
terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual

Intervensi :
  1. Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi. Pertahankan rangsangan lingkungan contohnya : radio, tv, koran, barang milik pribadi/ lukisan, kalender, jam, kunjungan keluarga/teman. 
  2. Intruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasif/aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit.
  3. Dorong kegunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tak sakit.
  4. Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan (contoh mandi, mencukur).

Rasional :
  1. Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri dan membantu menurunkan isolasi sosial. 
  2. Meningkatkan aliran darah keotot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi; mencega kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan.
  3. Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan masa otot. Catatan : latihan ini dikontraindikasikan pada perdarahan akut/edema.
  4. Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien dalam situasi dan meningkatkatkan kesehatan diri langsung.

Resiko terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (fraktur)
Tujuan :
Klien dapat mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur

Kriteria evaluasi :
Mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur
Menunjukkan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas pada sisi fraktur.
Menunjukkan pembentukan kalus/mulai penyatuan fraktur dengan tepat. 

Intervensi : 
  1. Mempertahankan tirah baring/ ekstremitas sesuai indikasi. Berikan sokongan sendi diatas dan dibawah fraktur bila bergerak atau membalik. 
  2. Sokong fraktur dengan bantal/ gulungan selimut.  Pertahankan posisi netral pada bagian yang sakit dengan bantal pasir pembebat, gulungan trokanter papan kaki.
  3. Kaji integritas alat piksasi eksternal
Rasional  :
  1. Meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi atau penyembuhan. 
  2. Mencegah gerakan yang tidak perlu dan perubahan posisi yang tepat dari bantal juga dapat mencegah tekanan deformitas pada gips yang kering.
  3. Traksi hoffman  memberikan stabilisasi dan sokongan fraktur tanpa menggunakan katrol, tali atau beban, memungkinkan mobilitas/ kenyamanan pasien lebih besar dan memudahkan perawatan luka. Kurang atau berlebihannya keketatan klem/keketatan dapat mengubah tekanan kerangka, menyebabkan kesalahan posisi.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya ketahanan primer: Kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan, prosedur invasif traksi tulang.
Tujuan :
Klien akan mempertahankan kondisi tulang yang fraktur dan jaringan lunak yang adekuat.

Kriteria evaluasi :
Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.

Intervensi :
  1. Kaji tanda-tanda infeksi seperti panas, kemerahan, nyeri dan lain-lain. 
  2. Perawatan luka dengan tehnik septik
  3. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik
Rasional :
  1. Dapat mengidentifikasi timbulnya infeksi lokal/nekrosis jaringan, yang dapat menimbulkan osteomielitis. 
  2. Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi 
  3. Antibiotk dapat digunakan secara profilaktik atau dapat ditujukan pada mikroorganisme khusus.
2.10 Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang terencana dan sistematis dari mengumpulkan, mengelompokkan, tingkat pencapaian tujuan. Hal ini merupakan aktifitas yang berkelanjutan yang meliputi menganalisa dan membandingkan status kesehatan klien dengan tujuan yang diharapkan, dan menentukan klien, keluarga, perawat dan anggota tim kesehatan lain.
Langkah evaluasi dari proses keperwatan mengukur respon klien ke arah pencapaian tujuan. Data dikumpulkan dengan dasar berkelanjutan untuk mengukur perubahan dalam fungsi, dalam kehidupan sehari- hari, dan dalam ketersediaan atau sumber eksternal. Selama evaluasi, perawat memutuskan apakah langkah proses keperawatan sebelumnya telah efektif dengan menelaah respon klien dan membandingkannya dengan perilaku yang disebutkan pada criteria hasil.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN P.O.AFF PEN ELBOUS
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian           : 09 Mei 2012
Tanggal Masuk                  : 08 Mei 2012
Ruang/Kelas                      : Teratai Bawah/II
Nomor Register                 : 10763380
Diagnosa Medis                : P.O.AFF PEN ELBOUS (dex)
1.    Biodata
a.       Indetitas pasien
Nama                                  : Nn.D            
Jenis Kelamin                     : Perempuan
Usia                                    : 16 Tahun
Status Perkawinan              : Belum Menikah
Agama                                : Islam
Suku Bangsa                      : Indonesia
Pendidikan                         : SLTA
Bahasa yang digunakan     : Indonesia
Pekerjaan                            : Pelajar
 Alamat                                : Kp.Cimpaeun ,RT.01/05,Cimpaeun Tapeus, Depok
Sumber Biaya                     : Pribadi
Sumber Informasi               : Pasien dan Keluarga
a.       Indetitas penanggung jawab
Nama                                  : Basirudin
Umur                                  : 42 Thn
Jenis kelamin                      : Laki-laki
Agama                                : Islam
Pekerjaan                            : Wirausahawan
Hub dengan pasien             : Orang tua
Alamat                                : Kp.Cimpaeun ,RT.01/05,Cimpaeun Tapeus, Depok
      
1.    Resume
Sakit yang dirasakan pasien terjadi karena kecelakaan motor yang di alami pasien ketika ia bermain dengan temanya,sehingga pasien mengalami patah tulang pada bagian lengan kanan pasien,sehingga warga sekitar yang melihat kejadian tersebut segera membawa pasien ke poliklinik RSUD Cibinong,untuk mengalami perawatan lebih lanjut dan operasi pemasangan PEN pada lengan yang patah.
Sudah dilakukan pemeriksaan darah lengkap,dengan hasil :
NO
Pemeriksaan
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
Metode
1
Hematologi
Darah lengkap
·         Hemoglobin
11,9
L 13-16 ; P 12-14
g/dl
Otomatis
·         Eritrosit
4,38
Juta/ul
·         Leukosit
5200
5000 – 10.000
/ul
·         Trombosit
367.000
150.000 – 450.000
/ul
·         LED
25
L: 0-10 ; P: 0-15
Mm/jam
·         Hematocrit
37,6
L: 40-48 ; P: 36-42
%
Hitung jenis
·         Basophil
·         Eosinophil
·         Batang
·         Segmen
·         Limfosit
·         Monosit
Masa pendarahan
Masa pembekuan
0
1
0
63
35
1
3
10
0 – 1
1 – 3
2 – 6
50 – 70
20 – 40
2 – 8
1 – 3
9 – 15
%
%
%
%
%
%
Menit
Menit
Otomatis
Otomatis
Klien di berikan terapi obat :
Jenis
Dosis
Tramadol
Ceftriaxone
RL D5% (1:2)
1 Ampul
1 Ampul
1 Plabot
2.      Riwayat Keperawatan
1.)    Riwayat Kesehatan sekarang
a.Keluhan Utama              : FRAKTUR P.O.AFF PEN ELBOUS (dex)
                 
                   b.Kronologis Keluhan      :
a)      Faktor Pencetus          : Kecelakaan motor yang di alami oleh pasien.
b)      Timbulnya keluhan      : Mendadak.
c)      Lamanya                     : Mulai di rasakan ketika pasien mengalami kecelakaan motor.
d)     Upaya mengatasi         : Operasi pemasangan PEN.
2.)    Riwayat masa lalu
a.       Riwayat Penyakit sebelumnya  :
      Pasien tidak memiliki astma,HT,Jantung dan penyakit lainya.
b.      Riwayat kesehatan kecelakaan :
Pasien mengatakan baru kali ini mengalami kecelakaan.
c.       Riwayat di rumah sakit           :
Pasien mengatakan ia belum pernah di rumah sakit sebelumnya.
d.      Riwayat alergi                         :
Pasien mengatakan bahwa ia tidak memiliki alergi baik itu obat-obatan maupun makanan.
3.)    Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai keluarga yang mempunyai dengan diagnosa yang sama dengan dirinya atau penyakit seperti jantung, dan lain-lain.
 






 

                  








 

Keterangan:
                         : Kakek dan Nenek
                         : Laki-laki
                         : Perempuan
Oval: 16                         : Pasien
                : Tinggal satu rumah
4.)    Riwayat Psikososial dan Spiritual
1.      Adakah orang yang terdekat dengan klien:
Ke dua orangtuanya dan ke dua adiknya.
2.      Interaksi dalam keluarga
a.Pola Komunikasi                              : Baik
b.Pembuatan Keputusan                     : Ke dua orangtuanya.
c.Kegiatan Kemasyarakatan               : Baik
3.      Dampak penyakit klien terhadap keluarga:
Orang tua atau ibu jadi tidak bisa beraktivitas seperti biasa.
4.      Masalah yang mempengaruhi klien     : Tidak ada
5.      Mekanisme Koping  terhadap stress   : Pemecahan masalah
6.      Persepsi klien terhadap penyakitnya.
a.       Hal yang sangat di pikirkan saat ini: Ingin cepat sembuh
b.      Harapan setelah menjalani keperawatan:
Dapat menjalani aktifitas seperti biasa dan sembuh total.
c.       Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit:
Lebih banyak beristirahat dan kurang beraktifitas.
7.      Tugas perkembangan menurut usia saat ini     : Sekolah
8.      Sistem nilai kepercayaan                                            
  a. Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan   : tidak ada
b. Aktivitas agama yang dilakukan                           : Shalat
                   9.  Kondisi lingkungan rumah:
                        Kondisi lingkungan rumah baik dan bersih.
       10.Pola Kebiasaan:
HAL YANG DIKAJI

POLA KEBIASAAN
 
Sebelum di RS
Di RS
1. Pola Nutrisi
a.       Frekuensi makanan :……X/hari
b.      Nafsu Makan          : Baik/tidak
Alasan:…(mual/muntah/sariawan)
c.       Porsi Makanan yang di habiskan
d.      Makanan yang tidak di sukai
e.       Makanan yang membuat alergi
f.       Makanan Pantangan
g.      Penggunaan obat-obatan sebelum makan
h.      Penggunaan alat bantu
2.Pola Eliminasi
a.       B.a.k :
1). Frekuensi    :…..X/hari
2). Warna         :…….
3). Keluhan      :…….
4). Penggunaan alat bantu
b.      B.A.B
1). Frekuensi     :…..X/hari
2).Waktu (pagi/siang/malam/tidak tertentu)
3). Warna  :……. 
4).  Konsistensi     :……
5).  Keluhan          :……..
6). Penggunaan alat
3).Pola Personal Hygiene
    a. Mandi
1)      Frekuensi    :…..X/hari
2)      Waktu         : Pagi/Siang/Malam
    b. Oral Hygiene
1)      Frekuensi    :….X/hari
2)      Waktu         :pagi/siang/sore
    c. Cuci Rambut
       1) Frekuensi   :……X/minggu
4). Pola Istirahat dan Tidur
    a. Lama tidur siang  : …Jam/hari
   
 b.Lama tidur malam :….Jam/hari
     c. Kebiasaan sebelum tidur   :
5. Pola Aktivitas dan Latihan
     a. Waktu bekerja    : pagi/siang/malam
     b. Olah raga           :  ( )Ya    ( ) Tidak     
     c. Jenis Olah raga     :
     d. Frekuensi olah raga :……
     e. Keluhan dalam beraktivitas   :……
6.Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
     a.Merokok :         Ya/Tidak
1)  Frekuensi                : ……..
2)  Jumlah                    : ……..
3)  Lama pemakaian    :………
      b.Minuman Keras/Nabza : Ya/Tidak
1)  Frekuensi                 :…..
2)  Jumlah                     :…..
3)  Lama Pemakaian     :
3x/sehari
Baik
1 porsi
-
-
-
-
-
5
Bening
-
-
1 x/hari
Pagi
Kuning kecoklatan
Padat
-
-
2
Pagi dan sore
2
Pagi dan sore
3
-
8
-
Pagi
Tidak
Olahraga di sekolah
1x/minggu
-
Tidak
-
-
Tidak
-
-
-
3x/sehari
Baik
1 porsi
Bubur
-
-
-
Pitela
7
Bening
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
Pagi
-
4
8
-
-
Tidak
-
-
Susah menggerakan lengan akibat trepasang PEN dan infus.
Tidak
-
Tidak
-
-
-
3.  Pengkajian Fisik
a.       Pemeriksaan Fisik Umum:
1)      Berat badan                                            : 48 kg
2)      Tinggi badan                                           : 160 cm
3)      Keadaan umum                                       : Sedang
4)      Pembesaran kelenjar getah bening          : Tidak
b.      Sistem Penglihatan:
1)      Posisi mata                                              : Simetris
2)      Kelopak mata                                          : Normal
3)      Pergerakan bola mata                              : Normal
4)      Konjungtiva                                            : Merah Muda
5)      Kornea                                                    : Normal
6)      Sklera                                                      : Ikterik
7)      Pupil                                                        : Isokor
8)      Otot-otot mata                                        : Tidak ada kelainan  
9)      Fungsi penglihatan                                  : Baik
10)  Tanda-tanda radang                                : Tidak ada
11)  Pemakaian kaca mata                              : Tidak
12)  Pemakaian lensa kotak                            : Tidak
13)  Reaksi terhadap cahaya                          : Baik
c.       Sistem Pendengaran:
1)      Daun telinga                                           : Normal
2)      Karakteristik serumen                            
a.       Warna                                                 : Kuning muda
b.      Konsistensi                                         : Cair
c.       Bau                                                     : Khas
3)      Kondisi telinga tengah                            : Normal
4)      Cairan dari telinga                                  : Tidak
5)      Perasaan penuh di telinga                       : Tidak
6)      Tinitus                                                     : Tidak
7)      Fungsi pendengaran                                : Normal
8)      Gangguan keseimbangan                        : Tidak
9)      Pemakaian alat bantu                              : Tidak
d.      Sistem Wicara                                              : Normal
e.       Sistem Pernafasan:
1)      Jalan nafas                                              : Bersih
2)      Pernafasan                                              : Tidak sesak
3)      Menggunakan otot bantu pernafasan     : Tidak
4)      Frekuensi                                                            : 20 x/menit
5)      Irama                                                       : Teratur
6)      Jenis pernafasan                                      : Spontan
7)      Kedalaman                                              : Dalam
8)      Batuk                                                      : Tidak
9)      Sputum                                                   : Tidak
10)  Konsistensi                                             : Kental
11)  Terdapat darah                                        : Tidak
12)  Palpasi dada                                            : Detak jantung normal
13)  Perkusi dada                                           : Tidak ada tanda-tanda nyeri
14)  Suara nafas                                             : Vesikuler
15)  Nyeri saat bernafas                                 : Tidak
16)  Penggunaan alat bantu nafas                  : Tidak
f.       Sistem Kardiovaskular:
1)      Sirkulasi Peripher                       
a.       Nadi  : 80 x/menit                    Irama  : Teratur
                                                Denyut : Kuat
b.      Tekanan darah                                    : 120/80 mmHg
c.       Distensi vena jugularis           : Kanan: Ya
                                                Kiri    : Ya
d.      Temperature Kulit                  : Hangat
e.       Warna kulit                            : Pucat            
f.       Pengisian kapiler                    : detik
g.      Edema                                                : Tidak
2)      Sirkulasi Jantung
a). Kecepatan denyut capital     :
b). Irama                                    : Teratur
c). Kelainan bunyi jantung         : Tidak ada
d). Sakit dada                            : Tidak
g.      Sistem Hematologi:
Gangguan Hematologi:
1). Pucat                                         : Tidak
2). Perdarahan                                : Tidak
h.      Sistem Syaraf Pusat:
1). Keluhan sakit kepala                 : Tidak ada
2). Tingkat kesadaran                     : ComposMentis
3). Glasgow coma scale                  :
4). Tanda-tanda peningkatan TIK : Tidak     
5). Gangguan Sistem persyarafan   : Tidak ada
6). Pemeriksaan Refleks                
     a. Refleks fisiologis                     : Normal  
     b. Refleks Patologis                     : Ya
i.        Sistem Pencernaan:
Keadaan mulut:
1). Gigi                                           : Tidak
2). Penggunaan gigi palsu               : Tidak
3). Stomatitis                                  : Tidak
4). Lidah kotor                               : Tidak
5). Salifa                                         : Normal
6). Muntah                                      : Tidak
7). Nyeri daerah perut                    : Tidak
8). Skala nyeri                                 : -
9). Lokasi dan Karakter nyeri         : -
10). Bising usus                              : (+)
11). Diare                                        : Tidak
12). Konstipasi                               : Ya, 2 hari.
13). Hepar                                       : Teraba
14). Abdomen                                : Kembung
j.        Sistem Endokrin:
a.       Pembesaran Kelenjar Tiroid                    : Tidak
b.      Nafas berbau keton                                 : Tidak
c.       Luka ganggren                                        : Tidak
k.  Sistem Urogenital:
a.       Balance Cairan                                        : Intake 1000 ml ; Output 500 ml
b.      Perubahan pola kemih                             : Retensi
c.       B.a.k                                                       : Kuning Jernih
d.      Distensi/ketegangan kandung kemih      : Tidak
e.       Keluhan sakit pinggang                          : Tidak
f.       Skala nyeri                                              : 0
l.   Sistem Integumen
a.       Turgor kulit                                             : Tidak Elastis
b.      Temperatur kulit                                     : Dingin
c.       Warna kulit                                             : Pucat
d.      Keadaan kulit                                         : Baik
e.       Kelainan kulit                                         : Tidak
f.       Kondisi kulit yang terpasang infus         : Normal, tidak ada oedeme
g.      Keadaan rambut                                     : - Tekstur        : Baik
  - Kebersihan   :Ya
m. Sistem Muskuloskeletal
a.       Kesulitan dalam bergerak                       : Ya, terpasang infus (+)
b.      Sakit pada tulang                                                : Ya
c.       Fraktur                                                    : Ya
d.      Kelainan bentuk tulang sendi                 : Ada
e.       Kelainan struktur tulang belakang          : Tidak Ada
f.       Keadaan otot                                          : Baik
4.    Data Penunjang
a. Laboratorium:
NO
Pemeriksaan
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
Metode
1
Hematologi
Darah lengkap
·         Hemoglobin
11,9
L 13-16 ; P 12-14
g/dl
Otomatis
·         Eritrosit
4,38
Juta/ul
·         Leukosit
5200
5000 – 10.000
/ul
·         Trombosit
367.000
150.000 – 450.000
/ul
·         LED
25
L: 0-10 ; P: 0-15
Mm/jam
·         Hematocrit
37,6
L: 40-48 ; P: 36-42
%
Hitung jenis
·         Basophil
·         Eosinophil
·         Batang
·         Segmen
·         Limfosit
·         Monosit
Masa pendarahan
Masa pembekuan
0
1
0
63
35
1
3
10
0 – 1
1 – 3
2 – 6
50 – 70
20 – 40
2 – 8
1 – 3
9 – 15
%
%
%
%
%
%
Menit
Menit
Otomatis
Otomatis
   
5. Penatalaksanaan
Tanggal
Jenis
Dosis
Waktu Pemberian
Cara Pemberian
09.05.2012
Tramadol
Ceftriaxone
RL D5% (1:2)
1 Ampul
1 Ampul
1 Plabot
14.00 dan 22.00
22.00
Per-8 jam
Injeksi
Injeksi
IV
10.05.2012
Tramadol
Ceftriaxone
RL D5% (1:2)
1 Ampul
1 Ampul
1 Plabot
06.00
06.00
Per-8 jam
Injeksi
Injeksi
IV
6. Data Fokus
Data subjektif
Data objektif
Ds :Pasien mengatakan siap untuk di operasi.
Do :Keadaan umum sedang,Kesadaran Compos Metis, R/OP besok 9/15/2012 jam 12.00,ke OK , S10 (+),Alkes (+),Foto Thorax (+),Lab(+)
Ds :Nyeri luka di tangan.
Do :Keadaan umum sedan,kesadaran Compos Metis ,R/OP 9/5/2012 Jam 12.00,Oleh
Ds :Pasien mengatakan    nyeri luka Post Off.
Do :Keadaan umum sedang,Kesadaran Compos Metis ,Inf:RL D5% 20 tpm.
Ds :Pasien Mengatakan Bahwa nyeri Post Off masih terasa.
Do :Keadaan umum sedang,Kesadaran Compos Metis ,Inf :RL D5% 20 tpm.
Ds : (-)
Do :Keadaan umum baik,kesadaran Compos Metis ,luka di verban,Elastic Verban (+) terpasang IVFD
RL :D5%
7. Analisa Data
No
Data
Masalah
Etiologi
Implementasi
1
Ds :Nyeri luka di tangan.
Do :Keadaan umum sedan,kesadaran Compos Metis ,R/OP 9/5/2012 Jam 12.00,Oleh dr.Wahyu Eko
Rasa tidak nyaman yang berlebih.
Nyeri Luka akibat pasca operasi sebelumnya
-Melakukan penyuluhan tentang penyakit yang di derita.
-memberikan dukunagan suportif kepada pasien.
-Melakukan tindakan kolaborasi dalam memberikan obat penghilang rasa sakit.
2
Ds :Pasien mengatakan    nyeri luka Post Off.
Do :Keadaan umum sedang,Kesadaran Compos Metis ,Inf:RL D5% 20 tpm.
Nyeri berhubungan dengan terjadinya infeksi.
Infeksi pada bagian lengan yang di Bidai.
Melakukan tindakan perawatan luka POST AFF untuk mengurangi infeksi yang terjadi.
3
Ds :Pasien Mengatakan Bahwa nyeri Post Off masih terasa.
Do : Keadaan umum sedang,Kesadaran Compos Metis ,Inf :RL D5% 20 tpm.
Rasa tidak nyaman.
Nyeri luka di sebabkan karena tindakan perawatan luka.
-Mensuport pasien untuk menahan rasa sakit yang sementara saat perawatan luka.
-Melakuakn tindakan kolaborasi dalam memberikan obat anti nyeri.
3.2  DIAGNOSA
No
Diagnosa keperawatan
Tanggal di temukan
Tanggal teratasi
Paraf dan nama jelas
1
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan kontuinitas jaringan,serabut saraf,spasme otot.
08-05-2012
09-05-2-12
Iiet
2
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka neuromaskuler,pembatasan gerak.
08-05-2012
09-05-2012
Iiet
3
Resiko tinggi terjadinya kurangnya asupan nutrisi.
08-05-2012
09-05-2012
Iiet
4
Kurangnya pengetahuan kondisi prognis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang mengingat ,salah interprestasi,kurangnya informasi.
08-05-2012
09-05-2012
Iiet
3.3  PERENCANAAN , PELAKSANAAN , EVALUASI
1.      Perencanaan Keperawatan
No
Tanggal
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Rencana tindakan
Paraf dan nama jelas
1
9-5-2012
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan kontuinitas jaringan,serabut saraf,spasme otot.
Tujuan :
Untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan karena rasa nyeri yang di rasakan pasien.
Kriteria hasil :
Rasa nyeri hilang dan berhanti dengan rasa nyaman.
1.Memberikan dukungan suportif kepada pasien.
2.Memberikanpenyuluhan tentang penyakit yang di derita.
3.Memberikan tindakan kolaborasi dalam memberikan terapi obat penghilang rasa sakit.
4.Memberikan tindakan kolaborasi dalam melakuakn perawatan luka.
2
9-5-2012
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka neuromaskuler,pembatasan gerak.
Tujuan :
Untuk tetap mejaga kelancara sirkulasi darah dan untuk menghindari kekakuan sendi karena kurangnya gerak tubuh.
Kriteria hasil :
Pasien merasa bugar kembali
1.Memberikan pasien peyuluhan tentang bagaimana melakukan mobilisasi sederhana untuk menjaga kebugaran tubuhnya.
2.Melakukan tindakan kolaborasi dengan perawat setempat dalam melakukan mobilisasi kepada pasien.
3
9-5-2012
Resiko tinggi terjadinya kurangnya asupan nutrisi.
Tujuan :
Untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien.
Kriteria hasil :
Kebutuhan gizi pasien terpenuhi.
1.Memberikan penyuluhan tentang bagusnya asupan makanan untuk kesembuhan pasien.
2.Melakukan tindakan kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan makanan yang bervariasi untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien.
4
9-5-2012
Kurangnya pengetahuan kondisi prognis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang mengingat ,salah interprestasi,kurangnya informasi.
Tujuan :
Agar pasien lebih mengetahui tentang penyakit yang di deritanya dan pengobatan yang akan di jalani si pasien.
Kriteria hasil :
Pasien lebih mengerti tentang penyakit yang di deritanya.
1.Memberi penyuluhan tentang penyakit yang di derita psien dan cara pengobatanya.
2.      Pelaksanaan Keperawatan (catatan keperawatan)
No
Tanggal/waktu
Tindakan keperawatan
Evaluasi tindakan
Paraf
1
09-05-2012
1.Beri dukungan suportif kepada pasien.
2.Beri penyuluhan tentang penyakit yang di derita.
3.Beri tindakan kolaborasi dalam memberikan terapi obat penghilang rasa sakit.
4.Beri tindakan kolaborasi dalam melakuakn perawatan luka.
Pasien merasa lebih nyaman.
2
09-05-2012
1.Beri pasien peyuluhan tentang bagaimana melakukan mobilisasi sederhana untuk menjaga kebugaran tubuhnya.
2.Melakukan tindakan kolaborasi dengan perawat setempat dalam melakukan mobilisasi kepada pasien.
Pasien merasa bugar kembali.
3
09-05-2012
1.Beri penyuluhan tentang bagusnya asupan makanan untuk kesembuhan pasien.
2.Melakukan tindakan kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan makanan yang bervariasi untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien.
Pasien mengerti dan akhirnya mau makan.
4
09-05-2012
1.Beri penyuluhan tentang penyakit yang di derita psien dan cara pengobatanya.
Pasien pun megerti tentang penyakit yang di derita.
3.4  Evaluasi ( Catatan perkembangan ) (Terlampir)

BAB IV
PEMBAHASAN
Di dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada Nn.D dengan penyakit AFF PEN di ruang teratai bawah, penulis menemukan beberapa masalah yaitu : berupa kesenjangan–kesenjangan antara teori yang di dapat dengan kenyataan praktek secara langsung yang ditemukan di ruangan.
           
Dengan adanya kesenjangan antar teori dengan praktek, penulis berusaha untuk mencari alternatif pemecahannya dengan cara bekerjasama dengan klien dan keluarga serta tim kesehatan lainnya dengan menggunakan asuhan keperawatan yang komprehensif yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pada tahap ini pengkajian dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan suatu metode pendekatan pengumpulan data dari klien, keluarga klien, medis maupun para medis, petugas kesehatan dan catatan tim kesehatan lainnya yang meliputi data subyektif dan obyektif yang selanjutnya dilakukan analisa untuk sampai bisa ditegakkannya suatu diagnosa masalah keperawatan.
Dalam tahap pengkajian ini penulis tidak begitu banyak mendapat hambatan baik dari klien maupun keluarga klien, karena disamping adanya sikap kooperatif dari klien dan keluarga dalam memberikan informasi sehingga memudahkan penulis dalam mengumpulkan data yang diperlukan sesuai dengan kasus. Selain itu juga adanya dukungan dan bantuan dari perawat ruangan dalam memberikan informasi yang berhubungan dengan klien.
4.2 Diagnosa keperawatan
Pada tahap ini penulis membedakan kesenjangan diagnosa teoritis dengan yang
di temukan pada kasus Ny. S   
Pada teori Diagnosa yang akan muncul pada stroke hemoragik adalah :
. Sakit kepala berhubungan dengan tekanan darah tinggi
Sesak nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret
. Lemahnya ekstrimitas kanan yang berhubungan dengan terganggunya saraf otak sebelah kiri
Sedangkan pada praktek hanya terdapat 4 (empat) diagnosa yaitu :
1.      Gangguan rasa nyaman karena nyeri
2.      Gangguan mobilitas fisik.
3.      Resiko tinggi terjadinya kekurangan asupan nutrisi.
4.      Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan cara pengobatan.
4.3  Perencanaan
Dalam menyusun rencana keperawatan pada pasien STROKE HEMORAGIK penulis membuat sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil ,sehingga tujuan yang telah di tetapkan tercapai semua perencanaan yang ada di kasus tidak ada bedanya.
4.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien, didasarkan pada rencana tindakan keperawatan yang telah diterapkan dalam perencanaan sesuai dengan intervensi yang dibuat.
Dalam pelaksanakan tindakan keperawatan pada NY. S yang terdapat pada perencanaan tindakan keperawatan yang sebagian telah dilaksanakan akan dilanjutkan dengan kerjasama oleh tim kesehatan yang ada di ruangan karena pelaksanaan tersebut harus dilakukan secara kesinambungan agar tercapai tujuan yang diharapkan.
4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap penilaian hasil dari tujuan yang telah ditetapkan dan sebagai pengkajian ulang atas intervensi yang dilakukan menilai keberhasilan dari suatu intervensi.
     Dengan melihat keseluruhan maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dari 4 diagnosa yang diangkat semua diagnosa dapat teratasi dengan baik,karena mengikuti implementasi dan perencanaan keperawatan.
 BAB V
PENUTUP
Setelah penulis menguraikan tentang asuhan keperawatan klien Nn.D dengan diagnosa medis P.O.AFF PEN ELBOUS (dex) di ruang tertai bawah kelas II RSUD Cibinong. Yang dimulai pendahuluan, Tinjauan kepustakaan dan mengamati hasil dari tinjauan kasus serta pembahasan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan dan saran antara lain :
5.1 Kesimpulan
Asuhan Keperawatan yang diberikan pada Nn.D dengan diagnosa medis P.O.AFF PEN ELBOUS (dex) di ruang Teratai Bawah Atas RSUD Cibinong meliputi:
1.      Pengkajian
2.      Diagnosa Keperawatan
3.      Perencanaan
4.      Pelaksanaan, dan
5.      Evaluasi.
5.2 Saran
Saran untuk siswa/i adalah untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang penyakit-penyakit,tindakan yang akan di lakukan,dan komunikasi dalam memenuhi atau melaksanakan tindakan keperawatan untuk menunjang kesembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Apley, A.G., Nagayam S., Solomon, L., Warwick, D. (2001).
 Apley’s System of  Orthopaedics and Fractures. :ArnoldAnonymous.(2004).
Fraktur: Patah Tulang . Retrieved fromhttp://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/fraktur-patah-tulang.html Anymous. (2010).
http://seekerofthetruth12.wordpress.com/2010/12/14/bone-healing-komplikasi-dan-prognosis-fraktur/

2 komentar:

  1. This discussion unexpectedly takes my attention live22 free credit to join inside. Well, after I read all of them, it gives me new idea for my blog. thanks

    BalasHapus
  2. Subsequently, 918kiss malaysia after spending many hours on the internet at last We've uncovered an individual that definitely does know what they are discussing many thanks a great deal wonderful post.

    BalasHapus