ASKEP P.O AFF PEN ELBOUS
KARYA TULIS ILMIAH
"ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN P.O. AFF PEN ELBOUS"
SMK KESEHATAN LOGOS
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang ini
telah mengalami perubahan dalam berbagai bidang, misalnya dalam bidang ilmu dan
teknologi yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidup masyarakat.
Perubahan teknologi yang terlihat pada saat ini adalah teknologi dibidang
transportasi. Perusahaan-perusahaan kendaraan bermotor saling berlomba-lomba
memberikan karya terbaiknya. Meningkatnya teknologi dibidang transportasi dapat
meningkatkan intensitas kecelakaan (Isbagyo, 2000).
Badan
kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2007 terdapat lebih dari delapan juta orang meninggal dikarenakan insiden
kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu
insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur
ekstremitas bawah yakni sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Insiden fraktur
di USA diperkirakan menimpa satu orang pada 10.000 populasi setiap tahunnya
(Armis, 2008)
Sekitar delapan juta orang mengalami
kejadian fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda, hasil survey tim
Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur mengalami
kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami stress psikologis karena
cemas bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik. Kecelakaan
merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia selain kematian, kecelakaan juga dapat
menmbulkan patah tulang dan kecacatan (Departement Kesehatan Republik
Indonesia, 2007).
Data
dari Riset Kesehatan Dasar 2007 di
Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena
jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam atupun tumpul. Dari 45.987
peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang(3,8%), dari
20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770
orang (8,5%), dari 14.127 trauma benda tajam atau tumpul, yang mengalami
fraktur sebanyak 236 orang (1,7%). Di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007
didapatkan sekitar 2.700 orang mengalami insiden fraktur, 56% penderita
mengalami kecacatan fisik, 24% mengalami kematian, 15% mengalami kesembuhan dan
5% mengalami gangguan psikologis atau depresi terhadap adanya kejadian fraktur.
Pada tahun yang sama di Rumah Sakit Umum di
Jawa Tengah, tercatat terdapat 676 kasus fraktur dengan rincian 86,2%
fraktur jenis terbuka dan 13,8% fraktur jenis tertutup, 68,14% jenis fraktur
tersebut adalah fraktur ekstremitas bawah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2007).
Data yang didapatkan dari Rumah Sakit Islam
PKU Muhammadiyah Pekajangan Kabupaten Pekalongan sepanjang tahun 2009 sampai
2011 diperoleh jumlah sebanyak 582 kasus
fraktur. Di tahun 2009 jumlah pasien mencapai 184 kasus fraktur. 46 kasus diantaranya merupakan fraktur tibia,
cruris, dan fraktur fibula. Tahun 2010 angka fraktur meningkat 202 kasus dan
kasus fraktur tibia, cruris serta fibula menurun menjadi 38 kasus. Tahun 2011
angka kejadian fraktur di rumah sakit islam menurun 196 kasus dari tahun 2010 ,
akan tetapi angka kejadian fraktur
tibia, fibula, dan crusis masih cukup tingi yaitu 38 kasus ( Rekam Medik
RSI Muhammadiyah, 2012). Berdasarkan latar belakang dan data tersebut di atas,
maka penulis tertarik untuk menyusun karya tuli berjudul “Asuhan Keperawatan
pada pasien P.O.AFF PEN ELBOUS “
1.1 Rumusan Masalah
Rumusan
masalah pada karya tulis ilmiah ini adalah :
1.
Bagaimana Fraktur dapat menjadi masalah
di masyarakat ?
2.
Apa hubungan penatalaksanaan asuhan
keperawatan yang sesuai dengan pasien P.O.AFF PEN ELBOUS untuk mecegah
komplikasi?
3.
Bagaimana penerapan aspek yang harus di
lakukan untuk menunjang keberhasilan asuhan keperawatan bagi pasien dengan
kasus fraktur ?
1.3
Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Tujuan umum yang ingin
dicapai adalah penulis dapat menerapkan
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan P.O.AFF PEN ELBOUS
2.
Tujuan
Khusus
Dengan disusunnya karya
tulis ilmiah ini, diharapakan penulis dapat :
1. Mampu melakukan pengkajian
pada pasien sesuai
dengan kasus P.O.AFF PEN ELBOUS.
2. Mampu menentukan masalah keperawatan pasien sesuai dengan
kasus P.O.AFF
PEN ELBOUS.
3. Mampu merencanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan kasus
P.O.AFF
PEN ELBOUS.
4. Mampu melaksanakan rencana
asuhan keperawatan pada klien P.O.AFF
PEN ELBOUS.
5. Mampu melaksanakan evaluasi
sesuai dengan kasus P.O.AFF
PEN ELBOUS.
6. Mampu menidentifikasikan kesenjangan
yang terdapat antara teori
dan praktek.
7. Mampu mengidentifikasikan factor-faktor pendukung, menghambat, serta mencari solusi/alternatif
pemecahan masalah.
8. Mampu mendokumentasikan
asuhan keperawatan sesuai
kasus.
1.4
Ruang lingkup
Asuhan
keperawatan pada Nn.D dengan P.O.AFF.PEN ELBOUS di RSUD CIBINONG,BOGOR,dari
tanggal 08 Mei sampai dengan 10 Mei tahun 2012.
1.5
Metode penulisan
Metode
dalam penulisan makalah ilmiah ini menggunakan metode deskriptif dan metode
studi kepustakaan .Dalam metode deskriptif pendekatan yang di gunakan adalah
studi kasus di mana peserta didik mengelola 1(satu) kasus dengan menggunakan
proses keperawatan.
1.6
Sistematika penulisan
Pada BAB I :
PENDAHULUAN
Latar Belakng
Masalah, Tujuan Penulisan , Ruang lingkup dan sistematika penulisan.
Pada BAB II :
TINJAUAN TEORI
Pengertian,
etiologi, patofisiologi, komplikasi, Penatalaksanaan, Kosep tumbuh kembang,
Konsep hospilitasi, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
Pada BAB III :
TINJAUAN KASUS
Terdiri dari
pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
Pada BAB IV :
PEMBAHASAN
Terdiri atas
dari Pengkajian,Diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
Pada BAB V :
KESIMPULAN DAN SARAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian.
Beberapa pengertian fraktur menurut
beberapa ahli :
1.
Fraktur adalah terputusnya
kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur terjadi
jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya
(Smelter & Bare, 2002).
2.
Fraktur adalah patah tulang,
biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price, 1995).
3.
Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari trauma, beberapa fraktur
sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis, yang menyebabkan
fraktur yang patologis (Barret dan Bryant, 1990)
4.
Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas,
gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Doenges, 2000)
5.
Fraktur adalah teputusnya jaringan
tulang/tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.
Berdasarkan pengertian fraktur di atas penulis menarik kesimpulan bahwa
Fraktur adalah teputusnya kontunitas yang dapat di sebabkan dari bebberapa
sebab di antaranya trauma dan penyakit tulang seperti osteoporosis.
2.2
Etiologi
Penyebab fraktur antara lain menurut Soeharto Resoprojo
dan Barbara C.Long di bagi menjadi 4 (empat) ,yaitu :
1.
Benturan atau
cidera (jatuh pada kecelakaan).
2.
Fraktur patologik
yang di sebabkan oleh penyakit kanker atau osteoporosis.
3.
Patah karena
keletihan.
4.
Patah tulang karena
otot tidak dapat mengobservasi energi,seperti karena berjalan kaki terlalu
jauh.
(Barbara
C.Long 1996:375).
2.3 Patofisiologi
1.
Proses perjalanan penyakit.
Fraktur adalah
patah tulang biasanya di sebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patolgik yang
terjadi itu terbuka atau tertutup.Baik fraktur terbuka ataupun tertutup akan
mengenai serabut saraf yang akan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu paasti
akan mengenai tulang sehingga akan menjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan
nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, di samping itu fraktur terbuka
akan megenai yang kemugkina dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara
luar .
2.
Manifestasi klinik
a.
Rasa nyeri langsung dan menjadi
lebih hebat karena berjalan dan tekanan pada daerah yang terkena.
b.
Hilangnya fungsi pada faerah yang
cidera.
c.
Tampak deformitas bila di
bandingkan dengan bagian yang normal.
a.
Daerah yang cidera kurang kuat
untuk di gerakan.
d.
Bila bergerak dapat menimbulkan
crepitasi
e.
Edema stempat.
f.
Shock terutama bila terjadi
perdarahan hebat dari daerah area terbuka.
(Barbara
C.Long 1996:375).
Pada umumnya fraktur terbuka
ataupun yang tertutup akan dilakukan
Imobilitas yang bertujuan untuk
mempertahankan framen yang telah di hubungkan tetap pada tempatya sampai
sembuh, imobilisasi dapat di lakukan dengan cara :
1)
Fraktur tertutup
atau eksterna
a.
Gibs
Gips yang
ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi
dilakukan pemasangan gips adalah :
a)
Immobilisasi dan penyangga fraktur
b)
Istirahatkan dan stabilisasi
c)
Koreksi deformitas
d)
Mengurangi aktifitas
e)
Membuat cetakan tubuh orthotik
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :
a)
Gips yang pas tidak akan menimbulkan
perlukaan
b)
Gips patah tidak bisa digunakan
c)
Gips yang
terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
d)
Jangan merusak / menekan gips
e)
Jangan pernah memasukkan benda asing
ke dalam gips / menggaruk
a.
Jangan meletakkan gips lebih rendah
dari tubuh terlalu lama
b.
Bidai
c.
Penggendongan atau
Brace
d.
Penggendongan atau
Brace dengan Gibs
e.
Traksi
f.
Secara umum traksi dilakukan dengan
menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan
disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang
tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain :
1.
Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency
2.
Traksi mekanik, ada 2 macam :
a.
Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
b.
Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.
3.
Kegunaan
pemasangan traksi, antara lain :
a.
Mengurangi nyeri akibat spasme otot
b.
Memperbaiki & mencegah
deformitas
c.
Immobilisasi
d.
Difraksi penyakit (dengan penekanan
untuk nyeri tulang sendi)
e.
Mengencangkan pada perlekatannya
4.
Prinsip pemasangan traksi :
a.
Tali utama dipasang di pin rangka
sehingga menimbulkan gaya tarik
b.
Berat ekstremitas dengan alat
penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat dipertahankan
c.
Pada tulang-tulang yang menonjol
sebaiknya diberi lapisan khusus
d.
Traksi dapat bergerak bebas dengan
katrolPemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai
e.
Traksi yang dipasang harus baik dan
terasa nyaman
2)
Fraktur terbuka
atau interna
a.
Pemasangan plaste
logam,pen,skrup
b.
Pencangkokan tulang
dengan pelat pin
c.
Cara operatif / pembedahan
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling
banyak keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut
fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat
yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat
yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah
mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar
menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen
tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik,berupa,pen,sekrup,pelat,danpaku.
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
a.
Ketelitian reposisi fragmen tulang
yang patah
b.
Kesempatan untuk memeriksa pembuluh
darah dan saraf yang berada didekatnya
c.
Dapat mencapai stabilitas fiksasi
yang cukup memadai
d.
Tidak perlu memasang gips dan
alat-alat stabilisasi yang lain
e.
Perawatan di RS dapat ditekan
seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus yang tanpa komplikasi dan dengan
kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama
penatalaksanaan dijalankan
3)
Eksternal dan
internal dengan kombinasi di atas membantu kenyamanan dan aktifitas kehidupan sehari-hari (ADL).(Sylvia,A.Prince,1995
: 1183).
2.4
Komplikasi
1. Komplikasi Dini
a.
Cedera viscera
b.
Cedera vaskule
c.
Cedera syaraf
d.
Sindroma
Kompartemen (Volkmann’s Ischemia)
Pada
sindroma kompartemen, terjadi perdarahan disertai edema. Akibat dari edema ini,
tekanan kompartemen osteofasial meningkat, sehingga sebagai akbiatnya kapiler
di sekitar luka menurun, yang berujung pada iskemi otot. Karena iskemi otot,
edema menjadi bertambah dan iskemik menjadi-jadi (sirkulus visiosus) dan
akhirnya terjadi nekrosis otot dan saraf dalam kompartemen tersebut.
Setelah
terjadi nekrosis, jaringan otot yang mati akan digantikan dengan jaringan
fibrosis yang sifatnya tidak elastis yang akan membentuk kontraktur atau lebih
dikenal sebagai Volkmann ischaemic contracture. Biasanya sindroma
kompartemen ini diakbiatkan balutan atau gips yang terlalu kencang.
Pada bagian
yang mengalami sindrom kompartemen, komplikasi beresiko tinggi yang sering
muncul ialah fraktur siku, lengan atas, dan tibia proksimal. Sindroma
kompartemen ini ditandai dengan 5P:
a.
Pain (rasa nyeri)
b.
Paresthesia (mati rasa)
c.
Pallor (pucat)
d.
Paralisis (kelumpuhan)
e.
Pulselessness (ketiadaan denyut
nadi)
Tatalaksana
dengan melakukan fasiotomi
a.
Hemartrosis
b.
Infeksi
- Komplikasi Lanjut
Delayed
union terjadi bila estimasi waktu union tercapai namun belum union. Hal ini
mungkin disebabkan oleh:
a)
Cedera jaringan lunak berat
b)
Suplai darah inadekuat
c)
Infeksi
d)
Stabilisasi tidak adekuat
e)
Traksi berlebihan
Tatalaksana
dengan bone graft
a)
Non-union
(delayed union >6 bulan)
Pada
non-union, tidak terjadi penyambungan tulang. Tulang hanya tersambung dengan
jaringan fibrosis, sehingga pada daerah fraktur tulang dapat bergerak
(pseudoarthrosis). Pada pemeriksaan dengan sinar X, masih terlihat dengan jelas
garis fraktur. Penyebabnya adalah gangguan stabilitas.
Terdapat dua
jenis non-union: atrofik (sedikit callus terbentuk, dapat diatasi dengan bone
grafting) dan hipertrofik (terdapat kalus namun tidak stabil, umumnya
akibat banyak pergerakan di lokasi fraktur)
b)
Malunion
Pada
malunion, fragmen fraktur menyatu dalam posisi patologis/deformitas(angulasi,
rotasi, perpendekan). Malunion dapat mengganggu baik secara fungsional maupun
kosmetik.
a.
Kaku sendi
b.
Hipotrofi/Atrofi otot
c.
Miositis osifikans
Pada
kelainan ini, terdapat osifikasi heterotopik pada otot. Biasanya terjadi pasca
cedera, terutama pada dislokasi siku. Pada miositis osifikans, beberapa tanda
muncul seperti bengkak local, nyeri tekan, gerak sendi yang terbatas.
Pada
pemeriksaan dengan sinar X setelah lebih dari 2 minggu, tampak gambaran
kalsifikasi pada otot.
Tatalaksana
dengan eksisi massa tulang, indometasin, dan terapi radiasi :.
a.
Avascular necrosis
Cedera, baik fraktur maupun dislokasi, seringkali mengakibatkan iskemia
tulang yang berujung pada nekrosis avaskular. Avascular necrosis ini sering
dijumpai pada caput femoris, bagian proksimal dari os. Scapphoid, os. Lunatum,
dan os.
b.
Talus.Algodystrophy (Sudeck’s
atrophy)
c.
Osteoarthritis
2.6 Penatalaksanaan
1.
Konservatif
a. Immoblisasi tanpa reposisi
Misalnya pemasangan bidai atau gips pada fraktur inkomplit dan fraktur
dengan gkedudukan baik.
b.
Reposisi tertutup atau fiksasi
dengan gibs
Misal pada fraktur supra candy lain,smith,fragmen distal di kembalikan pada
kedudukansemula pada fragmen progsimal dan di pertahankan dalam kedudukan yang
lebih stabil dalam gips
c.
Traksi
Dapat untuk reposisi perlahan dan fiksasi sehingga sembuh atau di pasang
gibs.
2.
Operasi
a.
Reposisi tertutup
Fiksasi eksterna setelah posisi baik,berdasarkan
kontrol mikrointra operasi maka di pasang alang fiksasi eksterna .Fiksasi
eksterna dapat model sederhana seperti kongeradenem juded,screw dengan bore
cement
b.
Reposisi tertutup dengan kontrol
radiologis diikuti fiksasi eksterna.misalnya reposisi tertutup di ikuti dengan
pemasangan parsel pins/pinning dan imobilisasi gibs.
c.
Reposisi terbuka dengan fiksasi
interna fixation (ORIF).
§
Fraktur yang tidak bisa sembuh /
bahaya avasolar dan neerisis tinggi.
§
Fraktur yang tidak bisa di
reposisi tertutup , misal :Fr.dislokasi.
§
Fraktur yang dapat di reposisi
tapi sulit di pertahankan.
§
Fraktur yang memberikan hasil
baik dengan operasi.
a)
Exacional arthopreistry
Membuang fragmen dan melakukan pemasangan endoprothesis
moore atau yang lainya.
b)
Excici exasi caput femur dan
pemasangan endoptrothesis moore atau yang lainya.
3.
Pada fraktur pelvis
penatalaksanaan yang baik itu dengan tirah baring untuk menambah
digiditas,sampai nyeri dan tidak kenyamanan menghilang.
2.7 Konsep aktifitas sehari-hari penderita terhadap lingkungan
Sosialisasi klien
terhadap situasi lingkungan sebelum dan selama sakit yang mencakup kesehatan
social.
2.8 Pengkajian
keperawatan
Pengkajian yang sistematis meliputi
pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data
diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji data
menurut Engram (1999), adalah :
1. Identitas klien meliputi : nama,
usia, pekerjaan, pendidikan, suku, dll
2. Riwayat keperawatan
a) Awalan serangan : terjadi pada
ssat pasien jatuh dari motor dan lengan pasien mengalami fraktur.
b) Keluhan utama : Fraktur
P.O.AFF PEN ELBOUS (dex)
c) Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat
penyakit yang diderita
3. Riwayat psikososial
Berhubungan dengan emosional klien yang berkaitan dengan
kecemasan klien sebagai factor stressor terhadap penyakit yang di alaminya.
5. Kebutuhan dasar
a) Pola eliminasi : sebelum sakit
pola BAB pasien kurang teratur, kadang 1x/hari /tidak sama sekali dan ketika di
rawat di RS pasien tidak BAB tetapi pola BAK pasien teratur.
b) Pola nutrisi : sebelum sakit
pola nutrisi pasien 3x/hari,dengan lauk yang bervariatif dengan minum air putih
yang tidak telalu banyak dan ketika di rawat di RS pola nutrisi pasien tidak di
ubah sama sekali,tetapi erkadang makannya tidak habis, pola nutrisi parental di
berikan dengan cairan infus D5% (20 tetes/menit).
c) Pola tidur dan istirahat akan
terganggu karena adanya rasa nyeri luka pasca bedah yang menimbulkan rasa tidak
nyaman.
d) Pola hygiene : kebiasaan mandi
setiap harinya.
e) Aktivitas : akan terganggu karena
kondisi lengan yang di
pasang pen.
6. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan psikologis : keadaan
umum tampak biasa,
kesadaran compos mentis.
b) Pemeriksaan sistematik : Inspeksi, Perkusi,
Palpasi,Auskultasi .
c)
Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan darah lengkap.
2.9 Diagnosa keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontuinitas jaringan, kerusakan serabut syaraf, spasme otot.
1.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
kerangka neuromoskuler , pembatasan gerak.
2.
Resiko infeksi berhubungan denganpenuruna barier
pertahanan tubuh sekunder terhadap terputusnya kontuinitas jaringan.
3.
Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
atau interupsi aliran dara, cilera vaskuler langsung, edema berlebih.
4.
Kerusakan intregritas kulit atau jaringan berhubungan
dengan gangguan status metabolik, serkulasi dan sensori, penurunan aktifitas.
5.
Kurang pengetahuan kondisi prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang mengingat salah interprestasi, urang
informasi.
2.9 Perencanaan keperawatan
Nyeri
spasme otot, gerakan fragmen tulang berhubungan dengan edema, cedera pada
jaringan lunak, alat traksi / imobilisasi, stress, ansietas.
Tujuan :
Klien
mengungkapkan rasa nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria
evaluasi :
Menunjukkan
tindakan santai; mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/ istirahat dengan
tepat
Menyatakan
nyeri hilang
Intervensi
:
- Mempertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi.
- Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
- Lakukan dan awasi latihan rentan gerak pasif / aktif
- Berikan alternative tindakan kenyamanan, contoh pijatan-pijatan punggung, perubahan posisi.
Rasional
:
- Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang / tegangan, jaringan yang cedera.
- Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan menurunkan nyeri.
- Mempertahankan kekuatan atau mobilitas otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan yang cedera.
- Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan local dan kelelahan otot.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuskuler: Nyeri/ ketidaknyamanan, terapi restriktif (imobilisasi tungkai).
Tujuan :
Klien akan
mempertahankan mobilisasi pada tingkat yang lebh tinggi.
Kriteria evaluasi :
Kriteria evaluasi :
Menyatakan
ketidaknyamanan hilang
Menunjukkan
perilaku /tehnik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai
indikasi.
Mencapai
penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi
Menunjukkan
penggunaan keteramplan relaksasi dan aktivitas
terapeutik
sesuai indikasi untuk situasi individual
Intervensi :
Intervensi :
- Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi. Pertahankan rangsangan lingkungan contohnya : radio, tv, koran, barang milik pribadi/ lukisan, kalender, jam, kunjungan keluarga/teman.
- Intruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasif/aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit.
- Dorong kegunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tak sakit.
- Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan (contoh mandi, mencukur).
Rasional :
- Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri dan membantu menurunkan isolasi sosial.
- Meningkatkan aliran darah keotot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi; mencega kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan.
- Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan masa otot. Catatan : latihan ini dikontraindikasikan pada perdarahan akut/edema.
- Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien dalam situasi dan meningkatkatkan kesehatan diri langsung.
Resiko terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (fraktur)
Tujuan :
Klien dapat mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur
Kriteria evaluasi :
Kriteria evaluasi :
Mempertahankan
stabilisasi dan posisi fraktur
Menunjukkan
mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas pada sisi fraktur.
Menunjukkan
pembentukan kalus/mulai penyatuan fraktur dengan tepat.
Intervensi
:
- Mempertahankan tirah baring/ ekstremitas sesuai indikasi. Berikan sokongan sendi diatas dan dibawah fraktur bila bergerak atau membalik.
- Sokong fraktur dengan bantal/ gulungan selimut. Pertahankan posisi netral pada bagian yang sakit dengan bantal pasir pembebat, gulungan trokanter papan kaki.
- Kaji integritas alat piksasi eksternal
Rasional
:
- Meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi atau penyembuhan.
- Mencegah gerakan yang tidak perlu dan perubahan posisi yang tepat dari bantal juga dapat mencegah tekanan deformitas pada gips yang kering.
- Traksi hoffman memberikan stabilisasi dan sokongan fraktur tanpa menggunakan katrol, tali atau beban, memungkinkan mobilitas/ kenyamanan pasien lebih besar dan memudahkan perawatan luka. Kurang atau berlebihannya keketatan klem/keketatan dapat mengubah tekanan kerangka, menyebabkan kesalahan posisi.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya ketahanan primer: Kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan, prosedur invasif traksi tulang.
Tujuan :
Klien akan
mempertahankan kondisi tulang yang fraktur dan jaringan lunak yang adekuat.
Kriteria evaluasi :
Kriteria evaluasi :
Mencapai
penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
Intervensi :
Intervensi :
- Kaji tanda-tanda infeksi seperti panas, kemerahan, nyeri dan lain-lain.
- Perawatan luka dengan tehnik septik
- Kolaborasi untuk pemberian antibiotik
Rasional :
- Dapat mengidentifikasi timbulnya infeksi lokal/nekrosis jaringan, yang dapat menimbulkan osteomielitis.
- Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi
- Antibiotk dapat digunakan secara profilaktik atau dapat ditujukan pada mikroorganisme khusus.
Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen
tulang edema, cedera pada jaringan lunak, alat traksi / imobilisasi, stress,
ansietas.
Tujuan
:
Klien
mengungkapkan rasa nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria
evaluasi :
Menunjukkan
tindakan santai; mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/ istirahat dengan
tepat
Menyatakan
nyeri hilang
Intervensi
:
- Mempertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi.
- Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
- Lakukan dan awasi latihan rentan gerak pasif / aktif
- Berikan alternative tindakan kenyamanan, contoh pijatan-pijatan punggung, perubahan posisi.
Rasional
:
- Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang / tegangan, jaringan yang cedera.
- Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan menurunkan nyeri.
- Mempertahankan kekuatan atau mobilitas otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan yang cedera.
- Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan local dan kelelahan otot.
Kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler: Nyeri/
ketidaknyamanan, terapi restriktif (imobilisasi tungkai).
Tujuan :
Klien akan
mempertahankan mobilisasi pada tingkat yang lebh tinggi.
Kriteria evaluasi :
Kriteria evaluasi :
Menyatakan
ketidaknyamanan hilang
Menunjukkan
perilaku /tehnik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai
indikasi.
Mencapai penyembuhan
luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi
Menunjukkan
penggunaan keteramplan relaksasi dan aktivitas
terapeutik
sesuai indikasi untuk situasi individual
Intervensi :
Intervensi :
- Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi. Pertahankan rangsangan lingkungan contohnya : radio, tv, koran, barang milik pribadi/ lukisan, kalender, jam, kunjungan keluarga/teman.
- Intruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasif/aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit.
- Dorong kegunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tak sakit.
- Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan (contoh mandi, mencukur).
Rasional :
- Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri dan membantu menurunkan isolasi sosial.
- Meningkatkan aliran darah keotot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi; mencega kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan.
- Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan masa otot. Catatan : latihan ini dikontraindikasikan pada perdarahan akut/edema.
- Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien dalam situasi dan meningkatkatkan kesehatan diri langsung.
Resiko terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (fraktur)
Tujuan :
Klien dapat
mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur
Kriteria evaluasi :
Kriteria evaluasi :
Mempertahankan
stabilisasi dan posisi fraktur
Menunjukkan
mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas pada sisi fraktur.
Menunjukkan
pembentukan kalus/mulai penyatuan fraktur dengan tepat.
Intervensi :
Intervensi :
- Mempertahankan tirah baring/ ekstremitas sesuai indikasi. Berikan sokongan sendi diatas dan dibawah fraktur bila bergerak atau membalik.
- Sokong fraktur dengan bantal/ gulungan selimut. Pertahankan posisi netral pada bagian yang sakit dengan bantal pasir pembebat, gulungan trokanter papan kaki.
- Kaji integritas alat piksasi eksternal
Rasional
:
- Meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi atau penyembuhan.
- Mencegah gerakan yang tidak perlu dan perubahan posisi yang tepat dari bantal juga dapat mencegah tekanan deformitas pada gips yang kering.
- Traksi hoffman memberikan stabilisasi dan sokongan fraktur tanpa menggunakan katrol, tali atau beban, memungkinkan mobilitas/ kenyamanan pasien lebih besar dan memudahkan perawatan luka. Kurang atau berlebihannya keketatan klem/keketatan dapat mengubah tekanan kerangka, menyebabkan kesalahan posisi.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya ketahanan primer: Kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan, prosedur invasif traksi tulang.
Tujuan :
Klien akan
mempertahankan kondisi tulang yang fraktur dan jaringan lunak yang adekuat.
Kriteria evaluasi :
Kriteria evaluasi :
Mencapai
penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
Intervensi :
Intervensi :
- Kaji tanda-tanda infeksi seperti panas, kemerahan, nyeri dan lain-lain.
- Perawatan luka dengan tehnik septik
- Kolaborasi untuk pemberian antibiotik
Rasional :
- Dapat mengidentifikasi timbulnya infeksi lokal/nekrosis jaringan, yang dapat menimbulkan osteomielitis.
- Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi
- Antibiotk dapat digunakan secara profilaktik atau dapat ditujukan pada mikroorganisme khusus.
2.10 Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang terencana dan sistematis
dari mengumpulkan, mengelompokkan, tingkat pencapaian tujuan. Hal ini merupakan
aktifitas yang berkelanjutan yang meliputi menganalisa dan membandingkan status
kesehatan klien dengan tujuan yang diharapkan, dan menentukan klien, keluarga,
perawat dan anggota tim kesehatan lain.
Langkah evaluasi dari proses keperwatan mengukur
respon klien ke arah pencapaian tujuan. Data dikumpulkan dengan dasar
berkelanjutan untuk mengukur perubahan dalam fungsi, dalam kehidupan sehari-
hari, dan dalam ketersediaan atau sumber eksternal. Selama evaluasi, perawat
memutuskan apakah langkah proses keperawatan sebelumnya telah efektif dengan
menelaah respon klien dan membandingkannya dengan perilaku yang disebutkan pada
criteria hasil.
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN P.O.AFF PEN ELBOUS
3.1
PENGKAJIAN
Tanggal
Pengkajian : 09 Mei 2012
Tanggal
Masuk : 08 Mei 2012
Ruang/Kelas : Teratai Bawah/II
Nomor
Register : 10763380
Diagnosa
Medis : P.O.AFF PEN ELBOUS
(dex)
1.
Biodata
a.
Indetitas
pasien
Nama : Nn.D
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 16 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan :
SLTA
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan :
Pelajar
Alamat : Kp.Cimpaeun
,RT.01/05,Cimpaeun Tapeus, Depok
Sumber Biaya : Pribadi
Sumber Informasi :
Pasien dan Keluarga
a. Indetitas
penanggung jawab
Nama : Basirudin
Umur : 42 Thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wirausahawan
Hub dengan pasien : Orang tua
Alamat : Kp.Cimpaeun
,RT.01/05,Cimpaeun Tapeus, Depok
1. Resume
Sakit
yang dirasakan pasien terjadi karena kecelakaan motor yang di alami pasien
ketika ia bermain dengan temanya,sehingga pasien mengalami patah tulang pada bagian
lengan kanan pasien,sehingga warga sekitar yang melihat kejadian tersebut
segera membawa pasien ke poliklinik RSUD Cibinong,untuk mengalami perawatan lebih lanjut dan operasi
pemasangan PEN pada lengan yang patah.
Sudah dilakukan pemeriksaan darah lengkap,dengan
hasil :
NO
|
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai
rujukan
|
Satuan
|
Metode
|
1
|
Hematologi
Darah lengkap
·
Hemoglobin
|
11,9
|
L
13-16 ; P 12-14
|
g/dl
|
Otomatis
|
·
Eritrosit
|
4,38
|
Juta/ul
|
|||
·
Leukosit
|
5200
|
5000
– 10.000
|
/ul
|
||
·
Trombosit
|
367.000
|
150.000
– 450.000
|
/ul
|
||
·
LED
|
25
|
L:
0-10 ; P: 0-15
|
Mm/jam
|
||
·
Hematocrit
|
37,6
|
L:
40-48 ; P: 36-42
|
%
|
||
Hitung jenis
·
Basophil
·
Eosinophil
·
Batang
·
Segmen
·
Limfosit
·
Monosit
Masa
pendarahan
Masa
pembekuan
|
0
1
0
63
35
1
3
10
|
0
– 1
1
– 3
2
– 6
50
– 70
20
– 40
2
– 8
1
– 3
9
– 15
|
%
%
%
%
%
%
Menit
Menit
|
Otomatis
Otomatis
|
Klien di berikan terapi obat :
Jenis
|
Dosis
|
Tramadol
Ceftriaxone
RL D5% (1:2)
|
1 Ampul
1 Ampul
1 Plabot
|
2. Riwayat
Keperawatan
1.)
Riwayat Kesehatan sekarang
a.Keluhan Utama : FRAKTUR P.O.AFF PEN ELBOUS (dex)
b.Kronologis Keluhan :
a) Faktor
Pencetus : Kecelakaan motor yang
di alami oleh pasien.
b) Timbulnya
keluhan : Mendadak.
c) Lamanya : Mulai di rasakan ketika
pasien mengalami kecelakaan motor.
d) Upaya
mengatasi : Operasi pemasangan
PEN.
2.) Riwayat
masa lalu
a. Riwayat
Penyakit sebelumnya :
Pasien tidak memiliki astma,HT,Jantung dan
penyakit lainya.
b.
Riwayat kesehatan kecelakaan :
Pasien
mengatakan baru kali ini mengalami kecelakaan.
c. Riwayat
di rumah sakit :
Pasien
mengatakan ia belum pernah di rumah sakit sebelumnya.
d. Riwayat
alergi :
Pasien
mengatakan bahwa ia tidak memiliki alergi baik itu obat-obatan maupun makanan.
3.) Riwayat
kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai keluarga yang mempunyai
dengan diagnosa yang sama dengan dirinya atau penyakit seperti jantung, dan
lain-lain.
Keterangan:
: Kakek dan Nenek
:
Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal satu
rumah
4.) Riwayat
Psikososial dan Spiritual
1. Adakah
orang yang terdekat dengan klien:
Ke dua orangtuanya dan
ke dua adiknya.
2.
Interaksi dalam keluarga
a.Pola Komunikasi : Baik
b.Pembuatan Keputusan :
Ke dua orangtuanya.
c.Kegiatan
Kemasyarakatan : Baik
3. Dampak
penyakit klien terhadap keluarga:
Orang tua atau ibu jadi
tidak bisa beraktivitas seperti biasa.
4. Masalah
yang mempengaruhi klien : Tidak ada
5.
Mekanisme Koping terhadap stress : Pemecahan masalah
6.
Persepsi klien terhadap penyakitnya.
a. Hal
yang sangat di pikirkan saat ini: Ingin cepat sembuh
b. Harapan
setelah menjalani keperawatan:
Dapat
menjalani aktifitas seperti biasa
dan sembuh total.
c.
Perubahan yang dirasakan setelah jatuh
sakit:
Lebih banyak beristirahat dan kurang beraktifitas.
7.
Tugas perkembangan menurut usia saat ini
: Sekolah
8.
Sistem
nilai kepercayaan
a. Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan :
tidak ada
b. Aktivitas
agama yang dilakukan : Shalat
9. Kondisi lingkungan rumah:
Kondisi lingkungan rumah
baik dan bersih.
10.Pola Kebiasaan:
HAL YANG
DIKAJI
|
|
|||
Sebelum di RS
|
Di RS
|
|||
1.
Pola Nutrisi
a.
Frekuensi makanan :……X/hari
b.
Nafsu Makan : Baik/tidak
Alasan:…(mual/muntah/sariawan)
c.
Porsi Makanan yang di habiskan
d.
Makanan yang tidak di sukai
e.
Makanan yang membuat alergi
f.
Makanan Pantangan
g.
Penggunaan obat-obatan sebelum
makan
h.
Penggunaan alat bantu
2.Pola Eliminasi
a.
B.a.k :
1). Frekuensi :…..X/hari
2). Warna :…….
3). Keluhan :…….
4). Penggunaan alat
bantu
b. B.A.B
1). Frekuensi :…..X/hari
2).Waktu
(pagi/siang/malam/tidak tertentu)
3). Warna :…….
4). Konsistensi :……
5). Keluhan :……..
6). Penggunaan alat
3).Pola
Personal Hygiene
a. Mandi
1) Frekuensi :…..X/hari
2) Waktu : Pagi/Siang/Malam
b. Oral Hygiene
1) Frekuensi :….X/hari
2) Waktu :pagi/siang/sore
c. Cuci Rambut
1) Frekuensi :……X/minggu
4).
Pola Istirahat dan Tidur
a. Lama tidur siang : …Jam/hari
b.Lama tidur malam :….Jam/hari
c. Kebiasaan sebelum tidur :
5.
Pola Aktivitas dan Latihan
a. Waktu bekerja : pagi/siang/malam
b. Olah raga :
( )Ya ( ) Tidak
c. Jenis Olah raga :
d. Frekuensi olah raga :……
e. Keluhan dalam beraktivitas :……
6.Kebiasaan
yang mempengaruhi kesehatan
a.Merokok : Ya/Tidak
1) Frekuensi : ……..
2) Jumlah : ……..
3) Lama
pemakaian :………
b.Minuman Keras/Nabza : Ya/Tidak
1) Frekuensi :…..
2) Jumlah :…..
3) Lama
Pemakaian :
|
3x/sehari
Baik
1 porsi
-
-
-
-
-
5
Bening
-
-
1 x/hari
Pagi
Kuning kecoklatan
Padat
-
-
2
Pagi dan sore
2
Pagi dan sore
3
-
8
-
Pagi
Tidak
Olahraga di sekolah
1x/minggu
-
Tidak
-
-
Tidak
-
-
-
|
3x/sehari
Baik
1 porsi
Bubur
-
-
-
Pitela
7
Bening
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
Pagi
-
4
8
-
-
Tidak
-
-
Susah menggerakan
lengan akibat trepasang PEN dan infus.
Tidak
-
Tidak
-
-
-
|
3.
Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan
Fisik Umum:
1) Berat
badan :
48 kg
2) Tinggi
badan :
160 cm
3) Keadaan
umum :
Sedang
4) Pembesaran
kelenjar getah bening : Tidak
b. Sistem
Penglihatan:
1) Posisi
mata : Simetris
2) Kelopak
mata : Normal
3) Pergerakan
bola mata : Normal
4) Konjungtiva : Merah Muda
5) Kornea : Normal
6) Sklera : Ikterik
7) Pupil : Isokor
8) Otot-otot
mata : Tidak ada kelainan
9) Fungsi
penglihatan : Baik
10) Tanda-tanda
radang : Tidak ada
11) Pemakaian
kaca mata : Tidak
12) Pemakaian
lensa kotak : Tidak
13) Reaksi
terhadap cahaya : Baik
c. Sistem
Pendengaran:
1) Daun
telinga : Normal
2) Karakteristik
serumen
a. Warna : Kuning muda
b. Konsistensi : Cair
c. Bau : Khas
3) Kondisi
telinga tengah : Normal
4) Cairan
dari telinga : Tidak
5) Perasaan
penuh di telinga : Tidak
6) Tinitus : Tidak
7) Fungsi
pendengaran :
Normal
8) Gangguan
keseimbangan :
Tidak
9) Pemakaian
alat bantu :
Tidak
d. Sistem
Wicara :
Normal
e. Sistem
Pernafasan:
1) Jalan
nafas :
Bersih
2) Pernafasan
:
Tidak sesak
3) Menggunakan
otot bantu pernafasan : Tidak
4) Frekuensi :
20
x/menit
5) Irama :
Teratur
6) Jenis
pernafasan :
Spontan
7) Kedalaman :
Dalam
8) Batuk :
Tidak
9) Sputum :
Tidak
10) Konsistensi : Kental
11) Terdapat
darah :
Tidak
12) Palpasi
dada :
Detak jantung normal
13) Perkusi
dada :
Tidak ada tanda-tanda nyeri
14) Suara
nafas :
Vesikuler
15) Nyeri
saat bernafas :
Tidak
16) Penggunaan
alat bantu nafas : Tidak
f.
Sistem Kardiovaskular:
1) Sirkulasi
Peripher
a. Nadi : 80 x/menit Irama
: Teratur
Denyut : Kuat
b.
Tekanan darah :
120/80 mmHg
c. Distensi
vena jugularis : Kanan: Ya
Kiri :
Ya
d. Temperature
Kulit : Hangat
e. Warna
kulit : Pucat
f. Pengisian
kapiler : detik
g. Edema : Tidak
2)
Sirkulasi Jantung
a). Kecepatan denyut
capital :
b). Irama : Teratur
c). Kelainan bunyi
jantung : Tidak ada
d).
Sakit dada : Tidak
g. Sistem
Hematologi:
Gangguan
Hematologi:
1). Pucat : Tidak
2). Perdarahan : Tidak
h.
Sistem Syaraf Pusat:
1). Keluhan sakit kepala : Tidak ada
2). Tingkat kesadaran : ComposMentis
3). Glasgow coma scale :
4). Tanda-tanda peningkatan TIK : Tidak
5). Gangguan Sistem persyarafan : Tidak ada
6). Pemeriksaan Refleks
a. Refleks fisiologis : Normal
b. Refleks Patologis : Ya
i.
Sistem Pencernaan:
Keadaan
mulut:
1).
Gigi :
Tidak
2).
Penggunaan gigi palsu :
Tidak
3).
Stomatitis :
Tidak
4).
Lidah kotor :
Tidak
5).
Salifa :
Normal
6).
Muntah :
Tidak
7).
Nyeri daerah perut : Tidak
8).
Skala nyeri :
-
9).
Lokasi dan Karakter nyeri : -
10).
Bising usus :
(+)
11).
Diare :
Tidak
12).
Konstipasi :
Ya, 2 hari.
13).
Hepar :
Teraba
14).
Abdomen :
Kembung
j.
Sistem Endokrin:
a. Pembesaran
Kelenjar Tiroid : Tidak
b. Nafas
berbau keton :
Tidak
c. Luka
ganggren :
Tidak
k. Sistem Urogenital:
a.
Balance Cairan : Intake 1000 ml ; Output 500
ml
b. Perubahan
pola kemih : Retensi
c. B.a.k
:
Kuning Jernih
d. Distensi/ketegangan
kandung kemih : Tidak
e. Keluhan
sakit pinggang :
Tidak
f. Skala
nyeri :
0
l. Sistem Integumen
a. Turgor
kulit :
Tidak Elastis
b. Temperatur
kulit :
Dingin
c. Warna
kulit :
Pucat
d. Keadaan
kulit :
Baik
e. Kelainan
kulit :
Tidak
f. Kondisi
kulit yang terpasang infus :
Normal, tidak ada oedeme
g. Keadaan
rambut :
- Tekstur : Baik
- Kebersihan
:Ya
m.
Sistem Muskuloskeletal
a. Kesulitan
dalam bergerak : Ya,
terpasang infus (+)
b. Sakit
pada tulang :
Ya
c. Fraktur :
Ya
d. Kelainan
bentuk tulang sendi : Ada
e. Kelainan
struktur tulang belakang : Tidak
Ada
f. Keadaan
otot :
Baik
4.
Data Penunjang
a. Laboratorium:
NO
|
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai
rujukan
|
Satuan
|
Metode
|
1
|
Hematologi
Darah lengkap
·
Hemoglobin
|
11,9
|
L
13-16 ; P 12-14
|
g/dl
|
Otomatis
|
·
Eritrosit
|
4,38
|
Juta/ul
|
|||
·
Leukosit
|
5200
|
5000
– 10.000
|
/ul
|
||
·
Trombosit
|
367.000
|
150.000
– 450.000
|
/ul
|
||
·
LED
|
25
|
L:
0-10 ; P: 0-15
|
Mm/jam
|
||
·
Hematocrit
|
37,6
|
L:
40-48 ; P: 36-42
|
%
|
||
Hitung jenis
·
Basophil
·
Eosinophil
·
Batang
·
Segmen
·
Limfosit
·
Monosit
Masa
pendarahan
Masa
pembekuan
|
0
1
0
63
35
1
3
10
|
0
– 1
1
– 3
2
– 6
50
– 70
20
– 40
2
– 8
1
– 3
9
– 15
|
%
%
%
%
%
%
Menit
Menit
|
Otomatis
Otomatis
|
5.
Penatalaksanaan
Tanggal
|
Jenis
|
Dosis
|
Waktu Pemberian
|
Cara Pemberian
|
09.05.2012
|
Tramadol
Ceftriaxone
RL D5% (1:2)
|
1 Ampul
1 Ampul
1 Plabot
|
14.00 dan 22.00
22.00
Per-8 jam
|
Injeksi
Injeksi
IV
|
10.05.2012
|
Tramadol
Ceftriaxone
RL D5% (1:2)
|
1 Ampul
1 Ampul
1 Plabot
|
06.00
06.00
Per-8 jam
|
Injeksi
Injeksi
IV
|
6.
Data Fokus
Data subjektif
|
Data objektif
|
Ds :Pasien mengatakan siap untuk di operasi.
|
Do :Keadaan umum sedang,Kesadaran Compos Metis,
R/OP besok 9/15/2012 jam 12.00,ke OK , S10 (+),Alkes (+),Foto Thorax
(+),Lab(+)
|
Ds :Nyeri luka di tangan.
|
Do :Keadaan umum sedan,kesadaran Compos Metis
,R/OP 9/5/2012 Jam 12.00,Oleh
|
Ds :Pasien mengatakan nyeri
luka Post Off.
|
Do
:Keadaan umum sedang,Kesadaran Compos Metis ,Inf:RL D5% 20 tpm.
|
Ds :Pasien Mengatakan Bahwa nyeri Post Off masih terasa.
|
Do :Keadaan umum sedang,Kesadaran Compos Metis
,Inf :RL D5% 20 tpm.
|
Ds : (-)
|
Do :Keadaan umum baik,kesadaran Compos Metis ,luka di verban,Elastic
Verban (+) terpasang IVFD
RL :D5%
|
7.
Analisa Data
No
|
Data
|
Masalah
|
Etiologi
|
Implementasi
|
1
|
Ds :Nyeri luka di tangan.
Do :Keadaan umum sedan,kesadaran Compos Metis ,R/OP 9/5/2012 Jam
12.00,Oleh dr.Wahyu Eko
|
Rasa
tidak nyaman yang berlebih.
|
Nyeri Luka akibat pasca operasi sebelumnya
|
-Melakukan
penyuluhan tentang penyakit yang di derita.
-memberikan
dukunagan suportif kepada pasien.
-Melakukan
tindakan kolaborasi dalam memberikan obat penghilang rasa sakit.
|
2
|
Ds :Pasien mengatakan nyeri
luka Post Off.
Do :Keadaan umum sedang,Kesadaran Compos Metis ,Inf:RL D5% 20 tpm.
|
Nyeri
berhubungan dengan terjadinya infeksi.
|
Infeksi
pada bagian lengan yang di Bidai.
|
Melakukan
tindakan perawatan luka POST AFF untuk mengurangi infeksi yang terjadi.
|
3
|
Ds :Pasien Mengatakan Bahwa nyeri Post Off masih terasa.
Do : Keadaan umum sedang,Kesadaran Compos Metis ,Inf :RL D5% 20 tpm.
|
Rasa
tidak nyaman.
|
Nyeri
luka di sebabkan karena tindakan perawatan luka.
|
-Mensuport
pasien untuk menahan rasa sakit yang sementara saat perawatan luka.
-Melakuakn
tindakan kolaborasi dalam memberikan obat anti nyeri.
|
3.2 DIAGNOSA
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tanggal di temukan
|
Tanggal teratasi
|
Paraf dan nama jelas
|
1
|
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan kerusakan kontuinitas jaringan,serabut saraf,spasme otot.
|
08-05-2012
|
09-05-2-12
|
Iiet
|
2
|
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka neuromaskuler,pembatasan
gerak.
|
08-05-2012
|
09-05-2012
|
Iiet
|
3
|
Resiko tinggi terjadinya kurangnya asupan nutrisi.
|
08-05-2012
|
09-05-2012
|
Iiet
|
4
|
Kurangnya pengetahuan kondisi prognis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang mengingat ,salah interprestasi,kurangnya informasi.
|
08-05-2012
|
09-05-2012
|
Iiet
|
3.3 PERENCANAAN , PELAKSANAAN ,
EVALUASI
1. Perencanaan Keperawatan
No
|
Tanggal
|
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan dan
kriteria hasil
|
Rencana
tindakan
|
Paraf dan nama jelas
|
1
|
9-5-2012
|
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan kerusakan kontuinitas jaringan,serabut saraf,spasme otot.
|
Tujuan :
Untuk
mengurangi rasa ketidaknyamanan karena rasa nyeri yang di rasakan pasien.
Kriteria
hasil :
Rasa nyeri
hilang dan berhanti dengan rasa nyaman.
|
1.Memberikan dukungan suportif kepada pasien.
2.Memberikanpenyuluhan tentang penyakit yang di
derita.
3.Memberikan tindakan kolaborasi dalam memberikan
terapi obat penghilang rasa sakit.
4.Memberikan
tindakan kolaborasi dalam melakuakn perawatan luka.
|
|
2
|
9-5-2012
|
Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka
neuromaskuler,pembatasan gerak.
|
Tujuan :
Untuk tetap
mejaga kelancara sirkulasi darah dan untuk menghindari kekakuan sendi karena
kurangnya gerak tubuh.
Kriteria
hasil :
Pasien
merasa bugar kembali
|
1.Memberikan pasien peyuluhan tentang bagaimana melakukan mobilisasi
sederhana untuk menjaga kebugaran tubuhnya.
2.Melakukan tindakan kolaborasi dengan perawat setempat dalam melakukan
mobilisasi kepada pasien.
|
|
3
|
9-5-2012
|
Resiko
tinggi terjadinya kurangnya asupan nutrisi.
|
Tujuan :
Untuk
memenuhi kebutuhan gizi pasien.
Kriteria
hasil :
Kebutuhan
gizi pasien terpenuhi.
|
1.Memberikan penyuluhan tentang bagusnya asupan makanan untuk kesembuhan
pasien.
2.Melakukan tindakan kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan
makanan yang bervariasi untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien.
|
|
4
|
9-5-2012
|
Kurangnya
pengetahuan kondisi prognis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurang mengingat ,salah interprestasi,kurangnya informasi.
|
Tujuan :
Agar pasien
lebih mengetahui tentang penyakit yang di deritanya dan pengobatan yang akan
di jalani si pasien.
Kriteria
hasil :
Pasien lebih
mengerti tentang penyakit yang di deritanya.
|
1.Memberi
penyuluhan tentang penyakit yang di derita psien dan cara pengobatanya.
|
2. Pelaksanaan Keperawatan (catatan keperawatan)
No
|
Tanggal/waktu
|
Tindakan
keperawatan
|
Evaluasi
tindakan
|
Paraf
|
1
|
09-05-2012
|
1.Beri dukungan suportif kepada pasien.
2.Beri penyuluhan tentang penyakit yang di derita.
3.Beri tindakan kolaborasi dalam memberikan terapi
obat penghilang rasa sakit.
4.Beri tindakan kolaborasi dalam melakuakn
perawatan luka.
|
Pasien merasa
lebih nyaman.
|
|
2
|
09-05-2012
|
1.Beri pasien peyuluhan tentang bagaimana melakukan mobilisasi
sederhana untuk menjaga kebugaran tubuhnya.
2.Melakukan tindakan kolaborasi dengan perawat setempat dalam melakukan
mobilisasi kepada pasien.
|
Pasien
merasa bugar kembali.
|
|
3
|
09-05-2012
|
1.Beri penyuluhan tentang bagusnya asupan makanan untuk kesembuhan
pasien.
2.Melakukan tindakan kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan
makanan yang bervariasi untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien.
|
Pasien mengerti dan akhirnya mau makan.
|
|
4
|
09-05-2012
|
1.Beri penyuluhan tentang penyakit yang di derita psien dan cara
pengobatanya.
|
Pasien pun
megerti tentang penyakit yang di derita.
|
3.4 Evaluasi ( Catatan perkembangan ) (Terlampir)
BAB IV
PEMBAHASAN
Di dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada Nn.D dengan penyakit AFF PEN di ruang teratai bawah,
penulis menemukan beberapa masalah yaitu : berupa kesenjangan–kesenjangan
antara teori yang di dapat dengan kenyataan praktek secara langsung yang
ditemukan di ruangan.
Dengan adanya kesenjangan
antar teori dengan praktek, penulis berusaha untuk mencari alternatif
pemecahannya dengan cara bekerjasama dengan klien dan keluarga serta tim
kesehatan lainnya dengan menggunakan asuhan keperawatan yang komprehensif yang
terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pada tahap
ini pengkajian dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan suatu metode
pendekatan pengumpulan data dari klien, keluarga klien, medis maupun para
medis, petugas kesehatan dan catatan tim kesehatan lainnya yang meliputi data
subyektif dan obyektif yang selanjutnya dilakukan analisa untuk sampai bisa
ditegakkannya suatu diagnosa masalah keperawatan.
Dalam
tahap pengkajian ini penulis tidak begitu banyak mendapat hambatan baik dari
klien maupun keluarga klien, karena disamping adanya sikap kooperatif dari
klien dan keluarga dalam memberikan informasi sehingga memudahkan penulis dalam
mengumpulkan data yang diperlukan sesuai dengan kasus. Selain
itu juga adanya dukungan dan bantuan dari perawat ruangan dalam memberikan
informasi yang berhubungan dengan klien.
4.2 Diagnosa
keperawatan
Pada tahap
ini penulis membedakan kesenjangan diagnosa teoritis dengan yang
di temukan
pada kasus Ny. S
Pada teori
Diagnosa yang akan muncul pada stroke hemoragik adalah :
. Sakit kepala berhubungan
dengan tekanan darah tinggi
Sesak nafas berhubungan
dengan peningkatan produksi secret
. Lemahnya ekstrimitas kanan
yang berhubungan dengan terganggunya saraf otak sebelah kiri
Sedangkan
pada praktek hanya terdapat 4 (empat) diagnosa yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman karena nyeri
2. Gangguan mobilitas fisik.
3. Resiko tinggi terjadinya kekurangan asupan
nutrisi.
4.
Kurangnya
pengetahuan tentang penyakit dan cara pengobatan.
4.3 Perencanaan
Dalam
menyusun rencana keperawatan pada pasien STROKE HEMORAGIK penulis membuat
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil ,sehingga tujuan yang telah di tetapkan
tercapai semua perencanaan yang ada di kasus tidak ada bedanya.
4.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan
rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien, didasarkan pada
rencana tindakan keperawatan yang telah diterapkan dalam perencanaan sesuai
dengan intervensi yang dibuat.
Dalam pelaksanakan tindakan keperawatan pada NY. S yang terdapat pada perencanaan tindakan
keperawatan yang sebagian telah dilaksanakan akan dilanjutkan dengan kerjasama
oleh tim kesehatan yang ada di ruangan karena pelaksanaan tersebut harus
dilakukan secara kesinambungan agar tercapai tujuan yang diharapkan.
4.5
Evaluasi
Evaluasi adalah tahap
penilaian hasil dari tujuan yang telah ditetapkan dan sebagai pengkajian ulang
atas intervensi yang dilakukan menilai keberhasilan dari suatu intervensi.
Dengan melihat keseluruhan maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
dari 4 diagnosa
yang diangkat semua diagnosa dapat
teratasi dengan baik,karena mengikuti implementasi dan perencanaan keperawatan.
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis menguraikan tentang asuhan
keperawatan klien Nn.D dengan diagnosa medis P.O.AFF
PEN ELBOUS (dex) di ruang tertai bawah kelas II RSUD
Cibinong. Yang dimulai pendahuluan, Tinjauan kepustakaan dan mengamati hasil
dari tinjauan kasus serta pembahasan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan
dan saran antara lain :
5.1 Kesimpulan
Asuhan Keperawatan yang diberikan pada Nn.D dengan diagnosa medis P.O.AFF
PEN ELBOUS (dex) di ruang Teratai Bawah Atas RSUD Cibinong meliputi:
1. Pengkajian
2. Diagnosa
Keperawatan
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan,
dan
5. Evaluasi.
5.2 Saran
Saran untuk siswa/i adalah untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang
penyakit-penyakit,tindakan yang akan di lakukan,dan komunikasi dalam memenuhi
atau melaksanakan tindakan keperawatan untuk menunjang kesembuhan pasien.
DAFTAR
PUSTAKA
Apley,
A.G., Nagayam S., Solomon, L., Warwick, D. (2001).
Apley’s
System of Orthopaedics and Fractures. :ArnoldAnonymous.(2004).
Open
Fratures. Retrieved fromhttp://www.rcsed.ac.uk/fellows/lvanrensburg/classification/commonfiles/open.htm Anonymous.(2009).
Fraktur:
Patah Tulang . Retrieved fromhttp://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/fraktur-patah-tulang.html Anymous. (2010).
http://seekerofthetruth12.wordpress.com/2010/12/14/bone-healing-komplikasi-dan-prognosis-fraktur/
This discussion unexpectedly takes my attention live22 free credit to join inside. Well, after I read all of them, it gives me new idea for my blog. thanks
BalasHapusSubsequently, 918kiss malaysia after spending many hours on the internet at last We've uncovered an individual that definitely does know what they are discussing many thanks a great deal wonderful post.
BalasHapus