Selasa, 06 September 2022

ASUHAN KEPERAWATAN COVID-19 (COVID-19 NURSING PROCESS)

 A.     Latar Belakang

Penyakit virus corona (COVID-19) disebabkan oleh virus corona yang  menyerang sistem pernapasan. Akibat dari penyebaran wabah dan penularan virus COVID-19 ini mengakibatkan banyaknya warga sakit dan tertular, hingga menyebabkan kematian. Penyakit ini sedang menjadi pandemi di seluruh dunia yang mengancam segala aspek kehidupan masyarakat, seperti social ekonomi, kesehatan dan psikologis.

Hingga tanggal 21 Juni 2020 Kasus COVID-19 di seluruh dunia adalah sebanyak 8.690.140 kasus dengan 461,274 kematian pada 2015 negara (WHO, 2020b). Di Indonesia, Terdapat 18.404 orang yang positif COVID-19 dengan 2465 kematian pada 34 propinsi(COVID-19, 2020). Di Papua Barat, terdapat 222 orang yang positif PCR COVID-19 dengan 15 orang yang meninggal. Terdapat 29 kasus positif melalui pemeriksaan rapid test dan 82 kasus positif PCR (Dinkes Papua Barat, 2020).

COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru ditemukan dan dikenal sebagai sindrom pernapasan akut parah virus corona 2 (SARS-CoV-2). Kasus manusia pertama COVID-19 di identifikasi di Kota Wuhan, Cina pada Desember 2019 (WHO, 2020b). Sejak teridentifikasinya awal Januari 2020 lalu, virus tersebut telah menyebar dan menyebabkan ratusan ribu korban di berbagai belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Virus yang dapat menyebabkan sindrom gangguan pernafasan akut yang berujung pada kegagalan fungsi paru-paru dan kematian (COVID-19, 2020).  

 Karena gejala COVID-19 yang ringan atau bahkan tidak terdeteksi pada beberapa pasien yang terinfeksi, penyakit pernapasan baru ini telah dapat menyebar dengan cepat dalam skala global. Perawat adalah profesional kesehatan garis depan yang bekerja di rumah sakit perawatan akut, lembaga perawatan jangka panjang, panti jompo, sekolah, masyarakat, dan lembaga kesehatan pemerintah. Berbagai peran dan fungsi yang dimainkan oleh perawat sangat penting selama pandemi COVID-19 ini(Azlan et al., 2020).

Perawat menyaring kasus yang dicurigai (mencatat riwayat kasus perjalanan kontak); menerapkan tindakan pencegahan standar (kebersihan tangan, kebersihan pernapasan, peralatan pelindung pribadi, keselamatan injeksi, penyimpanan dan penyerahan obat, dan desinfeksi); dan mendidik dan melatih pasien, keluarga, dan staf layanan kesehatan. Pasien di fasilitas perawatan jangka panjang dan panti jompo sangat rentan terhadap infeksi, dengan mereka yang tertular COVID-19 menghadapi contoh tinggi mengalami pneumonia parah atau bahkan kematian (Azlan et al., 2020).

Dengan demikian, mempersiapkan perawatan dan lingkungan yang aman dan protektif di lokasi-lokasi ini adalah peran yang sangat penting dari perawat selama pandemi ini. Rencana perawatan untuk penghuni dan pasien di lembaga-lembaga ini harus mencakup strategi untuk mengidentifikasi dan mengelola penghuni yang sakit dengan cepat, mengembangkan kebijakan kunjungan yang aman yang membatasi jumlah pengunjung, menjaga lingkungan perlindungan, melakukan pelatihan dan pendidikan kritis, dan mengeluarkan kebijakan cuti sakit yang tepat untuk staf layanan kesehatan(Cavanagh & Wambier, 2020).  

B.  Konsep COVID-19 (Corona Virus Disease 2019)

a.   Pengertian

Penyakit coronavirus (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh coronavirus yang menyebar terutama melalui tetesan air liur atau keluar dari hidung yang akan menyebabkan penyakit pernapasan ringan hingga sedang namun akan menjadi serius jika orang yang lebih tua, dan mereka yang memiliki masalah medis mendasar seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker (medscape, 2020; WHO, 2020a)

b.   Klasifikasi

Berikut jenis klasifikasi corona yang pernah ada di dunia, seperti rangkum dari berbagai sumber (Lancet, 2020; WHO, 2020)

a.   HCoV-229E (alphacoronavirus).

Virus ini muncul pertama kali pada 1960-an. Virus ini dapat menginfeksi manusia. Menurut laporan, gejala terkena virus ini sama seperti flu biasa. HCoV-229E lebih rentan menyerang anak-anak dan usia lanjut. Hingga saat ini belum ada laporan HCoV-229E mengakibatkan korban jiwa.

b.   HCoV-NL63 (alphacoronavirus).

Pada 2004 silam ada kasus manusia pertama kali terinfeksi HCoV-NL63, di Amsterdam. Dia pun lantas mendapatkan isolasi ketat dari pihak medis. Bukan usia dewasa maupun lanjut, orang yang pertama kali terkena itu adalah seorang bayi berusia 7 bulan. Gejalanya mirip dengan bronkhitis.

c.   HCoV-OC43 (betacoronavirus).

Virus corona ini biasa menyebabkan flu. Umum terjadi di beberapa belahan dunia. Virus ini dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan bagian bawah, dan dapat mengakibatkan keparahan usia anak-anak. Virus ini pertama kali ditemukan pada 2005 di Hong Kong. HCoV-HKU1 dilaporkan telah menginfeksi seorang kakek berusia 71 tahun.

d.   Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Kasus pertama pada sudah terjadi di provinsi Guangdong, Cina Selatan pada tahun 2002. SARS coronavirus (SARS-CoV) baru bisa diidentifikasi pada 2003. Virus ini dipercaya berasal dari hewan yang diduga kelelawar, lalu menyebar ke hewan lain (luwak), hingga terkena manusia.Virus ini juga dapat menyebar hingga ke negara lain. SARS menyebar ke lebih dari dua lusin negara di Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Asia. Pada saat itu virus telah menyerang lebih dari 8.000 orang di seluruh dunia, dan telah membunuh hampir 800 orang.

e.   Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus (MERS-CoV).

Middle East Respiratory Syndrome (MERS) adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus corona (Middle Eastrespiratory syndrome syndrome, atau MERS-CoV). Virus ini pertama kali diidentifikasi pada 2012 silam di Arab Saudi.Beberapa kasus menyebutkan pasien tidak menunjukkan gejala klinis. Namun mereka terbukti positif terinfeksi MERS-CoV. Tapi umumnya gejala MERS di antaranya ialah demam, batuk dan sesak napas. Pneumonia mungkin juga bisa terjadi, tetapi tidak selalu ada. Gejala gastrointestinal, termasuk diare, juga pernah dilaporkan.

f.    2019 Novel Coronavirus atau Covid-19

Virus corona pertama kali diketahuimuncul di kota Wuhan, China pada akhirDesember 2019. Ternyata virus itusudahmenyebar dan menginfeksibanyak orang. Mereka diduga sempat memiliki gejala sama setelah mengunjungi pasar basah makanan laut dan hewan lokal di Wuhan. Dilansir dari The New York Times, pasar tersebut lalu ditutup dan didesinfeksi. Hampir tidak mungkinmenyelidikihewan mana yang mungkin merupakan asal mula Covid-19. Namun satu hewan yang dianggap paling memungkinkan adalah kelelawar. Karena kelelawar dapat hidup berdampingan dengan banyak virus. Sama halnya tempat hidup virus SARS.

c.     Etiologi

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah virus dengan nama spesies severe acute respiratory syndrome virus corona 2, yang disingkat SARS-CoV-2. SARS-CoV-2 merupakan virus yang mengandung genom single-stranded RNA yang positif. Morfologi virus corona mempunyai proyeksi permukaan (spikes) glikoprotein yang menunjukkan gambaran seperti menggunakan mahkota dan berukuran 80-160nM dengan polaritas positif 27-32 kb. Struktur protein utama SARS-CoV-2 adalah protein nukleokapsid (N), protein matriks (M), glikoprotein spike (S), protein envelope (E) selubung, dan protein aksesorislainnya(ILO, 2020; WHO, 2020).

Famili corona viridae memiliki empat generasi virus corona, yaitu alphavirus corona (alphaCoV), betavirus corona (betaCoV), deltavirus corona (deltaCoV), dan gamma virus corona (gammaCoV). AlphaCoV dan beta CoV umumnya memiliki karakteristik genomik yang dapat ditemukan pada kelelawar dan hewan pengerat. Sedangkan delta CoV dan gamma CoV umumnya ditemukan pada spesies avian.

SARS-CoV-2 termasuk dalam kategori beta CoV dan 96,2% sekuens genom SARS-CoV-2 identikal dengan bat CoV RaTG13. Oleh sebab itu, kelelawar dicurigai merupakan inangasal dari virus SARS-CoV-2. Virus ini memiliki diameter sebesar 60-140 nm dan dapat secara efektif diinaktivasi dengan larutan lipid, seperti ether (75%), ethanol, disinfektan yang mengandung klorin, asam peroksiasetik, dan kloroform. SARS-CoV-2 juga ditemukan dapat hidup pada aerosol selama 3 jam. Pada permukaan solid, SARS-CoV-2 ditemukan lebih stabil dan dapat hidup pada plastik dan besi stainless selama 72 jam, pada tembaga selama 48 jam, dan pada karton selama 24 jam.

 

d.   Patofisiologi

Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike virus dengan Selman usia. Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang mambantu adaptasi severe acute respiratory syndrome virus corona 2 pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, ataudelesi, akan menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan outbreak di kemudian hari (Lancet, 2020; WHO, 2020)

severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2) menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2), yang ditemukan pada traktus respiratori bawah manusia dan enterosit usus kecil sebagai reseptor masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 pada pernukaan sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai pengatur receptor binding domain (RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi membrane antara sel virus dan selinang.

Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam sitoplasma sel inang. RNA virus akan mentranslasikan poli protein pp1a dan pp1ab dan membentuk kompleks replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya, RTC akan mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan pembentukan protein struktural dan tambahan.

Gabungan reticulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein nukleokapsid, dan glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel virus. Virion kemudian akan berfusi kemembran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi melalui eksositosis. Virus-virus yang dikeluarkan kemudian akan menginfeksi sel ginjal, hati, intestinal, dan limfosit T, dan traktusrespiratori bawah, yang kemudian menyebakan gejala pada pasien.

e.   Manifestasi klinis

infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona (Lancet, 2020; WHO, 2020)

 Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:

a.   Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)

b.   Batuk kering

c.   Sesak napas

Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi virus Corona meskipun lebih jarang, yaitu:

a.   Diare

b.   Sakit kepala

c.   Konjungtivitis

d.   Hilangnya kemampuan mengecap rasa atau mencium bau

e.   Ruam di kulit

Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah penderita terpapar virus Corona.

 

f.    Penatalaksanaan

a.   Medis

Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bias diobati, tetapi ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya dan mencegah penyebaran virus (Lancet, 2020; WHO, 2020), yaitu:

a)    Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani perawatan dan karatina di rumah sakit rujukan

b)   Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi penderita

c)     Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi mandiri dan istirahat yang cukup

d)   Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk menjaga kadar cairan tubuh

Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi virus Corona, dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien dan apakah pasien baru saja bepergian atau tinggal di daerah yang memiliki kasus infeksi virus Corona sebelum gejala muncul. Dokter juga akan menanyakan apakah pasien ada kontak dengan orang yang menderita atau diduga menderita COVID-19. Guna memastikan diagnosis COVID-19, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut:

a.   Rapid test untuk mendeteksi antibodi (IgM dan IgG) yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Corona

b.   Swabtest atau tes PCR (polymerasechainreaction) untuk mendeteksi virus Corona di dalam dahak

c.   CT scan atau Rontgen dada untuk mendeteksi infiltrat atau cairan di paru-paru

Hasil rapidtest COVID-19 positif kemungkinan besar menunjukkan bahwa Anda memang sudah terinfeksi virus Corona, namun bisa juga berarti Anda terinfeksi kuman atau virus yang lain. Sebaliknya, hasil rapidtest COVID-19 negatif belum tentu menandakan bahwa Anda mutlak terbebas dari virus Corona (medscape, 2020; WHO, 2020a)

b.   Keperawatan

Tak ada perawatan khusus untuk mengatasi infeksi virus corona. Umumnya pengi dapatkan pulih dengan sendirinya. Namun, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meredakan gejala infeksi virus corona. Contohnya:

a)   Minum obat yang dijual bebas untuk mengurangi rasa sakit, demam, dan batuk. Namun, jangan berikan aspirin pada anak-anak. Selain itu, jangan berikan obat batuk pada anak di bawah empat tahun.

b)   Gunakan pelembap ruangan atau mandi air panas untuk membantu meredakan sakit tenggorokan dan batuk.

c)     Perbanyak istirahat.

d)   Perbanyak asupan cairan tubuh.

e)    Jika merasa khawatir dengan gejala yang dialami, segeralah hubungi penyedia layanan kesehatan terdekat.

Khusus untuk virus corona yang menyebabkan penyakit serius, seperti SARS, MERS, atauinfeksi COVID-19, penanganannya akan disesuaikan dengan penyakit yang diidap dan kondisi pasien.  Bila pasien mengidap infeksi novel corona virus, dokter akan merujukke RS Rujukan yang telah ditunjuk oleh Dinkes (Dinas Kesehatan) setempat. Bila tidak bias dirujuk karena beberapa alasan, dokter akan melakukan:

a)    Isolasi

b)   Serial foto toraks sesuai indikasi.

c)     Terapi simptomatik.

d)   Terapi cairan.

e)    Ventilator mekanik (bila gagal napas)

f)     Bila ada disertai infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik.

 

g.   Komplikasi

Ada kasus yang parah, infeksi virus Corona bias menyebabkan beberapa komplikasi berikut ini (medscape, 2020; WHO, 2020a) :

1)    Pneumonia (infeksi paru-paru)

2)    Infeksi sekunder pada organ lain

3)    Gagal ginjal

4)    Acutecardiacinjury

5)    Acuterespiratorydistresssyndrome

6)    Kematian

C. Konsep Asuhan Keperawatan COVID-19 menurut (Belleza & R.N., 2020)

a.     Pengkajian  Keperawatan

1)    Penilaian pasien yang diduga COVID-19 harus mencakup: Sejarah perjalanan. Penyedia layanan kesehatan harus mendapatkan riwayat perjalanan yang terperinci untuk pasien yang dievaluasi dengan demam dan penyakit pernapasan akut.

2)    Pemeriksaan fisik. Pasien yang mengalami demam, batuk, dan sesak napas dan yang telah melakukan perjalanan ke Wuhan, China baru-baru ini harus ditempatkan di bawah isolasi segera.

b.     Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan data penilaian, diagnosis keperawatan utama untuk pasien dengan COVID-19 adalah:

1)    Infeksi yang berhubungan dengan kegagalan untuk menghindari patogen akibat paparan COVID-19.

2)    kurang pengetahuan yang terkait dengan ketidaktahuan dengan informasi penularan penyakit.

3)    Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.

4)    Gangguan pola pernafasan berhubungan dengan sesak napas.

5)    Kecemasan terkait dengan etiologi penyakit yang tidak diketahui.

c.     Perencanaan dan Tujuan Perawatan

Berikut ini adalah tujuan perencanaan perawatan utama untuk COVID-19:

1)    Cegah penyebaran infeksi.

2)    Pelajari lebih lanjut tentang penyakit dan penatalaksanaannya.

3)    Tingkatkan suhu tubuh.

4)    Kembalikan pola pernapasannya kembali normal.

5)    Kurangi kecemasan.

d.     Implementasi  Keperawatan

Di bawah ini adalah intervensi keperawatan untuk pasien yang didiagnosis dengan COVID-19:

1)    Pantau tanda-tanda vital. Pantau suhu pasien; infeksi biasanya dimulai dengan suhu tinggi; memantau laju pernapasan pasien karena sesak napas adalah gejala umum lainnya.

2)    Pantau saturasi O2. Pantau saturasi O2 pasien karena gangguan pernapasan menyebabkan hipoksia.

3)    Pertahankan isolasi pernafasan. Simpan tisu di samping tempat tidur pasien; buang sekresi dengan benar; mengintruksikan pasien untuk menutup mulut saat batuk atau bersin; menggunakan topeng, dan menyarankan mereka yang memasuki ruangan untuk memakai topeng juga; letakkan stiker pernapasan pada bagan, linen, dan sebagainya.

4)    Terapkan kebersihan tangan yang ketat. Ajari pasien dan orang-orang untuk mencuci tangan setelah batuk untuk mengurangi atau mencegah penularan virus.

5)    Kelola hipertermia. Gunakan terapi yang tepat untuk suhu tinggi untuk mempertahankan normotermia dan mengurangi kebutuhan metabolisme.

6)    Mendidik pasien dan orang-orang. Berikan informasi tentang penularan penyakit, pengujian diagnostik, proses penyakit, komplikasi, dan perlindungan dari virus.

e.     Evaluasi

Tujuan keperawatan dipenuhi sebagaimana dibuktikan oleh:

1)    Pasien dapat mencegah penyebaran infeksi.

2)    Pasien dapat belajar lebih banyak tentang penyakit dan penatalaksanaannya.

3)    Pasien mampu meningkatkan level suhu tubuh.

4)    Pasien mampu mengembalikan pola pernapasannya kembali normal.

5)    Pasien bisa mengurangi kecemasan.

f.      Pedoman Dokumentasi

       Pedoman dokumentasi untuk pasien dengan COVID-19 meliputi:

a)     Temuan individu, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi, interaksi, sifat pertukaran sosial, kekhasan perilaku individu.

b)    Keyakinan budaya dan agama, dan harapan.

c)     Paket perawatan.

h.     Rencana pengajaran.

a)     Tanggapan terhadap intervensi, pengajaran, dan tindakan yang dilakukan.

b)    Pencapaian atau kemajuan menuju hasil yang diinginkan


DAFTAR PUSTAKA

Azlan, A. A., Hamzah, M. R., Sern, T. J., Ayub, S. H., & Mohamad, E. (2020). Public knowledge, attitudes and practices towards COVID-19: A cross-sectional study in Malaysia. PLOS ONE15(5), e0233668. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0233668

Belleza, M., & R.N. (2020, March 12). Coronavirus Disease (COVID-19) Study Guide. Nurseslabs. https://nurseslabs.com/coronavirus-disease-covid-19/

Cavanagh, G., & Wambier, C. G. (2020). Rational hand hygiene during the coronavirus 2019 (COVID-19) pandemic. Journal of the American Academy of Dermatology82(6), e211. https://doi.org/10.1016/j.jaad.2020.03.090

COVID-19, G. T. P. P. (2020). Infografis COVID-19 (11 Mei 2020)—Berita Terkini | Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Covid19.Go.Id. https://covid19.go.id/p/berita/infografis-covid-19-11-mei-2020

Dinkes Papua Barat. (2020). Situasi terkini perkembangan COVID 19 di Papua Barat Tanggal 11 Mei 2020. https://dinkes.papuabaratprov.go.id/

medscape. (2020). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): Practice Essentials, Background, Route of Transmission. https://emedicine.medscape.com/article/2500114-overview

WHO. (2020a). Coronavirus. https://www.who.int/westernpacific/health-topics/coronavirus

WHO. (2020b). Coronavirus disease 2019. https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar