BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari jaringan otak.
Jumlah penderita kanker otak masih rendah, yakni hanya enam per 100.000 dari pasien tumor/kanker per tahun, namun tetap saja penyakit tersebut masih menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian besar orang. Karena, tumor yang menyerang otak tingkat bahaya yang ditimbulkan umumnya lebih besar daripada tumor yang menyerang bagian tubuh lain. Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ± 10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan frekuensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65 tahun.
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥60 tahun (31,85 persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang dioperasi penulis dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan.
B. Tujuan
- Mengetahui dan memahami anatomi fisiologi system neurobihariour
- Mengetahui dan memahami definisi dari tumor otak.
- Mengetahui dan memahami klasifikasi tumor otak.
- Mengetahui dan memahami etiologi tumor otak.
- Mengetahui dan memahami patofisiologi pada tumor otak.
- Mengetahui dan memahami manifestasi klinis tumor otak.
- Mengetahui dan memahami komplikasi dari tumor otak.
- Mengetahui dan memahami pathway dari tumor otak.
- Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang tumor otak.
- Mengetahui dan memahami penatalaksanaan tumor otak
- Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan tumor otak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi
Susunan saraf adalah sistim yang mengontrol tubuh kita yang terus menerus menerima, menghantarkan dan memproses suatu informasi dan bersama sistim hormon, susunan saraf mengkoordinasikan semua proses fungsional dari berbagai jaringan tubuh, organ dan sistim organ manusia. Susunan saraf dibagi menjadi dua yaitu susunan saraf pusat dan susunan saraf otonom. (Evelyn C. Pearce :2009)
1. Susunan Saraf Pusat
Susunan saraf ini terdiri dari :
a. Otak
Secara fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1) Batang otak yang menghubungkan medulla spinalis dengan serebrum terdiri dari medula oblongata, pons varoli dan diensefalon (otak tengah).
a) Medula oblongata mengandung nucleus atau badan sel dari berbagai saraf otak yang penting. Selain itu medula mengandung pusat-pusat vital yang berfungsi mengendalikan pernafasan dan system kardiovaskuler. Medulla oblongata terletak dalam fosa krnialis posterior dan bersatu dengan sumsum tulang belakang tepat dibawah foramen magnum tulang oksipital
b) Pons varoli merupakan bagian tengah batang otak dank arena itu memiliki jalur lintas naik dan turun seperti pada otak tengah. Selain itu juga terdapat banyak serabut yang berjalan menyilang pons untuk menghubungkan kedua lobus serebelum dan menghubungkan serebelum dengan korteks serebri.
c) Diensefalon (Otak tengah) mengandung pusat-pusat yang mengendalikan keseimbangan dan gerakan-gerakan mata. (Evelyn C. Pearce :2009 hal 346)
2) Otak kecil (cerebelum)
Cerebelum menempati fosa kranialis posterior dan diatapi tentorium-serebeli, yang merupakan lipatan durameter yang memisahkan lobus oksipitalis serebri. Fungsi cerebellum adalah mengatur sikap dan aktivitas sikap badan. Cerebellum berperan penting dalam koordinasi otot dan menjaga keseimbangan. (Evelyn C. Pearce :2009 hal 348)
3) Otak besar (cerebrum)
Cerebrum mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak, yang masing-masing disebut fosa kranialis anterior dan fosa kranialis tengah. Cerebrum terdiri dari dua hemisfer yaitu kiri dan kanan, empat lobus yaitu :
a) Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian dan menahan diri.
b) Lobus parietal merupakan lobus sensori berfungsi menginterpretasikan sensasi, berfungsi mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
c) Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi kecap, bau, pendengaran dan ingatan jangka pendek.
d) Lobus oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan. (Evelyn C. Pearce :2009 hal 341)
b. Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang atau medulla spinalis bermula pada medulla oblongata menjulur kea rah kaudal melalui foramen magnum, dan berakhir diantara vertebra lumbalis pertama dan kedua. Fungsi sumsum tulang belakang adalah mengadakan kounikasi antara otak dan semua bagaian tubuh dan gerak reflkeks. (Evelyn C. Pearce :2009 hal 352)
c. Saraf cranial
Ada 12 pasang saraf cranial yaitu :
1) Nervus olfaktorius (sensorik), saraf penghidu
2) Nervus optikus (sensorik), saraf penglihatan
3) Nervus okulo-motorius, otot eksterna mata
4) Nervus troklearis (motorik), otot mata
5) Nervus trigeminus, tergiri dari saraf oftalmikus, maksilaris dan mandibularis
6) Nervus abdusens (motorik), otot mata
7) Nervus fasialis, saraf untuk wajah
8) Nervus akustikus, saraf pendengaran
9) Nervus glosofaringeus, saraf faring
10) Nervus vagus
11) Nervus aksesorius
12) Nervus hippoglosus, saraf otot lidah. (Evelyn C. Pearce :2009 hal 349)
2. Susunan Saraf Otonom
System saraf otonom bergantung pada system saraf pusat dan antara keduanya dihubungkan urat-urat saraf aferen dan eferen. Menurut fungsinya, susunan saraf otonom dibagi dalam dua bagian :
a. System saraf simpatis
Terletak didepan kolumna vertebra dan berhubungan serta bersambungan dengan sumsum tulang belakang melalui serabut saraf. Fungsinya adalah mensarafi otot jantung, otot-otot tidak sadar semua pembuluh darah, serta semua alat dalam seperti lambung, pangkreas dan usus. Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat, serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit-arektores pilorum serta mempertahankan tonus semua otot, termasuk tonus otot sadar. (Evelyn C. Pearce :2009 hal 371)
b. System saraf parasimpatis
Dibagi menjadi dua yaitu saraf otonom cranial dan saraf otonom sacral. Saraf otonom cranial adalah saraf cranial ketiga, ketujuh, kesembilan, dan kesepuluh. Saraf otonom sacral keluar dari sumsum tulang belakang melalui daerah sacral membentuk urat-urat saraf pada alat-alat dalam pelvis, dan bersama saraf simpatis membentuk pleksus yang melayani kolom, rectum, dan kandung kemih. (Evelyn C. Pearce :2009 hal 372)
Pembuluh darah yang mendarahi otak tardiri dari :
1. Sepasang pembuluh darah karotis : denyut pembuluh darah besar ini dapat kita raba dileher depan, sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula, sepasang pambuluh darah ini setelah masuk ke rongga tengkorak akan bercabang menjadi tiga :
a. Sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)
b. Sebagian menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior)
c. Sebagian menuju otak bagian dalam (arteri serebri interior)
Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut arteri komunikan posterior.
2. Sepasang pembuluh darah vertebralis : denyut pembuluh darah ini tidak dapat diraba oleh karena kedua pembuluh darah ini menyusup ke bagian samping tulang leher, pembuluh darah ini mendarahi batang otak dan kedua otak kecil, kedua pembuluh darah teersebut akan saling berhubungan pada permukaan otak pembuluh darah yang disebut anastomosis. (Bram Al Azri:2013)
B. Definisi Tumor Otak
Tumor otak adalah neoplasma pada bagian intracranial SSP. Tumor otak primer berasal dari otak, sedangkan tumor otak sekunder merupakan pindahan dari tempat asal lain.( Tucker, susan martin, dkk.2007 )
Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam ruang intracranial atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-sel saraf di meningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel epitel pembuluh darah, dan selaput otak.(Batticaca, Fransisca.B. 2008)
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (Price, A. Sylvia, 1995: 1030).
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002).
C. Etiologi
Penyebab tumor otak belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliputi faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan. Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi. Karsinoma metastase lebih sering menuju ke otak daripada sarcoma. Lokasi utama dari tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan payudara. (Muhamad Judha dan Nazwar Hamdani Rahil : 2011 halm 97)
D. Klasifikasi
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Bram Al Azri:2013) yaitu
1. Jinak
a. Acoustic neuroma
b. Meningioma
c. Pituitary adenoma
d. Astrocytoma (grade I)
2. Malignant
a. Astrocytoma (grade 2,3,4)
b. Oligodendroglioma
c. Apendymoma
3. Berdasarkan lokasi
a. Tumor intradural, dibagi menjadi 2 yaitu
1) Ekstramedular
a) Cleurofibroma
b) Meningioma
2) Intramedular
a) Apendymoma
b) Astrocytoma
c) Oligodendroglioma
d) Hemangioblastoma
b. Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru–paru, ginjal dan lambung.
Tumor otak ada bermacam-macam menurut Price, Sylvia Ardeson, 2000, yaitu :
1. Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam system saraf pusat (misalnya euroligis), bertanggung jawab atas kira-kira 40 sampai 50 % tumor otak.
2. Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen, sel-sel mesofel dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari paling penting.
3. Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari hipofisis anterior
4. Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3 sampai 10 % tumor intrakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung saraf.
5. Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-10 % dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari sembarang tempat primer.
6. Tumor pembuluh darah antara lain :
a. Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal yang didapat didalam atau diluar daerah otak. Tumor ini diderita sejak lahir yang lambat laun membesar.
b. Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum
c. Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara hemagioblastoma serebelum, angiosmatosis retina dan kista ginjal serta pancreas.
7. Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor kongenital yang jarang antara lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal dari sisa-sisa horokoida embrional dan dijumpai pada dasar tengkorak.
E. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial (TIK). Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau infasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara akut dan dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi CSS. Tumor ganas menyebabkan edema dalam jaringan otak yang diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar di otak, menimbulkan peningkatan volume intracranial dan meningkatkan TIK.
Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari ataupunn berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intracranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini meliputi menurunkan volume darah intrakranial, menurunkan volume CSS, menurunkan kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan mengakibatkan herniasi unkus serebellum.
Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf ke-3. Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior.
Kompresi medulla oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik, dan gangguan pernapasan.( Batticaca, Fransisca.B. 2008)
F. Manifestasi Klinis
1. Gejala tumor otak secara umum
Gejala klinis pada tumor otak secara umum dikenal dengan istilah trias klosis tumor otak, yaitu:
a. Nyeri kepala
Nyeri kepala merupakan gejala tersering, dapat bersifat dalam, terus-menerus, tumbuh, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri paling hebat pada pagi hari dan lebih berat saat beraktivitas sehingga dapat meningkatkan TIK pada saat membungkuk, batuk, dan mengejan pada saat BAB. Nyeri kepala dapat berkurang bila diberi aspirin dan kompres air dingin di daerah yang sakit. Lokasi yang sering menimbulkan nyeri terjadi di 1/3 daerah tumor dan 2/3 di dekat atau di atas tumor.
b. Mual dan muntah
Mual (nausea) dan muntah (vomit) terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan TIK yang disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan dapat proyektil.
c. Papil edema
Papil edema disebabkan oleh stress vena yang menimbulkan pembengkakan papilla saraf optikus. Bila terjadi pada pemeriksaan oftalmoskopi (funduskopi), tanda ini mengisyaratkan terjadi tekanan TIK. Kadang disertai gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik buta dan amaurosis fugaks (saat-saat di mana penglihatan berkurang. ( Batticaca, Fransisca.B. 2008)
2. Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
a. Lobus frontal
1) Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
2) Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang fokal
3) Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
4) Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy
5) Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
b. Lobus parietal
1) Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym
2) Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
c. Lobus temporal
1) Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan aura atau halusinasi
2) Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
3) Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis, parkinsonism.
d. Lobus oksipital
1) Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
2) Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia
e. Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran
f. Tumor di cerebello pontin angie
1) Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
2) Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi pendengaran
3) Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel
g. Tumor Hipotalamus
1) Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
2) Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
h. Tumor di cerebelum
1) Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat terjadi disertai dengan papil udem
2) Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot servikal
i) Tumor fosa posterior
1) Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma. (Bram Al Azri:2013)
G. Komplikasi Tumor Otak
1. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
2. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
3. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.
4. Epilepsi
5. Metastase ketempat lain (Febri : 2012)
H. Pathway (terlampir)
I. Pemeriksaan Diagnostik Tumor Otak
1. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
4. Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang. (Nn:2013)
J. Penatalaksanaan Tumor Otak
1. Medis
Faktor –faktor prognostik sebagai pertimbangan penatalaksanaan medis
a. Usia
b. General Health
c. Ukuran Tumor
d. Lokasi Tumor
e. Jenis Tumor
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya, yaitu
a. Surgery
Terapi Pre-Surgery :
1) Steroid adalah Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone
2) Anticonvulsant adalah Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti carbamazepine
3) Shunt adalah Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor. Pembedahan pada tumor otak bertujuan untuk melakukan dekompresi dengan cara mereduksi efek massa sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi. Dengan pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor akan memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis patologi anatomi diharapkan akan menjadi lebih sempurna. Namun pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali menghilangkan gejala-gelaja yang ada pada penderita.
b. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa modalitas terapi pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi dengan kemoterapi dan radioterapi.
Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi radiasi diharapkan dapat mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin sedikit jaringan sehat yang terkena maka makin tinggi dosis yang diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan metode serta teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi.
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi juga digunakan dalam tata laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis.
c. Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel tumor pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi yang dilakukan ataukah tidak. (Febri : 2012)
2. Diet
Pengobatan tumor otak tidak hanya memerlukan dokter yang ahli dan obat yang mujarak tetapi juga makanan yang sehat. Berikut beberapa kandungan makanan yang disarankan beserta alasannya:
a. Omega-3 yang dapat ditemukan di ikan (salmon, tuna dan tenggiri) bermanfaat dalam menguransi resistensi tumor pada terapi. Omega-3 juga membantu mempertahankan dan menaikan daya tahan tubuh dalam menghadapi proses pengobatan tumor otak seperti kemotrapi.
b. Omega-9 yang ada di minyak zaitun pun dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh sekaligus mengurangi pembengkakan dan menguransi sakit saat pengobatan tumor otak.
c. Serat dari roti gandum, sereal, buah segar, sayur dan suku kacang-kacangan membantu Anda mengatur tingkat gula. Sel kanker cenderung mengkonsumsi gula 10-15 kali lipat daripada sel normal sehingga semakin meradang. Agar bisa mengatur gula dengan baik, disarankan mengkonsumsi 4-5 porsi sayur dan 1-2 porsi buah segar. Selain mengatur kadar gula, serat dapat menurunkan peluang sembelit.
d. Folic acid yang dikenal sebagai vitamin B9 atau Bc bisa mencegah menyebarnya sehinga bisa membantu pengobatan tumor otak atau bagian lainnya. Vitamin B9 dapat ditemukan di sayuran dengan daun hijau tua (bayam, asparagus dan daun selada), kacang polong, kuning telur dan biji bunga matahari.
e. Antioksidan memang dikenal sebagai salah satu senjata untuk membantu pengobatan tumor otak. Antioksidan dapat di temukan di keluarga beri (strawberi, rasberi dan blueberi), anggur, tomat, brokoli, jeruk, persik, apricot, bawang putih, gandum, telur, ayam, kedelai dan ikan.
Makanan yang harus dihindari penderita kanker dan tumor otak adalah Gula dan karbohindrat harus dihindari karena mereka merupakan makanan utama sel kanker. Pada saat pengobatan brain tumor and cancer, sel-sel kanker yang ada di dalam tubuh akan mengkonsumsi 10-15 kali lipat gula. Gula yang dikonsumsi akan menjadi energy para sel kanker yang mempercepat perkembangan mereka. (Nn:2012)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat, penanggung jawab, dll
2. Riwayat kesehatan :
a. keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat Kesehatan lalu
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
3. Pemeriksaan fisik :
a. Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia, penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai, berdesis
b. Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
c. Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
d. Jantung : bradikardi, hipertensi
e. Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler
f. Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus
g. Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa | Batasan karakteristik | NOC | NIC | Activity |
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK | a. Subyektif : Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat b. Obyektif : 1) Posisi untuk menghindari nyeri 2) Perubahn tonus otot (dengan rentang dari lemas tidak bertenaga sampai kaku) 3) Perubahan selera makan 4) Perilaku distraksi (misalnya, mondar-mandir,mencari orang dan atau aktivitas berulang) 5) Gangguan tidur | pasien akan memperlihatkan pengendalian nyeri yang dibuktikan oleh : a. Pasien mengenali awitan nyeri b. menggunakan tindakan pencegahan c. melaporkan nyeri dapat dikendalikan. | Manajemen nyeri | a. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehesif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi , kualitas, intensitas, keparahan nyeri dan factor presipitasinya b. Ajarkan teknik penggunaan non farkologis seperti umpan-balik, distraksi, relaksasi, imajinasi terbimbing. c. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur. d. Kendalikan factor lingkungan yang dapat memengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan. e. Pastikan pemberian analgesi terapi. |
Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan gangguan aliran darah di otak. | a. Subyektif : - b. Obyektif : 1) Perubahan status mental 2) Perubahan reaksi pupil 3) Perubahan respon motorik 4) Kelemahan atau paralisis ekstremitas | pasien akan menunjukkan kognisi, yang dibuktikan dengan indicator : a. pasien dapat berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan usia serta kemampuan b. dapat mengolah informasi c. menunjukkan perhatian/konsentrasi. | Promosi perfusi serebral | a. pantau tanda-tanda vital b. pantau TIK dan respons neurologis pasien terhadap aktivitas keperawatan. c. Minimalkan stimulus lingkungan d. Tinggikan bagian kepala tempat tidur e. Berikan obat-obatan untuk meningkatkan volume intravaskuler sesuai program |
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi | a. Subyektif : Dispnea Sesak nafas b. Obyektif : 1) Penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi 2) Nafas cuping hidung 3) Penggunaan otot bantu asesorius untuk bernafas 4) Penurunan kapasitas vital 5) Perubahan ekskursi dada | Pasien menunjukkan pola pernafasan efektif, yang dibuktikan oleh status pernafasan, status ventilasi dan pernafasan yang tidak terganggu : keoatenan jalan nafas dan tidak ada penyimpangan tanda vital dari rentang normal | Manajemen jalan nafas | a. Pantau adanya pucat dan sianosis b. Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas, dan lapar udara. c. Konsultasikan dengan ahli pernafasan untuk memastikan keadekuatan fungsi ventilator mekanis. d. Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernafasan e. Anjurkan nafas dalam melui abdomen selama periode gawat nafas. |
Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah | a. Subyektif : 1) Menolak memakan 2) Nyeri abdomen 3) Persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makanan b. Obyektif : 1) Kurang makan 2) Melaporkan perubahn sensasi rasa 3) Merasa cepat kenyang setelah mengkonsumsi makanan 4) Kram abdomen 5) Indigesti | Pasien akan memperlihatkan status gizi : asupan mkanan dan cairan yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut: a. makanan oral b. pemberian makanan lewat selang adekuat c. asupan cairan oral adekuat. | Manajemen nutrisi | a. Timbang pasien pada interval yang tepat. b. Berikan informasi kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi c. Buat perencanaan makan dengan pasien yang masuk dalam jadwal makan, lingkungan makan, kesukaan dan ketidaksukaan pasien. d. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan. e. Berikan pasien minuman dan kudapan bergizi, tinggi protein, tinggi kalori yang siap dikonsumsi. |
Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh. | a. Obyektif : 1) Fluktuasi suhu tubuh diatas atau dibawah rentang normal 2) Kulit terapa hangat 3) Menggigil 4) Kulit merah | Pasien akan menunjukkan termoregulasi yang dibuktikan dengan : a. Suhu tubuh normal b. Tidak ada dehidrasi | Terapi demam | a. Pantau dehidrasi b. Pantau warna kulit dan suhu c. Gunakan waslap dingin untuk mengompres d. Anjurkan asupan cairan oral sedikitnya 2 liter/hari e. Berikan obat antipiretik |
Risiko cedera berhubungan dengan disfungsi otot | kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran | Risiko cedera akan menurun dibuktikan dengan : a. Keamanan personal b. Pengendalian risiko | Manajemen lingkungan (keamanan) | a. Identifikasi factor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan. b. Identifikasi factor lingkungan yang memungkinkan risiko terjatuh c. Berikan edukasi yang berhubungan dengan strategi dan tindakan untuk mencegah cedera d. Bantu ambulasi pasien e. Orientasikan kembali pasien terhadap realitas dan lingkungan saat ini bila dibutuhkan. |
Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan perubahan resepsi | a. Subyektif : Distorsi sensori b. Obyektif : 1) Perubahan pola perilaku 2) Gelisah 3) Perubahan ketajaman sensori 4) Disorientasi 5) Hambatan komunikasi | Pasien menunjukkan status neurologis : fungsi motorik/sensorik yang dibuktikan oleh tidak ada gangguan penglihatan | Peningkatan komunikasi | a. Pantau dan dokumentasikan perubahan status neurologis pasien b. Kaji lingkungan terhadap kemungkinan bahaya terhadap keamanan. c. Tingkatkan penglihatan pasien yang masih tersisa d. Jangan memindahkan barang-barang pasien di dalam kamar pasien tanpa memberitahu pasien. e. Pastikan akses terhadap dan penggunaan alat bantu sensori. |
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan | a. Subyektif : 1) Ansietas 2) Dispnea 3) gelisah b. Obyektif : 1) Edema 2) Peningkatan tekanan vena sentral 3) Perubahan elektrolit 4) Kenaikan berat badan dalam peiode singkat | Pasien akan menunjukkan keseimbangan cairan tidak terganggu dibuktikan dengan indicator a. Keseimbangan asupan dan haluaran dalam 24 jam b. Berat badan stabil c. Berat jenis urin dalam batas normal | Manajemen cairan | a. Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecenderungan b. Pertahankan asupan asupan dan haluaran akurat c. Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara mengatasi edema d. Tinggikan ekstremitas untuk meningkatkan aliran darah balik e. Berikan diuretic jika perlu |
(Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern : 2012)
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Tumor otak adalah neoplasma pada bagian intracranial SSP. Tumor otak primer berasal dari otak, sedangkan tumor otak sekunder merupakan pindahan dari tempat asal lain. Penyebab tumor otak belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliputi faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi.
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial (TIK). Gejala klinis pada tumor otak secara umum dikenal dengan istilah trias klosis tumor otak, yaitu: Nyeri kepala, Mual dan muntah, Papil edema.
Untuk penanganan tumor otak dapat di lakukan pembedahan, radiotherapi, kemotherapi atau dapat pula dengan cara manipulasi hormonal, biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.
B. Saran
1. Perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tumor otak secara holistik didasari dengan pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit tersebut.
2. Klien dan keluarganya hendaknya ikut berpartisipasi dalam penatalaksaan serta meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak yang dideritanya.
DAFTAR PUSTAKA
Azri, Bram Al. 2013. “Askep Tumor Otak”, (Online), (http://nersbramalazri. blogspot.com/2013/01/askep-tumor-otak.html, diakses pada 10 Mei 2013)
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan System Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Febri.2012.”Asuahan Keperawatan Tumor Otak”, (Online), (http://nersfebri. wordpress.com/2012/04/01/asuhan-keperawatan-askep-tumor-otak.html, diakses pada 10 Mei 2013)
Judha, Mohamad. 2011. Sistem Persyarafan dalam Asuhan Keperawatan. Yogyakarta : Gosyen Publising.
Nn.2012.”Asuhan Keperawatan Klien dengan Tumor Otak”,(Online), (http://samoke2012.wordpress.com/2012/11/12/asuhan-keperawatan-klien-dengan-tumor-otak/, diakses pada 10 Mei 2013)
Nn.2012.”Makanan Sehat Babtu Pengobatan Tumor Otak”, (Online), (http://embundaunhijau.blogspot.com/2012/07/makan-sehat-bantu-pengobatan-tumor-otak.html , diakses pada 10 Mei 2013)
Nn.2013.”Klasifikasi Tumor Otak”, (Online), (http://alisarjunipadang. blogspot.com/2013/03/klasifikasi-tumor-otak.html, diakses pada 10 Mei 2013)
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Sylvia A. Price.1995.Patofisiologi, konsep klinik proses- proses penyakit ed. 4. Jakarta : EGC
Tucker, Susan Marti dkk. 2007. Standart Keperawatan Pasien Perencanaan Kolaborasi & Intervensi Keperawatan. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis NANDA, intervensi NIC, criteria hasil NOC. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar