Jumat, 19 Oktober 2012

ASKEP PARKINSON


DEFINISI Penyakit Parkinson adalah penyakit saraf progresif yang berdampak terhadap respon mesenfalon dan pergerakan regulasi. Penyakit ini ini bersifat lambat yang menyerang usia pertengahan atau lanjut, dengan onset pada umur 50 sampai 60an.Tidak ditemukan sebab genetik yang jelas dan tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkannya Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang berkaitan erat dengan usia. Penyakit ini mempunyai karakteristik terjadinya degenerasi dari neuron dopaminergik pas substansia nigra pars kompakta, ditambah dengan adanya inklusi intraplasma yang terdiri dari protein yang disebut dengan Lewy Bodies. Neurodegeneratif pada parkinson juga terjadi pasa daerah otak lain termasuk lokus ceruleus, raphe nuklei, nukleus basalis Meynert, hipothalamus, korteks cerebri, motor nukelus ETIOLOGI Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanis-me bagaimana kerusakan itu belum jelas benar.Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak faktor-faktor lainnya seperti :1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit Parkinson,2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.PATOFISIOLOGI Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi neuronal ada penyakit Parkinson ialah: hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin. 1.Hipotesis Radikal BebasDiduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamine dapat merusak neuron nigrotriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogren peroksid dan radikal oksi lainnya. Walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari stress oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.2.Hipotesis NeurotoksinDiduga satu atau lebih macam zat neurotoksik berpera pada proses neurodegenerasi pada Parkinson.Pandangan saat ini menekankan pentingnya ganglia basal dalam menyusun rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam melakukan gerakan, dan bagian yang diperankan oleh serebelum ialah mengevaluasi informasi yang didapat sebagai umpan balik mengenai pelaksanaan gerakan. Ganglia basal tugas primernya adalah mengumpulkan program untuk gerakan, sedangkan serebelum memonitor dan melakukan pembetulan kesalahan yang terjadi seaktu program gerakan diimplementasikan. Salah satu gambaran dari gangguan ekstrapiramidal adalah gerakan involunter.TANDA DAN GEJALAPenyakit Parkinson memiliki gejala klinis sebagai berikut:1.Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan,2.Tremor yang menetap ,3.Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol,4.Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik,5.Depresi, demensia,6.Wajah seperti topeng.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKDiagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada setiap kunjungan penderita :1.Tekanan darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk mendeteksi hipotensi ortostatik.2.Menilai respons terhadap stress ringan, misalnya berdiri dengan tangan diekstensikan, menghitung surut dari angka seratus, bila masih ada tremor dan rigiditas yang sangat, berarti belum berespon terhadap medikasi.3.Mencatat dan mengikuti kemampuan fungsional, disini penderita disuruh menulis kalimat sederhana dan menggambarkan lingkaran-lingkaran konsentris dengan tangan kanan dan kiri diatas kertas, kertas ini disimpan untuk perbandingan waktu follow up berikutnya.EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)-CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar, hidrosefalua eks vakuo)KOMPLIKASIKomplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.FAKTOR RESIKOPenatalaksanaan medis dapat dilakukan dengan medikamentosa seperti:1.Antikolinergik untuk mengurangi transmisi kolinergik yang berlebihan ketika kekurangan dopamin.2.Levodopa, merupakan prekursor dopamine, dikombinasi dengan karbidopa, inhibitor dekarboksilat, untuk membantu pengurangan L-dopa di dalam darah dan memperbaiki otak.3.Bromokiptin, agonis dopamine yang mengaktifkan respons dopamine di dalam otak.4.Amantidin yang dapat meningkatkan pecahan dopamine di dalam otak.Menggunakan monoamine oksidase inhibitor seperti deprenil untuk menunda serangan ketidakmampuan dan kebutuhan terapi levodopa.PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan medis dapat dilakukan dengan medikamentosa seperti:1.Antikolinergik untuk mengurangi transmisi kolinergik yang berlebihan ketika kekurangan dopamin.2.Levodopa, merupakan prekursor dopamine, dikombinasi dengan karbidopa, inhibitor dekarboksilat, untuk membantu pengurangan L-dopa di dalam darah dan memperbaiki otak.3.Bromokiptin, agonis dopamine yang mengaktifkan respons dopamine di dalam otak.4.Amantidin yang dapat meningkatkan pecahan dopamine di dalam otak.Menggunakan monoamine oksidase inhibitor seperti deprenil untuk menunda serangan ketidakmampuan dan kebutuhan terapi levodopa.ASUHAN KEPERAWATANPENGKAJIAN1.Kaji saraf kranial, fungsi serebral (koordinasi) dan fungsi motorik.2.Observasi gaya berjalan dan saat melakukan aktivitas.3.Kaji riwayat gejala dan efeknya terhadap fungsi tubuh.4.Kaji kejelasan dan kecepatan bicara.5.Kaji tanda depresi.DIAGNOSA1.Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.2.Defisit parawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,menurunya kekuatan,kehilangan kontrol otot/koordinasi.3.Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan kemampuan bicara dan kekakuan otot wajahINTERVENSII. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan.1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam klien mampu melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.Kriteria : klien dapat ikut srta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi,bertambahnya kekuatan otot dan klien menunjukkan tidakan untuk meninktkan mobilitas Intervensi1. kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan 2. lakukan program latihan meningkatkan kekuatan otot.3. anjurkan mandi hangan dan masase otot4. bantu klien melakukan latihan ROM,perawatan diri sesuai toleransi5. kolaborasi ahli fisioterapi untuk latihan fisik2. Defisit parawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,menurunya kekuatan,kehilangan kontrol otot/koordinasi.Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam keperawatan diri klien terpenuhi Kriteria : klien dapat menunjukkan perubahan hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan ,dan mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.Intervensi1. kaji kemampuan dan tingkat penurunan dan skala 0 – 4 untuk melakukan ADL2. hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.3. kolaborasi pemberian pencahar dan konsul ke dokter terapi okepasi4. ajarkan dan dukung klien selama klien aktifitas5. modifikasi lingkungan6. harga didri yang negatif.3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan kemampuan bicara dan kekakuan otot wajah ditandai dengan : DS: klien/keluarga mengatakan adanya kesulitan dalam berbicara DO: kata-kata sulit dipahami, pelo, wajah kaku.Intervensi:Tujuan: memaksimalkan kemampuan berkomunikasi.• Jaga komplikasi pengobatan.• Rujuk ke terapi wicara.• Ajarkan klien latihan wajah dan menggunakan metoda bernafas untuk memperbaiki kata-kata, volume, dan intonasi.•Nafas dalam sebelum berbicara untuk meningkatkan volume suara dan jumlah kata dalam kalimat setiap bernafas.•Latih berbicara dalam kalimat pendek, membaca keras di depan kaca atau ke dalam perekam suara (tape recorder) untuk memonitor kemajuan.DAFTAR PUSTAKAhttp // :www.askep Parkinson blogspot.comDoengoes, Marylin,1999. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta. Elizabeth, J.Corwin. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Cetakan I. Penerbit : EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar