Asuhan Keperawatan Pasien Sifilis
Pengkajian- Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum
- Kesadaran, status gizi, TB, BB, suhu, TD, nadi, respirasi
- Pemeriksaan sistemik Kepala (mata, hidung, telinga, gigi & mulut), leher (terdapat perbesaran tyroid atau tidak), tengkuk, dada (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi), genitalia, ekstremitas atas dan bawah.
- Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium (kimia darah, ureum, kreatinin, GDS, analisa urin, darah rutin)
Diagnosa Keperawatan yang Muncul
- Nyeri kronis b.d adanya lesi pada jaringan
- Hipertermi b.d proses infeksi
- Cemas b.d proses penyakit
Diagnosa Keperawatan 1. :
Nyeri kronis b.d adanya lesi pada jaringan
Tujuan :
Nyeri klien hilang dan kenyamanan terpenuhi
Kriteria Hasil :
- Nyeri klien berkurang
- Ekspresi wajah klien tidak kesakitan
- Keluhan klien berkurang
Intervensi :
- Kaji riwayat nyeri dan respon terhadap nyeri
- Kaji kebutuhan yang dapat mengurangi nyeri dan jelaskan tentang teknik mengurangi nyeri dan penyebab nyeri
- Ciptakan lingkungan yang nyaman (mengganti alat tenun)
- Kurangi stimulus yang tidak menyenangkan
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
Diagnosa Keperawatan 2. :
Hipertermi b.d proses infeksi
Tujuan :
Klien akan memiliki suhu tubuh normal
Kriteria Hasil :
- Suhu 36–37 °C
- Klien tidak menggigil
- Klien dapat istirahat dengan tenang
Intervensi :
- Observasi keadaan umum klien dengan tanda vital tiap 2 jam sekali
- Berikan antipiretik sesuai anjuran dokter dan monitor keefektifan 30-60 menit kemudian
- Berikan kompres di dahi dan lengan
- Anjurkan agar klien menggunakan pakaian yang tipis dan longgar
- Berikan minum yang banyak pada klien
Diagnosa Keperawatan 3. :
Cemas b.d proses penyakit
Tujuan :
Cemas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
- Klien merasa rileks
- Vital sign dalam keadaan normal
- Klien dapat menerima dirinya apa adanya
Intervensi :
- Kaji tingkat ketakutan dengan cara pendekatan dan bina hubungan saling percaya
- Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman serta menjauhkan benda-benda berbahaya
- Libatkan klien dan keluarga dalam prosedur pelaksanaan dan perawatan
- Ajarkan penggunaan relaksasi
- Beritahu tentang penyakit klien dan tindakan yang akan dilakukan secara sederhana.
Asuhan keperawatan
Merupakan
faktor penting dalam survival pasien dalam beradaptasi dengan proses
infeksi/penyakit, dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif, dan
preventif perawatan kesehatan. Rencana keperawatan bagi penderita AIDS
harus disusun dan dilaksanakan secara individual untuk memenuhi kebutuhan masing-masing klien.
Masalah Keperawatan HIV Positif
Setidaknya
ada tiga masalah keperawatan pada klien HIV positif, yaitu 1)
kerusakan penyesuaian diri terhadap proses infeksi, 2) perubahan
Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh, dan 3) kurang pengetahuan mengenai
penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Masalah Keperawatan AIDS
Sementara,
masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada klien AIDS berjumlah 14
masalah. Empat belas masalah tersebut adalah, 1) resiko tinggi terhadap
infeksi (progresi menjadi sepsis/awitan infeksi oportunistik, 2)
resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan, 3) resiko tinggi
terhadap pola napas tidak efektif, kerusakan pertukaran gas, 4) resiko
tinggi terhadap cedera (perubahan faktor pembekuan), 5) perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan, 6) nyeri akut/kronis, 7) resiko
tinggi/aktual terhadap kerusakan integritas kulit, 8) perubahan membran
mukosa oral, 9) kelelahan, 10) perubahan proses pikir, 11) ansietas,
12) isolasi sosial, 13) ketidakberdayaan, dan 14) kurang pengetahuan /
kebutuhan belajar mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan.
Intervensi/Implementasi Keperawatan
Meningkatkan Integritas Kulit
§ Kulit dan mukosa oral harus dinilai secara rutin dari adanya infeksi dan kerusakan kulit.
§ Klien dianjurkan mempertahankan keseimbangan antara istirahat dan mobilitas.
§ Bantu mengubah posisi Klien setiap 2 jam bagi yang imobilisasi.
§ Klien
diminta untuk tidak menggaruk dan menggunakan sabun nonabrasif,
memakai pelembab tanpa parfum untuk mencegah kekeringan kulit.
§ Gunakan losion, salep, dan kasa steril pada kulit yang sakit sesuai ketentuan dokter.
§ Obat antipruritus, antibiotik dan analgesik diberikan menurut ketentuan dokter.
§ Penggunaan plester harus dihindari.
§ Bagi yang bedrest jaga agar kain sprei tidak berkerut
§ hindari memakai pakaian ketat.
§ Daerah perianal pasien harus sering diperika, bersihkan setiap kali selesai defekasi dengan sabun nonabrasif.
§ Rendam duduk atau irigasi secara perlahan-lahan untuk pembersihan dan meningkatkan kenyamanan.
§ Pasien dengan keadaan umum yang buruk memerlukan bantuan untuk memelihara kebersihan diri.
Mencegah Infeksi
§ Kepada
Klien dan orang yang merawatnya diminta untuk memantau tanda dan
gejala infeksi, yaitu demam, mengigil, keringat malam, batuk dengan
atau tanpa produksi sputum, napas pendek, kesulitan bernapas, sakit /
sulit menelan, bercak putih di rongga mulut, penurunan BB yang tidak
jelas penyebabnya, kelenjar limfe membengkak, mual, muntah, diare
persisten, sering berkemih, sulit dan nyeri saat berkemih, sakit
kepala, perubahan visual dan penurunan daya ingat, kemerahan, keluar
sekret pada luka, lesi vaskuler pada wajah, bibir atau daerah perianal.
§ Perawat harus memantau hasil laboratorium, seperti hitung leukosit dan hitung jenis.
§ Penyuluhan mencakup higiene perorangan, rumah (seperti kamar, dapur) harus bersih untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur.
§ Jika harus membersihkan kotoran, pasien harus memakai sarung tangan.
§ Pengidap
AIDS dan pasangannya harus menghindari kontak dengan cairan tubuh
selama melakukan hubungan seksual dan selalu menggunakan kondom pada
segala bentuk hubungan seks.
§ Pentingnya menghindari rokok dan mempertahankan keseimbangan antara diet, istirahat, dan latihan.
§ Semua petugas kesehatan harus selalu mempertahankan tindakan penjagaan universal dalam semua perawatan pasien.
Meningkatkan kebiasaan Defekasi yang Lazim.
§ Nilai
pola defekasi, frekuensi defekasi, dan konsistensi feses serta Klien
yang melaporkan rasa sakit pada perut terkait dengan defekasi.
§ Kuantitas dan volume feses cair diukur untuk mencatat kehilangan volume cairan.
§ Kultur feses untuk menentukan penyebab diare.
§ Konseling untuk pengobatan dan asupan makanan yang adekuat.
Memperbaiki Toleransi terhadap Aktivitas.
§ Toleransi
terhadap aktivitas dinilai dengan memantau kemampuan Klien untuk
bergerak (ambulasi) dan melaksanakan kegiatan sehari-hari.
§ Bantuan dalam menyusun rencana rutinitas harian untuk menjaga keseimbangan antara aktivitas dan istirahat mungkin diperlukan.
§ Barang-barang pribadi yang sering digunakan harus ditaruh pada tempat yang mudah dijangkau.
§ Terapi relaksasi dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan yang turut menimbulkan kelemahan dan keadaan mudah letih.
§ Kolaborasi
dengan tim kesehatan lain mungkin diperlukan, seperti kelemahan akibat
adanya anemia, yang memerlukan terapi obat-obatan.
Memperbaiki Bersihan Jalan Napas.
§ Frekuensi, irama, penggunaan otot aksesoris dan suara pernapasan ; status mental; dan warna kulit diperiksa minimal sekali sehari.
§ Adanya
sputum harus dicatat, batuk, bernapas dalam, drainase postural,
perkusi dan vibrasi dilakukan sedikitnya setiap dua jam untuk mencegah
stasis sekresi dan meningkatkan bersihan saluran napas.
§ Berikan posisi fowler tinggi atau semi fowler yang akan meudahkan pernapasan dan bersihan saluran napas.
§ Evaluasi status volume cairan untuk mempertahankan terapi hidrasi yang adekuat.
§ Suctioning nasofaring atau trakea, intubasi dan ventalasi mekanis.
Memperbaiki Proses Pikir.
§ Status mental harus dinilai sedini mungkin untuk memberikan data dasar bagi keperluan pemantauan perubahan perilaku.
§ Klien dan keluarga harus dibantu untuk memahami dan mengatasi semua perubahan yang terjadi dalam proses pikir.
§ Klien mungkin memerlukan reorientasi, semua instruksi harus dengan bahasa yang jelas dan sederhana.
Meredakan Nyeri dan ketidaknyamanan.
§ Nyeri
akut adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya
ketidaknyamanan, berakhir dari satu detik sampai kurang dari 6 bulan.
§ Sedangkan nyeri kronik adalah keadaan dimana individu mengalami nyeri menetap atau berulang , dalam waktu lebih dari 6 bulan.
§ Nilai
kualitas dan kuantitas nyeri yang berkaitan dengan terganggunya
integritas kulit perineal, lesi sarkoma, dan neuropati perifer.
§ Tindakan
membersihkan daerah perianal, gunakan anestesi lokal / salep dapat
diresepkan, bantal yang lunak dapat digunakan untuk meningkatkan rasa
nyaman.
§ Kepada
klien diminta menghindari makanan yang mengiritasi usus, gunakan
antispasmodik dan antidiare untuk mengurangi gangguan rasa nyaman serta
frekuensi defekasi.
§ Kolaborasi /konsultasikan dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan.
Memperbaiki Status Nutrisi.
§ Status
nutrisi dinilai melalui pemantauan BB, asupan makanan, antropometri,
kadar albumin, BUN, protein serta transferin dalam serum.
§ Pengendalian mual dan muntah dengan obat antiemetik dapat meningkatkan asupan diet Klien .
§ Menganjurkan
Klien memakan makanan yang mudah ditelan dan menghindari makanan
kasar, pedas atau lengket, serta terlalu panas atau dingin.
§ Menganjurkan menjaga higiene oral sebelum dan sesudah makan.
§ Jadual
makan harus diatur sehingga tidak jatuh pada saat Klien baru saja
menjalani tindakan yang menyebabkan nyeri dan dalam keadaan kelelahan.
§ Konsultasi dengan ahli diet untuk menentukan kebutuhan nutrisi.
§ Penggunaan suplemen yang khusus dirancang untuk pengidap AIDS dapat dianjurkan pada Klien .
§ Bila asupan oral tidak dapat dipertahankan, memerlukan terapi nutrisi enteral atau parenteral.
§ Perawat komunitas atau perawatan di rumah (home care) dapat memberikan pelajaran tambahan serta dukungan setelah Klien pulang dari rumah sakit.
Mengurangi Isolasi Sosial.
Isolasi
sosial adalah pengalaman sendiri individu akibat perlakuan orang lain
dan dianggap sebagai hal yang negatif dan mengancam status. Isolasi
sosial dapat terjadi akibat adanya penyakit yang menyeramkan, dan
mengakibatkan kegelisahan di suatu masyarakat, sehingga menyebabkan
seseorang diasingkan, misalnya penyakit tuberkulosis dan AIDS. Pengidap
AIDS menarik diri baik secara fisik maupun emosional dari kontak
sosial, akibat stigmatisasi ganda. Perawat berada dalam posisi kunci
untuk menciptakan suasana penerimaan dan pemahaman terhadap pengidap
AIDS dan keluarga serta pasangannya.
§ Klien
dianjurkan untuk mengekspresikan perasaan terisolasi, kesepiannya, dan
perawat/keluarga harus menetramkannya dengan menjelaskan bahwa semua
perasaan ini merupakan hal yang lazim serta normal.
§ Berikan
informasi tentang cara melindungi diri sendiri dan orang lain dapat
membantu pasien agar tidak menghindari kontak sosial.
§ Menjelaskan kepada Klien, keluarga dan sahabatnya bahwa penyakit AIDS tidak ditularkan melalui kontak biasa.
Koping Terhadap Kesedihan.
§ Membantu Klien untuk mengutarakan perasaannya dan menggali serta mengenali sumber yang bisa memberikan dukungan dan mekanisme untuk mengatasi persoalan tersebut.
§ Mendorong Klien untuk mempertahankan kontak dengan keluarga , sahabatnya dan memanfaatkan kelompok pendukung.
§ Klien juga dianjurkan untuk meneruskan kegiatan yang biasa mereka lakukan.
Pendidikan Pasien dan pertimbangan Perawatan di Rumah.
§ Pasien, keluarga, dan sahabatnya diberitahu mengenai cara-cara penularan penyakit AIDS.
§ Semua ketakutan dan kesalahpahaman harus dibicarakan dengan seksama.
Hasil yang diharapkan dari intervensi yang sudah dilaksanakan (Evaluasi)
§ Mempertahankan integritas kulit,
§ kebiasaan defekasi normal,
§ Tidak mengalami infeksi,
§ Mempertahankan tingkat toleransi yang memadai terhadap aktivitas,
§ Mempertahankan tingkat proses pikir yang lazim,
§ Mempertahankan kebersihan saluran napas yang efektif,
§ Mengalami peningkatan rasa nyaman, penurunan rasa nyeri,
§ Mempertahankan status nutrisi yang memadai,
§ Mengalami pengurangan perasaan terisolasi dari pergaulan sosial,
§ Melewati proses kesedihan / dukacita,
§ Pemahaman tentang penyakit AIDS serta berpartisipasi dengan maksimal dalam kegiatan perawatan mandiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar