askep copd
A. Konsep Dasar Medik
1. Definisi
COPD ( Chronic Obstructive Pulmonal Disease ) adalah
penyakit yang menyebabkan obstruksi pada jalan napas yang disebabkan oleh
empisima, bronkitis kronik atau keduanya (Sumber : Brunner and Suddarth,
Medikal Nursing, thn 2000).
2. Anatomi fisiologi
Saluran pernapasan
a.
Nares anterior adalah saluran –
saluran di dalam lubang hidung, saluran ini bermuara dibagian vestibulum
(rongga hidung ), vestibulum dilapisi oleh epitelium bergaris yang
bersambung dengan kulit. Lapisan nares
anterior memuat sejumlah kelenjar sebascus yang ditutupi oleh bulu – bulu
kasar. Kelenjar ini bermuara ke dalam rongga hidung.
b.
Rongga hidung dilapisi selaput
lendir yang kaya akan pembuluh darah dan bersambung dengan lapisan faring.
Sinus yang mempunai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Daerahpernapasan
dilapisi oleh epitelium silinder dan selaput epitel rambut, yang mempunyai
kandungan. Sel cangkir atau sel lendir, sekresi dari sel itu membuat permukaan
nares basah dan berlendir. Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh
bulu-bulu yang terdapat di vestibulum dan karena kontak dengan permukaan lendir
yang dilaluinya, maka udara menjadi hangat, dan oleh penguapan air dari
permukaan, selaput lendir jadi lembab.
c.
Faring ( Tekak ) adalah pipa
berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai bersambung dari osepagus.
Pada ketinggian tulang rawan krikoid,
maka letaknya dibelakang hidung ( Nasofaring), dibelakang mulut
(Orofaring), dan dibelakang laring.
d.
Laring , terletak dibagian
terendah depan faring. Terdiri dari kepingan tulang rawan yang diikat bersama
oleh ligamen dan membran. Terkait di puncak tulang rawan tiroid, tedapat
epiglotis yang berupa katup tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu
orang menelan. Laring dilapisi oleh selaput lendir, pita suara terletak dalam
laring.
e.
Trakea adalah batang tenggorokan
yang panjangnya kurang lebih 9 cm. Batas dari laring sampai dengan torakalis V
dan disini bercabang menjadi 2 bronchus.
f.
Bronkhus, terbentuk dari trakea
pada ketinggian kira-kira torakalis V. Bronkhus kanan lebih pendek dan lebar
dari yang kiri. Bronkhus kiri lebih panjang dan langsing dari yang kanan .
g.
Paru – paru, ada dua, merupakan
alat pernapasan utama dan paru – paru mengisi rongga dada, terletak disebelah
kanan dan kiri dan dilapisi oleh jantung, pembuluh darah besar dan stuktur
lainnya. Yang terletak di dalam mediastinum, paru –paru adalah organ berbentuk
kerucut bagian puncak disebut apex. Paru -paru dibagi beberapa lobus, paru-paru
kanan mempunyai 3 lobus dan paru – paru
kiri 2 lobus.
h.
Bronkhus Pulmonalis.
Trakea terbelah menjadi 2 bronkhus utama. Bronkhus
ini bercabang lagi sebelum masuk paru-paru, dalam perjalanannya menuju
paru-paru, bronkuhus dan pulmonalis bercabang dan beranting banyak sekali.
Bronkhus yang bercabang dan beranting membentuk pohon brokhial, yang merupakan
jalan udara utama.
i.
Pleura
Setiap paru-paru dilapisi oleh membran serosa rangkap dua
yaitu pleura. Pleura viseralis erat melapisi paru-paru masuk kedalam visura dan
dengan demikian memisahkan lobus satu dari yang lain, membran ini kemudian
dilipat kembali di sebelah tampuk paru-paru dan membentuk pleura parietalis.
Diantara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit exudat untuk meminyaki
permukaannya dan menghindarkan gesekan antara paru –paru dan dinding dada
sewaktu bernapas.
j.
Pembuluh darah dalam paru-paru.
Arteri pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung O2 dari ventrikel kanan jantung ke paru
–paru, cabangnya menyentuh saluran bronkhial bercabang –cabang menjadi
arteriola membelah dan membentuk jaringan kapiler. Jaringan kapiler ini
menyentuh dinding alveoli atau gelembung udara. Kapiler halus ini hanya dapat
memuat sedikit, maka praktis dapat dikatakan sel-sel darah merah membuat jaring
tunggal, alirannya bergerak lambat dan dipisahkan udara dalam alveolinya oleh 2
membran yang sangat tipis, maka pertukaran gas berlangsung dengan difusi, yang
merupakan fungwsi pernapasan. Hilus paru-paru dibentuk oleh stuktur sebagai
berikut: Arteri Pulmonalis yang mengembalikan darah tanpa O2 ke dalam paru-paru
untuk diisi O2. Vena Pulmonalis yang mengembalikan darah berisi O2 dari
paru-paru ke jantung. Arteri bronkhialis keluar aorta dan mengantarkan darah
arteri ke jantung dan paru-paru. Vena bronkhialis mengembalikan sebagian darah
dari paru-paru ke vena cava superior dan pembuluh darah limfe, yang masuk
keluar paru-paru sangat banyak. Persyarapan paru-paru mendapat pelayanan dari
syaraf vagus dan syaraf limpati. Kelenjar limfe, semua pembuluh limfe yang
menjelajahi struktur paru-paru dapat menyalurkan ke dalam kelenjar yang
ada.
Fisiologi Pernapasan
Respirasi dibawah pengontrolan pusat
respirasi di medula oblongata, dan badan karotid yang terletak di bifurkasio
karotis. Pusat meduler sangat terpengaruh oleh perubahan konsenterasi CO2 dalam
serebrospinal, dan perubahan respirasi
oleh stimulasi saraf dari otot pernapasan dan diafragma. Tekanan O2 dalam darah
dimonitor oleh badan karotis ( carotid bodies), yang kemudian merangsang pusat
respirasi melalui saraf glosofaringeal. Badan carotis dapat mengalami hiperplastik
akibat merespon hipoksemia kronis arteri, seperti yang terjadi pada:
¨
Daerah dengan ketinggian yang
tinggi
¨
Empisema paru
¨
Fibrosa pulmo difusa
¨
Kifoskoliosis disertai
hipoventilasi kronis
¨
Sindrom Pickwickian (obesitas
disertai hipoksemia kronis)
Pertukaran udara
Udara ditarik masuk ke dalam paru oleh kontraksi diafragma dan otot
interkosta, yang membentuk tekanan negatif intrapleura. Pada waktu otot-otot
tersebut relaksasi udara dikeluarkan karena paru berkontraksi akibat aksi
gravitasi dan kelenturan jaringan ikat paru. Kelenturan paru, atau compliance,
merupakan ukuran perubahan volume per satuan perubahan tekanan, dan karenanya
merupakan suatu pengukuran kemampuan penekanan; sebagai contoh, pada fibrosis
paru, paru tidak mudah mengadakan tekanan, dan karenanya kelenturan paru akan
berkurang.
Jelasnya, pertukaran udara terjadi hanya dalam alveoli yang mampu
menyerap sehingga udara mudah mengalir. Aliran udara dalam alveoli yang tidak
mampu menyerap akan meningkatkan “ruang mati”, dimana udara yang terhisap masuk
tidak terlibat dalam pertukaran udara. Perfusi dalam alveoli yang tanpa aliran
udara menghasilkan hubungan kanan ke kiri yang fisiologis dari darah yang tanpa
mengandung oksigen sewaktu melalui sirkulasi pulmoner.
3. Etiologi
·
Faktor lingkungan (Polusi)
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor
penyebab tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi.
·
Predisposisi bawaan, defisiensi
alfa-1 antritipsin yang merupakan suatu protein. Kerja enzim proteolitik yang
sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan
paru.
·
Faktor infeksi, eksaserbasi
bronkhitis klonik disangka paling sering diawali dengan infeksi virus, yang
kemudian menyebabkan infeksi sekuler oleh bakteri. Bakteri yang paling banyak
adalah Haemophilus influenza dan Streptococcus Pneumonia.
·
Rokok, terdapat hubungan yang erat
antara merokok dan penurunan volume ekspirasi paksa. Rokok berhubungan dengan
hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran
pernafasan.
·
Faktor sosial ekonomi, kematian
pada penderita lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah.
·
Penyakit-penyakit seperti : TBC,
Bronkolektasis, Bronkhitis kronik, Empisema paru )
4. Patofisiologi
Obstruksi pada jalan napas dapat
disebabkan karena berbagai penyakit. Pada bronkhitis kronik penumpukan mukus
dan sekresi dapat menutup jalan napas. Pada empisema terjadi gangguan
ketidakseimbangan pertukaran gas (O2 dan CO2) sebagai hasil dari kerusakan
dinding alveoli. Sedangkan pada asma peradangan dapat menyebabkan obstruksi
jalan napas. Penanganannya tergantung dari patofisiologi penyakitnya.
Merokok dapat menyebabkan rusaknya
cilia sel –sel pada saluran pernapasan, yang menjaga kebersihan dari zat
iritan, bakteri atau benda –benda asing. Merokok dapat merusak mekanisme
tersebut dan menyebabkan aliran udara terhambat, alveoli rusak dan kapasitas
paru –paru menurun, merokok dapat mengiritasi pada sel-sel mukus menyebabkan
peningkatan mukus. Akumulasi/penumpukan ini dapat menyebabkan infeksi dan kerusakan pada paru. Akibat
karbon monoksida ( dihasilkan rokok) diikat oleh Hb menjadi karboxyhemoglobin
Hb yang telah diubah menjadi karboxyhemoglobin tidak dapat membawa oksigen
secara efektif.
5. Tanda dan gejala
Ciri khas dari COPD
1.
Batuk produktif terutama pagi hari
2.
Sputum warna putih/mukoid
3.
Barelchest,kifosis
4.
Jari-jari ditemui clubing finger
Pada stadium
lanjut didapati:
·
Perkusi batas paru hati lebih
kebawah, hipersonor, pekak jantung berkurang, suara nafas dan suara jantung
lemah
·
Auskultasi terdengar ronki pada waktu
ekspirasi/inspirasi disertai bising
·
Penderita sangat kurus
menggunakan, otot-otot pernafasan tambahan
·
Dalam beberapa tahun timbul
dispnea yang melelahkan
·
Bila timbul hiperkapnea, hipoksia
pronosis jelek
6. Komplikasi
Ø
Atelektasis
Ø
Pneumonia
Ø
Pneumothorax
Ø
Emphyema
Ø
Pulmonal hipertensi
Ø
Ketidakefektifan bernapas
Ø
Payah jantung kanan
7. Therapi
Ø
Pemberian terapi Bronchodilator, Kortikosteroid, mengurangi
sekresi mukus, antibiotik propilaksis (Ampisilin, penisilin)
Ø
Pemberian Oksigen jangka panjang
Ø
Pemberian nebulizer
Ø
Pencegahan: hentikan rokok,
hindari lingkungan polusi
Ø
Perkusi dan drainase postural
untuk membuang sekret
Ø
Penyuluhan
Ø
Fisioterapi dan latihan fisik
Ø
Hidrasi adequat
8. Test diagnostik
Ø
Pemeriksaan foto thoraks
Ø
EKG
Ø
AGD pada empisema paru ventilasi
masih sering dapat dipertahankan sehingga PaCO2 rendah atau normal, saturasi
hemoglobin mencukupi. Sebaliknya penderita bronkhitis kronik tidak dapat
mempertahankan ventilasi sehingga PaCO2 naik dan hemoglobulin menurun dan
timbul sianosis.
Ø
Pemeriksaan sputum
A. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a.
Pola persepsi dan pemeliharaan
kesehatan
·
Riwayat penyakit dahulu, Riwayat
batuk produktif lebih dari 2 minggu
·
Perokok , Kaji tempat tinggi,
ventilasi, cahaya matahari, sumber polusi sekitar rumah, kontak dengan perokok.
·
Kesulitan mobilisasi dan
pengeluaran sputum, adanya haemoptu
·
Pengobatan tak adekuat
·
b.
Pola nutrisi metabolik
·
Anorexia
·
Nausea
·
Penurunan berat badan
·
Kesulitan dalam makan atau
pencernaan
c.
Pola aktivitas dan latihan
·
Kelemahan
·
Kram otot
·
Nafas pendek, Batuk dan sesak
napas
d.
Pola tidur dan istirahat
·
Gangguan pola tidur
·
Napas pendek pada malam hari
e.
Pola persepsi sensori dan kognitif
·
Sakit kepala
f.
Pola hubungan sesama
·
Perubahan peran
·
Depresi
·
Isolasi
·
Peningkatan ketergantungan
g.
Pola reproduksi seksualitas
·
Penurunan aktivitas sex karena
napas pendek
h.
Pola koping dan toleransi terhadap
stress
·
Kadang timbul emosi yang negatif
karena napas pendek
·
Tindakan manipulasi
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Pola nafas yang tidak efektif
berhubungan dengan stimulasi emosi, capek.
b.
Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan nafas pendek selama atau sesudah makan, efek samping
obat.
c.
Keterbatasan aktivitas berhubungan
dengan nafas pendek kelemahan, hipoxemia.
d.
Gangguan pola tidur berhubungan
dengan pengobatan, nafas pendek pada malam hari, depresi dan cemas.
e.
Gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan batuk kronik
f.
Potensial infeksi berhubungan
dengan penurunan fungsi pulmonal, terapi steroid, ketidakefektifan jalan nafas,
kurang pengetahuan tentang gejala infeksi dan penanggulangannya.
g.
Kurang pengetahuan tentang proses
penyakit, pengobatan dan perawatan diri.
h.
Gangguan eliminasi konstipasi
berhubungan deangan mobilisasi, ketidakadekuatan cairan kelemahan otot
abdominal, penurunan kemampuan untuk peningkatan tekanan intra abdomen.
i.
Kecemasan, depresi, takut
berhubungan dengan dyspnea, ketidakefektifan koping individu, tidak yakin akan
hasil pengobatan, kurang pengetahuan tentang tehnik relaksasi.
3. Rencana Keperawatan
a.
Pola nafas yang tidak efektif
berhubungan dengan stimulasi emosi, capek.
Hasil yang diharapkan: Pola nafas efektif
Intervensi :
-
Beri posisi yang nyaman bagi
pasien (semifowler)
Rasional: Memudahkan pengembangan otot –otot paru
-
Anjurkan pasien untuk banyak
istirahat
Rasional: Relaksasi dapat
memaksimalkan ekpansi paru, mengurangi pemakaian O2 dan energi
-
Ajarkan untuk menggunakan tehnik
bernafas dalam bila mulai terasa nafas pendek
Rasional: Kekacauan perasaan dapat membuat terjadinya
nafas pendek pada pasien dengan COPD
-
Ajarkan tehnik nafas dalam
Rasional: meningkatkan relaksasi
-
Hindari penggunaan obat –obat
sedatif atau narkotik
Rasional: Menekan pusat pernafasan dan dapat menimbulkan
henti nafas
b.
Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan napas pendek selama atau sesudah makan, efek samping
obat.
Hasil yang diharapkan :
§
Terpenuhinya nutrisi yang adekuat
§
Tidak terjadinya pengurangan makan
§
Selera makan meningkat
Intervensi:
-
Beri O2 tambahan pada saat makan
Rasional : Tambahan O2 saat makan dapat memperkuat
pemasukan O2
-
Anjurkan untuk memperhatikan
kebersihan bronkhial sebelum makan
Rasional: Adanya sputum dapat mengurangi selera makan
selain itu juga untuk menghindari hipoksemia
-
Anjurkan untuk makan porsi kecil
dan sering
Rasional: Mengurangi penggunaan O2 yang berlebihan saat
makan
c.
Keterbatasan aktivitas berhubungan
dengan napas pendek kelemahan, hipoxemia.
Hasil yang diharapkan: Peningkatan aktivitas optimal
secara bertahap tanpa terjadi nafas pendek
Intervensi:
-
Anjurkan pasien untuk nafas dalam
bila melakukan kegiatan sehari-hari
Rasional: Dapat meningkatkan exhalasi, mengurangi
kelelahan
-
Gunakan O2 selama aktivitas sesuai
instruksi
Rasional: Aktivitas membutuhkan O2 yang berlebih
-
Ajarkan pasien untuk mengontrol
nafas pendek sebelum melakukan kegiatan
Rasional : Meyakinkan pasien dalam melakukan kegiatan
-
Sebelum, selama dan sesudah
kegiatan monitor respon pasien (TD, Nadi, dan Pernafasan)
Rasional: Desaturasi dan asidosis selama kegiatan dapat
terlihat pada TTV
d.
Gangguan pola tidur berhubungan
dengan pengobatan, napas pendek pada
malam hari, depresi dan cemas.
Hasil yang diharapkan: Pola tidur pasien dapat kembali
normal
Intervensi:
-
Identifikasi pola tidur
normal dan tidak normal bagi pasien
Rasional: Agar tidak terjadi salah konsep tentang pola
tidur yang normal dan tidak normal
-
Diskusikan faktor penyebab
Rasional : Memperjelas faktor penyebab pola tidur pasien terganggu
-
Instruksikan pada pasien untuk
membersihkan jalan nafas dan diperlukan bila terjadi serangan dyspnea
Rasional: Mempersiapkan pasien dalam
mengatasi keadaan serangan
-
Berikan therapi O2 pada malam hari
sesuai instruksi dokter
Rasional: PaO2 menurun pada malam hari dan pasien COPD
tidak dapat mentoleransi
-
Observasi tanda –tanda vital (TD,
Nadi, Pernafasan) selama di rumah sakit sebelum tidur
Rasional : Untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan
bila terjadi serangan
e.
Gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan batuk kronik
Hasil yang diharapkan: Batuk yang menghasilkan sputum
Intervensi:
-
Ajarkan batuk efektif
Rasional: Meningkatkan rasa nyaman dengan bersihnya jalan
nafas
-
Instruksikan pada klien untuk
menghindari obat –obat penekan batuk dan antihistamin
Rasional: Dengan adanya penekanan batuk dapat menyebabkan
penumpukan sputum
-
Ganjal perut dengan bantal atau
handuk jika dibutuhkan untuk membantu menghasilkan batuk yang expulsive
Rasional: Meningkatkan kemampuan batuk dalam pengeluaran
sputum
f.
Potensial infeksi berhubungan
dengan penurunan fungsi pulmonal, terapi steroid, ketidakefektifan jalan napas,
kurang pengetahuan tentang gejala infeksi dan penanggulangannya.
Hasil yang diharapkan: Pasien dapat mengidentifikasi
pencegahan infeksi, tanda-tanda awal dari infeksi dan menunjukkan ketaatan pada
pengobatan.
Intervensi:
-
Ajarkan pasien untuk menghindari
kontak dengan seseorang yang terinfeksi saluran pernapasan
Rasional: Mengurangi resiko tertularnya infeksi saluran
pernafasan
-
Anjurkan pasien untuk vaksin
terhadap influenza dan pneumococal pneumonia
Rasional: Tubuh mempunyai kekebalan terhadap penyakit
tersebut
-
Ajarkan untuk menjaga kebersihan
lingkungan rumah
Rasional: Mengurangi resiko memperparah dengan adanya
banyak polusi
-
Ajarkan pasien untuk memberikan
terapi medik terhadap tanda-tanda infeksi seperti perubahan karakteristik
sputum, kelemahan, peningkatan batuk, peningkatan nafas pendek, demam, nyeri
dada, dan wheezing.
Rasional: Pengenalan secara dini tentang penyakit dapat
meningkatkan perkembangan penyakit
g.
Kurang pengetahuan tentang proses
penyakit, pengobatan dan perawatan diri.
Hasil yang diharapkan:
·
Pasien dapat mengungkapkan tentang
proses penyakit, akibat iritasi jalan nafas dan penggunaan obat-obat
·
Pasien dapat mendemonstrasikan
penggunaan inhalasi dengan benar
·
Pasien dan keluarga dapat
mendemonstrasikan fisioterapi dada
Intervensi:
-
Instruksi pada pasien tentang
struktur dan fungsi paru dan perjalanan dari COPD
Rasional: Meningkatkan pengetahuan tentang perjalanan
penyakitnya
-
Diskusikan efek-efek dari merokok
dan iritasi jalan nafas
Rasional: Rokok dapat merusak cilia dan dapat mengiritasi
jalan nafas
-
Ajarkan pada pasien tentang
pengobatan (O2) tentang efek terapeutik, dosis, pengaturan, penggunaan yang
benar tentang inhalasi dan perawatannya.
Rasional: Pengetahuan yang meningkat akan memberikan
kooperatif terhadap pengobatan
-
Ajarkan pada pasien tentang
perawatan di rumah dan penggunaan inhaler serta rencana pengobatan
Rasional: Memberikan perawatan yang tepat berkelanjutan
sampai di rumah
-
Ajarkan pada pasien tentang
pernafasan paru
Rasional: Memberikan gambaran tentang terjadi pada paru
h.
Gangguan eliminasi konstipasi
berhubungan dengan mobilisasi, ketidakadekuatan cairan kelemahan otot
abdominal, penurunan kemampuan untuk peningkatan tekanan intra abdomen.
Hasil yang diharapkan:
Intervensi:
-
Anjurkan mobilisasi dan
beraktivitas sesuai kemampuan
Rasional: Meningkatkan aktivitas yang dapat mendorong
kelancaran dalam eliminasi
-
Monitor intake cairan (3l/hari)
Rasional: menghindari terjadinya kekurangan cairan
-
Anjurkan makan tinggi serat
Rasional: Membantu memperlancar dalam eliminasi b.a.b
-
Gunakan laxantive jika dibutuhkan
Rasional: Sebagai pilihan terakhir membantu memperlancar
b.a.b
i.
Kecemasan, depresi, takut
berhubungan dengan dyspnea, ketidakefektifan koping individu, tidak yakin akan
hasil pengobatan, kurang pengetahuan tentang tehnik relaksasi.
Hasil yang diharapkan:
·
Pasien dapat mengidentifikasi pola
koping yang efektif
·
Pasien dapat mendemonstrasikan
tehnik relaksasi
Intervensi:
-
Diskusikan dengan pasien tanda
–tanda mekanisme koping untuk mengurangi kecemasan, depresi dan takut.
Rasional: Mengembangkan coping yang adaptif dalam
pemecahan masalahnya
-
Diskusikan perubahan tentang gaya
hidup
Rasional: Agar pasien dapat beradaptasi dengan perubahan
tersebut
-
Anjurkan untuk lebih
berpartisipasi dalam perawatan penyakitnya
Rasional: Partisipasi pasien dapat membantu memperlancar
pengobatan
-
Instruksikan pada klien untuk
mempelajari tehnik relaksasi
Rasional: Mengurangi ketegangan yang dirasakan
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Sylvia. Pathofisiologi Clinical Consep of Disease Proses. EGC,
Bagian I Adjie Dharma. Edisi II. Cetakan
III, 1988.
Brunner and Suddarth. Medical
Surgical Nursing. Six Edition. Philadelphia : JB Lippincott
Company. 1988
Doengoes, Marlin E, Mary france, Alice C. Geister, Mary F. Jeffries. Nursing Care Planning Guidelence For
Planing Patien Care. Philadelphia ; FA Davis Company, 1989
Lewis. Medical Surgical Nursing.
St. louis: Mosby. 2000.
Sexton, Dorothy l. Chronic
Obstruksi Pulmonal Disease. Toronto: C.V. Mosby Company 1981
Soeparma. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI,1986
Amin, Muhammad, Penyakit Paru
Obstruksi Menahun: Polusi Udara, Rokok, dan Afa-1Antitripsin,Surabaya,1996.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar