KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN PELAKSANAAN 7T PADA IBU HAMIL
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diwarnai oleh rawannya derajat kesehatan ibu dan anak, terutama pada kelompok yang paling rawan yaitu ibu hamil, ibu bersalin dan bagi pada masa perinatal. Hal ini ditandai oleh tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Angka kematian ibu memang sangat tinggi, terbukti WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu meninggal saat hamil dan bersalin. Oleh karena itulah maka sejak tahun 1990 sampai 1991 Departemen Kesehatan dibantu oleh WHO, UNICEF dan UNDP melaksanakan assessment safe mother hood sampai saat ini. Hasil kegiatan dari assessment safe mother hood adalah rekomendasi rencana kegiatan 5 (lima) tahun. Departemen Kesehatan merekomendasi dalam bentuk strategi operasional dalam mempercepat penurunan AKI (Syaifuddin, dkk, 2002). Terbukti pada tahun 2002/2003 menurut Survey Demografi dan Kesehatan AKI di Indonesia turun menjadi 307/100.000 kelahiran hidup (www.tempo.co.id/medika/arsip. 2005).
Kebijakan Depkes dalam upaya mempercepat penurunan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat pilar Safe Motherhood”. Dewasa ini program keluarga berencana sebagai pilar pertama telah dianggap berhasil. Namun, untuk mendukung upaya mempercepat penurunan AKI diperlukan penajaman sasaran agar kejadian “4 terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, terlalu banyak anak)” dan kehamilan yang tidak diinginkan dapat ditekan serendah mungkin. Akses terhadap pelayanan antenatal sebagai pilar kedua cukup baik, yaitu 87% pada tahun 1997; namun mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Persalinan yang aman- sebagai pilar ketiga – yang dikategorikan sebagai pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pada 1997 baru mencapai 69%. Untuk mencapai AKI sekitar 200 per 100.000 kelahiran hidup diperlukan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sekitar angka 80%. Cakupan pelayanan obstetri esensial – sebagai pilar keempat – masih sangat rendah, dan mutunya belum optimal.
Untuk membantu pemerintah dalam mencapai penurunan AKI di Indonesia, maka pemerintah Propinsi Jawa Timur mempunyai target cakupan pelayanan antental (K4) 84% dengan akses pelayanan antenatal (K4) 92,2% cakupan antenatal (K4) tahun 2004 mencapai 81,75% sudah hampir memenuhi target yang ditetapkan oleh pemerintah Propinsi Jawa Timur. Sedang target cakupan pelayanan antenatal (K4) di Kabupaten Jember 82% baru terlaksana 78,73%. Adapun akses pelayanan antenatal (K1) 85,7% (Dinkes Propinsi Jawa Timur, 2004). Di Puskesmas Tanggul sendiri mempunyai target cakupan pelayanan antenatal (K4) 80%, target akses pelayanan antenatal (K1) 88% (PWSKIA Propinsi Jawa Timur, 2004). Sedangkan jumlah akses (K1) pada bulan Januari di Puskesmas Tanggul sendiri adalah 6,5%, cakupan pelayanan antenatal (K4) bulan Januari 5,8%.
Dengan target cakupan pelayanan antenatal yang telah ditetapkan oleh pemerintah Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Jember serta Puskesmas Tanggul khususnya dapat membantu pemerintah dalam menurunkan AKI di Indonesia melalui pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal diberikan oleh petugas kesehatan baik yang bekerja di instansi pemerintah maupun swasta. Pelayanan antenatalpun diberikan di Puskesmas-Puskesmas yang tersebar di Indonesia. Saat ini dalam pelaksanaannya, Puskesmas menghadapi banyak masalah. Sejalan dengan otonomi daerah, Puskesmas diupayakan direvitalisasi, antara lain lewat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat KesehatanMasyarakat (Walujani M, dalam http://jpkm-online.net/news.2005 ).
Puskesmas dalam memberikan pelayanan antenatal hendaknya menggunakan asuhan standar minimal yang telah ditetapkan oleh pemerintah sejak tahun 1999 menjadi standar “7T” yang dahulunya hanya “5T”. Standar minimal ibu hamil “7T” tersebut yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, pemberian tablet Fe, tes penyakit menular seksual serta temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
Dari data pra survey yang dilakukan di Puskesmas Tanggul Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember, pelaksanaan pelayanan 7T di wilayah kerja Puskesmas Tanggul rata-rata 60,05% pada bulan Januari . Untuk rata-rata kunjungan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tanggul Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember setiap bulannya 94 ibu hamil yang berkunjung untuk memeriksakan kehamilannya. Adapun data pra survey kunjungan ibu hamil tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini yaitu bagaimana gambaran pelaksanaan “7T” Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember pada tahun 2009.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan 7T pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tanggul Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember pada tahun 2009
2. Tujuan Khusus
1) Untuk dapat mengidentifikasikan gambaran pelaksanaan pada penimbangan berat badan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember pada tahun .
2) Untuk dapat mengidentifikasikan gambaran pelaksanaan pemeriksaan tekanan darah pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember pada tahun .
3) Untuk dapat mengidentifikasikan gambaran pelaksanaan pada ibu hamil terhadap pemeriksaan pada fundus uteri di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember pada tahun .
4) Untuk dapat mengidentifikasikan gambaran pelaksanaan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember pada tahun .
5) Untuk dapat mengidentifikasikan gambaran pelaksanaan pemberian tabel Fe pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember pada tahun .
6) Untuk dapat mengidentifikasikan gambaran pelaksanaan pemeriksaan Penyakit Menular Seksual (PMS) pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember pada tahun .
7) Bagaimanakah pelaksanaan temu wicara pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember pada tahun .
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian dan menambah pengalaman dalam penulisan KTI, serta sebagai masukan pengetahuan tentang pelayanan/asuhan standar “7T” (timbang berat badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, pemberian tabelt Fe, tes PMS, dan temu wicara)
dan sebagai bekal saat pelaksanaan profesi kelak juga sebagai syarat untuk menyelesaikan studi Akademi Kebidanan Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto.
2. Bagi Teoritis
Dapat memberi nilai, sumber keperpustakaan dan pengetahuan tentang pelayanan/asuhan standar “7T” (timbang berat badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, pemberian tabelt Fe, tes PMS, dan temu wicara) dan diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti yang akan dating.
3. Bagi Praktisi
Diharapkan penelitian ini secara tidak langsung mengerti tentang pelayanan/asuhan standar “7T” (timbang berat badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, pemberian tabelt Fe, tes PMS, dan temu wicara), sehingga dapat mengubah presepsi tentang masalah yang ditemukan dalam waktu penelitian.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Definisi Ibu Hamil
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana terjadi pembuahan ovum oleh spermatozoa yang kemudian mengalami nidasi pada uterus dan berkembang sampai janin lahir, dimana lamanya hamil normal 37-32 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (Wiknjosastro, dkk, 1999).
Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur, sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur (Mansjoer, dkk, 2001).
Proses terjadinya kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari :
a. Ovulasi pelepasan ovum
b. Terjadinya migrasi sperma dan ovum
c. Terjadinya konsepsitas dan pertumbuhan zigot
d. Terjadi nidasi pada uterus
e. Pembentukan plasenta
f. Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai hamil
(Manuaba, 1999)
2. Asuhan Antenatal (ANC) Ibu Hamil
Pelayanan antenatal ibu hamil adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu selama kehamilan yang sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang diperlukan (Depkes RI, 1993).
Menurut Saifuddin, dkk (2002) tujuan asuhan antenatal adalah sebagai berikut:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik mental dan sosial ibu dan bayi
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi ekslusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
3. Pelayanan/Asuhan Standar “7T”
1. Timbang berat badan
Pada dasarnya ibu hamil dianjurkan untuk makan empat sehat lima sempurna. Karena kebutuhan akan protein dan bahan makanan tinggi, dianjurkan tambahan sebuah telur sehari. Nilai gizi ibu hamil dapat ditentukan dengan bertambahnya berat badan sekitar 6,5 sampai 15 kg selama hamil (Manuaba, 1998).
Berat badan diukur dalam kg tanpa sepatu dan memakai pakaian yang seringan-ringannya (Syahlan, 1996). Berat badan yang bertambah terlalu besar atau kurang perlu mendapatkan perhatian khusus karena memungkinkan terjadi penyulit kehamilan. Kenaikan berat badan tidak boleh lebih dari ½ kg/minggu segera rujuk (Standar Pelayanan Kebidanan, 2002).
2. Ukur tekanan darah
Mengukur tekanan darah dengan posisi ibu hamil duduk atau berbaring, posisi tetap sama pada pemeriksaan pertama maupun berikutnya. Letakkan tensimeter di permukaan yang dasar setinggi jantungnya. Gunakan ukuran manset yang sesuai. Tekanan darah di atas 140/90 mmHg atau peningkatan distol 15 mmHg/lebih sebelum kehamilan 20 minggu atau paling sedikit pada pengukuran dua kali berturut-turut pada selisih waktu 1 jam berarti ada kenaikan nyata dan ibu perlu dirujuk (SPK, 2002).
Tekanan darah adalah suatu desakan dari dinding pembuluh darah berdasarkan kontraksi-kontraksi kembang kempisnya jantung.
Keterangan:
a. Jika jantung menguntup (berkontraksi) didapatkan tekanan darah tertinggi pada arteri. Tekanan ini dinamakan “systole”. Tekanan systole yang normal adalah 120 mmHg.
b. Waktu jantung mengembang (berdilatasi) didapatkan tekanan terendah di dalam arteri dan tekanan ini disebut “Diastole”. Diastole yang normal adalah 80 mmHg.
c. Antara tekanan systole dan diastole terdapat perbedaan 40 mmHg. Bila perbedaan ini lebih dari 10 mmHg atau kurang dari 10 mmHg masih dianggap normal. Perbedaan ini disebut “Pulse Pressure” (Senirang, 1983).
3. Ukur tinggi fundus uteri
Pertumbuhan janin dimulai dari tingginya fundus uteri. Semakin tua umur kehamilan, maka semakin tinggi fundus uteri; namun pada umur kehamilan 9 bulan fundus uteri akan turun kembali karena kepala janin telah turun/masuk panggul. Pada kehamilan 12 minggu fundus uteri biasanya sedikit di atas tulang pubis. Pada kehamilan 24 minggu fundus uteri teraba bulat. Secara kasar dapat dipakai pegangan bahwa setiap bulannya fundus naik 2 jari, tetapi perhitungan tersebut sering kurang tepat karena ukuran jari pemeriksaan sangat bervariasi (Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar, 1998).
Tinggi fundus uteri ditentukan dalam cm yaitu jarak antara symphisis dan puncak tinggi fundus uteri menunjukkan umur kehamilan. Tinggi fundus uteri menunjukkan umur kehamilan. Tinggi fundus uteri mulai dapat diukur dengan pita pengukur yang terbuat dari kain (centimeter : cm) pada umur kehamilan 12 minggu (Depkes, 1992).
Contoh Umur Kehamilan
Tinggi Fundus
12 Minggu
16 Minggu
20 Minggu
24 Minggu
28 Minggu
32 Minggu
36 Minggu
12 cm
16 cm
20 cm
24 cm
28 cm
32 cm
36 cm
Jika hasilnya berbeda dengan perkiraan umur kehamilan (dalam minggu) lebih dari 3 cm, atau pertumbuhan janin lambat/tidak ada, ibu perlu dirujuk (SPK, 2002). 4. Pemberian imunisasi (tetanus toksoid) TT lengkap
Imunisasi TT diberikan 2x yaitu pada kunjungan pertama dan kemudian interval 4 mg, tanpa pandang usia kehamilan. Bila pernah menerima TT 2x pada kehamilan terdahulu, maka hanya diberi TT 1x imunisasi TT bertujuan melindungi bayi dan ibu terhadap penyakit tetanus (Syahlan, 1996).
Vaksin TT diberikan sedini mungkin dengan dosis pemberian 0,5 cc I.M (intra muskulair) di lengan atas/paha/bokong. Khusus untuk calon pengantin diberikan imunisasi TT 2x dengan interval 4 minggu. Usahakan TT1 dan TT2 diberikan sebelum menikah (Depkes, 1992).
Antigen
Interval (Selama waktu Minimal)
Lama Perlindungan
Perlindungan (%)
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5
Pada kunjungan antenatal pertama
4 minggu setelah TT1
6 minggu setelah TT2
1 tahun setelah TT3
1 tahun setelah TT4
-
3 tahun*
5 tahun
10 tahun
25 tahun/seumur hidup
-
80
95
99
99
Keterangan:artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung daari TN (tetanus neonatorum)
5. Pemberian tablet zat besi
WHO menganjurkan pemberian ferro sulfat 320 mg (setara dengan 60 mg zat besi) 2 kali sehari bagi semua ibu hamil. Jika Hb 9 gr% atau kurang dari pada salah satu kunjungan tingkatkan tablet zat besi menjadi 3 kali 1 tablet/hari sampai akhir masa kehamilannya.
Kebijakan program KIA di Indonesia saat ini menetapkan:
a. Pemberian tablet Fe (320 mg Fe sulfat dan 0,5 mg asam folat) untuk semua ibu hamil sebanyak 1 kali 1 tablet selama 90 hari. Jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan, yaitu 100 mg
b. Bila ditemukan anemia pada ibu hamil, diberikan tablet zat besi 2-3 kali 1 tablet/hari selama 2-3 bulan; dan dilakukan:
- Pemantauan Hb (bila masih anemia)
- Pemeriksa sampel tinja untuk melihat kemungkinan adanya cacing tambang dan parasit lainnya
- Periksa darah tepi terhadap parasit malaria (di daerah endemik)
(Depkes RI, 1999).
Pada setiap kali kunjungan mintalah ibu untuk meminum tablet zat besi yang cukup, hindari meminum teh/kopi 1 jam sebelum/sesudah makan karena dapat mengganggu penyerapan zat besi. Tablet zat besi lebih dapat diserap jika disertai dengan mengkonsumsi vitamin C yang cukup. Jika vitamin C dikonsumsi ibu dalam makanannya tidak tercukupi berikan tablet vitamin C 250 mg per hari (Depkes RI, 1999).
6. Tes terhadap penyakit menular seksual
Pelayanan kebidanan berkaitan erat dengan penyakit melalui hubungan seksual. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh terhadap ibu akan tetapi juga terhadap bayi yang dikandung atau dilahirkan. Beberapa contoh penyakit melalui hubungan seksual:
a. Infeksi monilial penyebabnya adalah jamur candida albicans
b. Infeksi trichomnial disebabkan oleh trichomonas vaginalis
c. Sifilis disebabkan oleh infeksi treponema pallidum
d. Gonorrea penyebabnya adalah neisseria gonorea
e. Herpes genitalis disebabkan oleh virus simleks
f. Hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis
g.HIV/AIDS, HIV adalah penyebab AIDS
Penyakit hubungan seksual perlu diperiksa/ditangani karena dapat menyebabkan:
- Abortus
- Cacat bawaan
- IUGR-BBLR
- IUFD (bayi mati dalam kandungan)
Jika pemeriksaan penyakit hubungan seksual dilakukan sejak dini pada ibu hamil kemungkinan masih dapat diobati untuk mencegah terjadinya komplikasi terhadap ibu dan bayi yang dikandungnya.
7. Temu wicara pada persiapan rujukan
Pada saat kunjungan antenatal, petugas kesehatan harus menjelaskan pada klien dan suami tentang kondisi ibu dan janinnya, dan jika penyulit terjadi beritahu ibu suami dan keluarga serta ajak ibu, suami dan keluarga untuk membahas rujukan dan rencana rujukan. Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan ibu.
Persiapan-persiapan dan informasi yang dapat dimasukkan dalam rencana rujukan:
a. Siapa yang akan menemani ibu atau bayi baru lahir
b. Tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga (jika ada lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan)
c. Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mendampingi mengendarainya. Transportasi harus tersedia segera, baik siang maupun malam.
d. Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika tranfusi darah diperlukan
e. Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat-obatan dan bahan-bahan.
f. Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu tidak di rumah (APN, 2003).
Hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan “BAKSOKU”
B : Bidan, pendamping ibu yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
A : Alat, perlengkapan dan bahan diperlukan bila ibu melahirkan sedang dalam perjalanan.
K : Keluarga, suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu ke tempat rujukan
S : Surat, surat mengenai alasan mengapa ibu dirujuk dan kondisi ibu saat ini
O : Obat, obat-obatan esensial mungkin diperlukan selama perjalanan ke tempat rujukan.
K : Kendaraan, persiapan kendaraan yang memungkinkan untuk merujuk dalam kondisi yang cukup aman.
U : Uang, ingatkan keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan bayi tinggal di fasilitas rujukan (APN, 2003)
Penting untuk mendiskusikan rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya sedini mungkin pada awal pemeriksaan antenatal/pada saat ditemukannya kesulitan, agar persiapan-persiapan dapat dilakukan dengan cepat sehingga ibu dan bayi mendapat pertolongan terbaik dengan cepat dan tepat.
B. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002).
Jika digambarkan dalam kerangkan konsep adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
1. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional sangat dibutuhkan untuk membatasi ruang atau pengertian variabel-variabel penelitian dan akan memudahkan untuk mengukurnya. Definisi operasional variabel adalah rumusan pengertian variabel-variabel yang diamati, diteliti dan diberi batasan( Notoatmodjo, 2002:70)
Tabel.3.2 Definisi Oprasional
No
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Dilakukan
Tidak
Dilakukan
Skala
1
Ibu hamil
Suatu keadaan dimana terjadi pembuahan ovum oleh spermatozoa yang kemudian mengalami nidasi pada uterus dan berkembang sampai janin lahir, dimana lamanya hamil normal 37-32 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir
Observasi
Dilakukan
Interval
2
Pelaksanaan pelayanan “7T”
- Timbang berat badan
- Menimbang berat badan ibu hamil setiap kali kunjungan
Observasi
Dilakukan
Interval
- Ukur tekanan darah
- Mengukur tekanan darah ibu hamil setiap kali kunjungan
Observasi
Dilakukan
Interval
- Ukur tinggi fundus uteri
- Mengukur tinggi fundus uteri untuk mengetahui usia kehamilan setiap kali kunjungan
Observasi
Dilakukan
Interval
- Pemberian imunisasi (tetanus toksoid) TT lengkap
- Memberikan imunisasi TT 2 kali selama hamil
Observasi
Dilakukan
Interval
- Pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan
- Memberikan tablet Fe minimal 90 tablet
Observasi
Dilakukan
Interval
- Tes terhadap penyakit menular seksual
- Memeriksa ibu hamil untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit menular seksual
Observasi
Tidak dilakukan
Interval
- Temu wicara pada persiapan rujukan
- Memberikan informasi tentang keadaan kehamilannya.
Observasi
Tidak dilakukan
Interval
BAB 3
METODE PENELITIAN
A Jenis dan Rancang-bangun Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2002: 138). Teknik penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan presentase, yang mana data kualitatif yang ada dikuantifikasikan, diangkakan sekedar untuk mempermudah menggabungan data variabel, kemudian sesudah terdapat hasil akhir lalu dikualifikasikan kembali.
Menurut Arikunto (1998: 245) bahwa pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.
B. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 108). Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2002: 79).
Berdasarkan pendapat di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang datang untuk memeriksakan kehamilannya di wilayah kerja Puskesmas Tanggul Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember dari tanggal 28 juli sampai dengan 28 agustus,maka populasi yang didapat adalah sebanyak 124 orang ibu hamil.
C. Sampel
Menurut Arikunto (2002: 109) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Selanjutnya Notoatmodjo, (2002 : 79) Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara aksidental (accidental) yaitu dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia. Sedangkan penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini adalah jika lebih dari 100 maka besar sampel diambil 25% dari jumlah populasi dan jika jumlah populasi kurang dari 100 maka seluruh populasi yang ada akan dijadikan sampel.
Setelah dilakukan penelitian, didapat jumlah populasi sebanyak 124 orang, sehingga didapat jumlah sampel dari 25% yaitu 31 orang.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Kabupaten Jember pada Tanggal 28 juli s/d 28 Agustus 2009.
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Untuk dapat mengukur variabel penelitian ini, penulis menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2002: 48) bahwa yang dimaksud dengan instrumen adalah Alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, instrumen ini dapat berupa question (pertanyaan), formulir, observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan penataan data dan lain-lain.
Alat ukur yang digunakan adalah chek list, yaitu suatu daftar pengecek, berisi nama subjek dan beberapa gejala/identitas lainnya dari sasaran pengamatan yang masing-masing jika dilakukan mendapat nilai 1 (satu), jika tidak dilakukan mendapat nilai 0 (nol).
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan observasi (pengamatan). Menurut Notoatmodjo (2002: 93) observasi adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan.
Setelah data terkumpul melalui angket atau kuesioner, maka dilakukan pengolahan data yang melalui berupa tahapan sebagai berikut:
i. Seleksi data (Editing)
Dimana penulis akan melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh dan diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam penelitian.
ii. Pemberian kode (Coding)
Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data.
iii. Pengelompokkan data (Tabulating)
Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan, kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel.
F. Teknik Analisa Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah univariat yaitu analisa data yang mendeskripsikan atau menggambarkan data tersebut dalam bentuk prosentase dengan formula.
G. Etika Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan melakukan berbagai prosedur yang berhubungan dengan etika penelitian yang meliputi.
1. Intorimed Consent (Lembar Persetujuan Menjadi Responden) adalah lembar persetujuan yang akan di berikan pada subyek yang akan di teliti.
2. Anonimity (Tanpa Nama) adalah kerahasiaan identitas responden harus di jaga, oleh karena itu peneliti tidak boleh mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data.
3. Confidentiality (Karakteristik) adalah kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti karena hanya kelompok data tertentu saja yang akan di sajikan atau di laporkan sebagai hasil penelitian.
H. Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan saya dalam melakukan penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Pengetahuan dan keterampilan,karena peneliti sebagai peneliti pemula, sehinga banyak kekurangan baik dalam penyusunan / penulisan.
2. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang peneliti buat sendiri dan belum pernah diuji cobakan sehingga reabilitas dan validitasnya perlu di sempunaka.
3. Keterbatasan waktu yang relatif pendek sehingga membuat hasil penelitian kurang efektif.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Keadaan umum
Puskesmas Tanggul merupakan Puskesmas Induk yang diresmikan pada tanggal 12 September 1970 terletak di Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember Wilayah kerja Puskesmas Tanggul semula terdiri dari 13 desa terdiri dari desa Patemon, Manggisan, Darungan, Selodakon, Klatakan, Tanggul Wetan, Tanggul Kulon, Pondok dalem,Semboro, Sidomekar, Rejoagung,Songon,Kramat Sukoharjo sejak tahun 1997 wilayah kerja Puskesmas Tanggul dikurangi 7 Desa karena pada tahun tersebut diadakan pemekaran Kecamatan
Adapun batasan wilayah kerja Puskesmas Tanggul adalah sebagai berikut:
a). Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Sumberbaru
b). Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Semboro
c). Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bangsalsari
Jarak Puskesmas ke desa terdekat selain ibu kota Kecamatan adalah 2 km dan jarak Puskesmas ke desa terjauh lebih kurang 15 km. Sedangkan jarang Puskesmas Tanggul ke Ibu kota Kabupaten lebih kurang 35 km, dan ke ibukota Propinsi lebih kurang 250 km.
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tanggul tahun 2009 yaitu 55.165 terdiri dari 7.082 KK. Pertumbuhan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tanggul Jember adalah 0,17 dan bersifat heterogen. Sex ratio antara penduduk laki-laki dengan perempuan sebesar 104,95. hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
2. Data Khusus
Setelah check list dikumpulkan dan diolah, maka didapat data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan diagram yang menggambarkan pelaksanaan 7T di wilayah kerja Puskesmas Tanggul Jember tahun terhadap 31 responden yang telah ditetapkan yaitu 25% dari 124 populasi yang ada.
Sesuai dengan pertanyaan penelitian maka hasil penelitian ini dibagi dalam tujuh sub variabel, yaitu:
1. Gambaran pelaksanaan penimbangan berat badan ibu hamil
2. Gambaran pelaksanaan pemeriksaan tekanan darah pada ibu hamil
3. Gambaran pelaksanaan pada ibu hamil terhadap pemeriksaan pada fundus uteri
4. Gambaran pelaksanaan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) pada ibu hamil
5. Gambaran pelaksanaan pemberian tabel Fe pada ibu hamil
6. Gambaran pelaksanaan pemeriksaan penyakit menular seksual (PMS) pada ibu hamil
7. Gambaran pelaksanaan temu wicara pada ibu hamil
1. Distribusi Frekuensi Gambaran Pelaksanaan Penimbangan Berat Badan Ibu Hamil
Dari data yang diperoleh melalui observasi dengan menggunakan check list maka didapatkan hasil tentang frekuensi gambaran pelaksanaan penimbangan berat badan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul, sebagaimana terdapat pada tabel distribusi sebagai berikut:
Tabel 5.1: Distribusi Frekuensi Gambaran Pelaksanaan Penimbangan
Berat Badan Ibu Hamil Diwilayah kerja Puskesmas
Tanggul Tahun 2009
No
Kategori
Jumlah Responden
Persentase
(%)
1
Baik
31
100
2
Cukup
0
0
3
Kurang
0
0
4
Tidak baik
0
0
Jumlah
31
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 31 ibu hamil yang datang ke Puskesmas Tanggul Jember, seluruhnya (100%) mendapatkan pelayanan penimbangan berat badan pada ibu hamil. Hal tersebut menunjukkan bahwa gambaran pelaksanaan penimbangan berat badan ibu hamil di Puskesmas Tanggul Jember termasuk dalam kategori baik.
2. Distribusi Frekuensi Gambaran Pelaksanaan Pengukuran Tekanan Darah Ibu Hamil
Dari data yang diperoleh melalui observasi dengan menggunakan check list terhadap 31 responden, maka didapatkan hasil tentang frekuensi gambaran pelaksanaan pengukuran tekanan darah ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul, sebagaimana terdapat pada tabel distribusi sebagai berikut:
Tabel 5.2: Distribusi Frekuensi Gambaran Pelaksanaan Pengukuran
Tekanan Darah Ibu Hamil Diwilayah kerja Puskesmas
Tanggul Tahun 2009
No
Kategori
Jumlah Responden
Persentase
(%)
1
Baik
31
100
2
Cukup
0
0
3
Kurang
0
0
4
Tidak baik
0
0
Jumlah
31
100
Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa 100% dari 31 ibu hamil yang datang ke Puskesmas Tanggul Jember, mendapatkan pelayanan pengukuran tekanan darah. Hal tersebut menunjukkan bahwa gambaran pelaksanaan pengukuran tekanan darah pada ibu hamil di Puskesmas Tanggul Jember termasuk dalam kategori baik (100%).
3. Distribusi Frekuensi Gambaran Pelaksanaan Pengukuran Tinggi Fundus Uteri Ibu Hamil
Setelah dilakukan pengumpulan data melalui observasi dengan menggunakan check list terhadap 31 responden, maka didapatkan hasil tentang frekuensi gambaran pelaksanaan pengukuran tinggi fundus uteri pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul,sebagaimana terdapat pada tabel distribusi sebagai berikut:
Tabel 5.3: Distribusi Frekuensi Gambaran Pelaksanaan Pengukuran
Tinggi fundus Uteri Ibu Hamil Diwilayah kerja Puskesmas
Tanggul Tahun 2009.
No
Kategori
Jumlah Responden
Persentase
(%)
1
Baik
31
100
2
Cukup
0
0
3
Kurang
0
0
4
Tidak baik
0
0
Jumlah
31
100
Tabel di atas menunjukkan seluruh responden yang berjumlah 31 ibu hamil mendapatkan pelayanan pengukuran tinggi fundus uteri di Puskesmas Tanggul Jember. Hal tersebut menunjukkan bahwa gambaran pelaksanaan pengukuran tinggi fundus uteri pada ibu hamil di Puskesmas Tanggul Jember termasuk dalam kategori baik (100%).
4. Distribusi Frekuensi Gambaran Pelaksanaan Pemberian Imunisasi TT Pada Ibu Hamil
Pada hasil pengumpulan data tentang gambaran pelaksanaan pemberian imunisasi TT terhadap ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Jember didapatkan hasil sebagaimana terdapat pada tabel 5.4 sebagai berikut:
Tabel 5.4: Distribusi Frekuensi Gambaran Pelaksanaan Pemberian
Imunisasi TT pada Ibu Hamil Diwilayah Puskesmas
Tanggul Kabupaten Jember Tahun 2009
No
Kategori
Jumlah Responden
Persentase
(%)
1
Baik
22
70,97
2
Cukup
9
29,03
3
Kurang
0
0
4
Tidak baik
0
0
Jumlah
31
100
Tabel di atas menunjukkan dari 31 ibu hamil yang datang ke Puskesmas Tanggul Jember 22 (70,97%) ibu hamil telah mendapatkan imunisasi TT lengkap dan selebihnya 9 (29,03%) ibu belum mendapatkan imunisasi TT lengkap. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar (70,97%) ibu hamil yang datang ke Puskesmas Tanggul Jember telah mendapatkan imunisasi TT lengkap:
5. Distribusi Frekuensi Gambaran Pelaksanaan Pemberian Tablet Fe Pada Ibu Hamil
Dari hasil pengumpulan data terhadap ibu hamil yang datang ke Puskesmas Tanggul Jember dengan mengambil sampel sebanyak 31 orang maka didapatkan data tentang gambaran pelaksanaan pemberian teblet Fe pada ibu hamil sebagaimana terdapat pada tabel 5.5 sebagai berikut:
Tabel 5.5 : Distribusi Frekuensi Gambaran Pelaksanaan
Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Jember Tahun 2009
No.
Kategori
Jumlah Responden
Persentase
(%)
1
Baik
31
100
2
Cukup
0
0
3
Kurang
0
0
4
Tidak baik
0
0
Jumlah
31
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 31 ibu hamil yang datang ke Puskesmas Tanggul Jember seluruhnya atau 100% mendapatkan tablet Fe. Hal ini menunjukkan bahwa gambaran pelaksanaan pemberian tablet Fe di Puskesmas Tanggul Jember termasuk dalam kategori baik (100%).
6. Distribusi Frekuensi Gambaran Pelaksanaan Pemeriksaan Penyakit Menular Seksual (PMS) Pada Ibu Hamil
Pada pelaksanaan pemeriksaan Penyakit Menular Seksual (PMS) yang dilaksanakan di Puskesmas Tanggul Jember didapatkan data sebagaimana terdapat pada tabel 5.6 sebagai berikut:
Tabel 5.6 :Distribusi Frekuensi Gambaran Pelaksanaan
Pemeriksaan Penyakit Menular Seksual (PMS) pada Ibu
Hamil Diwilayah kerja Puskesmas Tanggul Kabupaten
Jember Tahun 2009
No
Kategori
Jumlah Responden
Persentase
(%)
1
Baik
0
100
2
Cukup
0
0
3
Kurang
0
0
4
Tidak baik
31
100
Jumlah
31
100
Tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa dari 31 ibu hamil yang datang ke Puskesmas Tanggul Jember seluruhnya (100%) tidak mendapatkan pelayanan pemeriksaan penyakit menular seksual. Hal ini menunjukkan bahwa gambaran pelaksanaan pemeriksaan penyakit menular seksual terhadap ibu hamil di Puskesmas Tanggul Jember termasuk dalam kategori tidak baik.
7. Distribusi Frekuensi Gambaran Pelaksanaan Temu Wicara pada Persiapan Rujukan terhadap Ibu Hamil
Adapun hasil pengumpulan data mengenai gambaran pelaksanaan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan bagi ibu hamil terdapat pada tabel 5.7sebagai berikut
Tabel 5.7 :Distribusi Frekuensi Gambaran Pelaksanaan Temu Wicara
Pada Persiapan Rujukan Terhadap Ibu Hamil
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Jember Tahun 2009
No.
Kategori
Jumlah Responden
Persentase
(%)
1
Baik
0
100
2
Cukup
0
0
3
Kurang
0
0
4
Tidak baik
31
100
Jumlah
31
100
Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa pada pelaksanaan temu wicara terhadap ibu hamil dalam rangka persiapan rujukan dari 31 responden yang ada tidak dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa gambaran pelaksanaan temu wicara terhadap ibu hamil di Puskesmas Tanggul Jember dalam rangka persiapan rujukan termasuk dalam kategori tidak baik.
Dari hasil pengolahan data pada masing-masing sub variabel mengenai gambaran pelaksanaan 7T (timbang berat badan, ukur tekanan darah, tinggi fundus uteri, imunisasi TT, tablet Fe, tes PMS, dan temu wicara persiapan rujukan) di atas maka didapatkan kategori gambaran pelaksanaan 7T Pada Ibu Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Tanggul Kabupaten Jember sebagaimana terdapat pada grafik berikut:
Gambar 5.1
Grafik Gambaran Pelaksanaan 7T pada ibu hamil
Di wilayah kerja Puskesmas Tanggul Jember
Tahun 2009
Grafik di atas menunjukkan bahwa dari 31 ibu hamil yang dijadikan sampel seluruhnya (100%) mendapatkan pelayanan pada penimbangan berat badan, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, dan pemberian tablet Fe. Sedangkan pada pelaksanaan pemberian imunisasi TT hanya 22 ibu hamil (70,97% ) yang mendapatkan imunisasi TT, selebihnya 9 orang (29,03%) dari 31 ibu hamil tidak mendapatkan imunisasi TT. Untuk pelayanan pemeriksaan penyakit menular seksual dan temu wicara dari seluruh responden yang berjumlah 31 ibu hamil tidak ada yang mendapatkan pelayanan tersebut.
Dari uraian di atas maka dapat diketahui bahwa ibu hamil yang datang ke Puskesmas Tanggul Jember rata-rata mendapatkan pelayanan sebanyak 67,28% dari 7 pelaksanaan pelayanan yang diberikan, jika pelayanan tersebut dikategorikan menurut pendapat Arikunto (1998) maka gambaran pelaksanaan 7T di wilayah kerja Puskesmas Tanggul termasuk dalam kategori cukup baik. (hasil pengumpulan data terdapat pada lampiran 3).
B. Pembahasan
1. Gambaran Pelaksanaan Penimbangan Berat Badan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Jember
Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam membentuk kegiatan pokok. (Depkes RI, 1995). Salah satu pelayanan asuhan standar Puskesmas yang telah ditetapkan oleh pemerintah sejak tahun 1999 terhadap ibu hamil dari 7T adalah melakukan penimbangan berat badan ibu hamil. Berat badan diukur dalam kg tanpa sepatu dan memakai pakaian yang seringan-ringannya (Syahlan, 1996).
Pentingnya dilakukan penimbangan berat badan ibu hamil adalah untuk mengetahui peningkatan atau penurunan berat badan pada ibu hamil agar tidak terjadi penyulit pada kehamilan. Menurut Standar Pelayanan Kebidanan (2002) berat badan yang bertambah terlalu besar atau kurang perlu mendapatkan perhatian khusus, memungkinkan terjadinya penyulit kehamilan. Kenaikan berat badan tidak boleh lebih dari ½ kg/minggu.
Dari hasil observasi yang dilakukan dengan menggunakan format pengumpul data tentang 7T di Wilayah Kerja Puskesmas didapatkan bahwa pada pelaksanaan penimbangan berat badan ibu hamil, dari 31 sampel seluruhnya (100%) mendapatkan pelayanan penimbangan berat badan. Hal ini menunjukkan bahwa gambaran pelaksanaan penimbangan berat badan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul telah mengikuti salah satu asuhan standar pelayanan Puskesmas yang telah ditetapkan pemerintah dengan baik.
2. Gambaran Pelaksanaan Pengukuran Tekanan Darah Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Jember
Pelaksanaan pengukuran tekanan darah terhadap ibu hamil yang dilakukan di Puskesmas Tanggul Jember termasuk kategori baik yaitu dari 31 responden seluruhnya (100%) mendapatkan pelayanan pengukuran tekanan darah. Hal ini menunjukkan bahwa selain telah tersedianya peralatan yang mendukung dalam melakukan pengukuran tekanan darah juga dikarenakan adanya upaya yang dilakukan petugas Puskesmas Tanggul Jember untuk menerapkan pelaksanaan 7T yang salah satunya adalah pemeriksaan tekanan darah terhadap ibu hamil.
3. Gambaran Pelaksanaan Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Jember
Pertumbuhan janin dimulai dari tingginya fundus uteri. Semakin tua umur kehamilan, maka semakin tinggi fundus uteri; namun pada umur kehamilan 9 bulan fundus uteri akan turun kembali karena kepala janin telah turun/masuk panggul. Pada kehamilan 12 minggu fundus uteri biasanya sedikit di atas tulang pubis. Pada kehamilan 24 minggu fundus uteri teraba bulat. Secara kasar dapat dipakai pegangan bahwa setiap bulannya fundus naik 2 jari, tetapi perhitungan tersebut sering kurang tepat karena ukuran jari pemeriksaan sangat bervariasi (Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar, 1998). Tinggi fundus uteri ditentukan dalam cm yaitu jarak antara symphisis dan puncak tinggi fundus uteri menunjukkan umur kehamilan. Tinggi fundus uteri menunjukkan umur kehamilan. Tinggi fundus uteri mulai dapat diukur dengan pita pengukur yang terbuat dari kain (centimeter : cm) pada umur kehamilan 12 minggu (Depkes, 1992).
Dari beberapa pendapat di atas jelaslah bahwa pemeriksaan tinggi fundus uteri sangatlah dibutuhkan karena salah satu tujuan dari pemeriksaan tinggi fundus uteri adalah untuk mengetahui pertumbuhan janin sehingga jika terjadi pertumbuhan janin yang tidak normal dapat segera dilakukan penanganan atau rujukan.
Pada hasil observasi yang telah dilakukan terhadap 31 responden diketahui bahwa seluruh responden (100%) mendapatkan pelayanan pemeriksaan tinggi fundus uteri. Hal ini menunjukkan pelaksanaan pemeriksaan tinggi fundus uteri di Puskesmas Tanggul Jember dalam kategori baik. Selain itu, pemeriksaan yang dilakukan telah sesuai dengan Pedoman Pelayanan Kebidanan.
4. Gambaran Pelaksanaan Pemberian Imunisasi TT pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Jember
Pelaksanaan pemberian imunisasi TT di Puskesmas Tanggul Jember sebenarnya sudah dilaksanakan dengan baik, hanya saja dari 31 responden 22 (70,97%) ibu hamil mendapatkan imunisasi TT lengkap dan selebihnya yaitu 9 orang (29,03%) pada saat dilakukan observasi tidak atau belum mendapatkan imunisasi TT secara lengkap, hal ini disebabkan karena sebagian ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tanggul Jember ada yang telah mendapat imunisasi TT tetapi belum lengkap, ada juga yang memang belum sama sekali mendapatkan imunisasi TT tetapi sebagian besar ibu hamil telah mendapatkan imunisasi TT secara lengkap pada kunjungan sebelumnya, ada juga yang baru pertama hamil telah mendapatkan imunisasi TT sebelum menikah sebagaimana disebutkan dalam buku Depkes (1992) bahwa Vaksin TT diberikan sedini mungkin dengan dosis pemberian 0,5 cc I.M (intra muskulair) di lengan atas/paha/bokong. Khusus untuk calon pengantin diberikan imunisasi TT 2x dengan interval 4 minggu. Usahakan TT1 dan TT2 diberikan sebelum menikah (Depkes, 1992).
Selanjutnya menurut Syahlan (1996) Imunisasi TT diberikan 2x yaitu pada kunjungan pertama dan kemudian interval 4 mg, tanpa pandang usia kehamilan. Bila pernah menerima TT 2x pada kehamilan terdahulu, maka hanya diberi TT 1x imunisasi TT bertujuan melindungi bayi dan ibu terhadap penyakit tetanus.
5. Gambaran Pelaksanaan Pemberian Table Fe Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Jember
Kebutuhan ibu hamil terhadap pemenuhan zat besi sangat diperlukan, WHO menganjurkan pemberian ferro sulfat 320 mg (setara dengan 60 mg zat besi) 2 kali sehari bagi semua ibu hamil. Jika Hb 9 gr% atau kurang dari pada salah satu kunjungan tingkatkan tablet zat besi menjadi 3 kali 1 tablet/hari sampai akhir masa kehamilannya.
Pada hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Puskesmas Tanggul Jember diketahui dari 31 responden seluruhnya (100%) mendapatkan tablet Fe pada setiap kali kunjungan. Hal ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan Puskesmas Tanggul dalam pelaksanaan pemberian tablet Fe guna mencukupi kebutuhan zat besi bagi ibu hamil hingga mencapai 100 mg termasuk dalam kategori baik. Selain itu juga, upaya yang dilakukan Puskesmas Tanggul telah sesuai dengan kebijakan program KIA di Indonesia yang menetapkan bahwa pemberian tablet Fe (320 mg Fe sulfat dan 0,5 mg asam folat) untuk semua ibu hamil sebanyak 1 kali 1 tablet selama 90 hari. Jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan, yaitu 100 mg (Depkes, 1997).
6. Gambaran Pelaksanaan Pemeriksaan Penyakit Menular Seksual (PMS) Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Jember.
Pelayanan kebidanan berkaitan erat dengan penyakit melalui hubungan seksual. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh terhadap ibu akan tetapi juga terhadap bayi yang dikandung atau dilahirkan. Dari data yang didapatkan melalui observasi di Puskesmas Tanggul Jember diketahui bahwa pada pelaksanaan pemeriksaan Penyakit Menular Seksual dari 31 responden tidak satu pun yang mendapatkan pelayanan pemeriksaan penyakit menular. Hal ini disebabkan dikarenakan masih minimnya peralatan yang tersedia di Puskesmas Tanggul Jember sebagaimana tertuang dalam Perencanaan Tingkat Puskesmas Tanggul Tahun yang disebutkan bahwa “Peralatan kesehatan yang dimiliki Puskesmas Tanggul masih kurang memadai dan perlu pengadaan untuk menunjang kegiatan Puskesmas”.
7. Gambaran Pelaksanaan Temu Wicara Dalam Rangka Persiapan Rujukan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Jember
Pada hasil penelitian diketahui bahwa gambaran pelaksanaan temu wicara pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tanggul masuk dalam kategori tidak baik, karena dari 31 responden yang berkunjung ke Puskesmas Kalirejo, tidak terdapat satupun (0%) responden yang mendapatkan pelayanan temu wicara. APN (2003) menyebutkan bahwa pentingnya mendiskusikan rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya sedini mungkin pada awal pemeriksaan antenatal/pada saat ditemukannya kesulitan, agar persiapan-persiapan dapat dilakukan dengan cepat sehingga ibu dan bayi mendapat pertolongan terbaik dengan cepat dan tepat.
Salah satu penyebab tidak diadakannya temu wicara di Puskesmas Tanggul Jember adalah dikarenakan pada saat dilakukan observasi tidak terdapat ibu hamil yang mengalami kelainan pada kehamilannya sehingga tidak dilakukan temu wicara. Namun jika dilihat dari pentingnya suatu temu wicara, maka sebenarnya temu wicara tersebut tidak harus menunggu adanya kalainan kehamilan sebagaimana disebutkan bahwa Pada saat kunjungan antenatal, petugas kesehatan harus menjelaskan pada klien dan suami tentang kondisi ibu dan janinnya, dan jika penyulit terjadi beritahu ibu suami dan keluarga serta ajak ibu, suami dan keluarga untuk membahas rujukan dan rencana rujukan. Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan ibu (APN, 2003)
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, serta sesuai dengan pertanyaan penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan 7T di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul Jember adalah sebagai berikut:
1. Gambaran pelaksanaan timbang berat badan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul termasuk dalam kategori baik (100%).
2. Gambaran pelaksanaan pemeriksaan tekanan darah ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul termasuk dalam kategori baik (100%).
3. Gambaran pelaksanaan palpasi uteri pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul termasuk dalam kategori baik (100%).
4. Gambaran pelaksanaan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul termasuk dalam kategori cukup (70,97%).
5. Gambaran pelaksanaan pemberian tablet Fe pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul termasuk dalam kategori Baik (100%).
6. Gambaran pelaksanaan pemeriksaan penyakit menular seksual (PMS) ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul termasuk dalam kategori tidak baik (0%).
7. Gambaran pelaksanaan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul termasuk dalam kategori tidak baik (0%).
Jika dilihat dari rata-rata maka dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang datang ke Puskesmas Tanggul Jember rata-rata mendapatkan pelayanan sebanyak 67,28% dari 7 pelaksanaan pelayanan yang diberikan dan dapat dikategorikan cukup baik.
B. Saran
1. Bagi Ibu Hamil
Untuk mencukupi zat besi ibu dan menjaga kesehatan ibu dan bayi maka minumlah tablet Fe secukupnya, hindari meminum teh/kopi 1 jam sebelum/sesudah makan karena dapat mengganggu penyerapan zat besi. Tablet zat besi lebih dapat diserap jika disertai dengan mengkonsumsi vitamin C yang cukup. Jika vitamin C dikonsumsi ibu dalam makanannya tidak tercukupi berikan tablet vitamin C 250 mg per hari.
2. Bagi Puskesmas
Untuk dapat melakukan standar pelayanan kesehatan hendaknya dilakukan penambahan peralatan/melengkapi peralatan yang belum tersedia, sehingga pelayanan 7T pada ibu hamil dapat berjalan secara maksimal. Sedangkan dalam pelaksanaan temu wicara hendaknya petugas melakukannya walaupun belum ditemukan kelainan pada ibu hamil.
3. Bagi Peneliti
Mengingat pentingnya ilmu pengetahuan khususnya pada bidang kesehatan, maka hendaknya tidak berhenti dalam menuntut ilmu.
4. Bagi Pihak Institusi Pendidikan
Walaupun institusi pendidikan telah banyak memberikan informasi tentang kesehatan khususnya tentang pelaksanaan 7T, namun tuntutan zaman yang terus berkembang menyebabkan kebutuhan masyarakat akan informasi kesehatan harus terus ditingkatkan.
5. Bagi Peneliti Lainnya
Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian serupa, diharapkan mampu menyempurnakan penelitian ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar