Kamis, 21 Juli 2011

ASKEP FISIOTERAPI DADA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
A. FISIOTERAPI DADA
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Jadi tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret. Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi.
1. Clapping/Perkusi Dada
a. Pengertian;
Perkusi dada adalah penepukan pada daerah dimana sekret terakumulasi (dada dan punggung) dengan tangan yang dibentuk menyerupai mangkuk, tepukan tangan secara berirama dan sistematis dari arah atas menuju kebawah. Selalu perhatikan ekspresi wajah klien untuk mengkaji kemungkinan nyeri. Setiap lokasi dilakukan perkusi selama 1-2 menit.
b. Tujuan:
Perkusi dilakukan pada dinding dada dengan tujuan melepaskan atau melonggarkan secret yang tertahan.
c. Indikasi Klien Yang Mendapat Perkusi Dada
Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi.
Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan :
1. Patah tulang rusuk
2. Emfisema subkutan daerah leher dan dada
3. Skin graf yang baru
4. Luka bakar, infeksi kulit
5. Emboli paru
6. Pneumotoraks tension yang tidak diobati
d. Persiapan Alat dan Bahan
Baki berisi :
1. Handuk
3. Bantal ( 2 – 3 buah )
4. Segelas air
5. Tissue
6. Sputum pot, berisi cairan desinfektan
7. Buku catatan
e. Persiapan Klien
1. Informasikan klien mengenai : tujuan pemeriksaan, waktu dan prosedur
2. Pasang sampiran / jaga privacy pasien
3. Atur posisi yang nyaman
f. Persiapan perawat :
1. Cuci tangan
2. Perhatikan universal precaution
g. Prosedur Kerja
1. Lakukan auskultasi bunyi napas klien
2. Instruksikan klien untuk mengatakan bila mengalami mual, nyeri dada, dispneu.
3. Berikan medikasi yang dapat membantu mengencerkan sekresi.
4. Kendurkan pakaian klien
5. Tutup area yang akan diperkusi dengan menggunkan handuk
6. Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
7. Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk
8. Secara bergantian, lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan secara cepat menepuk dada
9. Perkusi pada setiap segmen paru selama 1 -2 menit, jangan pada area yang mudah cedera seperti mammae, sternum, dan ginjal
2. Vibrasi
a. Pengertian;
Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang diletakkan datar pada dinding dada klien
b. Tujuan:
Vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mukus yang kental. Sering dilakukan bergantian dengan perkusi.
c. Indikasi Klien Yang Mendapat Vibrasi
Kontra indikasinya adalah patah tulang dan hemoptisis yang tidak diobati
d. Persiapan Alat dan Bahan
Baki berisi :
1. Handuk
3. Bantal ( 2 – 3 buah )
4. Segelas air
5. Tissue
6. Sputum pot, berisi cairan desinfektan
7. Buku catatan
e. Persiapan Klien
1. Informasikan klien mengenai : tujuan pemeriksaan, waktu dan prosedur
2. Pasang sampiran / jaga privacy pasien
3. Atur posisi yang nyaman
f. Persiapan perawat :
1. Cuci tangan
2. Perhatikan universal precaution
g. Prosedur Kerja
1. Lakukan auskultasi bunyi napas klien
2. Instruksikan klien untuk mengatakan bila mengalami mual, nyeri dada, dispneu.
3. Berikan medikasi yang dapat membantu mengencerkan sekresi.
4. Kendurkan pakaian klien
5. Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area yang didrainase, satu tangan di atas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi.
6. Anjurkan klien inspirasi dalam dan ekspirasi secara lambat lewat mulut (pursed lip breathing )
7. Selama ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan, dan gunakan hamper semua tumit tangan, getarkan tangan, gerakkan ke arah bawah. Hentikan getaran saat klien inspirasi
8. Lakukan vibrasi selama 5 kali ekspirasi pada segmen paru yang terserang.

B. POSTURAL DRAINAGE
a. Pengertian;
Merupakan cara klasik untuk mengeluarkan secret dari paru dengan mempergunakan gaya berat (gravitasi) dari secret.
Pembersihan dengan cara ini dicapai dengan melakukan salah satu atau lebih dari 11 posisi tubuh yang berbeda. Setiap posisi mengalirkan secret dari pohon trakheobronkhial ke dalam trachea. Batuk penghisapan kemudian dapat membuang secret dari trachea. Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak drainase postural lebih efektif bila disertai dengan perkusi dan vibrasi dada.
b. Tujuan:
Tujuan dilakukannya teknik postural drainage adalah:
• Untuk mengeluarkan secret yang tertampung
• Untuk mencegah akumulasi secret agar tidak terjadi atelektasis
• Mencegah dan mengeluarkan secret.
c. Indikasi untuk Postural Drainage :
1. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada :
• Pasien yang memakai ventilasi
• Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
• Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik atau bronkiektasis
• Pasien dengan batuk yang tidak efektif .
2. Mobilisasi sekret yang tertahan :
• Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret
• Pasien dengan abses paru
• Pasien dengan pneumonia
• Pasien pre dan post operatif
• Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk
d. Kontra indikasi untuk postural drainage :
• Tension pneumotoraks
• Hemoptisis
• Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard kutrd infark dan aritmia.
• Edema paru
• Efusi pleura yang luas
e. Persiapan Alat dan Bahan
Baki berisi :
1. Handuk
3. Bantal ( 2 – 3 buah )
4. Segelas air hangat
5. Tissue
6. Sputum pot, berisi cairan desinfektan
7. Buku catatan
8. Stetoskop
f. Persiapan Klien
1. Informasikan klien mengenai : tujuan pemeriksaan, waktu dan prosedur
2. Pasang sampiran / jaga privacy pasien
3. Atur posisi yang nyaman
g. Persiapan perawat :
1.Cuci tangan
2.Perhatikan universal precaution
h. Prosedur Kerja
1.Jelaskan prosedur
2.Kaji area paru, data klinis, foto x-ray
3.Cuci tangan
4.Pakai masker
5.Dekatkan sputum pot
6.Berikan minum air hangat
7.Atur posisi pasien sesuai dengan area paru yang akan didrainage
8.Minta pasien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit. Sambil PD bisa dilakukan clapping dan vibrating
9.Berikan tisu untuk membersihkan sputum
10.Minta pasien untuk duduk, nafas dalam dan batuk efektif
11.Evaluasi respon pasien (pola nafas, sputum: warna, volume, suara pernafasan)
12.Cuci tangan
13.Dokumentasi (jam, hari, tanggal, respon pasien)
14.Jika sputum masih belum bisa keluar, maka prosedur dapat diulangi kembali dengan memperhatikan kondisi pasien
i.Posisi Postural Drainage
Postural drainage dilakukan pada posisi tertentu yaitu pada posisi supaya terjadi pengeluaran (drain-age) sputum yang cepat karena pengaruh gaya beratnya di-sertai pengaruh perkusi dan vibrasi dada. Posisi pen-derita yang diharapkan terjadi drainage sesuai dengan lokasikelainan paru adalah sebagai berikut:
1.Tidur dengan beberapa bantal, kepala letak tinggi membentuk sudut 45° untuk drainage kedua lobus atas dari segmen apical, perkusi dada dibawah leher serentak pada kedua sisi.
2.Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut untuk drainage lobus atas kanan segmen anterior dilakukan perkusi pada bahu kanan bagian atas, dan beberapa bantal tanpa bantal bawah lutut untuk drainage lobus atas kiri segmen ante-rior perkusi pada bahu kiri bagian atas.
3.Tidur menelungkup pada bantal untuk drainage lobus atas segmen posterior perkusi pada daerah punggung dibawah leher .
4.Tidur pada sisi kiri dengan3/4 bagian badan tidur, untuk drainage lobus tengah kanan dan lobus bawah kanan segmen anterior. Kepala lebih bawah dari bagian tubuh lainnya, perkusi pada dada kanan antara ICS 4-6.
5.Tidur pada sisi kanan dengan3/4 bagian badan tidur, untuk drainage lingula dan lobus bawah kiri segmen anterior, perkusi pada basal paru jangan sampai menepuk lambung . Letak kepala sama seperti No. 4.
6.Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut dengan letak kepala seperti no. 4, untuk drainage kedua lobus bawah segmen anterior.
7.Tidur pada sisi kiri, letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kanan segmen lateral.
8.Tidur pada sisi kanan dengan letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kiri segmen lateral dan lobus bawah kanan segmen kardiak.
9.Tidur menelungkup dengan satu bantal dibawah perut dengan letak kepala sama seperti no. 4 atau beberapa bantal di bawah perut untuk drainage kedua lobus bawah.
10.Tidur pada sisi kiri dengan ¾ bagian badan miring, letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kanan segmen posterior. Untuk penderita dengan kelainan paru pada beberapa tempat PD dapat dilakukan pada beberapa posisi. Setiap posisi sebaiknya dilakukan selama 5 - 10 menit. Keadaan ini biasa diperpanjang bila penderita tahan lama, sekret/cairan patologik jumlahnya banyak atau kental sehingga drainage memerlukan.
C. Terapi Oksigen
a. Pengertian;
Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kadar oksigen inspirasi (FiO2) atau meningkatkan tekanan oksigen (hiperbarik).
Dengan demikian maka terapi oksigen bukanlah pekerjaan rutin “biasa” yang dilakukan di ruang perawatan tetapi merupakan “obat” yang sebaiknya diinstruksikan oleh dokter tentang cara, kadar dan lamanya pemberian karena didalam pemberiannya harus memenuhi kriteria 4 tepat 1 waspada yaitu tepat indikasi, dosis, cara pemberian, waktu serta waspada terhadap efek samping.
b. Tujuan:
Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2 lebih dari 90 mmHg atau SaO2 lebih dari 90%
c. Indikasi terapi oksigen antara lain:
Diabetes, Stroke, terapi untuk kecantikan dan kebugaran, Penyakit dekompresi, Emboli udara, Aktinomikosis, Anemia, Insufisiensi arteri perifer akut, Infeksi, Bakteri, Keracunan CO, Keracunan sianida, Gas ganren, Cangkokan kulit, Infeksi jaringan lunak, Osteomielitis, Ekstraksi gigi, Kontra indikasi terapi oksigen antara lain: Kelainan paru, Riwayat operasi paru, Infeksi saluran nafas atas, Cedera paru, Tumor ganas, Penyakit menular, Pengidap gaustrophobia, Kehamilan, Pneumothorax, Resiko terapi oksigen antara lain adalah: Keracunan oksigen, Retensi CO2, Atelektasis, Disstress substernal, Kongesti hidung, Nyeri tenggorokan, Batuk, Retinipati prematuritas, Kedutan otot, Rasa pening, kejang, Bunyi berdering dalam telinga, Koma.
d. Persiapan Alat dan Bahan
1. Tabung Oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifier
2. kateter nasal,kanula nasal, atau masker
3. Vaselin / Jeli
e. Persiapan Klien
Sebelum pemberian oksigen harus terlebih dahulu diberitahukan kepada penderita tentang prosedur, maksud dan manfaat pemberian oksigen.
1. Kateter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.
- Keuntungan
Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 45%, tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah tersumbat.
- Prosedur Kerja
1.Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2.Cuci tangan
3.Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6 liter/menit. Kemudian observasi humidifire dengan melihat air bergelembung.
4.Atur posisi dengan semi-Fowler.
5.Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai kehidung dan berikan tanda.
6.Buka saluran udara dari tabung oksigen.
7.berikan minyak pelumas (Vaselin/jeli)
8.Masukkan kedalam hidung sampai batas yang ditentukan.
9.Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan menekan lidah pasien menggunakan spatel (akan terlihat posisinya dibelakang uvula).
10.Fiksasi pada daerah hidung.
11.Periksa kateter nasal setiap 6-8 jam.
12.Kaji cuping, septum, dan mukos hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen setiap 6-8 jam.
13.Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon klien.
14.Cuci tangan setelah prosedur di lakukan.
2. Kanul Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal.
- Keuntungan
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat mengiritasi selaput lendir.
- Prosedur Kerja
1.Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2.Cuci tangan
3.Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6 liter/menit. Kemudian observasi humidifire pada tabung dengan adanya gelembung air.
4.pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien.
5.periksa kanula tiap 6-8 jam.
6.Kaji cuping, septum, dan mukos hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen setiap 6-8 jam.
7.Catat kecepatan aliran oksingen, rute pemberian, dan respon klien.
8.Cuci tangan Setelah prosedur dilakukan.
3. Sungkup Muka Sederhana
Merupakan alat pemberian oksigen kontinu atau selang seling 5 – 8 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 – 60%.
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
4. Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing :
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran 8 – 12 liter/mnt
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir
- Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.
5. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen mencapai 99% dengan aliran 8 – 12 liter/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
- Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir.
- Kerugian
Kantong oksigen bisa terlipat.
- Prosedur Kerja
1.Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2.Cuci tangan
3.Atur posisi dengan semi-Fowler
4.Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan (umumnya 6-10 L/menit). Kemudian observasi humidifire pada tabung air yang menunjukkan adanya gelembung.
5.Tempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung pasien dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien.
6.Periksa kecepatan aliran tiap 6-8 jam, catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian, dan respon klien.
7.Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar