A. PENGERTIAN
Gastroenteritis
adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai
dengan muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit (Bets,2002).
Diare
adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk
tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2006).
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan /atau lendir dalam tinja (Mansjoer, 2000).
Diare
adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume. Keenceran serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari, dan pada neonatus lebih dari 4 kali
sehari dengan atau tanpa lendir darah (Hidayat, 2006).
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. ETIOLOGI
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral meliputi:
a) Infeksi Bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
b) Infeksi Virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
c) Infeksi
Parasit : Cacing, (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
Protozoa (Entamoeba histtolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
haminisis), Jamur(Candida Albicans).
2) Infeksi
Parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,
Ensefalitas dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi
Karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), pada bayi
dan anak yang tersering dan terpenting adalah intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan : makanan basi, belum waktunya diberikan
d. Keracunan : makanan beracun (Bakteri:Clostridium botulinum, Stafilokokus). Makanan kecampuran racun (bahan kimia)
e. Alergi : Alergi susu, alergi makanan, Cow's milk potein sensitive enteropathy (CMPSE)
f. Imunodefisiensi
g. Faktor lain : psikis, lingkungan, cuaca
2. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menimbulkan diare :
a. Gangguan Osmotik
Akibat
terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan Sekresi
Akibat
rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik
akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan,
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula (Latief dkk, 2005 ).
Meningkatnya
motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat
dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang
berlebihan (Suriadi, 2006).
Potogenesis diare akut
a. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
b. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
c. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin.
d. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi:
a. Kehilangan
air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam-basa (asidosis-metabolik hipokalemi dan sebagainya).
b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah).
c. Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah
3. MANIFESTASI KLINIS
Tanda, gejala dan sifat tinja pada penderita diare karena infeksi (Gray dkk,1979)
Tanda dan gejala
|
Rotavirus
|
E.Coli enterotoksi
|
E.Coli entero invasif
|
Salmonella
|
Shigella
|
V. Cholerae
|
Mual& muntah
|
Dari permulaan
|
---
|
---
|
+
|
jarang
|
jarang
|
Panas
|
+
|
---
|
+
|
+
|
+
|
---
|
Sakit
|
Tenesmus
|
Kadang-kadang
|
Tenesmus,
kolik
|
Tenesmus, kolik, pusing
|
Tenesmus, kolik, pusing
|
kolik
|
Gejala lain
| |
Sering distensi abdomen
|
hipotensi
|
Bakteremia/ toksemia sistemik
|
Dapat kejang
| |
Sifat tinja
Volume
Frekuensi
Konsistensi
Mukus
Darah
Bau
Warna
Leukosit
Sifat lain
|
Sedang
Sampai 10x lebih
Berair
Jarang
---
---
Hijau, kuning
---
|
Banyak
Sering
Berair
+
---
Bau tinja
Tidak berwarna
---
|
Sedikit
Sering
Kental
+
+
Tidak spesifik
Hijau
*
|
Sedikit
Sering
Berlendir
+
Kadang-kadang
Bau telur busuk
Hijau
+
|
Sedikit
Sering sekali
Kental
Sering
Sering
Tak berbau
Hijau
+
|
Sangat banyak
Hampir terus menerus
Air
'flacks'
Anyir
Tinja sepeti air cucian nasi
|
Tanda dan Gejala pada keracunan makanan (Wong, 2003).
Agen Bakterial :
a. Kelompok Shigella gram negative (masa inkubasi 1-7 hari)
Karakteristik : demam, kram abdomen, sakit kepala, Diare cair disertai mucus dan pus. Penyakit dapat sembuh sendiri , pengobatan dengan antibiotic.
b. Escherrichia Coli (inkubasi bervariasi bergantung pada strain)
Insiden banyak pada musim panas, dengan hanya pengobatan simptomatis. Gejala berkurang dalam 3-7hari.
c. Campylobacter jejuni (inkubasi 1-7hari)
Kebanyakan pasien sembuh sendiri, antibiotik dapat mempercepat penyembuhan.
Agen Viral :
Rotavirus :
awitan tiba-tiba, demam, mual, muntah, diare dapat menetap lebih dari
satu minggu. Terjadi lebih tinggi pada musim dingin, biasanya ringan dan
sembuh sendiri.
Keracunan makanan karena :
a. Staphilococcus (inkubasi 4-6jam)
Karakteristik
: mual, muntah, kram abdomen, diare hebat, demam ringan, syok pada
kasus berat. Ditularkan melalui makanan terkontaminasi, sembuh sendiri,
perbaikan terlihat dalam 24 jam.
b. Clostridium Perfringens(inkubasi 8-24jam)
Karakteristik : kram sedang sampai hebat, nyeri midepigastrik. Dapat sembuh sendiri.
c. Clostridium botulinum (inkubasi 12-26jam)
Karakteristik : mual, muntah, diare, mulut kering, disfagia.
Keparahan bervariasi cepat dalam beberapa jam, dapat diberikan antitoksin.
Secara umum, tanda dan gejala diare adalah :
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
b. Terdapat
tanda dan gejala dehidrasi : Turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
c. Demam
d. Mual dan muntah
e. Anoreksia
f. Lemah
g. Pucat
h. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat
i. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine.
(Suriadi, 2006).
Tahapan dehidrasi dari Ashwill dan droske (1997):
a. Dehidrasi ringan : berat badan menurun 3% - 5%, dengan volume cairan yang hilang kurang dari 50 ml/kg.
b. Dehidrasi sedang : berat badan menurun 6% - 9%, dengan volume cairan yang hilang 50 – 90 ml/kg
c. Dehidrasi berat : berat badan menurun lebih dari 10%, dengan volume cairan yang hilang sama dengan atau lebih dari 100 ml/kg
Penilaian derajat dehidrasi ( Menururt Nelson, 2000 )
Penilaian
|
Ringan
|
Sedang
|
Berat
|
Tekanan darah
|
Normal
|
Normal sampi
|
sampai
|
Tekanan nadi
|
Normal
|
Normal sampai
| |
Frekuensi jantung
|
Normal
|
Naik
|
Takikardia
|
Kulit
|
Normal
|
Turgor menurun
|
Turgor menurun
|
Fontanela
|
Normal
|
Normal
|
Cekung
|
Membran mukosa
|
Sedikit kering
|
Kering
|
Kering
|
Ekstremitas
|
Terperfusi
|
Pengisian kapiler kembali lambat
|
Dingin, berbintik(mottled)
|
Status mental
|
Normal
|
Normal sampai lesu
|
Lesu, koma
|
Keluaran urin
|
Sedikit mengurang
|
Mengurang
|
Tidak ada
|
Haus
| | | |
4. PENATALAKSANAAN MEDIS
Lintas Diare atau Lima langkah penanganan diare pada anak :
a. Oralit dengan formula baru dapat mengurangi mual dan muntah, cairan ini diberikan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi
b. Zinc
diberikan 10 hari untuk mengurangi durasi dan keparahan diare,
memperbaiki imunitas tubuh, mengurangi resiko berulangnya diare selama
2-3 bulan. Zinc juga dapat meningkatkan nafsu makan anak.
c. Pemberian ASI dan makanan tetap diberikan sama seperti saat sehat, untuk mencegah kekurangan nutrisi.
d. Jangan menggunakan antibiotik, kecuali pada kasus kolera dan disentri
e. Berikan
nasehat pada ibu untuk membawa anak ke dokter apabila anak demam, tinja
disertai darah, makan/minum berkurang, anak kehausan, diare yang tidak
berhenti dalam 3 hari.
( Rekomendasi WHO, Yayasan Eureka Indonesia,2009 )
PENGOBATAN PADA DIARE :
a. Pengobatan Cairan
b. Pengobatan diitetik
c. Pengobatan Kausal
d. Pengobatan Simptomatik
a. Pengobatan Cairan (Latief dkk, 2005)
Pemberian cairan pada dehidrasi murni :
Jenis cairan :
1) Cairan rehidrasi oral (oral rehidration salts)
Formula
lengkap mengandung NaCl, NaHCO3, KCl dan glukosa. Kadar natrium 90
meEq/l untuk kolera dan diare akut pada anak diatas 6 bulan dengan
dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi (untuk pencegahan
dehidrasi)
Kadar
Natrium 50-60 mEq/l untuk diare akut non –kolera pada anak dibawah 6
bulan dengan dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi.Formula
lengkap sering disebut oralit.
Formula
sederhana atau tidak lengkap hanya mengandung NaCl dan sukrosa atau
karbohidrat lain, misalnya larutan gula garam, larutan air tajin garam,
larutan tepung beras garam dan sebagainya untuk pengobatan pertama di
rumah pada semua anak dengan diare akut baik sebelum ada dehidrasi
maupun setelah ada dehidrasi ringan.
2) Cairan parenteral
DG aa (1 bagian larutan Darrow +1bagian glukosa 5%)
Rl g (1bagian Ringer Laktat +1bagian glukosa 5%)
RL (Ringer Laktat)
3@ (1bagian NaCl 0,9 % + 1bagian glukosa 5% + 1bagian Na Laktat 1/6 mol/l)
DG 1 : 2(1bagian larutan Darrow+2 bagian glukosa 5%)
RLg 1:3(1bagian RL + 3bagian glukosa 5-10%)
Cairan 4:1 (4bagian glukosa 5-10%+1bagian NaHCO3 1 ½%atau 4bagian glukosa 5-10% 1bagian NaCl ,9%)
Jalan Pemberian Cairan :
1) Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran baik
2) Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi tetapi anak tidak mau minum atau kesadaran menurun
3) Intravena untuk dehidrasi berat
Jumlah Cairan (lihat tabel 1,2 dan 3)
Tabel 1. Jumlah cairan (ml) yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak usia <>
Derajat dehidrasi
|
PWL
|
NWL
|
CWL
|
Jumlah
|
Dehidrasi ringan
|
50
|
100
|
25
|
175
|
Dehidrasi sedang
|
75
|
100
|
25
|
200
|
Dehidrasi berat
|
125
|
100
|
25
|
250
|
Tabel 2. Jumlah cairan yang hilang pada anak umur 2 – 5 tahun ( BB 10 – 15 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi
Derajat dehidrasi
|
PWL
|
NWL
|
CWL
|
Jumlah
|
Dehidrasi ringan
|
30
|
80
|
25
|
135
|
Dehidrasi sedang
|
50
|
80
|
25
|
155
|
Dehidrasi berat
|
80
|
80
|
25
|
185
|
Tabel 3. Jumlah cairan yang hilang pada anak umur > 5 tahun (BB 15-25kg)
Derajat dehidrasi
|
PWL
|
NWL
|
CWL
|
Jumlah
|
Dehidrasi ringan
|
25
|
65
|
25
|
115
|
Dehidrasi sedang
|
50
|
65
|
25
|
140
|
Dehidrasi berat
|
80
|
65
|
25
|
170
|
Keterangan : PWL : previous Water Loss (ml/kgbb)
NWL : Normal Water Loss (ml/kgbb)
CWL : Concomitant Water Loss (ml/kgbb)
b. Pengobatan Diitetik
Mempuasakan penderita diare tidak dianjurkan, yang menjadi pegangan dalam pengobatan dietetik adalah O – B – E – S – E , sebagai singkatan Oralit, Breast Feeding, Early Feeding, Simultaneously, Education.
Cara pemberian makanan
Pada bayi dengan ASI :
ASI dilanjutkan bersama dengan oralit, selang seling. Pada bayi umur
>4bulan (sudah mendapat buah, makanan tambahan) dapat dilanjutkan
dengan fase readaptasi, sedikit demi sedikit makanan diberikan seperti
sebelum sakit.
Pada bayi dengan susu formula
: berikan oralit selang seling dengan susu fomula, jika bayi umur
>4bulan, makanan tambahan dihentikan sementara, diberikan sedikit
demi sedikit mulai hari ke-3.
Anak-anak berumur lebih dari 1 tahun : dengan gizi jelek (BB<7kg)>
Dengan gizi baik realimentasi diberikan : Hari I = oralit + bubur tanpa sayur +pisang. Hari II = bubur dengan sayur. Hari III = makanan biasa
c. Pengobatan Kausal
Pengobatan yang tepat terhadap kausa diare diberikan setelah kita mengetahui penyebab yang pasti.
Pada penderita diare antibiotika hanya boleh diberikan kalau :
1) Ditemukan bakteri pathogen pada pemeriksaan mikoskopik dan/atau biakan
2) Pada pemeriksaan makroskopik dan/atau mikroskopik ditemukan darah pada tinja
3) Secara klinik terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi parenteral
4) Di daerah endemick kolera (diberi tetrasiklin)
5) Pada neonatus jika diduga terjadi infeksi nosokomial
d. Pengobatan Simptomatis
1) Obat antidiare
Obat
yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti
antispasmodik/spasmolitik atau opium(papaverin,belladonna) akan
memperburuk keadaan karena menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen
usus, sehingga bakteri berlipat ganda,gangguan digesti&absorpsi.
Obat
ini berkhasiat menghentikan peristaltic, diare tampak ada perbaikan
tetapi justru perut tambah kembung dan dehidrasi semakin berat.
2) Adsorbent
Obat adsorbent seperti kaolin, pectin, arang aktif, bismuth dibuktikan tidak ada manfaatnya
3) Stimulans
Obat
stimulant seperti adrenalin tidak akan memperbaiki renjatan atau
dehidrasi karena dehidrasi ini kehilangan cairan sehingga diperlukan
pemberian cairan secepatnya
4) Antiemetik
Obat
antiemetik seperti klorpromazin (largaktil)terbukti selain mencegah
muntah juga mengurangi sekresi dan kehilangan cairan bersama tinja.
Pemberian dalam dosis adekuat (sampai dengan 1mg/kgBB/hari)kiranya cukup
bermanfaat, tetapi juga perlu diingat efek samping dari obat ini.
Penderita menjadi ngantuk sehingga intake cairan kurang.
5) Antipiretika
Obat
antipiretika seperti preparat silisilat(asetosal,aspirin) dalam dosis
rendah (25mg/tahun/kali) ternyata selain berguna untuk menurunkan panas
sebagai akibat dehidrasi atau panas karena infeksi, juga mengurangi
sekresi cairan yang keluar bersama tinja.
5. KOMPLIKASI
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai ancaman komplikasi seperti:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau, hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram)
d. Hipoglikemia
e. Intoleran laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami kelaparan
(Latief dkk, 2005)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan tinja:
§ Makroskopis dan mikroskopis
§ PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
§ Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
b. Pemeriksaan
gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah dengan menentukan PH dan
cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas
darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan)
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan
elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor dalam
serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
e. Pemeriksaan
intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit
secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Gastroenteritis Akut menurut Wong, 2003 adalah
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan melalui feses/emesis
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan melalui diare, masukan yang tidak adekuat
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus saluran GI (Gastrointestinal)
4. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare
5. Cemas/takut berhubungan dengan perpisahan orangtua, lingkungan tidak dikenal, prosedur yang menimbulkan stress
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang pengetahuan.
- Asuhan keperawatan GEA
1. Resiko
kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebih melalui diare dan masukan yang berkurang ditandai dengan
:
DS : Ibu pasien mengatakan kemaren anak BAB encer 4x
Ibu pasien mengatakan anak minum sedikit
DO : Ubun-ubun tidak cekung
Mata cowong tidak ada
Mukosa bibir lembab
Turgor kulit baik
Minum 50 – 10ml
Suhu : 368 0C, Nadi : 104x/menit
Hmt : 36,9 %
BC : + 16 cc
tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kekurangan volume cairan tidak tejadi dengan kriteria :
- Membrane mukosa lembab
- Turgor kulit baik
- Tanda vital stabil (suhu: 36-37 0C
- Mata tidak cekung
- Pasien tidak diare lagi
Pasien minum 200 – 300 ml
intervensi
1.Pantau tanda dan gejala dehidrasi
2.Pantau masukan dan keluaran cairan
3.Monitor tanda vital (suhu dan nadi), turgor kulit, membrane mukosa
4.Berikan penyuluhan tentang pencegahan dehidrasi pada orangtua dan permainan pada anak
5.Anjurkan orangtua memberi anak minum lebih banyak (200 – 300 ml) air, ASI.
6.Hitung balance cairan
7.Kelola pemberian cairan intravena
Rasional
1. Dehidrasi perlu dicegah agar tidak mengancam jiwa
2. Memantau terhadap adanya dehidrasi secara dini
3. Menunjukkan status hidrasi
4. Mencegah terjadinya dehidrasi dengan rencana rehidrasi
terapi bermain sebagai media pengalihan anak ketika memberikan penyuluhan kepada orangtua
5. memberikan masukan lebih banyak
6. mengetahui keseimbangan cairan sebagai rehidrasi
2. Resiko Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya kemampuan absorbsi ditandai dengan :
DS: Ibu pasien mengatakan nafsu makan anak berubah
Ibu pasien mengatakan kemaren anak BAB encer 4x
DO : Makan bubur habis 3 – 4 sendok
Konjungtiva merah muda
Peristaltik usus 10x/menit
Hb : 11,3 gr/dl
Status Gizi normal, Z skore = - 0,083
Penurunan BB, 10,8 kg menjadi 10,5 kg
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam pasien tidak menunjukkan tanda-tanda penyebaran infeksi ditandai dengan :
- Suhu dalam batas normal suhu: 36-37 0C
- tidak terjadi infeksi pada sekitar tusukan jarum infuse
- turgor kulit baik
kesadaran : compos mentis
intervensi:
1. Kaji tanda vital (suhu, nadi )
2. Pantau perubahan status mental
3. Catat wana kulit, suhu kelembaban
4. Pertahankan teknik aseptic pada tindakan invasif
5. Ganti linen pasien setiap hari(bila kotor)
6. Pantau karakteristik feses
7. Anjurkan keluarga meningkatkan hygiene anak
8. Kaji tanda-tanda infeksi pada daerah tusukan infuse(kalor, dolor ,tumor,rubor, fungsiolaesa)
9. Ganti tusukan infuse pada hari ke-3 Kelola pemberian antibiotik
Rasional:
1. Demam, takikardi,hipotensi takipnnea tanda adanya syok septic
2. Hipoksemia, hipotensi akibatkan perubahan status mental
3. Hangat, kemerahan, kulit kering adlah tanda dini septicemia
4. Mencegah masuknya mikroorganisme
5. Alat tenun kotor sebagai tempat mikroorganis-me berkembang biak
6. Mengetahui penyebaran infeksi pada GI
7. Mencegah timbulnya infeksi silang
8. Mengetahui tanda-tanda infeksi lebih dini
9. mencegah terjadinya infeksi ,Antibiotik melemahkan dan mematikan bakteri
3. Resiko penyebaran infeksi ( septikemia ) berhubungan dengan inflamasi GI dan prosedur invasif ditandai dengan
DS : -
DO : Terpasang infuse RL 12 tpm makro sejak 29 Juli 2009
Suhu : 368 0C
Tetesan infus lancar
AL : 13,1 De3/ul
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi perubahan nutrisi dengan criteria :
- - Nafsu makan meningkat
- - Makna habis 1/2 porsi
- - Menunjukkan BB stabil/ meningkat
- ( 10,5 – 10,8 kg)
- - status gizi normal
1. monitor input dan output yang tepat dengan meneruskan nutrisi per oral
2. Timbang berat badan pasien
3. Anjurkan orangtua memberi makan sedikit tapi sering
4. monitor hasil laboratorium (haemoglobin)
5. Jelaskan pada keluarga mengenai pentingnya gizi bagi tubuh
6. Kelola pemberian zinckid
7. kelola pemberian Domperidon
Rasional:
1.Mengetahui keseimbangan nutrisi
2.memberikan informasi tentang kebutuhan diit/keefektifan terapi
3. Meningkatkan masukan
4. Mengetahui nilai laboratorium Hb
5. Meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai manfaat gizi bagi kesehatan
6. sebagai suplemen nutrisi
7. mencegah mual, muntah
4. Cemas orangtua berhubungan kurang pengetahuan tentang proses penyakit anak ditandai dengan :
DS : Ibu pasien mengatakan sedih karena anak sakit
Ibu pasien menanyakan tentang diare
DO : Ibu tampak cemas
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah integritas kulit teratasi dengan criteria :
- - Warna kemerahan di sekitar anus menghilang
- keluarga mampu meawat kulit anak
Intervensi:
-
1.Kaji adanya kerusakan kulit/ iritasi yang ada
2.Anjurkan keluarga mengganti celana setiap kali basah karena BAB,BAK
3.Jelaskan tentang cara perawatan kulit
Rasional:
1.Mengetahui tindakan yang perlu dilakukan
2.Menjaga kelembaban dan mengurangi kontaminasi feses mupun urin
3. Perawatan kulit mengurangi resiko parahnya iritasi
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan substansi kimia (zat iritan) ditandai dengan :
DS : Ibu pasien mengatakan kemaren anak BAB encer 4x
DO : Tampak kemerahan pada kulit sekitar anus
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam ansietas berkurang ditandai dengan kriteeria :
- - Ibu pasien tampak rileks
- - Ibu pasien mampu mengungkapkan perasaan
- -keluarga mengetahui tentang penyakit anak
In
Intervensi:
1.Anjurkan pada orangtua untuk mengekspresikan perasaan
2.Gunakan komunikasi terapeutik (kontak tubuh, sikap tubuh)
3. Jelaskan pada orangtua mengenai penyakit anak, perawatan dan pengobatan
4.Libatkan orangtua dalam perawatan anak
5.Anjurkan berdoa sesuai keyakinan
Rasional:
1.Pengungkapan perasaan membantu mengurangi rasa cemas
2.Komunikasi yang tepat sebagai wujud rasa empati
3 Informasi membantu orangtua memahami kondisi penyakit anak, perawatan dan pengobatan
4.Orangtua merasa tenang
5.Dengan berdoa membuat hati tenang, cemas berkurang
6. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan penurunan stimulasi ditandai dengan :
DS: Ibu pasien mengatakan pertumbuhan anak tidak ada masalah
DO : Anak aktif, Hasil DDST anak normal,Anak terpasang infus di tangan kanan
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
- 3 x 24 jam, pertumbuhan anak tidak terganggu ditandai dengan
- - Anak aktif
- - Anak mampu berinteraksi dengan lingkungan(tidak takut dengan perawat)
- - tidak rewel
-mau diajak bermain
Intervensi:
1.Kaji tingkat perkembangan pasien
2. Anjurkan orangtua bicara, melakukan kontak pada anak dengan sering
3.Berikan pengalihan setiap melakukan tindakan
4. Lakukan terapi bermain sesuai usia anak
5.Sentuh,gendong dan bicara pada anak sebanyak mungkin
Rasional:
1.Mengetahui kesesuaian perkembangan dengan umur
2. Meningkatkan stimulasi bagi anak
3.Pengalihan memperlancar tindakan dan meningkatkan stimulasi bagi anak
4. Terapi bermain sebagai stimulasi perkembangan anak
5.Memberikan rasa nyaman, dan meningkatkan stimulasi pada anak
1. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Motorik Kasar :
Miring – miring : 3 bulan
Mengangkat kepala : 4 bulan
Tengkurap : 6 bulan
Merangkak : 8 bulan
Merambat : 9 bulan
Duduk : 10 bulan
Berjalan dan berdiri : 12 bulan
Motorik Halus
Menggenggam : 3 bulan
Mencoret-coret : 13 bulan
Bicara
1-2 kata : 12 bulan
Sosial
Senyum spontan
Bermain sendiri
Bermain dengan teman sebaya
Sosialisasi dengan lingkungan
Riwayat makan : ASI : sejak bayi – sekarang
Makanan tambahan : usia 4 bulan ( bubur sun )
Usia 6 bulan (nasi )
2. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Aspek psikologis – biologis
1) Pola nutrisi
Sebelum sakit
Pasien
minum ASI dan makan makanan tambahan seperti nasi, sayur, lauk tahu,
tempe, ikan, roti biscuit, dan makanan yang lainya, serta minum air dan
teh manis.
Selama sakit
Pasien
minum ASI, air putih dan teh manis, pasien sulit untuk makan diit dari
Rumah Sakit, bubur nasi tidak dihabiskan, hanya makan 3-4 sendok.
2) Pola Eliminasi
Sebelum sakit
Pasien BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi lunak. Pasien BAK 8-10 kali dalam sehari berwarna kuning jernih dan bau khas
Selama sakit
Pasien BAB sekitar 4-5 kali sehari dengan konsistensi cair dan berwarna kuning putih seperti kocokan telur. Pasien BAK 6-8 kali sehari ( sekitar 260 cc/24 jam).
3) Istirahat tidur dan aktivitas
Sebelum sakit
Pasien
mulai tidur sekitar jam 20.00 - 05.00WIB. Aktivitas pasien bermain
dengan orang tua, saudara dan tetangga, sering main dikandang kambing
dan kebun, pasien mengikuti kegiatan PAUD seminggu 3 kali.
Selama sakit
Pasien
tidur sekitar jam 21.00 WIB, bangun sekitar jam 05.00 WIB, tidak
mengalami gangguan tidur. Aktivitas anak diatas tempat tidur, kadang
jalan-jalan keluar bangsal bersama orang tua.
4) Kebersihan diri
Sebelum sakit
Pasien
dimandikan oleh ibu 2 x sehari dengan sabun bayi, kemudian tubuh di
beri mimyak dan diberi bedak, kulit pasien bersih. Telinga, mata, mulut
dibersihkan pada saat mandi, rambut keramas 3-4 kali dalam seminggu,
kuku dipotong bila panjang .
Selama sakit
Pasien
dimandikan ibu 2x sehari dengan air hangat, dengan sabun bayi. Mata,
telinga, mulut, hidung dibersihkan setiap kali mandi. Rambut pasien di
lap saat mandi, kuku pasien pendek dan bersih.
b. Aspek mental, Intelektual, Sosial dan Spiitual
1) Konsep diri
Harga diri
Orang
tua tidak merasa rendah diri dengan kondisi anak, keluarga menerima
kondisi yang terjadi dan memeberikan dukungan yang positif.
Identitas diri
Orang tua menyadari kondisi anak dalam sakit.
Gambaran diri
Orang tua menyadari anak sakit dengan kondisi terpasang infus. Orang tua sangat menyayangi anaknya
Peran diri
Meski
dalam keadaan sakit , orang tua tetap melindungi anak. Ibu berperan
melindungi dan merawat. Ayah dan keluarga ikut merawat dan memberi
dukungan
Ideal diri
Orang tua pasien berharap ananknya segera sembuh, bisa pulang kerumah dan berkumpul kembali bersama anggota keluarga yang lain.
2) Intelektual
Ibu
pasien mengatakan tidak tahu dengan kondisi anak. Hanya tahu kalau anak
diare. Tentang penyebab dan pengobatan orang tua merasa belum tahu.
3) Hubungan interpersonal
Pasien
bisa berbicara, hanya 1-2 kata, seperti mamak, bapak, simbah dan mbak.
Hubungan oangtua dengan team kesehatan terjalin dengan baik.
4) Spiritual
Pasien dan keluarga menganut agama islam, keluarga senantiasa berdoa memohon kesembuhan bagi anaknya.
- PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
a. Kesadaran: composmentis
b. Tanda vital: S: 36 8 0C
N: 104 x /menit
R: 28 x /menit
c. Status gizi
TB : 79 cm, LK : 47 cm , LLA : 15 cm
BB : 10,8 kg
Umur : 15 bulan
Z score
1SD : ± 11% x median
: ± 11% x 10,9 = 1,199
BB/U : BB Aktual – median
1SD
: 10,8 – 10,9
1,199
: - 0.083 ( Normal )
2. Pemeriksaan secara sistematik (cepalo-caudal)
a. Kepala
1) Bentuk
Mesocepal, rambut tipis, warna hitam, kulit kepala bersih, ubun-ubun tidak cekung.
2) Mata
Mata tidak cekung., bersih, konjungtiva merah muda, sclera putih, fungsi penglihatan baik.
3) Telinga
Bentuk telinga normal, kanan dan kiri simetris, tidak keluar cairan/sekret dari lubang telinga.
4) Hidung
Septum normal, tidak keluar sekret dari hidung
5) Mulut
Mulut bersih, gigi tumbuh 8 buah, membran mukosa lembab
b. Leher
Bentuk normal, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid. Tidak teraba massa.
c. Dada
Inspeksi : simetris
Perkusi : -
Palpasi : tidak teraba massa
Auskultasi : vesikuler
Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristaltic 10 x/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada massa, tugor kulit baik
d. Genetalia
Jenis kelamin laki-laki, tidak ada kelainan pada alat kelamin
e. Ekstremitas
Atas : alat gerak lengkap, warna kulit sawo matang. Pada tangan kanan terpasang infuse RL 12 tpm makro sejak 29 Juli 2009.
Bawah : Alat gerak lengkap, warna kulit sawo matang. Tidak ada kelainan jari. Akral hangat, nadi kuat.
f. Anus
Kulit sekitar anus berwarna kemerahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar