Proposal KTI saya
PERBEDAAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA
IBU BERSALIN NORMAL ANTARA POSISI SETENGAH DUDUK DENGAN POSISI LITOTOMI
DI BPS SONIAH DESA RENGGING
KECAMATAN PECANGAAN
KABUPATEN JEPARA
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Syarat Menyelesaikan KTI
Diploma III Kebidanan Akademi Kebidanan Islam
Al-Hikmah Jepara
Disusun oleh :
Zayyinatul Afidah
NIM. 090588
AKADEMI KEBIDANAN ISLAM AL - HIKMAH
JEPARA
2012
LEMBAR PERSETUJUAN
Diterima
dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan Tim Penguji
dalam Ujian Proposal Karya Tulis Ilmiah Progam Pendidikan Diploma III
Kebidanan Islam Alhikmah Jepara, pada:
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I
Devi Rosita, S.SiT
NIDN 0625088701
|
Pembimbing II
Asmawahyunita, S.Kep
NIDN : 0623038301
|
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima
dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Proposal Karya Tulis Ilmiah Progam
Pendidikan Diploma Kebidanan Islam Alhikmah Jepara pada :
Hari :
Penguji I
Devi Rosita, S.SiT
NIDN 0625088701
|
Penguji II
Asmawahyunita, S.Kep
NIDN : 0623038301
|
Tanggal :
Mengetahui,
Direktur
AKADEMI KEBIDANAN ISLAM AL HIKMAH JEPARA
Ita Rahmawati, S.SiT, M.Kes
NIDN 0610058501
|
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Perbedaan Derajat Ruptur Perineum pada
Ibu Bersalin Normal antara Posisi Setengah duduk dengan Posisi Litotomi
di Bps Soniah Desa Rengging Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara” dengan
lancar.
Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai syarat menyelesaikan Karya tulis
ilmiah pendidikan Diploma III Kebidanan di Akademi Kebidanan Islam
Al-Hikmah Jepara.
Dalam
penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Adapun rasa terima kasih
penulis ucapkan kepada :
1. Ita Rahmawati, S.SiT, M.Kes selaku Direktur AKBID Islam Al-Hikmah Jepara
2. Devi Rosita, S.SiT, Selaku pembimbing pertama yang telah memberikan saran, masukan, kritik demi kesempurnaan Proposal karya tulis ilmiah ini.
3. Asmawahyunita, S.Kep, selaku pembimbing kedua yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan dan penyelesaian Proposal karya tulis ilmiah ini.
4. Yang
saya cintai dan sayangi segenap keluarga yang telah memberikan semangat
dan dorongan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
5. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan serta motivasi demi terselesainya Proposal karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Proposal karya
tulis ilmiah ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan penulisan Proposal karya tulis ilmiah ini.
Semoga Proposal karya tulis ilmiah ini dapat bermanfat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya.
Jepara, Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Lembar Persetujuan ............................................................................................... ii
Lembar Pengesahan............................................................................................... iii
Kata Pengantar...................................................................................................... iv
Daftar Isi vi
Daftar Tabel ……………………………………………………………………….. viii
Daftar Gambar …………………………………………………………………….. ix
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................
D. Manfaat Penelitian ................................................................................
E. Keaslian Penelitian.................................................................................
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan Teori........................................................................................
1. Konsep dasar teori Persalinan ........................................................
2. Konsep dasar Posisi Persalinan.......................................................
3. Konsep dasar Laserasi Perineum .........................................
B. Perbedaan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Bersalin normal antara posisi litotomi dengan posisi setengah duduk.
C. Kerangka Teori......................................................................................
BAB III Metode Penelitian
A. Kerangka Konsep Penelitian ................................................................
B. Variabel Penelitian ................................................................................
C. Definisi Operasional...............................................................................
D. Hipotesis ...................................................................................... .........
E. Ruang Lingkup Penelitian .....................................................................
F. Rancangan Penelitian..................................................................
1. Jenis / Desain Penelitian ……………………………………..
2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling …………………….
3. Teknik Pengumpulan Data …………………………………..
4. Instrumen Penelitian ………………………………………….
5. Pengolahan dan Analisa Data ……………………………....
6. Etika Penelitian ……………………………………………….
BAB IV Hasil Penelitian dan Bahasan
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..........................................
B. Hasil Penelitian ........................................................................... .........
C. Pembahasan .............................................................................. .........
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Study Pendahuluan………………………………….
Tabel 1.2 Keaslian Penelitian………………………………………….
Tabel 3.1 Definisi Operasional…………………………………………
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Posisi Jongkok ……………………………………………………..
Gambar 2.2. Posisi Berdiri ………………………………………………………..
Gambar 2.3. Posisi Setengah Duduk ……………………………………………
Gambar 2.4. Posisi Lateral ……………………………………………………….
Gambar 2. 5. Posisi Litotomi …………………………………………………….
Gambar 2.6. Klasifikasi Derajat Ruptur Perineum ……………………………
Gambar 2.7. Kerangka Teori ……………………………………………………
Gambar 3.1. Kerangka Konsep ………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah besar.
Angka kematian ibu (AKI) 450 per 100.000 kelahiran hidup. (Wijono W,
2005). Berdasarkan SDKI survey terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar
228 per 100.000 Kelahiran hidup. Salah satu upaya Depkes dalam
mempercepat penurunan AKI adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada
setiap ibu yang membutuhkan, seperti penyedian pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal yang berkualitas . (APN 2008).
Angka kematian ibu provinsi jawa tengah untuk tahun 2009 berdasarkan
laporan dari kabupaten atau kota sebesar 117,02 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka tersebut telah memenuhi target dalam indikator sehat 2010
sebesar 150 per 100.000 dan mengalami peningkatan bila dibandingkan
dengan AKI pada tahun 2008 sebesar 114,42 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka kematian ibu di kabupaten jepara tidak dihitung karena factor
perbandingannya adalah 100.000 jumlah kelahiran hidup, sedangkan di
kabupaten jepara jumlah kelahiran hidup kurang dari 100.000 kelahiran
hidup. Sehingga data yang tersaji tahun 2010 adalah jumlah kematian ibu
sebesar 23 jiwa per 21.131 kelahiran hidup.
Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di
Indonesia. Penyebab perdarahan utama adalah atonia uteri sedangkan
rupture perineum merupakan penyebab kedua yang hampir terjadi pada
setiap persalinan pervaginam. (Surjaningrat, 2006 dan sumarah, 2009)
Ruptur Perineum merupakan robekan yang terjadi sewaktu persalinan dan
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain posisi persalinan, cara
meneran, pimpinan persalinan, berat badan bayi baru lahir dan keadaan
perineum. (Enggar, 2010)
Selama ini banyak ibu hamil yang beranggapan posisi melahirkan hanya
berbaring (litotomi) dan setengah duduk. Menurut teori, posisi litotomi
bisa menambah kemungkinan derajat laserasi perineum dibandingkan posisi
setengah duduk. kenyataan dilapangan sering kali dokter atau tenaga
kesehatan lebih sering memposisikan ibu bersalin dengan posisi berbaring
(Litotomi). (Pusdiknakes, 2003)
Menurut data di RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar selama tahun
2003 adalah 128 orang mengalami rupture perineum ini diakibatkan
bidan-bidan di Indonesia sangat minim pengetahuan tentang pemberian
asuhan kebidanan pada ibu bersalin, data ini didukung juga ditemukan
data dari depkes RI yang mengatakan bahwa sebanyak 250 bidan PNS yang di
data beberapa kota di pulau jawa tidak mengetahui dengan benar cara
memberikan asuhan kebidanan yang benar dan tepat bagi ibu bersalin yang
berkaitan dengan posisi persalinan. (Siswono, 2010).
Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal, tanpa
disadari mau tidak mau harus berlangsung. Untuk membantu ibu agar tetap
tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan
posisi yang diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Sebaliknya,
peranan bidan adalah untuk mendukung ibu dalam pemilihan posisi apapun
yang dipilihnya, menyarankan alternative- alternative hanya apabila
tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan bagi dirinya sendiri atau
bagi bayinya.
(Sumarah, 2008).
Penelitian
terbaru telah menunjukkan bahwa membiarkan ibu mengambil posisi yang
diinginkannya selama meneran dan saat melahirkan akan memberi banyak
manfaat, termasuk sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan, lama kala dua
yang lebih pendek, laserasi perineum yang lebih sedikit. Secara
tradisional di Indonesia, wanita sering melahirkan dalam posisi setengah
duduk atau jongkok. Posisi setengah duduk atau jongkok telah banyak
dibuktikan bermanfaat untuk meneran dan melahirkan. Telah ada bukti-
bukti dengan sinar- X bahwa dalam posisi setengah duduk atau jongkok
akan menghasilkan pertambahan pelvic outlet sebesar 28% dibanding dalam
posisi litotomi. Posisi setengah duduk akan memberikan ruang yang
maksimum bagi jaringan perineum untuk meregang dan mencegah laserasi.
Hasil Penelitian Ari Kusmijiyanti (2009), didapatkan bahwa rupture
perineum pada ibu bersalin dengan posisi tegak lateral sebagian besar
berada pada derajat 2( 58,4%) dan derajat 3 (4,8%) demikian juga pada
ibu bersalin dengan posisi melahirkan terlentang atau litotomi hampir
setengahnya berada pada derajat 2 (38,1%) dan pada derajat 3. Hal ini
menunjukkan secara umum perbedaan posisi melahirkan tidak memberikan
konstribusi terhadap kejadian rupture perineum.
Menurut
de Jong et al menyatakan bahwa ibu yang memilih posisi setengah duduk
selama persalinan mengalami nyeri, trauma perineal, dan episiotomi yang
secara signifikan jauh lebih sedikit (Myles, 2009). Sebaliknya, posisi
terlentang atau Litotomi bisa mengakibatkan kontraksi yang akan terasa
sakit oleh ibu, yang akan menyebabkan waktu persalinan yang lebih
panjang serta laserasi perineum yang lebih parah. (PUSDIKNAKES, 2003)
Berdasarkan study pendahuluan tigs bidan praktek swasta berbeda tentang “Perbedaan derajat ruptur perineum
pada ibu bersalin normal antara posisi setengah duduk dengan posisi
litotomi” yang dilakukan pada tanggal 13 – 16 maret didapatkan data
sebagai berikut.
Tabel 1.1 data study pendahuluan di 3 Bidan Desa
No
|
Lokasi
|
Jumlah
Partus
|
Derajat Rupture
| ||||||||
Januari
|
Februari
| ||||||||||
Jan
|
Feb
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
| ||
1.
|
BPS S
|
38
|
29
|
11
|
7
|
-
|
-
|
8
|
4
|
-
|
-
|
2.
|
BPS H
|
35
|
22
|
13
|
8
|
-
|
-
|
8
|
3
|
-
|
-
|
3.
|
BPS M
|
21
|
8
|
7
|
5
|
-
|
-
|
3
|
2
|
-
|
-
|
Tabel diatas menerangkan tentang jumlah persalinan dan derajat rupture
perineum di tiga bidan praktek swasta yang berbeda. Sedangkan dari hasil
wawancara tentang posisi meneran pada 3 bidan tersebut, didapatkan
hasil 2 bidan (Bidan S dan bidan N )yang mengatakan posisi meneran yang
digunakan adalah posisi litotomi dan setengah duduk dengan
perbandingannya 1 : 3 sesuai anjuran bidan dan 1 bidan (Bidan S)
mengatakan posisi meneran yang digunakan adalah posisi litotomi dan
miring kiri sesuai dengan kemampuan meneran ibu bersalin. Hal ini
menunjukkan bahwa posisi yang sering digunakan adalah posisi litotomi
(100%) dan setengah duduk (66,7%). kenyataan dilapangan sering kali
dokter atau tenaga kesehatan lebih sering memposisikan ibu bersalin
dengan posisi berbaring (Litotomi). Menurut teori, posisi litotomi bisa
menambah kemungkinan derajat laserasi perineum dibandingkan posisi
setengah duduk. (PUSDIKNAKES 2003)
Dari data di atas menjadi dasar ketertarikan peneliti untuk
melakukan penelitian tentang “Perbedaan Derajat Ruptur perineum pada
ibu bersalin normal antara posisi setengah duduk dengan posisi Litotomi
di BPS Soniah Desa Rengging Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah
”Adakah Perbedaan derajat ruptur perineum pada ibu bersalin normal
antara posisi setengah duduk dengan posisi litotomi di BPS Soniah Desa
Rengging Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara?”
C. Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui Perbedaan derajat ruptur perineum
pada ibu bersalin normal antara posisi setengah duduk dengan posisi
litotomi di BPS Soniah Desa Rengging Kecamatan Pecangaan Kabupaten
Jepara.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi derajat ruptur perineum pada ibu bersalin normal dengan posisi berbaring (Litotomi)
b. Untuk mengidentifikasi derajat ruptur perineum pada ibu bersalin normal dengan posisi setengah duduk
c. Untuk menganalisa Perbedaan derajat ruptur perineum pada ibu bersalin normal antara posisi berbaring (litotomi) dengan posisi setengah duduk
D. Manfaat Penelitian
1.Bagi Peneliti
Untuk
menerapkan asuhan kebidanan (Askeb) II Persalinan, Metodologi, serta
mengaplikasikannya dalam bentuk penelitian. Agar dapat menerapkan asuhan
persalinan dalam masyarakat.
2. Bagi Instansi Terkait
Sebagai bahan informasi bagi pemerintah daerah setempat dalam melaksanakan kebijakan tentang posisi persalinan.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang posisi yang menguntungkan dalam persalinan.
E. Keaslian Peneliti
Tabel 1.2 Keaslian Penelitian
No
|
Judul dan Peneliti
|
Tujuan
|
Metode
|
Hasil
|
1.
|
Perbedaan
pengaruh posisi persalinan terhadap Ruptur Perineum pada Ibu bersalin
primigravida kala II di Puskesmas Bolo Kec.Bolo Kab. Bima Nusa
Tenggara Barat
Ulfa Sofiyati (2009).
|
Untuk mengetahui
Pengaruh posisi persalinan terhadap kejadian ruptur perineum.
|
Analitik Komparatif
|
Adanya perbedaan dan pengaruh posisi persalinan terhadap ruptur perineum pada ibu bersalin primigravida.
|
2.
|
Pengaruh Posisi Ibu dalam Persalinan terhadap trauma perineum di Rumah Bersalin Wilayah Kota Malang.
Ari Kusmiwiyati (2009)
|
Untuk Mengetahui Pengaruh posisi ibu dalam persalinan terhadap trauma perineum.
|
Analitik Obserasional
|
Tidak ada pengaruh posisi persalinan terhadap ruptur perineum pada ibu bersalin
|
N No
|
Judul dan Penelitian
|
Tujuan
|
Metode
|
Hasil
|
3.
|
Hubungan berat badan lahir dengan derajat rupture perineum pada
Persalinan normal di rsia
Kumala siwi pecangaan
Jepara
Wiwit Khilmiah (2010).
|
Untuk mengetahui hubungan berat badan lahir dengan derajat rupture perineum pada
Persalinan normal
|
Studi Analitik Obserasional
|
ada hubungan secara bermakna antara berat badan lahir dengan derajat ruptur perineum pada persalinan normal.
|
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Dasar Teori persalinan
a. Definisi Persalinan
Persalinan
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Wiknjosastro, 2006).
b. Macam-macam persalinan menurut Prawirohardjo (2006) di antaranya:
1) Persalinan
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37 sampai 42 minggu), dengan presentasi belakang kepala dan
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
2) Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
3) Persalinan
buatan adalah persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi dengan forceps atau dilakukan dengan operasi section caesarea.
c. Faktor penting yang berperan pada persalinan adalah :
1) Kekuatan yang ada pada ibu
2) Keadaan jalan lahir
3) Keadaan janin
4) Psikis ibu
5) Penolong persalinan (Sumarah, 2008).
- Mekanisme Persalinan
1) Penurunan
terjadi selama persalinan oleh karena daya dorong dari kontraksi dan
posisi, serta peneranan (selama kala dua) oleh ibu
2) Fiksasi (engagement) ialah tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah masuk panggul ibu.
3) Fleksi
adalah sangat penting bagi penurunan selama kala dua. Melalui fleksi
ini, diameter terkecil dari kepala janin dapat masuk kedalam panggul
dan terus menuju dasar panggul. Pada saat kepala berada dasar panggul
tahanannya akan meningkat sehingga terjadi fleksi yang bertambah besar
yang sangat diperlukan supaya diameter terkecil dapat terus turun.
4) Rotasi
Interna dari kepala akan membuat diameter anteroposterior (yang lebih
panjang) dari kepala menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior
dari panggul ibu.
Kepala akan berputar dari arah diameter kanan miring kearah diameter
AP dari panggul. Tetapi bahu tetap miring ke kiri . Dan dengan demikian,
hubungan normal antara poros panjang kepala janin dengan poros panjang
dari bahu akan berubah dan leher akan berputar 45 derajat. Hubungan
antara kepala dan panggul ini akan terus berlangsung selama kepala janin
masih berada di dalam panggul.
Pada umumnya, rotasi penuh dari kepala ini akan terjadi ketika kepala
telah mencapai dasar panggul atau segera setelah itu. Perputaran kepala
interna dini kadang- kadang bias terjadi pada wanita multipara atau
wanita lainnya yang mempunyai kontraksi uterus yang efisien.
5.
Lahirnya kepala dengan cara ekstensi (untuk posisi – posisi occiput
anterior) terjadi oleh karena gaya tahanan dari dasar panggul dimana
gaya tersebut membentuk lengkungan Carus, yang mengarahkan kepala ke
atas menuju ke lobang vulva.
Bagian leher belakang di bawah occiputnya akan bergeser di bawah
symphysis pubis dan bekerja sebagai titik poros. Uterus yang
berkontraksi kemudian memberikan tekanan tambahan atas kepala yang
menyebabkannya ekstensi kepala lebih lanjut saat lubang vulva – vaginal
membuka lebar.
6.
Resusitasi adalah perputaran kepala sejauh 45 derajat baik ke arah kiri
atau kearah kanan, bergantung pada arah dimana ia mengikuti perputaran
menuju posisi occiput anterior.
7.
Rotasi eksternal terjadi sacara bersamaan dengan perputaran intern dari
bahu. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami
perputaran dalam arah yang sama dengan kepala janin agar terletak di
dalam diameter yang besar dari rongga panggul (AP). Bahu anterior akan
terlihat pada lubang vulva – vaginal, dimana ia akan bergeser di bawah
symphysis pubis.
8.
Bahu posterior kemudian akan meregangkan perineum dan kemudian
dilahirkan dengan cara fleksi lateral. Setelah bahub dilahirkan, sisa
tubuh akan segera lahir mengikuti lengkung carus (kura jalan lahir)
(PUSDIKNAKES, 2003)
2. Konsep Dasar Teori Posisi persalinan.
Persalinan
dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal, tanpa disadari dan
mau tidak mau harus berlangsung. Untuk membantu ibu agar tetap tenang
dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan posisi
yang diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Sebaliknya peranan bidan
adalah untuk mendukung ibu dalam pemilihan posisi apapun yang
dipilihnya, menyarankan alternatif-alternatif hanya apabila tindakan ibu
tidak efektif atau membahayakan dirinya sendiri atau bagi bayinya.
Bila ada anggota keluarga yang hadir untuk melayani sebagai pendukung
ibu, maka bidan bisa menawarkan dukungan pada orang yang mendukung ibu
tersebut.
Pada
penatalaksanaan fisiologis kala dua, ibu memegang kendali dan mengatur
saat meneran. Penolong persalinan hanya memberikan bimbingan tentang
cara meneran yang efektif. Sebagian besar daya dorong untuk melahirkan
bayi oleh kontraksi uterus. Meneran hanya menambah daya kontraksi untuk
mengeluarkan bayi. Ibu dapat memilih posisi meneran yang nyaman yang
dapat mempersingkat kala II. (PUSDIKNAKES, 2003).
a. Manfaat Memilih Posisi Meneran yang Efektif yaitu
1) Sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan
2) Lama kala II yang lebih pendek
3) Laserasi Perineum yang lebih sedikit
4) Lebih membantu dan nilai APGAR yang Lebih baik.
(PUSDIKNAKES, 2003)
b. Macam – Macam Posisi Persalinan
1) Posisi Litotomi : Berbaring terlentang atau miring sedikit, kadang- kadang dengan kaki disanggah.
a) Keuntungan
: Tidak ada Keuntungan, Selain tidak akan mengganggu pemasangan
kateter, infus, kateter epidural atau monitor internal janin
b) Kerugian :
(1) Lithotomy posisi lebih menyakitkan daripada posisi lainnya,
(2) Akses
mudah ke perineum. (bidan sering melihat ini sebagai keuntungan, tapi
jika Anda ingin menghindari tindakan episiotomy atau bahkan menghindari
kejadian robekan perineum, maka hindari posisi ini)
(3) Meningkatkan
tekanan pada perineum yang dapat meningkatkan robekan dan derajat
episiotomi, terutama jika dibandingkan dengan posisi jongkok / setengah
duduk.
(4) Mengejan dalam posisi lithotomy meningkatkan peluang Anda untuk dilakukan episiotomy.
2) Posisi merangkak :
a) Keuntungan :
(1) Membantu meringankan rasa sakit
(2) Lebih sedikit resiko robekan perineum
(3) Posisi ini sangat bagus untuk bayi besar
(4) Dapat membantu jika terjadi prolaps tali pusat untuk
mencegah tali pusat semakin menumbung
b) Kerugian : Ibu merasa cepat lelah dengan posisi seperti ini karena mengalami kesulitan dalam mengejan.
3) Berjongkok
a) Keuntungan :
(1) Berjongkok membuka panggul hingga 30% dibandingkan dengan posisi berbaring
(2)
Posisi Jongkok dapat meluruskan 'jalan lahir karena membantu tulang
panggul untuk sejajar dengan jalan lahir,ini menyulitkan bagian terendah
janin untuk turun ke jalan lahir.
(3) Jongkok dapat menurunkan tingkat episiotomy
b) Kerugian
: Posisi ini Mungkin melelahkan, itulah sebabnya mengapa itu umumnya
merupakan ide yang baik untuk menerapkannya hanya pada saat kala II atau
saat mengejan saja.
4) Posisi berbaring miring ke kiri :
a) Keuntungan
: Peredaran darah balik ibu mengalir lancar. Pengiriman oksigen dalam
darah ibu ke janin melalui plasenta tidak terganggu. Karena tidak
terlalu menekan, proses pembukaan berlangsung perlahan-lahan sehingga
persalinan relatif lebih nyaman serta membantu mencegah terjadinya
laserasi.
b) Kerugian:
Posisi ini membuat dokter atau bidan sedikit kesulitan membantu proses
persalinan. Kepala bayi lebih sulit dipegang atau diarahkan. Bila harus
melakukan episiotomi pun posisinya lebih sulit.
5) Posisi duduk/ setengah duduk:
a) Keuntungan :
(1) Memanfaatkan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi
(2) Memberi kesempatan bagi ibu untuk memberi kesempatan bagi ibu
untuk istirahat diantara kontraksi.
(3) Memilih posisi setengah duduk selama persalinan mengalami
nyeri, trauma perineal, dan episiotomi yang secara signifikan jauh lebih
sedikit
b) Kerugian:
(1) Membatasi pergerakan wanita
(2) Pembukaan panggul sempit dan tekanan di tailbone (tulang ekor) banyak.
Gambar 2.1 Posisi Jongkok Gambar 2.2 Posisi Berdiri
Sumber : APN, 2008 Sumber : APN, 2008
Gambar 2.3 setengah duduk Gambar 2.4 Posisi Lateral
Gambar 2.5 Posisi Litotomi
Sumber : APN, 2008
3. Konsep Dasar Teori Laserasi Perineum
a. Pengertian Perineum
Perineum adalah bagian permukaan pintu bawah panggul, yang terletak antara vulva dan anus. Panjangnya rata-rata 4 cm.
(Wiknjosastro, 2006).
b. Klasifikasi ruptur perineum :
1) Ruptur Perineum Spontan
Ruptur perineum spontan adalah perlukaan jalan lahir atau robekan
perineum secara tidak sengaja karena sebab – sebab tertentu. Luka ini
terjadi pada saat persalinan dan tidak teratur.
2) Ruptur Perineum yang disengaja (Episiotomi)
Merupakan
luka perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan atau
perobekan pada perineum. Episiotomi adalah torehan yang dibuat pada
perineum untuk memperlebar jalan lahir.
(Husodo, 2006 ).
c. Faktor - faktor yang mempengaruhi risiko terjadinya ruptur perineum spontan, yaitu :
1.) Perineum
2.) Pimpinan persalinan
3.) Cara meneran
4.) Berat badan bayi baru lahir
5.) Posisi Persalinan
(Waspodo, 2008).
Gambar 2.6 Klasifikasi Derajat Ruptur Perineum
Derajat I
|
Derajat II
|
Derajat III
|
Derajat IV
|
a) Mukosa vagina
b) Komisura posterior
c) Kulit perineum
|
a) Mukosa vagina
b) Komisura posterior
c) Kulit perineum
d) Otot perineum
|
a) Mukosa vagina
b) Komisura posterior
c) Kulit perineum
d) Otot perineum
e) Otot sfingter ani
|
a) Mukosa vagina
b) Komisura posterior
c) Kulit perineum
d) Otot perineum
e) Otot sfingter ani
f) Dinding depan rectum
|
(APN, 2008)
B. Perbedaan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu bersalin antara posisi litotomi dengan posisi setengah duduk
Tenaga
kesehatan atau bidan hendaknya membiarkan ibu bersalin dan melahirkan
dalam posisi yang dipilihnya dan bukan posisi terlentang atau litotomi
(Sujiyatini,2010).
ketika seorang ibu bersalin dalam posisi tidur terlentang saat
melahirkan, sakrum dan koksigis dikompresi terhadap permukaan yang keras
yaitu tempat tidur, sehingga lebih sulit bagi sendinya untuk lebih
fleksibel dan untuk kepala janin turun ke jalan lahir. Bahkan, ketika
seorang ibu bersalin berada dalam posisi tegak selama proses persalinan
maka, ukuran jalan lahir dapat ditingkatkan sampai 30%. Ini bisa berarti
kemungkinan adanya gawat janin akan semakin kecil.
Rekomendasi ini didukung oleh penelitian yang dikumpulkan oleh Cochrane
Collaboration, tinjauan sistemik artikel penelitian database global.
Profesor Justus Hofmeyr, ahli kandungan Afrika Selatan, melakukan review
dari Cochrane Collaboration pada 'Posisi ibu saat melahirkan "dan
menemukan bahwa posisi tegak lebih nyaman untuk ibu, mempersingkat waktu
lahir, lebih baik untuk bayi dan tidak membahayakan (yessi, 2011)
Menurut de Jong et al (1997) menyatakan bahwa ibu yang memilih posisi
setengah duduk selama persalinan mengalami nyeri, trauma perineal, dan
episiotomi yang secara signifikan jauh lebih sedikit (Myles, 2009).
Sebaliknya, posisi terlentang atau Litotomi bisa mengakibatkan kontraksi
yang akan terasa sakit oleh ibu, yang akan menyebabkan waktu persalinan
yang lebih panjang serta laserasi perineum yang lebih parah.
(PUSDIKNAKES, 2003)
Hasil
Penelitian Ari Kusmijiyanti (2009), didapatkan bahwa rupture perineum
pada ibu bersalin dengan posisi tegak lateral sebagian besar berada pada
derajat 2( 58,4%) dan derajat 3 (4,8%) demikian juga pada ibu bersalin
dengan posisi melahirkan terlentang atau litotomi hampir setengahnya
berada pada derajat 2 (38,1%) dan derajat 3. Hal ini menunjukkan secara
umum perbedaan posisi melahirkan tidak memberikan konstribusi terhadap
kejadian rupture perineum.
D. Kerangka Teori
|
| ||||
| |||||
Gambar
2.7 Kerangka Teori Perbedaan Derajat Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin
Normal antara posisi setengah duduk dengan posisi litotomi
Sumber: Modifikasi Myles ( 2009), APN (2008), Waspodo (2008)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep Penelitian
| ||||
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar
3.1 Kerangka Konsep Perbedaan Derajat Ruptur Perineum pada ibu
bersalin antara posisi litotomi dengan posisi setengah duduk.
B. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah kondisi-kondisi atau serentaristik yang oleh
peneliti dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi dalam suatu
penelitian. (Narbuko dan Achmadi, 2002).
Dalam Penelitian ini ada dua Variabel yaitu:
1. Variabel
Independen yang sering disebut sebagai variabel bebas kondisi atau
karakteristik-karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka
untuk menerangkan hubungan-hubungannya dengan fenomena yang diobservasi
(Narbuko dan Achmadi, 2002).
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Posisi Persalinan.
2. Variabel Dependen yang sering disebut variable terikat yaitu
yaitu kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul ketika
penelitian mengintroduksi, mengubah atau mengganti variabel bebas.
(Narbuko dan Achmadi, 2002)
Dalam penelitian ini variable dependen yaitu Ruptur Perineum.
C. Definisi Operasional
Tabel. 3.1. Definisi Operasional
No
|
Variabel
|
Deinisi
Operasional
|
Parameter dan katagori
|
Alat Ukur
|
Skala Pengu-kuran
|
1.
|
Derajat Ruptur Perineum
|
Perlukaan
jalan lahir atau robekan perineum secara tidak sengaja maupun
sengaja (Episiotomi) untuk memperlan-car jalan lahir (Husodo, 2006)
Perineum terletak antara vulva dan anus.
Panjangnya rata-rata 4cm.
(Wiknjosastro, 2006 ).
|
1. Parameter
Derajat Laserasi (Derajat I, II, III & IV)
2. Kategori
a) Derajat I: Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum
b) Derajat II: derajat I + otot perineum
c) Derajat III: derajat II+ otot Spincter ani
d) Derajat IV: derajat III + dinding depan rectum.
|
Lembar Obser- vasi
|
Ordinal
|
2.
|
Posisi Persalinan
|
Merupakan
factor penting saat seorang wanita berada dalam persalinan dan
merupakan salah satu dasar yang memengaruhi keutuhan perineum (Rohani
dan Reni, 2011)
|
1. Parameter
Posisi Litotomi dan Posisi setengah duduk
2.Kategori
a) Posisi Litotomi adalah posisi berbaring terlentang dengan mengang
kat kedua kaki dan menarik-nya keatas bagian perut, tungkai bawah memben-tuk sudut 900 terhadap paha
b) Posisi Setengah duduk adalah dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau kepala dinaikkan (30- 450)
(Musrifatul, 2009)
|
Lembar Obser
vasi
|
Nominal
|
D. Hipotesis
Hipotesis
didalam suatu penelitian berarti jawaban sementara, patokan duga, atau
dalil sementara, yang kebenaran akan di buktikan dalam penelitian
tersebut, (Notoatmojo, 2010)
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho : Tidak ada Perbedaan derajat ruptur perineum pada ibu bersalin normal antara posisi litotomi dengan posisi setengah duduk
Ha : Ada perbedaan derajat ruptur perineum pada ibu bersalin normal antara posisi litotomi dengan posisi setengah duduk.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang Lingkup Lokasi
Penelitian ini dilakukan di BPS Soniah Desa Rengging Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara.
2. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan pada Bulan april 2012.
F. Rancangan Penelitian
- Jenis Penelitian
Penelitian
ini termasuk jenis penelitian analitik komparatif yaitu survey atau
penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena
kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi
antara fenomena, baik antara faktor risiko dengan faktor efek, antar
faktor risiko, maupun antar faktor efek (Notoatmodjo, 2005; h. 145).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Cross Sectional. Pendekatan Cross Sectional
ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor- faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi
atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat.
- Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu bersalin
normal kala II di BPS Soniah Desa Rengging Kecamatan Pecangaan
Kabupaten Jepara. yang bersalin pada Bulan april 2012.
b. Sampel
Sampel
penelitian ini adalah bagian dari penelitian atau sebagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi dan dianggap mewakili
keseluruhan populasi. (Sugiyono, 2007).
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu multigravida yang
bersalin di BPS Soniah Desa Rengging Kecamatan Pecangaan Kabupaten
Jepara. pada bulan april 2012 dengan perbandingan 1 : 1 yaitu 15 : 15
dengan kriteria inklusi dan ekslusi
1) Kriteria Inklusi:
a) Perineum tidak kaku
b) Ibu Multigravida dengan persalinan normal / spontan
c) Umur Ibu antara 20 – 35 tahun
d) Ibu dengan posisi litotomi dan setengah duduk
e) Yang bersedia menjadi responden
2) Kriteria Ekslusi:
a) Cara mengejan yang salah.
b) Primigravida
c) Yang tidak bersedia menjadi responden
c. Teknik Sampling
Teknik
sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel
yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive
sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. (Sugiyono, 2006).
3. Teknik Pengumpulan data
a. Data Primer
Data
Primer adalah data yang mana dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari
yang sebelumnya tidak ada, dan tujuannya disesuaikan dengan keperluan
peneliti (Alimul, 2010). Data primer dalam penelitian ini adalah data
tentang derajat ruptur perineum dan posisi persalinan yang diperoleh
melalui lembar observasi.
b. Data Sekunder
Data
sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan data
suda hada. (Alimul, 2010). Data sekunder dalam penelitian ini adalah
Perkiraan jumlah Persalinan selama bulan April yang diperoleh melalui
data bidan.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. (Notoatmodjo, 2010). Dalam
penelitian ini instrumen yang digunakan adalah Lembar Observasi yang
diperoleh dari pengamatan peneliti pada saat penelitian.
5. Pengolahan dan Analisa Data
a. Pengolahan Data
1) Editing
Editing
adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
setelah data terkumpul.
2) Koding
Koding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian
kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan
computer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan
artinya dalam satu buku (cede book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. Pada penelitian ini variabel yang dilakukan koding adalah
a) variabel Dependen yaitu :
(1) Litotomi kode 1
(2) Setengah duduk Kode 2
b) variabel Dependen yaitu :
(1) Derajat I diberi kode 1
(2) Derajat II Diberi kode 2
(3) Derajat III diberi kode 3
(4) Derajat IV diberi kode 4
3) Entry data
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master tabel atau database computer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi (Alimul, 2010)
4) Tabulating
Tabulating
adalah pekerjaan membuat Tabel. Jawaban-jawaban yang telah diberi kode
kemudian dimasukkan ke dalam Tabel. Langkah terakhir dari penelitian ini
adalah melakukan analisis data. Selanjutnya data dimasukkan ke computer
dan dianalisis secara statistik. (Setiawan dan Saryono, 2010).
b. Analisa Data
1) Analisa Univariat
Pada analisa univariat data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi
sentral atau grafik.(Saryono, 2009). Pada penelitian ini analisa
univariat meliputi Derajat rupture perineum dan Posisi persalinan.
Untuk menghitung presentase dari frekuensi digunakan rumus sebagai berikut : F = x X 100%
N
Keterangan : F : Presentase
x : Frekuensi
n : Jumlah subjek
100 : Bilangan tetap
2) Analisa Bivariat
Analisis
bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi dua variabel,
baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif (Saryono, 2009). Analisis
bivariat ini digunakan untuk mengetahui perbedaan antara variabel
independen dengan variabel dependen dengan uji Chi- squere 2 x K
menggunakan SPSS 17 for Windows.
Untuk mencari nilai Chi Kuadrat hitung dengan rumus:
X2 = ∑ (f0 ˗fe)2
fe
Keterangan :
X = Chi Kuadrat
f0 = Frekuensi yang diobservasi
fe = Frekuensi yang diharapkan
6. Etika Penelitian
Dalam
penelitian ini peneliti mendapat rekomendasi dari Diploma III Kebidanan
Islam Al-Hikmah Jepara. Setelah disetujui oleh pembimbing 1 dan
pembimbing 2 selaku pembimbing penelitian kemudian penelitian akan
dilakukan dengan memperhatikan masalah etika antara lain sebagai berikut
:
a. Inform Consent
Lembar persetujuan merupakan bukti bahwa peneliti diijinkan untuk melakukan penelitian di tempat yang telah ditentukan.
b. Anonimity (tanpa nama)
Anonimity
yaitu tidak mencantumkan nama. Untuk menjaga kerahasiaan maka peneliti
tidak akan mencantumkan nama pasien pada lembar pengumjpulan data
(observasi), cukup dengan memberi kode dengan angka (Saryono, 2010)
c. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan
informasi responden dijamin peneliti hanya kelompok data tertentu yang
akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.(Alimul, 2007).
- Jadwal Penelitian
Terlampir
LEMBAR
OBSERVASI POSISI MENERAN DAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA RESPONDEN IBU
BERSALIN di BPS SONIAH DESA RENGGING PECANGAAN JEPARA
A. Derajat Ruptur pada ibu bersalin normal dengan posisi Litotomi
No
|
TanggaL persalinan
|
Responden
|
Derajat Ruptur perineum
|
Mengetahui,
( )
LEMBAR
OBSERVASI POSISI MENERAN DAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA RESPONDEN IBU
BERSALIN di BPS SONIAH DESA RENGGING PECANGAAN JEPARA
B. Derajat Ruptur pada ibu bersalin normal dengan posisi Litotomi
No
|
TanggaL persalinan
|
Responden
|
Derajat Ruptur perineum
|
Mengetahui,
( )
DAFTAR PUSTAKA
Enggar P, Y. Hubungan
berat badan lahir dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan
normal di RB Harapan Bunda di Surakarta. Surakarta : Jurnal kesehatan.
2010.
Hidayat Aziz A. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika; 2010
Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta; 2010
Pusdiknakes, WHO. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Fisiologis Bagi Dosen Diploma III Kebidanan. Jakarta : JHPIEGO; 2003
Saifudin A.B,. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo; 2002
Saifudin A.B. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008
Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta; 2007
Sumarah, dkk. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin) Yogyakarta : Fitramaya; 2008
Siswono, Ruptur Perineum. Dikutip dari http://www.scribd.com/doc/35338955/Preskas-Ruptur-Perineum
di akses pada Tanggal 4 maret 2012
Uliyah, Musrifatul, Keterampilan Dasar Praktek Klinik untuk kebidanan Jakarta: Salemba Medika; 2008
Varney, H. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta : EGC.
Waspodo A.R, dan Danuatmaja, B. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : EGC; 2008.
Wiknjosastro H., 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo.
Aprilia Yessi .Posisi Melahirkan. Dikutip dari
http://www.scribd.com/doc/35338955/Posisi Melahirkan
di akses pada tanggal 4 maret 2012
INFORM CONSENT
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bersedia dengan sukarela menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh:
Nama : Zayyinatul Afidah
Nim : 090588
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Campurejo, Panceng Gresik, Jawa Timur
Judul
Penelitian : PERBEDAAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA IBU BERSALIN NORMAL
ANTARA POSISI SETENGAH DUDUK DENGAN POSISI LITOTOMI DI BPS SONIAH DESA
RENGGING KEC. PECANGAAN KAB. JEPARA
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sejujur- jujurnya tanpa adanya paksaan dari pihak siapapun.
Jepara, 31 Maret 2012
Responden
(Tanpa Nama)
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Calon Responden
Di Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Zayyinatul Afidah
Nim : 090588
Pembimbing : 1. Devi Rosita, S,S.iT
2. Asmawahyunita. S.Kep
Bermaksud
melakukan penelitian dengan judul “PERBEDAAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM
PADA IBU BERSALIN NORMAL ANTARA POSISI SETENGAH DUDUK DENGAN POSISI
LITOTOMI DI BPS SONIAH DESA RENGGING KEC. PECANGAAN KAB. JEPARA”
Penelitian
ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan pada anda sebagai
responden, serta tidak ada unsur paksaan. Kerahasiaan semua informasi
yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian saja.
Bilamana
anda tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, maka tidak
akan ada paksaan maupun ancaman kepada anda. Namun apabila anda bersedia
menjadi responden, maka saya mohon anda berkenan untuk menandatangani
lembar persetujuan yang telah tersedia.
Demikian Surat Permohonan ini saya buat, atas perhatian dan kerjasamanya di ucapkan terima kasih.
Jepara, Maret 2012
Peneliti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar