A. Latar Belakang
Berdasarkan
Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) dan data Biro Pusat
statistic (BPS), angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan
diseluruh dunia mencapai 515 ribu jiwa pertahun. Ini berarti seorang ibu
meninggal hampir setiap menit karena komplikasi kehamilan dan
persalinan (dr. Nugraha, 2007).
Kematian
dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan
berbagai usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan obstetric.
Pelayanan kesehatan tersebut di nyatakan sebagai bagian integral dari
pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat.
Untuk
mewujudkan tercapainya Angka Harapan Hidup ( AHH ) dari 63,37 menjadi
73,95 pada tahun 2008. Penurunan Angka Kematian Bayi merupakan progaram
prioritas yang perlu mendapatkan perhatian karena kematian bayi
mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap peningkatan Angka
Harapan Hidup. Berdasarkan hasil analisa pada tahun 2005 jumlah kematian
Bayi yang utama adalah 40% BBLR, 23% Asfyksia, 7% Infeksi, 1% Tetanus
Neonatorum dan 29% penyebab lain.
Tingginya
jumlah kematian tersebut sangat berkaitan erat dengan rendahnya cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan ( 61,41% ), sehingga apabila ibu dan
bayi mengalami kegawat daruratan dalam proses persalinan tidak
mendapatkan penanganan yang optimal. Hal yang sangat mempengaruhi
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain sosial budaya,
kepercayaan yang kuat terhadap dukun sebagai penolong persalinan serta
masalah biaya. Untuk meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan sebagai salah satu upaya menurunkan kematian bayi, maka
dilaksanakan Kegiatan Persalinan yang Aman dan Sehat Melalui Pola
Kemitraan Bidan dan dukun, serta Pembentukan Kelompok Peduli Persalinan
Aman dan Sehat.
Masalah
kesehatan bagi penduduk di kota maupun di perdesaan Indonesia masih
saja merupakan masalah yang pelik. Hal tersebut dapat dilihat dari
banyaknya program kesehatan yang diterapkan dan terus dikembangkan belum
berjalan dengan baik, baik itu program kesehatan baru maupun program
kesehatan hasil modifikasi program lama. Banyak pelayanan kesehatan yang
belum memadai. Indikator yang penting adalah kematian ibu dan bayi yang
masih tinggi. Tak dapat disangkal lagi, ilmu kedokteran modern telah
berkembang pesat sehingga meninggalkan konsep lama yang dibatasi oleh
penggunaan teknis medis modern dalam melawan penyakit.
Upaya
bidang kesehatan masyarakat seperti peningkatan taraf kesehatan
perorangan, pendidikan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular, dan keluarga berencana harus juga memperhitungkan
pengetahuanpengetahuan lain mengenai kebiasaan, adat istiadat, dan
tingkat pengetahuan traditional medicine masyarakat setempat.
Seringkali, program kesehatan menemui kegagalan karena dicoba untuk
dijalankan hanya semata-mata dengan berpedoman kepada pertimbangan
teknis medis yang ’kaku’. Salah satu program yang belum mencapai sasaran
sebagaimana yang diharapkan, adalah pertolongan persalinan. Hampir di
seluruh Indonesia masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun bayi.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan tujuan penulisan makalah ini adalah mengetahui bentuk kemitraan antara bidan dengan dukun.
KEMITRAAN BIDAN DENGAN DUKUN
Masalah
kesehatan bagi penduduk di kota maupun di perdesaan Indonesia masih
saja merupakan masalah yang pelik. Hal tersebut dapat dilihat dari
banyaknya program kesehatan yang diterapkan dan terus dikembangkan belum
berjalan dengan baik, baik itu program kesehatan baru maupun program
kesehatan hasil modifikasi program lama. Banyak pelayanan kesehatan yang
belum memadai. Indikator yang penting adalah kematian ibu dan bayi yang
masih tinggi. Tak dapat disangkal lagi, ilmu kedokteran modern telah
berkembang pesat sehingga meninggalkan konsep lama yang dibatasi oleh
penggunaan teknis medis modern dalam melawan penyakit.
Upaya
bidang kesehatan masyarakat seperti peningkatan taraf kesehatan
perorangan, pendidikan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular, dan keluarga berencana harus juga memperhitungkan
pengetahuanpengetahuan lain mengenai kebiasaan, adat istiadat, dan
tingkat pengetahuan traditional medicine masyarakat setempat.
Seringkali, program kesehatan menemui kegagalan karena dicoba untuk
dijalankan hanya semata-mata dengan berpedoman kepada pertimbangan
teknis medis yang ’kaku’. Salah satu program yang belum mencapai sasaran
sebagaimana yang diharapkan, adalah pertolongan persalinan. Hampir di
seluruh Indonesia masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun bayi.
Tenaga
dukun bayi sejak dahulu kala sampai sekarang merupakan pemegang peranan
penting dalam pelayanan kebidanan. Dalam lingkungan dukun bayi
merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal yang terkait dengan
reproduksi wanita. Ia selalu membantu pada masa kehamilan, mendampingi
wanita saat bersalin, sampai persalinan selesai dan mengurus ibu dan
bayinya dalam masa nifas.
Dukun
bayi biasanya seorang wanita sudah berumur ± 40 tahun ke atas.
Pekerjaan ini turun temurun dalam keluarga atau karena ia merasa
mendapat pangglan tugas ini. Pengetahuan tentang fisiologis dan
patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh
karena itu apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya,
bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya
berdasarkan pengalaman dan kurang professional. Berbagai kasus sering
menimpa seoarang ibu atau bayinya seperti kecacatan bayi sampai pada
kematian ibu dan anak.
Dalam
usaha meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan anak maka tenaga
kesehatan seperti bidan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dengan
harapan dapat meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan, selain
itu dapat juga mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan
persalinan dan segera minta pertolongan pada bidan. Dukun bayi yang ada
harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak dapat bekerjasama
dengan dukun bayi dalam mengurangi angka kematian dan angka kesakitan
(Prawirohardjo, 2005)
.
A. Pengertian
Pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis seringkali dilakukan oleh
seseorang yang disebut sebagai dukun beranak, dukun bersalin atau
peraji. Pada dasarnya dukun bersalin diangkat berdasarkan kepercayaan
masyarakat setempat atau merupakan pekerjaan yang sudah turun temurun
dari nenek moyang atau keluarganya dan biasanya sudah berumur ± 40 tahun
ke atas ( Prawirohardjo, 2005).
Dukun
bayi adalah profesi seseorang yang dalam aktivitasnya, menolong proses
persalinan seseorang, merawat bayi mulai dari memandikan, menggendong,
belajar berkomunikasi dan lain sebagainya. Dukun bayi biasanya juga
selain dilengkapi dengan keahlian atau skill, juga dibantu dengan
berbagai mantra khusus yang dipelajarinya dari pendahulu mereka. Proses
pendampingan tersebut berjalan sampai dengan bayi berumur 2 tahunan.
Tetapi, pendampingan yang sifatnya rutin sekitar 7 – 10 hari pasca
melahirkan
B. Cara-cara yang digunakan oleh para dukun bayi
Tak
berbeda dengan seorang bidan, dukun beranak melakukan pemeriksaan
kehamilan melalui indri raba (palpasi). Biasanya perempuan yang
mengandung, sejak mengidam sampai melahirkan selalu berkonsultasi kepada
dukun, bedanya dibidan perempuan yang mengandunglah yang datang
ketempat praktek bidan untuk berkonsultasi. Sedangkan dukun ia sendiri
yang berkeliling dari pintu ke pintu memeriksa ibu yang hamil. Sejak
usia kandungan 7 bulan control dilakukan lebih sering. Dukun menjaga
jika ada gangguan, baik fisik maupun non fisik terhadap ibu dan
janinnya. Agar janin lahir normal, dukun biasa melakukan perubahan
posisi janin dalam kandungan dengan cara pemutaran perut
(diurut-urut)disertai doa.
Ketika
usia kandungan 4 bulan, dukun melakukan upacara tasyakuran katanya
janin mulai memiliki roh.hal itu terasa pada perut ibu bagian kanan ada
gerakan halus. Pada usia kandungan 7 bulan, dukun melakukan upacara
tingkeban. Katanya janin mulai bergerak meninggalkan alam rahim menuju
alam dunia, melalui kelahiran. Calon ibu mendapat perawatan khusus,
selain perutnya dielus-elus, badannya juga dipijat-pijat, dari ujung
kepala sampai ujung kaki. Malah disisir dan di bedaki agar ibu hamil
tetap cantik meskipun perutnya makan lama makin besar.
C. Faktor-faktor Penyebab Mengapa Masyarakat Lebih Memilih Dukun Bayi daripada Bidan
Masih
banyak masyarakat yang memilih persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan dukun bayi daripada bidan disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain:
1. Kemiskinan
Tersedianya
berbagai jenis pelayanan publik serta persepsi tentang nilai dan mutu
pelayanan merupakan faktor penentu apakah rakyat akan memilih kesehatan
atau tidak. Biasanya, perempuan memilih berdasarkan penyedia layanan
tersebut, sementara laki-laki menentukan pilihan mereka berdasarkan
besar kecilnya biaya sejauh dijangkau oleh
masyarakat miskin.
masyarakat miskin.
Walaupun
biaya merupakan alasan yang menentukan pilihan masyarakat miskin, ada
sejumlah faktor yang membuat mereka lebih memilih layanan yang diberikan
oleh dukun. Biaya pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa untuk
membantu persalinan lebih besar daripada penghasilan RT miskin dalam
satu bulan. Disamping itu, biaya tersebut pun harus dibayar tunai.
Sebaliknya, pembayaran terhadap dukun lebih lunak secara uang tunai dan
ditambah barang.
2. Masih langkanya tenaga bidan di daerah-daerah pedalaman
Sekarang
dukun di kota semakin berkurang meskipun sebetulnya belum punah sama
sekali bahkan disebagian besar kabupaten, dukun bayi masih eksis dan
dominan.
3. Kultur budaya masyarakat
Masyarakat
kita terutama di pedesaan, masih lebih percaya kepada dukun bayi
daripada kepada bidan apalagi dokter. Rasa takut masuk rumah sakit maih
melekat pada kebanyakan kaum perempuan. Kalaupun terjadi kematian ibu
atau kematian bayi mereka terima sebagai musibah yang bukan ditentukan
manusia. Selain itu masih banyak perempuan terutama muslimah yang tidak
membenarkan pemeriksaan kandungan, apalagi persalinan oleh dokter atau
para medis laki-laki. Dengan sikap budaya dan agama seperti itu,
kebanyakan kaum perempuan di pedesaan tetap memilih dukun beranak
sebagai penolong persalinan meskipun dengan resiko sangat tinggi.
4. Bidan desa kurang Proaktif
Departemen
Kesehatan (Depkes) dengan program Pendidikan Bidan Desa merupakan suatu
upaya untuk menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu). Program Pendidikan
Bidan Desa menjadi program unggulan Depkes yang dilakukan dengan
memberikan pendidikan tambahan satu tahun sesudah pendidikan SPK
(Sekolah Pendidikan Kebidanan) bagi calon didiknya.
Program ini tidak luput dari kesulitan karena beberapa alasan:
a) calon bidan desa usianya terlalu muda, kebanyakan belum menikah,
b) program
satu tahun tidak cukup untuk bisa menangani persalinan sendiri, tidak
jarang dalam waktu pendidikan calon bidan desa hanya mengalami satu kali
persalinan sendiri atau bersama kelompok,
c) banyak
bidan desa merangkap menjadi mahasiwa perguruan tinggi pada sore
harinya di tempat lain. Otomatis mereka tidak siap menolong persalinan
pada sore dan malam hari,
d) Pendidikan di kota memberikan dampak bahwa bidan desa lebih menyenangi kehidupan di kota daripada di tempat terpencil di desa.
Keadaan
ini menyebabkan hubungan yang kurang sehat antara masyarakat, khususnya
ibu dan dukun bayi yang sudah ada di masyarakat dengan bidan desa yang
merupakan pendatang baru. Selain kurang proaktif\ bidan desa juga masih
kurang percaya diri untuk membaur dengan masyakat. Perubahan sikap dan
perilaku dari bidan desa untuk menyesuaikan diri di masyarakat
memerlukan waktu.
D. Masalah yang dapat ditimbulkan apabila persalinan ditolong oleh Dukun Bayi
Masalah
yang ditimbulkan bila persalinan ditolong oleh selain tenaga-medis
cenderung tinggi akibat pertolongan persalinan tanpa tenaga &
fasilitas memadai. Karena persalinan masih ditangani oleh dukun beranak
atau peraji, kasus kematian ibu saat melahirkan masih tetap tinggi.
Pertolongan gawat darurat bila terjadi kasus perdarahan atau infeksi
yang diderita ibu yang melahirkan, tidak dapat dilakukan.
Definisi
masyarakat yang masih menggunakan tenaga bidan bayi tentang mutu
pelayanan berbeda dengan definisi standar medis. Kelemahan utama dari
mutu pelayanan adalah tidak terpenuhinya standar minimal medis oleh para
dukun beranak, seperti dengan praktek yang tidak steril(memotong tali
pusat dengan sebilah bambu dan meniup lubang hidung bayi yang baru lahir
dengan mulut). Selain itu, pertolongan persalinan oleh dukun sering
menimbulkan kasus persalinan, diantaranya kepala bayi sudah lahir tetapi
badannya masih belum bisa keluar atau partus macet, itu disebabkan
karena cara memijat dukun bayi tersebut kurang profesional dan hanya
berdasarkan kepada pengalaman.
E. Usaha Untuk membangun Kemitraan Bidan dengan Dukun Bayi
Kemitraan
adalah suatu bentuk kerjasama antara bidan dengan dukun dimana setiap
kali ada pasien yang hendak bersalin, dukun akan memanggil bidan. Pada
saat pertolongan persalinan tersebut ada pembagian peran antara bidan
dengan dukunnya. Sebenarnya, selain pada saat persalinan ada juga
pembagian peran yang dilakukan pada saat kehamilan dan masa nifas,
tetapi memang yang lebih banyak diutarakan adalah kerjasama pada saat
persalinan.
persalinan.
Peranan
bidan lebih ditekankan kepada persalinan dan masa nifas. Pada saat
persalinan, sudah semestinya peran bidan porsinya lebih besar
dibandingkan dengan peran dukun. Selain menolong persalinan, bidan pun
dapat memberikan suntikan kepada pasien yang membutuhkannya atau dapat
dengan segera merujuk ke rumah sakit jika ada persalinan yang gawat atau
sulit. Peran dukun hanya sebatas membantu bidan seperti mengelus-elus
tubuh pasien, memberikan minum bila pasien membutuhkan dan yang terutama
adalah memberikan kekuatan batin kepada pasien. Kehadiran dukun bayi
sangatlah penting karena pasien beranggapan bahwa bila saat melahirkan
ditunggui oleh dukun, maka persalinan akan berjalan lancar.
Usaha-usaha
peningkatan pelayanan kesehatan seperti yang tercermin dalam program
dukun terlatih itu memang bukan bertujuan untuk menghilangkan peranan
yang dimainkan oleh sistem perawatan kesehatan yang lama dan
menggantinya dengan sistem perawatan kesehatan yang baru. Pendidikan
yang diberikan dalam program dukun latih itu justru terwujud sebagai
pengakuan untuk menyelenggarakan (enforcement) pelayanan kesehatan
kepada lembaga dukun bayi, khususnya penyelenggaraan proses pertolongan
persalinan bagi masyarakat yang tinggal di daerah-daerah dimana
fasilitas pelayanan kesehatan baru sangat terbatas. Lebih dari itu,
dengan pendidikan yang diberikan, dukun bayi dianggap mampu mengantikan
kehadiran fasilitas kesehatan yang baru yang diharapkan dapat
meningkatkan taraf kesehatan penduduk.
Pendidikan/kursus
dukun bayi juga dimaksudkan untuk pemberian pengetahuan yang melengkapi
sifatnya, dengan harapan dapat menurunkan resiko persalinan dan
meningkatkan harapan hidup bayi dan ibunya. Dengan demikian, tugas-tugas
pelayanan medis dilimpahkan pada dukun bayi yang memang tinggal bersama
masyarakat setempat.
Namun
yang perlu diperhatikan, pengetahuan dan alih teknologi membutuhkan
waktu sebelum pengetahuan dan teknologi tersebut benar-benar jadi milik
masyarakat yang bersangkutan. Sebagaimana yang dikemukan oleh Michael
Winkelman, ada tiga faktor penghalang dalam pelaksanaan atau penerapan
program yang disebut the three delays yaitu:
a) rintangan budaya (cultural barrier)
Setiap
kelompok masyarakat memilki budaya yang berbeda. Ada sebagian yang
memilih untuk melahirkan dengan dukun karna menurut kebudayaannya itu
lebih baik. Sehingga keberadaan dukun lebih dipandang berpengaruh
dibandingkan keberadaan Bidan di dalam masyarakat tersebut.
b) rintangan sosial (social barrier)
Rintangan sosial ini berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat.
c) rintangan psikologis (psychological barrier)
Masyarakat
lebih percaya dan nyaman dengan dukun karena pendekatan yang dipakai
dukun adalah dengan menjalin interaksi. Dibandingkan dengan bidan, dukun
lebih peka terhadap ibu hamil, karena dukun yang mencari ibu hamil akan
tetapi kalau Bidan, ibu hamil yang mengunjunginya jadi secara
psikologis bumil lebih nyaman dengan dukun.
Ketiga
hal tersebut yang perlu dicermati dalam penyusunan program pelatihan
agar pengetahuan dan teknologi yang dilatihkan menjadi milik masyarakat
setempat.
F. Program Kemitraan Bidan Dukun
|
Program
Kemitraan Bidan – Dukun merupakan salah satu program sebagai upaya
untuk meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan. Definisi Kemitraan Bidan – Dukun sendiri adalah suatu
bentuk kerjasama bidan dan dukun yang saling menguntungkan dengan
prinsip keterbukaan, kesetaraan dan kepercayaan dalam upaya untuk
menyelamatkan ibu dan bayi, dengan menempatkan bidan sebagai penolong
persalinan dan mengalihfungsikan dukun dari penolong persalinan
menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi pada masa nifas, dengan
berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dan dukun serta
melibatkan seluruh unsur/elemen masyarakat yang ada.
Keberhasilan
dari kegiatan kemitraan Bidan – Dukun adalah ditandai dengan adanya
kesepakatan antara Bidan dan dukun dimana dukun akan selalu merujuk
setiap ibu hamil dan bersalin yang datang. serta akan membantu bidan
dalam merawat ibu setelah bersalin dan bayinya. Sementara Bidan
sepakat untuk memberikan sebagian penghasilan dari menolong persalinan
yang dirujuk oleh dukun kepada dukun yang merujuk dengan besar yang
bervariasi. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam peraturan tertulis
disaksikan oleh pempinan daerah setempat (Kepala Desa, Camat).
Langkah – langkah program kemitraan Bidan – Dukun :
I.
Tingkat Propinsi : 1. Penyusunan Juknis; 2. Sosialisasi kepada dinkes
Kab/Kota dan Lintas Sektor; 3. Fasilitasi ke Kab/Kota dan 4. Evaluasi
II. Tingkat Kab/Kota : 1. Sosialisasi kepada lintas sektor; 2. Pembekalan Teknis dan 3. Pemantauan
III.
Tingkat Kecamatan/Puskesmas : 1. Sosialisasi kepada lintas sektor
tingkat kecamatan dan desa; dan 2. Pemantauan dan Evaluasi
IV.
Tingkat Desa : 1. Sosialisasi dan kesepakatan; 2. Pembekalan dan
magang dukun; 3. Dana bergulir; Pertemuan rutin bidan – dukun (andy yussianto).
|
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Masyarakat
masih banyak yang beranggapan bahwa bila persalinan ditolong oleh bidan
biayanya mahal sedangkan bila ditolong oleh dukun bisa membayar berapa
saja. Penyebab lain mengapa bidan tidak dipilih dalam membantu
persalinan adalah bahwa selain umurnya masih relatif muda, bidan
dipandang belum memiliki pengalaman melahirkan dan kebanyakan belum
dikenal oleh masyarakat.
Peranan
dukun bayi dalam proses kehamilan dan persalinan berkaitan sangat erat
dengan budaya setempat dan kebiasaan setempat. Dari konsep ’the three
delays’, salah satu faktor kematian ibu dan bayi adalah terlambatnya
pengambilan keputusan yang diambil oleh keluarga dan masyarakat termasuk
dukunnya. Maka wajarlah jika terjadi kematian ibu dan bayi karena
akibat dari terlambatnya mengambil keputusan dari keluarga, masyarakat
dan dukun, sehingga keluarga, masyarakat dan dukun ikut bertanggung
jawab terhadap kesehatan ibu dan bayinya.
Kemitraan
merupakan salah satu solusi untuk menurunkan kematian ibu dan bayi.
Pendekatan ini terutama akan menguntungkan daerah-daerah terpencil
dimana akses terhadap pelayanan kesehatan sangat terbatas.
2. Saran
Semoga
makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca khususnya bagi
para bidan dalam menjalani tugas dan tanggung jawabnya.Sehubungan dengan
masalah yang terkait diatas,penulis juga mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, Rina., Dukun Bayi Dalam Persalinan Oleh Masyarakat Indonesia, Makara, Kesehatan, Vol. 13, No. 1, Juni 2009: 9-14
http://id.wikipedia.org/wiki/Dukun_bayi, diakses pada tanggal 15 april 2011
Prawirahardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar