BAB I
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses
dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit
saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang trjadi dalam
bentuk berlebihan atau kekurangan. Cairan dan elektrolit sangat
diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuhtetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
B. FISIOLOGI CAIRAN DAN ELEKTROLIT.
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah
dari cairan interstitial masuk kedalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane
sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi
dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan
dan elektrolit tubuh dengan beberapa cara yaitu:
1. Difusi.
Merupakan
proses di mana partikel yang terdapat di dalam cairan bergerak dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit
di difusikan menembus membrane sel. Klecepatan difusi di pengaruhi oleh ukuran
molekul, konsentarsi larutan dan temperature.
2.
Osmosis.
Merupakan
bergeraknya pelarut bersih seperti air, melaui membran semipermiabel dan
larutan yang berkosentrasi lebih rendah ke kosentrsi yang lebih tinggi yang
sifat nya menarik.
3.
Transport aktif.
Partikel
bergerak dari konsentrasi rendah ke lebih tinggi karena adanya daya aktif dari
tubuh seperti pompa jantung.
C. KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
No.
|
Umur / BB
(Kg)
|
Kebutuhan
cairan (mL/24 jam)
|
1
|
3 hari/ 3
kg
|
250-300
|
2
|
1 tahun/
9,5 kg
|
1150-1300
|
3
|
2 tahun/
11,8 kg
|
1350-1500
|
4
|
6 tahun/
20 kg
|
1800-2000
|
5
|
10 tahun/
28,7 kg
|
2000-2500
|
6
|
14 tahun/
45 kg
|
2200-2700
|
7
|
18 tahun/
54 kg
|
2200-2700
|
1.
Volume cairan tubuh.
Total jumlah
volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60% dari berat badan pria
dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan
lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan di mana
lemak pada wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih
rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW di mana makin tua usia
makin sedikit kandungan airnya. Contoh: bayi baru lahir TBW nya 70-80% dari BB,
usia 1 tahun 60% dari BB, usia puberitas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60%
dari BB dan wanita 52% dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55% dari BB dan
wanita 47% dari BB, sedangkan pada usia di atas 60 tahun untuk pria 52% dari BB
dan wanita 46% dari BB.
D.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.
1.
Umur.
Kebutuhan
intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak
lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada
usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan di karenakan gangguan
fungsi ginjal ataw jantung.
2.
Iklim.
Orang yang
tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan
cairan sampai dengan 5 L per hari.
3.
Diet.
Diet
seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan
serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat
diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan
edema.
4.
Stress.
Stress dapat
meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5.
Kondisi sakit.
Kondisi
sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
misalnya:
a.
Trauma seperti luka bakar akan
meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
b.
Penyakit ginjal dan kardiovaskuler
sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
c.
Pasien dengan penurunan tingkat
kesadaran akan mengalami ganguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan
kemapuan untuk memenuhinya secara mandiri.
6.
Tindakan medis.
Banyak
tindakan medis akan berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti: suction, NGT dan lain-lain.
7.
Pengobatan.
Pengobatan
seperti pemberian dueretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.
8. Pembedahan.
pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko
tinggimengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh karena
kehilangan darah selama pembedahan.
E.
MASALAH-MASALAH GANGGUAN
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.
1.
Hipovolemik.
Adalah suatu kondisi akibat
kekurangan volume cairan ekstra seluler (CES) dan dapat terjadi karena
kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga
menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme nya adalah peningkatan rangsangan saraf
simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung dan tekanan
vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron. Gejala: pusing,
lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi
dan oliguri, penurunan TD, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun,
lidah terasa kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda penurunan
berat badan dengan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis. Pada
bayi dan anak adanya penurunan jumlah air mata.
2.
Hipervolemik
Adalah
penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
a. Stimulasi
kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi
ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
c. Kelebihan
pemberian cairan.
d. Perpindahan
cairan interstisial ke plasma.
e. Gejala:
sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi kuat, asites, adema, adanya
ronchi, kulit lembab, distensi vena leher, dan irama gallop.
BAB
II
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN.
Pengkajian
keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi:
1. Kaji riwayat kesehatan dan kepearawatan
untuk identifikasi penyebab gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Kaji manifestasi klinik melalui:
a. Timbang berat badan klien setiap hari.
b. Monitor vital sign.
c. Kaji intake output.
3. Lakukan pemeriksaan fisik meliputi:
a. Kaji turgor kulit, hydration, temperatur
tubuh dan neuromuskuler irritability.
b. Auskultasi bunyi /suara nafas.
c. Kaji prilaku, tingkat energi, dan
tingkat kesadaran.
4. Review nilai pemeriksaan laboratorium :
a.
Berat
jenis urine.
b.
PH
serum.
c.
Analisa
Gas Darah.
d.
Elektrolit
serum.
e.
Hematokrit.
f.
BUN.
g.
Kreatinin
Urine.
B. DIAGNOSA.
Diagnosa keperawatan yang umum terjadi
pada klien dengan resiko atau gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
adalah :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan ansietas, gangguan mekanisme
pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri.
2. Penurunan kardiak output berhubungan
dengan dysritmia kardio, ketidakseimbangan
elektrolit.
3. Gangguan keseimbangan volume cairan :
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare, kehilangan cairan lambung, diaphoresis,
polyuria.
4. Gangguan keseimbangan cairan tubuh :
berlebih bwerhubungan dengan anuria,
penurunan kardiak output, gangguan proses keseimbangan,
Penumpukan cairan di
ekstraseluler.
5. Kerusakan membran mukosa mulut
berhubungan dengan kekurangan volume cairan.
6. Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan dehidrasi dan atau edema.
7.
Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan edema.
C. INTERVENSI.
Intervensi keperawatan yang umum
dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
1. Atur intake cairan dan elektrolit.
2. Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai
kondisi pasien dan intruksi dokter dengan
memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan.
memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan.
3. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti
:deuretik, kayexalate.
4. Provide care seperti : perawatan kulit,
safe environment.
DAFTAR PUSTAKA
Kuntarti. 2005. Keseimbangan
Cairan, Elektrolit Asam dan Basa.
Sacharin,Rosa M.
1994. Prinsip Keperawatan
Pediatrik. Jakarta: EGC