Sabtu, 30 November 2013

ASKEP CEMAS (ANSIETAS)



BAB I
PEMBAHASAN
A.    DEFINISI.
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart dan Sundeen, 1990, hal 75).
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Ansietas dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan psikologik seperti gemetar,  rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat,  berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah:
1.      konsentrasi dan perhatian berkurang;
2.      harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
3.      gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
4.      pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
5.      gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
6.      tidur terganggu;
7.      nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk diagnosis dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat ringannya gejala, penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya dibanding ansietas, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat dengan stres kehidupan.
Tingkat ansietas sebagai berikut:
1.      Ansietas ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
2.      Ansietas sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
3.      Ansietas berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
4.      Tingkat panik dari ansietas.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
B.     RENTANG RESPON ANSIETAS.
Gambar 1. Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990).
C.     TINGKAT ANSIETAS.
Tingkat ansietas sebagai berikut:
1.      Ansietas ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
2.      Ansietas sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
3.      Ansietas berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
4.      Tingkat panik dari ansietas.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN.
1.      Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a.       Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b.      Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c.       Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d.      Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e.       Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2.      Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a.       Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari- hari.
b.      Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
3.      Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
Sistem Tubuh
Respons
Ø  Kardiovaskuler
         Palpitasi.
         Jantung berdebar.
         Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
         Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
Ø  Pernafasan
         Napas epat.
         Pernapasan dangkal.
         Rasa tertekan pada dada.
         Pembengkakan pada tenggorokan.
         Rasa tercekik.
         Terengah-engah.
Ø  Neuromuskular
         Peningkatan reflek.
         Reaksi kejutan.
         Insomnia.
         Ketakutan.
         Gelisah.
         Wajah tegang.
         Kelemahan secara umum.
         Gerakan lambat.
         Gerakan yang janggal.
Ø  Gastrointestinal
         Kehilangan nafsu makan.
         Menolak makan.
         Perasaan dangkal.
         Rasa tidak nyaman pada abdominal.
         Rasa terbakar pada jantung.
         Nausea.
         Diare.
Ø  Perkemihan
         Tidak dapat menahan kencing.
         Sering kencing.
Ø  Kulit
         Rasa terbakar pada mukosa.
         Berkeringat banyak pada telapak tangan.
         Gatal-gatal.
         Perasaan panas atau dingin pada kulit.
         Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.
Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.
Sistem
Respons
Ø  Perilaku
         Gelisah.
         Ketegangan fisik.
         Tremor.
         Gugup.
         Bicara cepat.
         Tidak ada koordinasi.
         Kecenderungan untuk celaka.
         Menarik diri.
         Menghindar.
         Terhambat melakukan aktifitas.
Ø  Kognitif
         Gangguan perhatian.
         Konsentrasi hilang.
         Pelupa.
         Salah tafsir.
         Adanya bloking pada pikiran.
         Menurunnya lahan persepsi.
         Kreatif dan produktif menurun.
         Bingung.
         Khawatir yang berlebihan.
         Hilang menilai objektifitas.
         Takut akan kehilangan kendali.
         Takut yang berlebihan.
Ø  Afektif
         Mudah terganggu.
         Tidak sabar.
         Gelisah.
         Tegang.
         Nerveus.
         Ketakutan.
         Alarm.
         Tremor.
         Gugup.
         Gelisah.
Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.
4.      Sumber Koping.
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
5.      Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
a.       Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.
b.      Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.
Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping yang dikategorikan untuk mengatasi ansietas :
a.       Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).
Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu :
1)      Perilaku menyerang (agresif).
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi kebutuhan.
2)      Perilaku menarik diri.
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun secara psikologis.
3)      Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau mmengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
b.      Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction).
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk mempertahankan ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
1)      Kompensasi.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2)      Penyangkalan (Denial).
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
3)      Pemindahan (Displacemen).
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.
4)      Disosiasi.
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
5)      Identifikasi (Identification).
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
Intelektualisasi (Intelektualization).
6)      Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
7)      Introjeksi (Intrijection).
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar (pembentukan superego)
8)      Fiksasi.
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran)s ehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
9)      Proyeksi.
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
10)  Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11)  Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.
12)  Regressi.
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif), contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung, dsb.
13)  Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
14)  Acting Out.
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15)  Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
16)  Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.
17)  Undoing.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.
B.     DIAGNOSA.
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1.      Penyelesaian kerusakan.
2.      Kecemasan.
3.      Pola napas tidak efektif.
4.      Koping individu tidak efektif.
5.      Diam.
6.      Gangguan pembagian bidang energi.
7.      Ketakutan.
8.      Inkontinensial.
9.      Stres.
10.  Cedera resiko terhadap......
11.  Perubahan nutrisi.
12.  Respon pasca trauma.
13.  Ketidakberdayaan.
14.  Gangguan harga diri.
15.  Gangguan pola tidur.
16.  Isolasi sosial.
17.  Perubahan proses berfikir.
18.  Gangguan eliminasi urine.
C.     INTERVENSI.
Ø  Tujuan umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
Ø  Tujuan khusus :
Klien mampu untuk ;
         Membina hubungan saling percaya.
         Melakukan aktifitas sehari-hari.
         Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
         Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
         Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
         Klien terlindung dari bahaya.
1.      Ansietas Ringan.
Deskripsi
Batasan Karakter
Intervensi
Ansietas ringan adalah ansietas normal dimana motivasi individu pada keseharian dalam batas kemampuan untuk melakukan dan memecahkan masalah meningkat.
a)      Tidak nyaman.
b)      Gelisah.
c)      Insomnia ringan.
d)     Perubahan nafsu makan ringan.
e)      Peka.
f)       Pengulangan pertanyaan.
g)      Perilaku mencari perhatian.
h)      Peningkatan kewaspadaan.
i)        Peningkatan persepsi pemecahan masalah.
j)        Mudah marah.
a)      Gerakan tidak tenang.
b)      Perhatikan tanda peningkatan ansietas.
c)      Bantu klien menyalurkan energi secara konstruktif.
d)     Gunakan obat bila perlu.
e)      Dorong pemecahan masalah.
f)       Berikan informasi akurat dan fuktual.
g)      Sadari penggunaan mekanisme pertahanan.
h)      Bantu dalam mengidentifikasi keterampilan koping yang berhasil.
i)        Pertahankan cara yang tenang dan tidak terburu.
j)        Ajarkan latihan dan tehnik relaksasi.
2.      Ansietas Sedang.
Deskripsi
Batasan Karakter
Intervensi
Ansietas sedang adalah cemas yang mempengaruhi pengetahuan baru dengan penyempitan lapangan persepsi sehngga individu kehilangan pegangan tetapi dapat mengikuti pengarahan orang lain.
a)      Perkembangan dari ansietas ringan.
b)      Perhatian terpilih dari lingkungan.
c)      Konsentrasi hanya pada tugas-tugas individu.
d)     Suara bergetar.
e)      Ketidaknyamanan jumlah waktu yang digunakan.
f)       Takipnea.
g)      Takikardia.
h)      Perubahan dalam nada suara.
i)        Gemetaran.
j)        Peningkatan ketegangan otot.
k)      Menggigit kuku, memukul-mukulkan jari, menggoyangkan kaki dan mengetukkan jari kaki.
a)      Pertahankan sikap tidak tergesa-gesa, tenang bila berurusan dengan pasien.
b)      Bicara dengan sikap tenang, tegas meyakinkan.
c)      Gunakan kalimat yang pendek dan sederhana.
d)     Hindari menjadi cemas, marah, dan melawan.
e)      Dengarkan pasien.
f)       Berikan kontak fisik dengan menyentuh lengan dan tangan pasien.
g)      Anjurkan pasien menggunakan tehnik relaksasi.
h)      Ajak pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
i)        Bantu pasien mengenali dan menamai ansietasnya

3.      Ansietas Berat.
Deskripsi
Batasan Karakter
Intervensi
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat menurun. Individu cenderung memikirkan hal yang sangat kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan, untuk dapat memusatkan pada daerah lain.

a)      Perasaan terancam.
b)      Ketegangan otot yang berlebihan.
c)      Diaforesis.
d)     Perubahan pernapasan.
e)      Napas panjang.
f)       Hiperventilasi.
g)      Dispnea.
h)      Pusing.
i)        Perubahan gastrointestinalis.
j)        Mual muntah.
k)      Rasa terbakar pada ulu hati.
l)        Sendawa.
m)    Anoreksia.
n)      Diare atau konstipasi.
o)      Perubahan kardivaskuler.
p)      Takikardia.
q)      Palpitasi.
r)       Rasa tidak nyaman pada prekokardia.
s)       Berkurangnya jarak persepsi secara berat.
t)       Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.
u)      Rasa terbakar.
v)      Kesulitan dan ketidaktepatan pengungkapan.
w)    Aktivitas yang tidak berguna.
x)      Bermusuhan.
a)      Isolasi pasien dalam lingkungan yang aman dan tenang.
b)      Biarkan perawatan dan kontak sering sampai konstan.
c)      Berikan obat-obatan pasien melakukan hal untuk dirinya sendiri.
d)     Observasi adanya tanda-tanda peningkatan agitasi.
e)      Jangan mennyentuh pasien tanpa permisi.
f)       Yakinkan pasien bahwa dia aman.
g)      Kaji keamanan dalam lingkungan sekitarnya.

4.      Panik.
Deskripsi
Batasan Karakter
Intervensi
Adalah tingkat dimana individu berada pada bahaya terhadap diri sendiri dan orang lain serta dapat menjadi diam atau menyerang dengan cara kacau.
a)      Hiperaktif / imobilitasi berat.
b)      Rasa terisolasi yang ekstrim.
c)      Kehilangan desintegrasi kepribadian.
d)     Sangat goncang dan otot-otot tegang.
e)      Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan kalimat yang lengkap.
f)       Distori persepsi dan penilaian yang tidak realistis terhadap lingkungan dan ancaman.
g)      Perilaku kacau dalam usaha melarikan diri.
h)      Menyerang.
a)      Tetap bersama pasien ; minta bantuan.
b)      Jika mungkin hilangkan beberapa stressor fisik dan psikologisdari lingkungan.
c)      Bicara dengan tenang, sikap meyakinkan, menggunakan nada suara yang rendah.
d)     Katakan pada pasien bahwa anda (staf) tidak akan membahayakan dirinya sendiri atau orang lain.
e)      Isolasikan pasien pada daerah yang aman dan nyaman.
f)       Lanjut dengan perawatan ansietas berat.
DAFTAR PUSTAKA
Mallapiang.2003.keperawatan jiwa.Jakarta:EGC.

Lynda juall carpenito dan moyet.2007.Buku saku diagnosis keperawatan.jakarta:EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar