BAB I
PEMBAHASAN
A. DEFINISI.
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti
dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik.
Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan
interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian
intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional
terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk
bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan
kehidupan (Stuart dan Sundeen, 1990, hal
75).
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh
rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan
berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering
merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa terganggunya
fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh
diri.
Ansietas dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan
gejala fisik dan psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung
dan kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget,
hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat, berkeringat,
tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit
konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di
perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif,
kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit
saja) serta menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari
depresi adalah:
1. konsentrasi dan perhatian berkurang;
2.
harga diri dan
kepercayaan diri berkurang;
3.
gagasan tentang
rasa bersalah dan tidak berguna;
4.
pandangan masa
depan yang suram dan pesimistis;
5.
gagasan atau
perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
6.
tidur
terganggu;
7. nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai
dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk diagnosis dibutuhkan penentuan
kreteria yang tepat antara berat ringannya gejala, penyebab serta kelangsungan
dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada gangguan cemas lainnya biasanya
depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah
yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan
lebih ringan gejalanya dibanding ansietas, gangguan penyesuaian memiliki gejala
yang jelas berkaitan erat dengan stres kehidupan.
Tingkat ansietas sebagai berikut:
1.
Ansietas ringan.
Berhubungan
dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi bekpar
dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
2.
Ansietas sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian
yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata
lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan
pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
3.
Ansietas berat.
Sangat
mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada
sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
4.
Tingkat panik dari ansietas.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang
yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan
aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat
ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam
waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada
tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
B. RENTANG
RESPON ANSIETAS.
Gambar 1.
Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990).
C. TINGKAT
ANSIETAS.
Tingkat ansietas sebagai berikut:
1.
Ansietas ringan.
Berhubungan
dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi bekpar
dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
2.
Ansietas sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian
yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata
lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan
pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
3.
Ansietas berat.
Sangat
mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada
sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
4.
Tingkat panik dari ansietas.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang
yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan
aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat
ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam
waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada
tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN.
1. Faktor
Predisposisi.
Berbagai
teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a.
Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID dan superego. ID mewakili
dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan
hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego
atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b.
Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas juga
berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan
sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah
mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c.
Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi
yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang
terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih
sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d.
Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas
merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e.
Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung
reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas
penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin
memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum
seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2.
Faktor Presipitasi.
Stressor
pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus
dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a.
Ancaman terhadap integritas
seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya
kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari- hari.
b.
Ancaman terhadap sistem diri
seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang
terintegrasi seseorang.
3.
Perilaku.
Kecemasan
dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku
dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam
upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan tingkat kecemasan.
Sistem
Tubuh
|
Respons
|
Ø
Kardiovaskuler
|
•
Palpitasi.
•
Jantung berdebar.
•
Tekanan darah
meningkat dan denyut nadi menurun.
•
Rasa mau pingsan dan
pada akhirnya pingsan.
|
Ø
Pernafasan
|
•
Napas epat.
•
Pernapasan dangkal.
•
Rasa tertekan pada
dada.
•
Pembengkakan pada
tenggorokan.
•
Rasa tercekik.
•
Terengah-engah.
|
Ø
Neuromuskular
|
•
Peningkatan reflek.
•
Reaksi kejutan.
•
Insomnia.
•
Ketakutan.
•
Gelisah.
•
Wajah tegang.
•
Kelemahan secara
umum.
•
Gerakan lambat.
•
Gerakan yang janggal.
|
Ø
Gastrointestinal
|
•
Kehilangan nafsu
makan.
•
Menolak makan.
•
Perasaan dangkal.
•
Rasa tidak nyaman
pada abdominal.
•
Rasa terbakar pada
jantung.
•
Nausea.
•
Diare.
|
Ø
Perkemihan
|
•
Tidak dapat menahan
kencing.
•
Sering kencing.
|
Ø
Kulit
|
•
Rasa terbakar pada
mukosa.
•
Berkeringat banyak
pada telapak tangan.
•
Gatal-gatal.
•
Perasaan panas atau dingin
pada kulit.
•
Muka pucat dan
bekeringat diseluruh tubuh.
|
Tabel
1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.
Sistem
|
Respons
|
Ø Perilaku
|
•
Gelisah.
•
Ketegangan fisik.
•
Tremor.
•
Gugup.
•
Bicara cepat.
•
Tidak ada koordinasi.
•
Kecenderungan untuk
celaka.
•
Menarik diri.
•
Menghindar.
•
Terhambat melakukan
aktifitas.
|
Ø Kognitif
|
•
Gangguan perhatian.
•
Konsentrasi hilang.
•
Pelupa.
•
Salah tafsir.
•
Adanya bloking pada
pikiran.
•
Menurunnya lahan
persepsi.
•
Kreatif dan produktif
menurun.
•
Bingung.
•
Khawatir yang
berlebihan.
•
Hilang menilai objektifitas.
•
Takut akan kehilangan
kendali.
•
Takut yang
berlebihan.
|
Ø Afektif
|
•
Mudah terganggu.
•
Tidak sabar.
•
Gelisah.
•
Tegang.
•
Nerveus.
•
Ketakutan.
•
Alarm.
•
Tremor.
•
Gugup.
•
Gelisah.
|
Tabel
2. Respon Perilaku Kognitif.
4.
Sumber Koping.
Individu
dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping tersebut
di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok, kemampuan
penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu
seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi
strategi koping yang berhasil.
5.
Mekanisme Koping.
Ketika
mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba
mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan
penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering
ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat
ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
a.
Reaksi yang berorientasi pada tugas,
yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara
realitis tuntutan situasi stress.
b.
Mekanisme pertahanan ego, membantu
mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat
sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini
dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.
Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada
dua mekanisme koping yang dikategorikan untuk mengatasi ansietas :
a. Reaksi
yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).
Merupakan pemecahan
masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi ancaman stressor yang ada
secara realistis, yaitu :
1) Perilaku
menyerang (agresif).
Biasanya digunakan
individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi kebutuhan.
2) Perilaku
menarik diri.
Digunakan untuk
menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun secara psikologis.
3) Perilaku
kompromi.
Digunakan untuk
mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau mmengorbankan kebutuhan personal
untuk mencapai tujuan.
b. Mekanisme
pertahanan ego (Ego Oriented Reaction).
Mekanisme pertahanan
Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang yang digunakan untuk
melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk mempertahankan
ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme
pertahanan Ego adalah :
1) Kompensasi.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2) Penyangkalan
(Denial).
Menyatakan
ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut.
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
3) Pemindahan
(Displacemen).
Pengalihan emosi yag
semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau kurang
mengancam terhadap dirinya.
4) Disosiasi.
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
5) Identifikasi
(Identification).
Proses dimana seseorang
mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan mengambil/menirukan
pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
Intelektualisasi (Intelektualization).
6) Penggunaan
logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman yang mengganggu
perasaannya.
7) Introjeksi
(Intrijection).
Mengikuti norma-norma
dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar (pembentukan
superego)
8) Fiksasi.
Berhenti pada tingkat perkembangan
salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran)s ehingga
perkembangan selanjutnya terhalang.
9) Proyeksi.
Pengalihan buah pikiran
atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan. Perasaan
emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
10) Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11) Reaksi
formasi.
Bertingkah laku yang
berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan,perasaan yang
sebenarnya.
12) Regressi.
Kembali ketingkat
perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif), contoh; bila keinginan
terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung, dsb.
13) Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
14) Acting
Out.
Langsung mencetuskan
perasaan bila keinginannya terhalang.
15) Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
16) Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.
17) Undoing.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.
B.
DIAGNOSA.
Adapun
diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian
kerusakan.
2. Kecemasan.
3. Pola
napas tidak efektif.
4. Koping
individu tidak efektif.
5. Diam.
6. Gangguan
pembagian bidang energi.
7. Ketakutan.
8. Inkontinensial.
9. Stres.
10. Cedera
resiko terhadap......
11. Perubahan
nutrisi.
12. Respon
pasca trauma.
13. Ketidakberdayaan.
14. Gangguan
harga diri.
15. Gangguan
pola tidur.
16. Isolasi
sosial.
17. Perubahan
proses berfikir.
18.
Gangguan eliminasi
urine.
C.
INTERVENSI.
Ø Tujuan
umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
Ø Tujuan
khusus :
Klien
mampu untuk ;
•
Membina hubungan saling
percaya.
•
Melakukan aktifitas
sehari-hari.
•
Mengekspresikan dan
mengidentifikasi tentang kecemasannya.
•
Mengidentifikasi situasi
yang menyebabkan ansietas.
•
Meningkatkan kesehatan
fisik dan kesejahteraannya.
•
Klien terlindung dari
bahaya.
1. Ansietas
Ringan.
Deskripsi
|
Batasan
Karakter
|
Intervensi
|
Ansietas ringan
adalah ansietas normal dimana motivasi individu pada keseharian dalam batas
kemampuan untuk melakukan dan memecahkan masalah meningkat.
|
a) Tidak
nyaman.
b) Gelisah.
c) Insomnia
ringan.
d) Perubahan
nafsu makan ringan.
e) Peka.
f) Pengulangan
pertanyaan.
g) Perilaku
mencari perhatian.
h) Peningkatan
kewaspadaan.
i)
Peningkatan persepsi
pemecahan masalah.
j)
Mudah marah.
|
a) Gerakan
tidak tenang.
b) Perhatikan
tanda peningkatan ansietas.
c) Bantu
klien menyalurkan energi secara konstruktif.
d) Gunakan
obat bila perlu.
e) Dorong
pemecahan masalah.
f) Berikan
informasi akurat dan fuktual.
g) Sadari
penggunaan mekanisme pertahanan.
h) Bantu
dalam mengidentifikasi keterampilan koping yang berhasil.
i)
Pertahankan cara yang
tenang dan tidak terburu.
j)
Ajarkan latihan dan
tehnik relaksasi.
|
2.
Ansietas Sedang.
Deskripsi
|
Batasan
Karakter
|
Intervensi
|
Ansietas sedang
adalah cemas yang mempengaruhi pengetahuan baru dengan penyempitan lapangan
persepsi sehngga individu kehilangan pegangan tetapi dapat mengikuti
pengarahan orang lain.
|
a) Perkembangan
dari ansietas ringan.
b) Perhatian
terpilih dari lingkungan.
c) Konsentrasi
hanya pada tugas-tugas individu.
d) Suara
bergetar.
e) Ketidaknyamanan
jumlah waktu yang digunakan.
f) Takipnea.
g) Takikardia.
h) Perubahan
dalam nada suara.
i)
Gemetaran.
j)
Peningkatan
ketegangan otot.
k) Menggigit
kuku, memukul-mukulkan jari, menggoyangkan kaki dan mengetukkan jari kaki.
|
a) Pertahankan
sikap tidak tergesa-gesa, tenang bila berurusan dengan pasien.
b) Bicara
dengan sikap tenang, tegas meyakinkan.
c) Gunakan
kalimat yang pendek dan sederhana.
d) Hindari
menjadi cemas, marah, dan melawan.
e) Dengarkan
pasien.
f) Berikan
kontak fisik dengan menyentuh lengan dan tangan pasien.
g) Anjurkan
pasien menggunakan tehnik relaksasi.
h) Ajak
pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
i)
Bantu pasien
mengenali dan menamai ansietasnya
|
3. Ansietas
Berat.
Deskripsi
|
Batasan
Karakter
|
Intervensi
|
Pada ansietas berat lapangan
persepsi menjadi sangat menurun. Individu cenderung memikirkan hal yang
sangat kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu
berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan, untuk dapat memusatkan
pada daerah lain.
|
a) Perasaan
terancam.
b) Ketegangan
otot yang berlebihan.
c) Diaforesis.
d) Perubahan
pernapasan.
e) Napas
panjang.
f) Hiperventilasi.
g) Dispnea.
h) Pusing.
i)
Perubahan
gastrointestinalis.
j)
Mual muntah.
k) Rasa
terbakar pada ulu hati.
l)
Sendawa.
m) Anoreksia.
n) Diare
atau konstipasi.
o) Perubahan
kardivaskuler.
p) Takikardia.
q) Palpitasi.
r) Rasa
tidak nyaman pada prekokardia.
s) Berkurangnya
jarak persepsi secara berat.
t) Ketidakmampuan
untuk berkonsentrasi.
u) Rasa
terbakar.
v) Kesulitan
dan ketidaktepatan pengungkapan.
w) Aktivitas
yang tidak berguna.
x) Bermusuhan.
|
a) Isolasi
pasien dalam lingkungan yang aman dan tenang.
b) Biarkan
perawatan dan kontak sering sampai konstan.
c) Berikan
obat-obatan pasien melakukan hal untuk dirinya sendiri.
d) Observasi
adanya tanda-tanda peningkatan agitasi.
e) Jangan
mennyentuh pasien tanpa permisi.
f) Yakinkan
pasien bahwa dia aman.
g) Kaji
keamanan dalam lingkungan sekitarnya.
|
4.
Panik.
Deskripsi
|
Batasan
Karakter
|
Intervensi
|
Adalah tingkat dimana
individu berada pada bahaya terhadap diri sendiri dan orang lain serta dapat
menjadi diam atau menyerang dengan cara kacau.
|
a) Hiperaktif
/ imobilitasi berat.
b) Rasa
terisolasi yang ekstrim.
c) Kehilangan
desintegrasi kepribadian.
d) Sangat
goncang dan otot-otot tegang.
e) Ketidakmampuan
untuk berkomunikasi dengan kalimat yang lengkap.
f) Distori
persepsi dan penilaian yang tidak realistis terhadap lingkungan dan ancaman.
g) Perilaku
kacau dalam usaha melarikan diri.
h) Menyerang.
|
a) Tetap
bersama pasien ; minta bantuan.
b) Jika
mungkin hilangkan beberapa stressor fisik dan psikologisdari lingkungan.
c) Bicara
dengan tenang, sikap meyakinkan, menggunakan nada suara yang rendah.
d) Katakan
pada pasien bahwa anda (staf) tidak akan membahayakan dirinya sendiri atau
orang lain.
e) Isolasikan
pasien pada daerah yang aman dan nyaman.
f) Lanjut
dengan perawatan ansietas berat.
|
DAFTAR PUSTAKA
Mallapiang.2003.keperawatan
jiwa.Jakarta:EGC.
Lynda juall carpenito dan moyet.2007.Buku saku diagnosis keperawatan.jakarta:EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar