Sabtu, 30 November 2013

Asuhan Keperawatan Klien dengan Ansietas Menjelang Ajal


I. KONSEP ANSIETAS
Ansietas adalah ketakutan atau kekhawatiran pada sesuatu yang tidak jelas dan berhubungan dengan perasaan tidak menentu dan tak berdaya (helplessness).

Karakteristik ansietas:
Merupakan emosi yang bersifat subyektif , takut- sumber tidak jelas, bisa ditularkan, terjadi akibat adanya ancaman pada harga diri dan identitas diri, perlu adanya keseimbangan antara keberanian dan kecemasan.

Tingkat ansietas:
-  Ansietas ringan: pada kehidupan sehari-hari individu sadar, lahan persepsi meningkat (mendengar, melihat, meraba lebih dari sebelumnya). Perlu untuk memotivasi belajar, pertumbuhan dan kreativitas.
-  Ansietas sedang: lahan persepsi menyempit (melihat, mendengar, meraba menurun daripada sebelumnya) fokus pada perhatian segera.
-  Ansietas berat: lahan persepsi sangat sempit, hanya bisa memusatkan perhatian pada yang detil tidak yang lain. Semua prilaku ditujukan untuk menurunkan ansietas
-  Panik: hilang kontrol, hanya bisa menurut perintah
2. Terminal – menjelang ajal
Kondisi terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit atau sakit yang tidak mempunyai harapan sembuh sehingga sangat dekat dengan proses kematian. Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berberda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukkan oleh pasien terminal. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
Menejalang ajal adalah kondisi dimana secara medis dan legal sudah tidak dapat diobati dan diintervensi dan berhubungan dengan kematian atau fase akhir dari kehidupan, dimana individu sangat ansietas menghadapinya.
Masalah psikososial pada klien dengan ansietas menjelang ajal  biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaan marah, dan putus asa sering kali ditunjukkan. Problem psikologis lain yang muncul pada klien menjelang ajal antara lain ketergantungan, kehilangan kontrol diri, tidak mampu produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi/ barrier komunikasi.

Dokka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam hidup kedalam 4 fase:
1. Fase prediagnostik
    Terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor resiko penyakit.
2. Fase akut
Berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada serangkaian keputus asaan, termasuk kondisi medis,    interpesrsonal maupun psikologis.
3. Fase Kronis
    Klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya.
4. Fase terminal
    Dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya kemungkinan, tetapi pasti terjadi.

Klien dalam kondisi terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik, psikologis, maupun sosial spiritual. Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi ini antara lain:
a. Problem oksigenasi
                Respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental: agitasi ~gelisah, TD menurun, hipoksia, akumulasi sekret, nadi irreguler.
b. Problem eliminasi
                Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltik, kurang diet serat dan asupan makanan juga mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit.
c. Problem nutrisi
                Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltik menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual muntah, cegukan, dehidrasi, terjadi karena asupan cairan menurun.
d. Problem suhu
                Ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.
e. Problem sensori
                Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun. Penglihatan kabur, pendengaran berkurang, sensasi menurun.
f. Problem nyeri
                Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intravena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan.
g. Problem kulit dan mobilitas
                Sering kali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan sosial yang sering.
h. Masalah psikologis
                Klien terminal dan orang terdekat biasanya mnegalami banyak respon emosi, perasaan marah, dan putus asa, sering kali ditunjukkan. Problem psikologis lain yanng muncul adalah ketergantungan, hilang kontrol diri, tidak mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi/ barrier komunikasi, dan ansietas.
i. Perubahan sosial spiritual
                Klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai, sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikucilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.

Menurut Kubler Ross (1969) seseorang yang menjelang ajal menunjukkan 5 tahapan;
1. Denial
                Pada tahap ini individu menyangkal dan bertindak seperti tidak terjadi sesuatu, dia mengingkari bahwa dirinya dalam kondisi terminal. Pernyataan seperti “tidak mungkin, hal ini tidak akan terjadi pada saya.. saya tidak akan mati” karena kondisi ini umum dilontarkan klien.
2. Anger
                Individu melawan kondisi terminalnya, dia dapat bertindak pada seseorang atau lingkungan disekitarnya. Tindakan seperti itu tidak mau minum obat, menolak tindakan medis, tidak ingin makan.. adalah respon yang mungkin ditunjukkan klien dalam kondisi terminal.
3. Bargainning
                Individu berupaya membuat perjanjian dengan cara yang halus/jelas untuk mencegah kematiannya. Seperti “Tuhan beri saya kesembuhan, jangan cabut nyawaku, saya akan berbuat baik dan mengikuti program pengobatan”.
4. Depression
                Ketika ajal semakin dekat atau kondisi semakin memburuk, klien merasa terlalu sangat kesepian dan menarik diri. Komunikasi terjadi kesenjangan, klien banyak berdiam diri dan menyendiri.
5. Acceptance
                Reaksi psikologis semakin memburuk, klien mulai menyerah dan pasrah pada keadaan atau putus asa.

Faktor psikososial
Peran perawat adalah mengamati perilaku pasien terminal, mengenali pengaruh kondisi terminal terhadap perilaku, dan memberikan dukungan yang empatik. Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya. Ketidak yakinan dan keputus asaan sering membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanmda klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan sosial, bisa dari teman dekat, kerabat atau keluarga untuk selalu menemani klien.

Faktor spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri pada tuhan ataukah semakin berontak akan keadaannya. Perawat juga harus mengetahui saat-saat seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani disaat terkhirnya.

B. Diagnosa Keperawatan
    Ansietas menjelang ajal

C. Perencanaan Tindakan Keperawatan pada Pasien Terminal
Prinsip rencana keperawatan pada pasien terminal, ketika merawat klien menjelang ajal tanggung jawab perawat harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan sosial yang uniik. Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan klien menjelang ajal. Untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya dan untuk mempertahankan kualitas hidupnya.

Tujuan keperawatan untuk pasien:
1. Pasien mampu mengatasi rasa takut
2. Pasien mempunyai harapan yang positif terhadap kematian
3. Pasien menerima dukungan emosional, sosial dan spiritual
4. Pasien menerima kematian dengan damai

D. Intervensi keperawatan pada pasien menjelang ajal
1. Membantu pasien mengungkapkan perasaan
2. Membantu pasien mengatasi perasaan takut
3. Membantu mengungkapkan harapan positif tentang kematian
4. Menemani pasien dalam menerima dukungan emosi, sosial dan spiritual

Menurut Rando (1984) ada tiga kebutuhan utama klien menjelang ajal yaitu pengendalian nyeri, pemulihan jati diri dan makna diri, dan cinta serta afeksi. Kehadiran perawat harus bisa memberikan ketenangan dan menurunkan ansietas, perawat dapat mendukung harga diri klien dengan menanyakan tentang pilihan perawatan yang diinginkan. Perawat mendorong keluarga untuk  berpartisipasi dalam pembuatan keputusan klien dan keputusan bersama. Hal ini membantu menyiapkan keluarga ketika klien sudah tidak mampu membuat keputusan.

Tindakan Keperawatan untuk keluarga:
a. Tujuan
1. Klien dapat mengidentifikasi masalah pada anggota keluarganya yang menjelang ajal
2. Keluarga dapat merawat anggota keluarganya yang menjelang ajal
3. Keluarga memfasilitasi harapan-harapan positif yang dimiliki pasien
4. Keluarga dapat meminta bantuan tenaga/fasilitas kesehatan serta bantuan dari lingkungannya (TOGA) guna merawat anggota keluarga yang menjelang ajal

b. Tindakan keperawatan
1. Bantu keluarga menghadapi kondisi pasien
2. Bantu keluarga mengungkapkan perasaan
3. Bantu keluarga untuk merawat pasien:
- Mendorong keluarga untuk memberikan dukungan emosi dan sosial
- Mendorong keluarga memfasilitasi harapan-harapan positif pasien
- Memenuhi kebutuhan dasar pasien: minum, nyaman
- Mencari bantuan yang dapat diperoleh keluarga dalam merawat pasien ansietas menjelang ajal: tenaga/fasilitas kesehatan/ toga.
- Hindari pembicaraan yang dapat membebani pasien
- Hindari bersedih di depan pasien
Image

Tidak ada komentar:

Posting Komentar