BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman, 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir, Patrick manson, 2001).
2. ETIOLOGI
- Virus dengue sejenis arbovirus.
- Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4
serotif, Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang
dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di
Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat
termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium
diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.
Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan serotif yang paling banyak.
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.
4. Klasifikasi DHF
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat ( >120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( £ 120 mmHg ), tekanan darah menurun, ( 120/80 ® 120/100 ® 120/110 ® 90/70 ® 80/70 ® 80/0 ® 0/0 )
Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung ³ 140x/mnt ) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
5. Tanda dan gejala
- Demam tinggi selama 5 – 7 hari.
- Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
- Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
- Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
- Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
- Sakit kepala.
- Pembengkakan sekitar mata.
- Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
- Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gejala klinik timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal.
Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 – 12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.
Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula besar yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh.
Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan.
Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.
7. Diagnosis
Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :
a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.
b. Manifestasi perdarahan :
1)Uji tourniquet positif
2)Petekia, purpura, ekimosis
3)Epistaksis, perdarahan gusi
4)Hematemesis, melena.
c. Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.
d. Dengan atau tanpa renjatan.
Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.
e. Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi
8. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nila hematokrit pada masa konvalesen. Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan tepat.
Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnya limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali.
9. Diagnosa Banding
Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :
a.Demam chiku nguya.
Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.
b.Demam tyfoid
Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia, limfositosis relatif.
c.Anemia aplastik
Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia.
d.Purpura trombositopenia idiopati (ITP)
Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi hemokonsentrasi.
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
a.Tirah baring atau istirahat baring.
b.Diet makan lunak.
c.Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
d.Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan.
e.Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
f.Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
g.Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
h.Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
i.Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
- Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
2. Observasi intike – output
3. Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
4. Pada pasien DHF derajat II : Pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
5. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi produksi urine tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
- Resiko Perdarahan
2. Catat banyak, warna dari perdarahan
3. Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan Tractus Gastro Intestinal
3. Peningkatan suhu tubuh
1. Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
2. Beri minum banyak
3. Berikan kompres
k.Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.
Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.
Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.
Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :
a.Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.
b.Hematokrit yang cenderung mengikat.
10.Komplikasi
Komplikasi Tatalaksana syok yang tidak adekuat akan menimbulkan komplikasi asidosis metabolik, hipoksia, perdarahan gastrointestinalhebat dengan prognosis buruk. Sebaliknya dengan pengobatan yangtepat (termasuk syok berat) segera terjadi masa penyembuhan dengancepat.
BAB II
TINJAUAN KASUS
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN- a. PENGKAJIAN
- 1. Identitas
Nama : An “S”
Umur : 5 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Bahasa : Indonesia
Alamat : Jl. Merdeka
Tanggal MRS : 1 Desember 2012
Tanggal Pengkajian : 4 Desember 2012
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn “A”
Pendidikan : S1
Umur : 27 Tahun
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Jl. Merdeka
Hub. Dengan pasien : Ibu Kandung
- 2. Riwayat Kesehatan
Ibu pasien mengatakan demam sejak 6 hari yang lalu,
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu pasien mengeluh demam Sakit kepala, panas dan tidak nafsu makan.dan lemah sejak 6 hari yang lalu, pasien di minumkan obat penurun panas namun tidak ada perbaikan. Setelah 3 hari panas pasien turun namun pasien mengeluh sakit pada perut disertai dengan BAB cair. Saat ini pasien mengeluh sulit makan, mual, muntah, batuk dan pilek.
c) Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarga pasien mengatakan sebelumnya pasien belum pernah dirawat di Rumah Sakit.
d) Riwayat kesehaan keluarga
Keluarga pasien mangatakan bahwa dalam keluarganya, tidak ada yang pernah mengalami penyakit seperti yang diderita oleh pasien sekarang.
3. ACTIFITAS DAILY LIVING
No | Jenis aktifitas | Dirumah | Dirumah sakit |
1 | Nutrisi
|
Nasi
3 x/hari Nasi 1 porsi Tidak ada 8 gelas/hari Air putih Tidak ada |
Bubur
3x/hari Bubur 1/3 porsi Mual 4 gelas/hari Air putih Mual |
2 | Persona Hyginie
|
2 x/hari
2 x/hari 3 x/minggu |
2 x / hari
2 x / hari Tidak pernah |
3 | Eliminasi
Konsistensi Feses Kelainan Frekuensi
Kelainan |
Kuning
Lembek Tidak ada 2 x / hari Cair Tidak ada |
Kuning
Lembek Tidak ada Tidak tentu Cair Tidak ada |
4 | Istirahat /Tidur
|
Pukul 21.00 WIB
8 jam Tidak terjaga |
Tidak tentu
Tidak tentu Sering terjaga |
4. Keadaan Umum
- Tingkat Kesadaran : Compos metis
- Tanda-tanda Vital (Selasa 4 Desember 2012)
Puls : 98 x/m
Respirasi : 24 x/m
Berat
- Penampilan Umum: Bersih
5. Pemeriksaan Fisik
- Kulit
- Warna Kulit : Sawo Matang
- Tekstur Kulit : Turgor Jelek
- Kuku
- Keadaan kuku :Normaldan bersih
- Warna : Merah muda
- Kepala
- Bentuk : Simetris dan Oval
- Keadaan rambut :Bersih, warna rambut hitam + putih menyebar
- Kulit kepala : Bersih
- Mata
- Sklera : Anikterik
- Konjungntifa : Ananemis
- Reflek cahaya : Baik, di tandai dengan bereaksi apabila disoroti dengan cahaya.
- Pupil : Baik
- Hidung
- Fungsi penciuman : baik, terbukti pasien dapat mencium bau obat.
- Bentuk : terlihat simetris
- Kelainan : tidak ada
- Serumen : tidak ada
- Telinga
- Fungsi pendengaran : baik, pasien bisa berkomunikasi dengan ibunya
- Bentuk : Simetris
- Keadaan : bersih
- Kelainan : tidak ada
- Serumen : tidak ada
- Mulut
- Fungi pengecapan : baik, terbukti dengan pasien dapat membedakan rasa asin (garam), manis (gula)
- Kebersihan gigi dan : Bersih dan lembab
- Kelainan bibir : tidak ada
- Warna lidah : Merah muda
- Bentuk lidah : Simetris
- Dada dan paru-paru
- Bentuk : Simetris
- Frekuensi nafas : normal (24 x/m)
- Pola nafas : teratur
- Kelainan : tidak ada
- Abdomen
- Bentuk : Simetris
- Nyeri Tekan : setelah dipalpasi ada nyeri tekan
- Ekstremitas
- Atas : Terpasang infusan RL ditangan sebelah kiri (20 x/m)
- Bawah : Dapat bergerak secara bebas
- Kekuatan Otot
- Reflek bisep : baik, ketika diberi pukulan refleks hammer langsung bergerak refleks ke atas.
- Reflek trisep : baik, ketika diberi pukulan refleks hammer langsung bergerak refleks ke samping
- Reflek patella : baik, ketika diberi pukulan refleks hammer langsung bergerak refleks ke depan.
- Reflek Babynski : baik, ketika diberi pukulan refleks menarik kaki langsung bergerak ke arah pasien
- 7. DATA PENUNJANG
- Pemeriksaan Labolatorium
No | Tanggal | Jenis Pemeriksaan | Hasil | Hasil normal |
1 | 6 Februari 2011 |
|
14,0 gr%5.400/mm3
31,2 130.000 |
12-16 gr %4000-10000/mm3
37-47 % 150000-450000/mm3 |
- Program Terapy
No. | Tanggal | Jenis Terapy | Ukuran |
1 | 4 Desember 2012 | Antrainsanmol Infus RL | 2 x ½ amp2 x ½ oral 20 ggt/menit |
2 | 5 Desember 2012 | Antrainsanmol
Ranitidhin Infus RL |
2 x ½ Amp2 x ½ oral
2 x 0.5 cc 20 gtt / menit |
3 | 6 Desember 2012 | Antrainsanmol
Ranitidhin Infus RL |
2 x ½ Amp2 x ½ oral
2 x 0.5 cc 20 gtt / menit |
4 | 7 Desember 2012 | Antrainsanmol
Ranitidhin Infus RL |
2 x ½ Amp2 x ½ oral
2 x 0.5 cc 20 gtt / menit |
No | Data | Etilogi | Masalah | ||
1 | DS:-keluarga pasien mengatakan badannya panas sudah 6 hari
DO: - Suhu tubuh 38C pada saat di palpasi panas |
Proses insfeksi | Peningkatan suhu tubuh | ||
2 | DS :-keluarga pasien mengatakan tidak suka minum.
DO : - pasien terlihat lemas |
Peningkatan suhu tubuh | Kurangnya cairan dan elektrolit | ||
3 | DS :- keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau makan dan mual
DO : - makan yang di berikan tidak habis |
Menurunya nafsu makan | Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan | ||
4 | DS :- keluarga pasien mengeluh pasien tidak bisa tidur
- keluarga pasien mengeluh pasien cemas DO : - pasien nampak gelisah |
cemas | Gangguan rasa nyaman | ||
- Peningkatan suhu tubuh
- Kurangnya cairan dan elekrolit/ dehidrasi
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
- Gangguan rasa nyaman
NO |
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Perencanaan
|
Evaluasi
|
|
Intervensi
|
Implementasi
|
||||
1. | Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh di tandai dengan : |
-keluarga pasien mengatakan badannya panas sudah 6 hari
DO:
- Suhu tubuh 38C pada saat di palpasi panas TU : Suhu tubuh kembali normal
TK : Menunjukkan tanda-tanda vital stabil- observasi TTV
- Anjurkan untuk kompres air hangat
- Anjurkan pasien banyak minum
- Anjurkan untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi- Mengobservasi TTV
- Mengajurkan untuk kompres air hangat
- Menganjurkan untuk banyak minum
- Menganjurkan untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
- Berkolaborasi dengan dokterS : Keluarga pasien mengatakan pasien masih panas
O : Suhu masih 38C
A : Masalah belum teratasi
P : Terapi lanjut
NO |
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Perencanaan
|
Evaluasi
|
|
Intervensi
|
Implementasi
|
||||
2. | Kurangnya cairan elektrolit/ dehidrasi di tandai dengan : |
-keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau minum.
-Keluarga pasien mengatakan BAB cair
DO:
- pasien nampak lemasTU : Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi.
TK :
-Menunjukkan tanda-tanda vital stabil
-Turgor kulit baik- Observasi TTV
- Anjurkan pasien banyak minum
- Ukur keluaran urine dengan akurat
- Berikan cairan infus
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi- Mengobservasi TTV
- Menganjurkan untuk banyak minum
- Mengatu tetesan infus
- Berkolaborasi dengan dokterS : Keluarga pasien mengatakan pasien masih lemas
O : pasien tampak lemas
A : Masalah belum teratasi
P : Terapi lanjut
NO |
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Perencanaan
|
Evaluasi
|
|
Intervensi
|
Implementasi
|
||||
3. | Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan di tandai dengan : |
-.Keluarga pasien mengeluh pasien tidak mau makan dan mual
- DO:
- Makanan yang di berikan tidak habis
- Pasien nampak lemasTU : Kebutuhan Nutrisi terpenuhi.
TK :
-Bebas dari Malnutrisi
-Nafsu makan meningkat
-Pasien tidak lemas- Observasi TTV
- Berikan makanan sesuai diit
- Berikan kebersiha oral
- Sediakan makanan dalam kondisi hangat.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi- Mengobservasi TTV
- Memberikan makanan sesuai diit
- Berkolaborasi dengan dokterS : Keluarga pasien mengatakan pasien masih belum mau makan
O : pasien nampak lemas
A : Masalah belum teratasi
P : Terapi lanjut
NO |
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Perencanaan
|
Evaluasi
|
|
Intervensi
|
Implementasi
|
||||
4. | Gangguan istirahat tidur di tandai dengan : |
-.Keluarga pasien mengeluh pasien tidak bisa tidur
- Keluarga pasien mengeluh pasien cemas
DO:
- pasien tampak gelisahTU : Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi.
TK :
-pasien bias tidur
-pasien tidak gelisah- Observasi TTV
- Atur posisi pasien sesuai kebutuhan
- Batasi pengunjung pada waktu istirahat
- Ciptakan suasana yang kondusif- Mengobservasi TTV
- Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan
- Membatasi pengunjung pada waktu istirahat
- Menciptakan suasana yang kondusif
S : Keluarga pasien mengatakan pasien masih lema belum bias tidur
O : pasien tampak gelisah
A : Masalah belum teratasi
P :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar