Minggu, 11 November 2018

ASUHAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT PENGETAHUAN PADA BUDAYA JAWA TIMUR


MAKALAH
Oleh
Kelompok 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016







BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Penduduk di Indonesia semakin bertambah jumlahnya dari tahun ke tahun. Bertambahnya jumlah penduduk memungkinkan untuk menimbulkan permasalahan baru dalam kesehatan. Pemerataan pendidikan di Indonesia relatif rendah, masih banyak masyarakat yang belum mendapat pendidikan secara layak. Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan berkeluarga karena mereka yang berpendidikan tinggi dapat mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan yang memiliki pendidikan rendah (Putri, 2011). Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek (Soediatama, 2002). Pengetahuan dapat mempengaruhi tingkah laku dan berhubungan dengan masalah kesehatan yang dapat memicu terjadinya gangguan kesehatan pada kelompok tertentu. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin mudah dalam menerima informasi (Notoadmodjo, 2007). Kurangnya pengetahuan di Indonesia, khususnya di pedesaan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan. Kebudayaan memberikan batasan-batasan seperti jenis makanan yang boleh dimakan dan cara pengolahan makanan. Masalah seperti itu juga terjadi di Jawa Timur. Kebudayaan dapat mempengaruhi status kesehatan masyarakat (Kurniawati, 2010).
Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya rencana untuk mengatasi permasalahan defisit pengetahuan tentang cara pengolahan makanan yang benar pada masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu perlu diberikan intervensi berupa pemberian informasi dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
1.2 Masalah
Bagaimana cara mengatasi masalah defisit pengetahuan tentang cara pengolahan makanan yang benar pada masyarakat Jawa Timur?


1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan tentang cara mengatasi masalah defisit pengetahuan tentang cara pengolahan makanan yang benar pada masyarakat Jawa Timur.
1.3.2 Tujuan Khusus
a.       Menjelaskan cara pengolahan makanan yang benar.
b.      Menjelaskan manfaat dari pengolahan makanan yang benar.
c.       Menjelaskan permasalahan yang dapat timbul dari pengolahan makanan yang kurang benar.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat untuk Pemerintah
Manfaat bagi pemerintah yaitu dapat menerapkan cara untuk mengatasi masalah defisit pengetauan sebagai upaya untuk meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat.
1.4.2 Manfaat untuk Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat yaitu dapat meningkatkan tingkat pengetahuan sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang lebih baik.
1.4.3 Manfaat untuk Penulis atau Mahasiswa
Manfaat bagi penulis yaitu menambah wawasan mengenai cara untuk mengatasi masalah defisit pengetahuan masyarakat sehingga penulis sebagai perawat dapat berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat, khususnya tentang kesehatan.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Defisit Pengetahuan
Pengertian dari defisit pengetahuan yaitu suatu keadaan dimana seseorang individu atau kelompok mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau keterampilan-keterampilan psikomotor berkenaan dengan kondisi atau rencana pengobatan (NANDA, 2008). Defisit pengetahuan juga berarti tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic spesifik (NANDA, 2010). Defisit pengetahuan di artikan sebagai ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu (NANDA, 2015).
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan defisit pengetahuan yaitu, keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi, kurang pajanan, kurang minat dalam belajar, kurang dapat mengingat dan tidak familier dengan sumber lain (NANDA, 2015). Faktor yang dapat menyebabkan adanya defisit pengetahuan antara lain gangguan fungsi kognitif, gangguan memori, kurang informasi, kurang minat untuk belajar, kurang sumber pengetahuan, dan salah pengertian terhadap orang lain (NANDA, 2015).
2.1.2. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
GAKI adalah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan unsur iodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama (Hetzel, 1993). Menurut WHO (2001), kekurangan iodium terjadi pada saat konsumsi iodium kurang dari yang direkomendasikan dan mengakibatkan kelenjar tiroid tidak mampu mensekresi hormon tiroid dalam jumlah yang cukup. Jumlah hormon tiroid yang rendah di dalam darah mengakibatkan kerusakan perkembangan otak dan beberapa efek yang bersifat merusak secara kumulatif. Keadaan ini sering disebut dengan nama Iodium Deficiency Disorder (IDD).
2.1.3 Dampak yang Ditimbulkan dari Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
Menurut WHO (2001), dampak yang ditimbulkan GAKY cukup luas, mulai pada janin sampai dewasa. Spektrum yang ditimbulkan akibat GAKY menurut WHO adalah sebagai berikut (Cahyo, 2014) :
Masa Terjadinya GAKY
Kemungkinan Dampak yang Terjadi
Janin
Abortus, lahir mati, cacat bawaan, kematian perinatal, kematian bayi, kretin neurologi (keterbelakangan mental, bisu, tuli, mata juling, lumpuh spastik pada kedua tangkai), kretin myxedematus (keterbelakangan mental, kerdil), hambatan psikomotor.
Neonatus
Gondok neonatus, hipotiroidisme neonatus, peningkatan kerentanan terhadap radiasi nuklir, penurunan IQ
Anak dan Remaja
Gondok, hypotirid (juvinil hipotiroidisme), gangguan remaja fungsi mental, pertumbuhan terhambat, peningkatan kerentanan terhadap nuklir.
Dewasa
Gondok dengan berbagai komplikasi, ipotiroidisme, gangguan         fungsi  mental, iodine inducedhipotiroidisme (IIH), peningkatan kerentanan terhadap nuklir. Pada tingkat ringan kekurangan yodium akan berakibat menurunnya produktifitas, libido, kesuburan dan immunitas. Fibrocystic dapat menyebabkan kanker kelenjar mamae
Semua Umur
Gondok, hypotiroidisme, fungsi mental yang terganggu, bertambahnya kerentanan terhadap  radiasi nuklir


2.2 Konsep Dasar Teori Sunrise Leininger
      Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan pada konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Berikut adalah tujuh faktor dalam teori sunrise Leininger:
2.2.1        Faktor teknologi (Technological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan serta pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
2.2.2        Faktor agama dan falsafah hidup (Religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan, dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
2.2.3        Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor seperti nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
2.2.4        Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Perawat perlu mengkaji posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantangkan dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, dan kebiasaan membersihkan diri.
2.2.5        Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji oleh perawat pada tahap ini adalah peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, dan cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
2.2.6        Faktor ekonomi (Economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat yaitu pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, dan penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
2.2.7        Faktor pendidikan (Educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Perawat perlu mengkaji hal seperti tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.


BAB 3. APLIKASI TEORI
3.1 Gambaran Kasus
            Disebuah Desa Sehat Selalu hiduplah kelurga kecil. Keluarga tersebut berjumlah empat anggota keluarga yang terdiri dari Nenek N. (60 tahun) Ny X (35 tahun), An. Z (12 tahun) dan An. W (10 tahun). An. Z (12 tahun) kini sedang duduk dibangku sekolah dasar kelas 6, sedangkan An. W (10 tahun) sedang duduk dibangku sekolah dasar kelas 4. Sang Nenek sehari-hari hanya berada dirumah dengan kegiatan memasak dan bersih-bersih rumah, sedangkan Ny X bekerja sebagai pembantu rumah tangga di seorang tetangganya. Keluarga Ny X mempunyai kebiasaan memasak sayur blendrang. Di Desa Sehat Selalu tersebut warga desanya sudah turun temurun memasak dan memakan sayur blendrang tersebut. Sayur blendrang ini merupakan sayur yang sering dipanasi berhari-hari hingga menimbulkan rasa gurih dan menjadi bubur. Setiap hari Nenek N sering sekali memasak sayur blendrang tersebut. Keluarga tersebut tidak mengetahui tentang dampak dari memasak sayur blendrang terlalu sering bisa menyebabkan Penyakit gondongan akibat kekurangan yodium. Hal tersebut bisa terjadi karena proses pengolahan makanan yang lama dan proses pemanasan berulang-ulang membuat manfaat yodium dalam garam hilang. An. Z mengeluh sakit pada bagian lehernya dan merasa lehernya mengalami bengkak disertai demam. An Z mengeluh sakit sudah beberapa hari namun keluhan dari An Z tersebut dianggap sebagai hal biasa. Gejala An Z bertambah disertai susah makan karena leher dan pipinya membengkak. Ny X sebagai ibu memeriksakan anaknya ke mantri terdekat dari rumahnya untuk mengetahui sakitnya tersebut. Dari beberapa keluhan diatas, keluarga tidak memahami atau kurangnya pengetahuan penyakit apa yang sedang terjadi pada An Z dan apa penyebab dari sakit dari An Z tersebut.
3.2  Pengkajian
3.2.1        Defisit Pengetahuan
a.       Faktor Teknologi (Technological Factors)
Perkembangan teknologi yang semakin canggih dapat membawa masyarakat ke kehidupan yang labih baik lagi. Namun beda halnya bagi orang yang tidak memanfaatkan teknologi dengan benar ataupun orang yang tidak mengenal teknologi memiliki fungsi yang berbeda dari yang diharapkan. Keluarga Ny. X merupakan keluarga yang masih Gaptek atau gagap teknologi sehingga tidak dapat mengakses teknologi tersebut. Hal ini juga mempengaruhi pada informasi yang di dapat oleh keluarga Ny. X kurang uptodate atau informasi yang terbaru. Dalam keluarga Ny. X hanya ada ibu dari Ny. X dan kedua anak dari Ny. X yang masih Sekolah Dasar. Ibu dari Ny. X berumur 60 tahun dan ibu tidak dapat menggunakan alat teknologi contohnya Hp begitupun dengan Ny. X yang masih gagap dalam menggunakan alat teknologi. Hal yang perlu dikaji:
1.      Teknologi apa yang digunakan
2.      Bagaimana cara penggunaan teknologi tersebut
b.      Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors)
Sosial yang sangat tinggi pada Desa Sejahtera yang sangat kuat dan keterikatan keluarganya juga erat mempengaruhi kebiasaan memakan makanan blendrang. informasi dari antar warga tentang rasa dari blendrang terus menerus dibicarakan sehingga semua warga juga menerapkan masakan yang diceritakan oleh warga yang lain. Dari hal ini makanan blendrang semakin banyak dikonsumsi oleh warga di desa Sejahtera tersebut tanpa memikirkan apakah makanan tersebut masih layak dikonsumsi atau tidak. Hal yang perlu dikaji:
1.      Bagaimana sosialisai keluarga dengan masyarakat
2.      Bagaimana kepercayaan antar tetangga
c.       Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)
Budaya yang masih kental dalam keluarga Ny. X mempengaruhi kebiasaan yang dilakukan oleh keluarga Ny. X . kebiasaan menghangatkan makanan secara terus-menerus yang dilakukan oleh Ny. X merupakan kebiasaan dari ibu nya yang juga sering memasak dengan cara demikian sehingga Ny. X menirunya. Kebiasaan-kebiasaan ini diturunkan dari keluarga ke keluarga yang lain dan menjadi suatu warisan resep makanan sehingga menjadi kebiasaan di daerah tersebut. Hal yang perlu dikaji:
1.      Bagaimana  kebiasaan keluarga
2.      Bagaimana penerapan budaya nenek moyang yang mengandung mitos
d.      Faktor ekonomi ( Economical Factors)
Keluarga Ny. X dalam perekonomian tergolong dalam menengah ke bawah, dan faktor ekonomi memicu untuk melakukan penghangatan makanan berkali-kali atau yang disebut dengan blendrang. Menurut kelurga makanan blendrang yang enak dan juga menghemat makanan dengan cara menghangat kembali makanan-makanan sebelumnya. Hal yang perlu dikaji:
1.      Siapa yang menafkahi.
2.      Berapa anggota keluarga dalam satu kepala keluarga.
3.      Berapa gaji yang didapat oleh keluarga.
e.       Faktor pendidikan(Educational Factor)
Salah satu warga yang sering memanaskan makanan terlalu sering atau yang disebut dengan blendrang merupakan keluarga dari Ny. X, yang mana pendidikan terakhir yang dietmpuh oleh Ny. X yaitu SD kelas IV. Dalam keluarga tersebut terdiri dari ibu dari Ny. X dan kedua orang anaknya sedangkan suami dari Ny. X sedang merantau di luar kota. Ibu dari Ny. X (Ny. N) buta huruf atau tidak dapat membaca sedangkan pendidikan dari anak Ny. X masih duduk di kelas VI dan IV SD. Dilihat dari pendidikan terakhir Ny. X dapat diketahui bahwa pada keluarga tersebut masih minim mengetahui informasi terkini dari berbagai media.
Pekerjaan dari Ny. X yaitu sebagai pembantu rumah tangga yang hanya bermodal praktek tanpa didasari ilmu dengan penghasilan tak menentu. Ny. X yang berperan sebagai kepala rumah tangga dalam keluarganya membuat Ny. X bekerja keras dan hanya terbantu oleh gaji suami yang tidak menentu kapan datangnya. Ny. X setiap harinya dari lagi hingga sore menjelang maghrib dan hanya libur hari minggu saja sehingga memiliki waktu dengan keluarga hanya sehari dalam seminggu. Ibu dari Ny. X hanya mengurus rumah dan memasak untuk Ny. X dan kedua cucunya, Ny. N yang tidak mengikuti perkembangan zaman begitupun dengan Ny. X hanya melakukan kegiatan sehari-hari dengan kebiasaan yang dilakukan oleh Ny. N disaat dahulu. Keputusan yang diambil dalam keluarga Ny. X adalah Ny. N Sehingga Ny. X tidak dapat mengambil keputusan sendiri tanpa adanya persetujuan dari Ny. N. Sehingga peraturan dan kebiasaan yang dilakukan oleh Ny. N menurun pada kebiasaan Ny. X dan juga kedua cucunya. Dalam artian, pada keluarga Ny. X pendidikan sangat mempengaruhi kebiasaan yang dilakukannya hal ini berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gaya hidup yang benar dan sehat dan juga tidak dapat mengakses media informasi sehingga menimbulkan keminimalan pengetahuannya tentang dunia luar. Hal yang perlu dikaji:
1.      Pendidikan terakhir dalam keluarga
2.      Anggota yang berperan dalam mengambil keputusan
3.3  Diagnosa Keperawatan
3.3.1        Defisit pengetahuan keluarga b.d ketidaktahuan keluarga dalam proses pengolahan makanan.
3.3.2        Ketidakpatuhan pengobatan b.d budaya keluarga yang dianut
3.4   Rencana Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan
1.
Defisit pengetahuan keluarga b.d ketidaktahuan keluarga dalam proses pengolahan makanan
Knowledge : disease process
Knowledge : Health behavior
Setelah dilakukan pendekatan keperawatan selama 2x24 jam masalah defisit pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria hasil adalah :
1.      Keluarga menyatakan pemahaman tentang efek dari proses pengolahan makanan
2.      Keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
1.      Cultural care perservation atau maintenance
a.       Beri dukungan keluarga mengenai pengetahuan keluarga tentang efek dari proses pengolahan makanan.
b.      Identifikasi sejauh mana pengetahuan keluarga tentang efek dari proses pengolahan makanan
c.       Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan keluarga
d.      Diskusikan kesenjangan budaya yang dianut keluarga dan perawat
2.      Cultural care accomodation atau negosiation
a.       Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh keluarga saat melakukan pendekatan keperawatan
b.      Libatkan semua anggota keluarga dalam perencanaan perawatan terkait dengan pemahaman tentang proses pengolahan makanan
c.       Lakukan negoisasi dengan keluarga mengenai tata cara proses pengolahan yang benar
d.      Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negoisasi di mana kesepakatan berdasarkan pengetahuan, pandangan keluarga dan standar etik.
3.      Cultural care repartnering atau recontruction
a.       Beri kesempatan pada keluarga untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya
b.      Tentukan tingkat perbedaan keluarga dari budaya kelompok
c.       Terjemahkan terminologi gejala keluarga ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh keluarga
2.
Ketidakpatuhan pengobatan b.d budaya keluarga yang dianut
Setelah dilakukan pendekatan keperawatan selama 2x24 jam masalah ketidakpatuhan pengobatan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1.      Keluarga melaporkan penggunaan strategi untuk menghilangkan perilaku tidak sehat dan memaksimalkan kesehatan
2.      Keluarga mampu menggunakan layanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
3.      Keluarga menunjukkan kepatuhan pada pengobatan dan program penanganan
1.      Cultural care perservation atau maintenance
a.       Beri dukungan keluarga mengenai pengobatan untuk menangani masalah kekurangan yodium
b.      Beri instruksi tertulis tentang manfaat pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan keluarga
c.       Identifikasi sejauh mana pengetahuan keluarga tentang pengobatan untuk menangani masalah kekurangan yodium
d.      Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan keluarga
e.       Diskusikan kesenjangan budaya yang dianut keluarga dan perawat
2.      Cultural care accomodation atau negosiation
a.       Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh keluarga saat melakukan pendekatan keperawatan
b.      Libatkan semua anggota keluarga dalam perencanaan perawatan terkait pengobatan masalah kekuranagn yodium
c.       Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negoisasi di mana kesepakatan berdasarkan pengetahuan, pandangan keluarga dan standar etik.
3.      Cultural care repartnering atau recontruction
a.       Beri kesempatan pada keluarga untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya
b.      Tentukan tingkat perbedaan keluarga dari budaya kelompok


3.5   Implementasi Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
1.
Defisit pengetahuan keluarga b.d ketidaktahuan keluarga dalam proses pengolahan makanan
1.      Cultural care perservation atau maintenance
a.       Keluarga paham mengenai efek samping dari proses pengolahan makanan yang tidak benar
b.      Tidak ada kesenjangan antara perawat dan keluarga
2.      Cultural care accomodation atau negosiation
a.       Perawat dan keluarga sama-sama paham akan bahasa yang digunakan saat melakukan pendekatan keperawatan
b.      Semua keluarga turut hadir dalam melakukan intervensi keperawatan
c.       Keluarga sudah sedikit mau untuk sedikit merubah tata cara mengolah makanan dengan benar
3.      Cultural care repartnering atau reconstruction
a.       Keluarga paham mengenai informasi tentang tata cara mengolah makanan yang benar
b.      Keluarga paham tentang tanda dan gejala mengenai penyakit gondongan karena proses pengolahan makanan yang salah
2.
Ketidakpatuhan pengobatan b.d budaya keluarga yang dianut
1.      Cultural care perservation atau maintenance
a.       Keluarga sedikit paham mengenai manfaat pelayanan kesehatan
b.      Keluarga sudah mengerti tentang pengobatan untuk menangani masalah kekurangan yodium
c.       Perawa dan keluarga dapat menoleransi budaya masing-masing
2.      Cultural care accomodation atau negosiation
a.       Perawat dan keluarga sama-sama paham akan bahasa yang digunakan saat melakukan pendekatan keperawatan
b.      Semua keluarga turut hadir dalam melakukan intervensi keperawatan
c.       Konflik anatara keluarga dan perawat terselesaikan, walaupun membutuhkan waktu yang lumayan lama
3.      Cultural care repartnering atau reconstruction
a.       Keluarga paham akan informasi tentang tata cara pengolahan makanan yang benar
b.      Keluarga sudah mau dan mampu melakukan proses pengolahan makanan secara benar


3.6   Evaluasi
No.
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
1.
Defisit pengetahuan keluarga b.d ketidaktahuan keluarga dalam proses pengolahan makanan
S : Keluarga mengatakan paham tentang efek dari proses pengolahan makanan
O : Keluarga mampu menytakan tata cara proses pengolahan makanan dengan benar
A : masalah defisit pengetahuan teratasi
P : terminasi intervensi
2.
Ketidakpatuhan pengobatan b.d budaya keluarga yang dianut
S : Keluarga mengatakan sudah mengikuti program intervensi pemerintah
O : Keluarga tampak patuh dalam mengikuti program intervensi pemerintah
A : masalah ketidakpatuhan pengobatan teratasi
P : terminasi intervensi


BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
4.1.1        Identitas Umum Keluarga
  1. Identitas Kepala Keluarga
Nama                           : Ny X
Umur                           : 35 Tahun
Agama                         : Islam
Suku                            : Jawa
Pendidikan                  : SMP
Pekerjaan                     : Pembantu rumah tangga
Alamat                        : Desa sehat selalu RT 01/ RW 01 Jawa Timur
No Telp                       : -
  1. Komposisi Keluarga
No
Nama
L/P
Usia
Hub Klg
Pendidikan
Pekerjaan
Status Kesehatan
1.
Ny N
P
60 Tahun
Nenek
SD
Di Rumah mengurus rumah dan cucu
Sehat
2.
An Z
P
12 Tahun
Anak pertama
SD kelas 6
Pelajar
Sakit
3.
An W
P
10 Tahun
Anak kedua
SD kelas 4
Pelajar
Sehat
4.1.2    Pengkajian berdasarkan data di Role play
Berdasarkan role play yang telah ditampilkan, Setelah dilakukan pengkajian data yang muncul adalah “Keluarga mengatakan bahwa keluarga tidak mengetahui bagaimana cara memasak yang benar”. Kurangnya pengetahuan dari keluarga Ny X mengenai cara pengolahan makanan atau cara memasak makanan yang benar agar tidak mempengaruhi status kesehatan. Keluarga Ny X menganggap bahwa dengan cara pengolahan masakan sayur blendrang secara berkali-kali makanan tersebut semakin menjadi enak dan gurih, namun secara kenyataan keluarga Ny X tidak faham akan dampak buruk jika pengolahan makanan secara berulang-ulang tersebut tidak baik bagi kesehatan. Makanan sayur blendrang yang dimasak berkali-kali akan menyebabkan kandungan yodium pada garam akan berkurang yang akan menyebabkan penyakit gondongan. Akibat dari sering memakan masakan dengan pengolahan yang berkali-kali seperti sayur blendrang, anak dari Ny X mengalami sakit gondongan. Anak Z mengalami sakit gondongan dengan keluhan bengkak pada leher hingga pipi, badan demam, serta jika makan terasa sakit akibat dari pembengkakan pada leher dan pipinya tersebut. Ny X mengetahui bahwa anaknya sakit gondongan ketika Ny X membawa anknya untuk pergi berobat ke mantra yang terdekat dari rumahnya.
.
4.2 Diagnosa
Pengetahuan merupakan hasil dari pengindaraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan di mana pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan. Dengan adanya pendidikan yang tinggi diharapkan seseorang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Dengan pengetahuan seseorang dapat memilih atau mengambil keputusan mana yang baik dan mana yang tidak. Dalam pengambil keputusan tidak hanya dengan bermodal dengan perasaan atau feeling saja namun juga sangat dibutuhkan rasional dari keputusan tersebut. Sehingga dibutuhkan sebuah pengetahuan atau ilmu yang dapat merasionalkan dari keputusan tersebut.
Ditinjau dari keluarga Ny. X bahwasanya pendidikan terakhir dari kepala keluarga yaitu kelas IV SD yang mana pengambil keputusan yang paling dominan pada keluarga Ny. X yaitu ibu dari Ny. X yaitu Ny. N. Ny. N yang buta aksara karena tidak pernah sekolah dalam mengambil keputusan hanya berdasarkan dengan feeling atau kepercayaan saja. Hal ini dapat mempengaruhi bagaimana kelanjutan jalan hidup yang akan dilakukan oleh keluarga Ny. X. Pemegang kekuasaan penuh dalam Ny. X yaitu Ny. N selaku ibu dari Ny. N yang mana Ny. N ini mengendalikan peraturan di dalam rumah tangga Ny. X baik dari pengambilan keputusan hingga urusan rumah tangga yaitu memasak dan mengasuh cucunya. Dalam hal memasak Ny. N meneruskan kebiasaan dari orang tua terdahulu dan menerapkan dan dihidangkan pada anak dan cucunya. Dalam proses pengolohan makanan tersebut hanya mengira-ngira dan hanya mengikuti proses yang dilakukan oleh orang terdahulu.
Masakan Ny. N yang sudah matang sering dipanaskan kembali hingga berhari-hari sampai menjadi bubur dan warna yang berubah menjadi kecoklatan. Makanan tersebut biasa dikenal dengan blendrang. Makanan ini menurut keluarga Ny. X enak gurih, dan bumbunya yang semakin meresap akan memberikan nikmat tersendiri jika mengkonsumsi makanan tersebut. Anggapan dari keluarga Ny. X menjadikan makanan tersebut kebiasaan dalam keluarganya.
Kebiasaan memakan makanan yang sering dipanaskan berkali-kali yang dikonsumsi oleh keluarga Ny. X tersebut diakibatkan karena kurangnya  informasi atau pengetahuan tentang bahaya dari makanan tersebut. Akibat dari kebiasaan mengkonsumsi makanan yang sering dipanaskan salah satu keluarga Ny. X dan hampir semua anggota keluarga mengalami penyakit Gangguan Akibat Kekurangan Yodium atau hanya gejala dari penyakit tersebut. Oleh karena itu pengetahuan merupakan hal yang terpenting dalam hidup agar apa yang dipilih atau diputuskan merupakan pilihan yang terbaik sehingga meminimalkan penyesalan dan kerugian yang akan terjadi kedepannya. kebiasaan dari keluarga Ny. X dilakukan karena kurangnya informasi yang didapat maupun diterima sehingga pada makalah ini mengangkat diagnosa Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga dalam proses pengolahan makanan.
4.3 Intervensi
No.
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Rasional
1.
Defisit pengetahuan keluarga b.d ketidaktahuan keluarga dalam proses pengolahan makanan
1.      Cultural care perservation atau maintenance
a.       Beri dukungan keluarga mengenai pengetahuan keluarga tentang efek dari proses pengolahan makanan.
b.      Identifikasi sejauh mana pengetahuan keluarga tentang efek dari proses pengolahan makanan
c.       Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan keluarga
d.      Diskusikan kesenjangan budaya yang dianut keluarga dan perawat
2.      Cultural care accomodation atau negosiation
a.       Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh keluarga saat melakukan pendekatan keperawatan
b.      Libatkan semua anggota keluarga dalam perencanaan perawatan terkait dengan pemahaman tentang proses pengolahan makanan
c.       Lakukan negoisasi dengan keluarga mengenai tata cara proses pengolahan yang benar
d.      Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negoisasi di mana kesepakatan berdasarkan pengetahuan, pandangan keluarga dan standar etik.
1.      Cultural care perservation atau maintenance
  1. Jika keluarga tidak diberi berupa dorongan dukungan dan minta maka keluarga akan kurang dalam pengetahuan
  2. Supaya kita tahu apa yang harus dibahas saat melakukan intervensi
  3. Merupakan etika yang baik dalam menghadapi klien yang bersal dari berbagai daerah
  4. Supaya masing-masing perawat dan pasien paham akan masing-masing budaya yang dianut
2.      Cultural care accomodation atau negosiation
a.       Supaya yang diinformasikan dapat diterima dan dipahami dengan baik
b.      Supaya tidak terjadi miss persepsi antar anggota keluarga
c.       Supaya kelurga dapat melakukan proses pengolahan makanan secara benar
d.      Supaya tidak terjadi perdebatan selama intervensi
4.4 Implementasi
No.
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Respon
1.
Defisit pengetahuan keluarga b.d ketidaktahuan keluarga dalam proses pengolahan makanan
1.      Cultural care perservation atau maintenance
a.       Keluarga paham mengenai efek samping dari proses pengolahan makanan yang tidak benar
b.      Tidak ada kesenjangan antara perawat dan keluarga
2.      Cultural care accomodation atau negosiation
a.       Perawat dan keluarga sama-sama paham akan bahasa yang digunakan saat melakukan pendekatan keperawatan
b.      Semua keluarga turut hadir dalam melakukan intervensi keperawatan
c.       Keluarga sudah sedikit mau untuk sedikit merubah tata cara mengolah makanan dengan benar
1.      Cultural care perservation atau maintenance
  1. Saat melakukan pemberian informasi keluarga sangat memperhatikan, terus bertanya maka keluarga sudah paham mengenai efek samping dari proses pengolahan makanan yang tidak benar
  2. Perawat dan keluarga dengan nyaman dan tenang dalam melakukan intervensi
2.      Cultural care accomodation atau negosiation
  1. Bahasa yang digunakan dalam berinteraksi menggunakan bahasa jawa dan bahasa indonesia yang sama-sama dimengerti oeh keluarga dan perawat
  2. Semua keluarga berespon baik dalam pelaksanaan intervensi, maka tidak ada resiko miss persepsi antar anggota kelompok
  3. Keluarga sudah dapat merubah cara proses pengolahan makanan dengan baik dan benar, agar kandungan gizi yang ada di makanan dapat terserap dengan baik
4.5 Evaluasi


BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Defisit pengetahuan adalah suatu keadaan seorang individu atau kelompok yang mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau keterampilan psikomotor berkenaan dengan suatu kondisi. Permasalahan defisit pengetahuan dapat diatasi dengan menggunakan cara pemberian informasi dan pendidikan kesehatran kepada masyarakat. Salah satu permasalahan yang muncul pada masyarakat Jawa Timur yaitu kurang memahami cara mengolah makanan yang baik. Pengolahan makanan yang kurang baik dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi kesehatan. Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara mengolah masakan yang benar yaitu dengan cara menjelaskan dan mendemonstrasikan cara memasak yang benar. Seperti halnya cara memasukkan garam yodium setelah masakan hampir matang. Permasalahan yang dapat muncul dari pengolahan makanan yang kurang benar salah satunya yaitu dapat menimbulkan GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium). Penyakit GAKY sering disebut juga dengan gondongan.
5.2 Saran
a.       Sebagai seorang perawat seharusnya perawat dapat memahami budaya di setiap daerah sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan mudah.
b.      Perawat perlu meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam memodifikasi cara untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat, sehingga masyarakat memiliki pengetahuan yang baik khususnya dalam bidang kesehatan.
c.       Perawat perlu melibatkan keluarga dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga.


DAFTAR PUSTAKA
Andrew. M & Boyle. J. S. 1995. Trancultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed. Philadelphia: JB Lippincot Company.
Efendi Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Hetzel BS. 1996. S.O.S. for a billion – The nature and magnitude of the iodine deficiency disorders. Beverly Hills: SAGE.
Kurniawati, Erni. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Baledono, Kecamatan Purwokerto, Kabupaten Purwokerto.
Leininger. M & McFarland. M. R. 2002. Trancultural Nursing: Concepts, Theories, Research and Practice, 3rd Ed. USA: Mc-Graw Hill Companies.
Melo, Lucas P de. 2013. The Sunrise Model: a Contributing to the Teaching of Nursing Consultation in Collective Health. American Journal of Nursing Research. 1 (1): 20-23.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2007..Ilmu Kesehatan Masyaraka. Jakarta:Rineka Cipta
Putri, Puri Kusuma Dwi. 2011. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengeyahuan, Sikap dan Terpaan Iklan Layanan Masyarakat KB Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di TV Terhadap Perilaku KB pada Wanita atau Pria Usia Subur.
Soediatama, Achmad Djaeni. 2002. Ilmu Gizi. Jakarta:Dian Rakyat
WHO, 2001. Assesment of Iodine Deficiency Disorders and Monitoring their Elimination. WHO A guide for programme managers Second edition.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar