MAKALAH
Oleh
Kelompok 1
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2016
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Penduduk di Indonesia semakin bertambah jumlahnya dari
tahun ke tahun. Bertambahnya jumlah penduduk memungkinkan untuk menimbulkan
permasalahan baru dalam kesehatan. Pemerataan pendidikan di Indonesia relatif
rendah, masih banyak masyarakat yang belum mendapat pendidikan secara layak.
Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan berkeluarga karena mereka
yang berpendidikan tinggi dapat mempunyai pengetahuan yang lebih luas
dibandingkan dengan yang memiliki pendidikan rendah (Putri, 2011). Pengetahuan adalah
hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek
(Soediatama, 2002). Pengetahuan dapat mempengaruhi tingkah laku dan berhubungan
dengan masalah kesehatan yang dapat memicu terjadinya gangguan kesehatan pada
kelompok tertentu. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin
mudah dalam menerima informasi (Notoadmodjo, 2007). Kurangnya pengetahuan di
Indonesia, khususnya di pedesaan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi
dan kebudayaan. Kebudayaan memberikan batasan-batasan seperti jenis makanan
yang boleh dimakan dan cara pengolahan makanan. Masalah seperti itu juga
terjadi di Jawa Timur. Kebudayaan dapat mempengaruhi status kesehatan
masyarakat (Kurniawati, 2010).
Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya
rencana untuk mengatasi permasalahan defisit pengetahuan tentang cara
pengolahan makanan yang benar pada masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu
perlu diberikan intervensi berupa pemberian informasi dan pendidikan kesehatan
kepada masyarakat.
1.2
Masalah
Bagaimana cara mengatasi
masalah defisit pengetahuan tentang cara pengolahan makanan yang benar pada
masyarakat Jawa Timur?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Menjelaskan tentang cara
mengatasi masalah defisit pengetahuan tentang cara pengolahan makanan yang
benar pada masyarakat Jawa Timur.
1.3.2
Tujuan Khusus
a.
Menjelaskan
cara pengolahan makanan yang benar.
b.
Menjelaskan
manfaat dari pengolahan makanan yang benar.
c.
Menjelaskan
permasalahan yang dapat timbul dari pengolahan makanan yang kurang benar.
1.4
Manfaat
1.4.1
Manfaat untuk Pemerintah
Manfaat bagi pemerintah
yaitu dapat menerapkan cara untuk mengatasi masalah defisit pengetauan sebagai
upaya untuk meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat.
1.4.2
Manfaat untuk Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat yaitu
dapat meningkatkan tingkat pengetahuan sehingga dapat mencapai derajat
kesehatan yang lebih baik.
1.4.3
Manfaat untuk Penulis atau Mahasiswa
Manfaat bagi
penulis yaitu menambah wawasan mengenai cara untuk mengatasi masalah defisit
pengetahuan masyarakat sehingga penulis sebagai perawat dapat berkontribusi
dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat, khususnya tentang kesehatan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
2.1.1
Defisit Pengetahuan
Pengertian dari defisit pengetahuan yaitu suatu
keadaan dimana seseorang individu atau kelompok mengalami defisiensi
pengetahuan kognitif atau keterampilan-keterampilan psikomotor berkenaan dengan
kondisi atau rencana pengobatan (NANDA, 2008). Defisit pengetahuan juga berarti
tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic spesifik
(NANDA, 2010). Defisit pengetahuan di artikan sebagai ketiadaan atau defisiensi
informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu (NANDA, 2015).
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan defisit
pengetahuan yaitu, keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi, kurang
pajanan, kurang minat dalam belajar, kurang dapat mengingat dan tidak familier
dengan sumber lain (NANDA, 2015). Faktor yang dapat menyebabkan adanya defisit
pengetahuan antara lain gangguan fungsi kognitif, gangguan memori, kurang
informasi, kurang minat untuk belajar, kurang sumber pengetahuan, dan salah
pengertian terhadap orang lain (NANDA, 2015).
2.1.2.
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
GAKI adalah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan
unsur iodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama (Hetzel,
1993). Menurut WHO (2001), kekurangan iodium
terjadi pada saat konsumsi iodium kurang dari yang direkomendasikan dan
mengakibatkan kelenjar tiroid tidak mampu mensekresi hormon tiroid dalam jumlah
yang cukup. Jumlah hormon tiroid yang rendah di dalam darah mengakibatkan
kerusakan perkembangan otak dan beberapa efek yang bersifat merusak secara
kumulatif. Keadaan ini sering disebut dengan nama Iodium Deficiency Disorder (IDD).
2.1.3 Dampak yang Ditimbulkan dari Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium
Menurut WHO (2001),
dampak yang ditimbulkan GAKY cukup luas, mulai pada janin sampai dewasa.
Spektrum yang ditimbulkan akibat GAKY menurut WHO adalah sebagai berikut
(Cahyo, 2014) :
Masa
Terjadinya GAKY
|
Kemungkinan
Dampak yang Terjadi
|
Janin
|
Abortus,
lahir mati, cacat bawaan, kematian perinatal, kematian bayi, kretin neurologi
(keterbelakangan mental, bisu, tuli, mata juling, lumpuh spastik pada kedua
tangkai), kretin myxedematus (keterbelakangan mental, kerdil), hambatan
psikomotor.
|
Neonatus
|
Gondok
neonatus, hipotiroidisme neonatus, peningkatan kerentanan terhadap radiasi
nuklir, penurunan IQ
|
Anak
dan Remaja
|
Gondok, hypotirid (juvinil hipotiroidisme), gangguan
remaja fungsi mental, pertumbuhan terhambat, peningkatan kerentanan terhadap nuklir.
|
Dewasa
|
Gondok
dengan berbagai komplikasi, ipotiroidisme, gangguan fungsi mental,
iodine inducedhipotiroidisme (IIH), peningkatan kerentanan terhadap nuklir.
Pada tingkat ringan kekurangan yodium akan berakibat menurunnya
produktifitas, libido, kesuburan dan immunitas. Fibrocystic dapat menyebabkan
kanker kelenjar mamae
|
Semua
Umur
|
Gondok,
hypotiroidisme, fungsi mental yang terganggu, bertambahnya kerentanan
terhadap radiasi nuklir
|
2.2 Konsep Dasar Teori Sunrise Leininger
Model
konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan pada konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Berikut adalah tujuh
faktor dalam teori sunrise Leininger:
2.2.1
Faktor teknologi (Technological factors)
Teknologi
kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji:
persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan,
alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif
dan persepsi klien tentang penggunaan serta pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
2.2.2
Faktor agama dan falsafah
hidup (Religious and philosophical
factors)
Agama
adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan
kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama
yang harus dikaji oleh perawat adalah agama yang dianut, status pernikahan,
cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan, dan kebiasaan
agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
2.2.3
Faktor sosial dan keterikatan
keluarga (Kinship and social factors)
Perawat
pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor seperti nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.
2.2.4
Nilai-nilai budaya dan
gaya hidup (Cultural value and life ways)
Nilai-nilai
budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang
dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai
sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Perawat perlu mengkaji
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantangkan dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, dan kebiasaan membersihkan diri.
2.2.5
Faktor kebijakan dan
peraturan yang berlaku (Political and
legal factors)
Kebijakan
dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle,
1995). Yang perlu dikaji oleh perawat pada tahap ini adalah peraturan dan
kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang
boleh menunggu, dan cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
2.2.6
Faktor ekonomi (Economical factors)
Klien
yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji
oleh perawat yaitu pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang
dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, dan
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
2.2.7
Faktor pendidikan (Educational factors)
Latar
belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Perawat perlu mengkaji hal seperti tingkat pendidikan
klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
BAB 3. APLIKASI TEORI
3.1 Gambaran Kasus
Disebuah Desa Sehat Selalu hiduplah kelurga kecil. Keluarga
tersebut berjumlah empat anggota keluarga yang terdiri dari Nenek N. (60 tahun)
Ny X (35 tahun), An. Z (12 tahun) dan An. W (10 tahun). An. Z (12 tahun) kini
sedang duduk dibangku sekolah dasar kelas 6, sedangkan An. W (10 tahun) sedang
duduk dibangku sekolah dasar kelas 4. Sang Nenek sehari-hari hanya berada
dirumah dengan kegiatan memasak dan bersih-bersih rumah, sedangkan Ny X bekerja
sebagai pembantu rumah tangga di seorang tetangganya. Keluarga Ny X mempunyai
kebiasaan memasak sayur blendrang. Di Desa Sehat Selalu tersebut warga desanya
sudah turun temurun memasak dan memakan sayur blendrang tersebut. Sayur
blendrang ini merupakan sayur yang sering dipanasi berhari-hari hingga
menimbulkan rasa gurih dan menjadi bubur. Setiap hari Nenek N sering sekali
memasak sayur blendrang tersebut. Keluarga tersebut tidak mengetahui tentang
dampak dari memasak sayur blendrang terlalu sering bisa menyebabkan Penyakit
gondongan akibat kekurangan yodium. Hal tersebut bisa terjadi karena proses
pengolahan makanan yang lama dan proses pemanasan berulang-ulang membuat
manfaat yodium dalam garam hilang. An. Z mengeluh sakit pada bagian lehernya
dan merasa lehernya mengalami bengkak disertai demam. An Z mengeluh sakit sudah
beberapa hari namun keluhan dari An Z tersebut dianggap sebagai hal biasa. Gejala
An Z bertambah disertai susah makan karena leher dan pipinya membengkak. Ny X
sebagai ibu memeriksakan anaknya ke mantri terdekat dari rumahnya untuk
mengetahui sakitnya tersebut. Dari beberapa keluhan diatas, keluarga tidak
memahami atau kurangnya pengetahuan penyakit apa yang sedang terjadi pada An Z
dan apa penyebab dari sakit dari An Z tersebut.
3.2 Pengkajian
3.2.1
Defisit
Pengetahuan
a.
Faktor
Teknologi (Technological Factors)
Perkembangan teknologi yang semakin canggih dapat membawa
masyarakat ke kehidupan yang labih baik lagi. Namun beda halnya bagi orang yang
tidak memanfaatkan teknologi dengan benar ataupun orang yang tidak mengenal
teknologi memiliki fungsi yang berbeda dari yang diharapkan. Keluarga Ny. X
merupakan keluarga yang masih Gaptek atau gagap teknologi sehingga tidak dapat
mengakses teknologi tersebut. Hal ini juga mempengaruhi pada informasi yang di
dapat oleh keluarga Ny. X kurang uptodate atau informasi yang terbaru. Dalam
keluarga Ny. X hanya ada ibu dari Ny. X dan kedua anak dari Ny. X yang masih
Sekolah Dasar. Ibu dari Ny. X berumur 60 tahun dan ibu tidak dapat menggunakan
alat teknologi contohnya Hp begitupun dengan Ny. X yang masih gagap dalam
menggunakan alat teknologi. Hal yang perlu dikaji:
1. Teknologi apa yang digunakan
2. Bagaimana cara penggunaan teknologi tersebut
b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors)
Sosial yang sangat
tinggi pada Desa Sejahtera yang sangat kuat dan keterikatan keluarganya juga
erat mempengaruhi kebiasaan memakan makanan blendrang. informasi dari antar
warga tentang rasa dari blendrang terus menerus dibicarakan sehingga semua
warga juga menerapkan masakan yang diceritakan oleh warga yang lain. Dari hal
ini makanan blendrang semakin banyak dikonsumsi oleh warga di desa Sejahtera
tersebut tanpa memikirkan apakah makanan tersebut masih layak dikonsumsi atau
tidak. Hal yang perlu dikaji:
1. Bagaimana
sosialisai keluarga dengan masyarakat
2. Bagaimana
kepercayaan antar tetangga
c. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)
Budaya yang masih kental dalam
keluarga Ny. X mempengaruhi kebiasaan yang dilakukan oleh keluarga Ny. X .
kebiasaan menghangatkan makanan secara terus-menerus yang dilakukan oleh Ny. X
merupakan kebiasaan dari ibu nya yang juga sering memasak dengan cara demikian
sehingga Ny. X menirunya. Kebiasaan-kebiasaan ini diturunkan dari keluarga ke
keluarga yang lain dan menjadi suatu warisan resep makanan sehingga menjadi
kebiasaan di daerah tersebut. Hal yang
perlu dikaji:
1. Bagaimana kebiasaan keluarga
2. Bagaimana
penerapan budaya nenek moyang yang mengandung mitos
d. Faktor ekonomi ( Economical
Factors)
Keluarga Ny. X
dalam perekonomian tergolong dalam menengah ke bawah, dan faktor ekonomi memicu
untuk melakukan penghangatan makanan berkali-kali atau yang disebut dengan
blendrang. Menurut kelurga makanan blendrang yang enak dan juga menghemat
makanan dengan cara menghangat kembali makanan-makanan sebelumnya. Hal yang perlu dikaji:
1. Siapa yang menafkahi.
2. Berapa anggota keluarga dalam satu kepala keluarga.
3. Berapa gaji yang didapat oleh keluarga.
e. Faktor pendidikan(Educational
Factor)
Salah satu warga yang sering memanaskan makanan terlalu
sering atau yang disebut dengan blendrang merupakan keluarga dari Ny. X, yang
mana pendidikan terakhir yang dietmpuh oleh Ny. X yaitu SD kelas IV. Dalam
keluarga tersebut terdiri dari ibu dari Ny. X dan kedua orang anaknya sedangkan
suami dari Ny. X sedang merantau di luar kota. Ibu dari Ny. X (Ny. N) buta
huruf atau tidak dapat membaca sedangkan pendidikan dari anak Ny. X masih duduk
di kelas VI dan IV SD. Dilihat dari pendidikan terakhir Ny. X dapat diketahui
bahwa pada keluarga tersebut masih minim mengetahui informasi terkini dari
berbagai media.
Pekerjaan dari Ny. X yaitu sebagai pembantu rumah tangga
yang hanya bermodal praktek tanpa didasari ilmu dengan penghasilan tak menentu.
Ny. X yang berperan sebagai kepala rumah tangga dalam keluarganya membuat Ny. X
bekerja keras dan hanya terbantu oleh gaji suami yang tidak menentu kapan
datangnya. Ny. X setiap harinya dari lagi hingga sore menjelang maghrib dan
hanya libur hari minggu saja sehingga memiliki waktu dengan keluarga hanya
sehari dalam seminggu. Ibu dari Ny. X hanya mengurus rumah dan memasak untuk
Ny. X dan kedua cucunya, Ny. N yang tidak mengikuti perkembangan zaman
begitupun dengan Ny. X hanya melakukan kegiatan sehari-hari dengan kebiasaan
yang dilakukan oleh Ny. N disaat dahulu. Keputusan yang diambil dalam keluarga
Ny. X adalah Ny. N Sehingga Ny. X tidak dapat mengambil keputusan sendiri tanpa
adanya persetujuan dari Ny. N. Sehingga peraturan dan kebiasaan yang dilakukan
oleh Ny. N menurun pada kebiasaan Ny. X dan juga kedua cucunya. Dalam artian,
pada keluarga Ny. X pendidikan sangat mempengaruhi kebiasaan yang dilakukannya
hal ini berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gaya hidup yang benar dan
sehat dan juga tidak dapat mengakses media informasi sehingga menimbulkan
keminimalan pengetahuannya tentang dunia luar. Hal yang perlu dikaji:
1. Pendidikan
terakhir dalam keluarga
2. Anggota
yang berperan dalam mengambil keputusan
3.3
Diagnosa
Keperawatan
3.3.1
Defisit pengetahuan
keluarga b.d ketidaktahuan keluarga dalam proses pengolahan makanan.
3.3.2
Ketidakpatuhan pengobatan
b.d budaya keluarga yang dianut
3.4
Rencana
Keperawatan
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi Keperawatan
|
1.
|
Defisit pengetahuan
keluarga b.d ketidaktahuan keluarga dalam proses pengolahan makanan
|
Knowledge : disease
process
Knowledge : Health
behavior
Setelah dilakukan
pendekatan keperawatan selama 2x24 jam masalah defisit pengetahuan dapat
teratasi dengan kriteria hasil adalah :
1. Keluarga
menyatakan pemahaman tentang efek dari proses pengolahan makanan
2. Keluarga
mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
|
1.
Cultural
care perservation atau maintenance
a. Beri
dukungan keluarga mengenai pengetahuan keluarga tentang efek dari proses
pengolahan makanan.
b. Identifikasi
sejauh mana pengetahuan keluarga tentang efek dari proses pengolahan makanan
c. Bersikap
tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan keluarga
d. Diskusikan
kesenjangan budaya yang dianut keluarga dan perawat
2.
Cultural
care accomodation atau negosiation
a. Gunakan
bahasa yang mudah dipahami oleh keluarga saat melakukan pendekatan
keperawatan
b. Libatkan
semua anggota keluarga dalam perencanaan perawatan terkait dengan pemahaman
tentang proses pengolahan makanan
c. Lakukan
negoisasi dengan keluarga mengenai tata cara proses pengolahan yang benar
d. Apabila
konflik tidak terselesaikan, lakukan negoisasi di mana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan, pandangan keluarga dan standar etik.
3.
Cultural
care repartnering atau recontruction
a. Beri
kesempatan pada keluarga untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
b. Tentukan
tingkat perbedaan keluarga dari budaya kelompok
c. Terjemahkan
terminologi gejala keluarga ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami
oleh keluarga
|
2.
|
Ketidakpatuhan
pengobatan b.d budaya keluarga yang dianut
|
Setelah dilakukan
pendekatan keperawatan selama 2x24 jam masalah ketidakpatuhan pengobatan
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Keluarga
melaporkan penggunaan strategi untuk menghilangkan perilaku tidak sehat dan
memaksimalkan kesehatan
2. Keluarga
mampu menggunakan layanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
3. Keluarga
menunjukkan kepatuhan pada pengobatan dan program penanganan
|
1.
Cultural
care perservation atau maintenance
a. Beri
dukungan keluarga mengenai pengobatan untuk menangani masalah kekurangan
yodium
b. Beri
instruksi tertulis tentang manfaat pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan keluarga
c. Identifikasi
sejauh mana pengetahuan keluarga tentang pengobatan untuk menangani masalah
kekurangan yodium
d. Bersikap
tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan keluarga
e. Diskusikan
kesenjangan budaya yang dianut keluarga dan perawat
2.
Cultural
care accomodation atau negosiation
a. Gunakan
bahasa yang mudah dipahami oleh keluarga saat melakukan pendekatan
keperawatan
b. Libatkan
semua anggota keluarga dalam perencanaan perawatan terkait pengobatan masalah
kekuranagn yodium
c. Apabila
konflik tidak terselesaikan, lakukan negoisasi di mana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan, pandangan keluarga dan standar etik.
3.
Cultural
care repartnering atau recontruction
a. Beri
kesempatan pada keluarga untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
b. Tentukan
tingkat perbedaan keluarga dari budaya kelompok
|
3.5
Implementasi
Keperawatan
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Implementasi
|
1.
|
Defisit pengetahuan
keluarga b.d ketidaktahuan keluarga dalam proses pengolahan makanan
|
1.
Cultural
care perservation atau maintenance
a. Keluarga paham mengenai efek samping dari proses
pengolahan makanan yang tidak benar
b. Tidak ada kesenjangan antara perawat dan keluarga
2.
Cultural
care accomodation atau negosiation
a. Perawat dan keluarga sama-sama paham akan bahasa yang
digunakan saat melakukan pendekatan keperawatan
b. Semua keluarga turut hadir dalam melakukan intervensi
keperawatan
c. Keluarga sudah sedikit mau untuk sedikit merubah tata
cara mengolah makanan dengan benar
3.
Cultural
care repartnering atau reconstruction
a. Keluarga paham mengenai informasi tentang tata cara mengolah
makanan yang benar
b. Keluarga paham tentang tanda dan gejala mengenai
penyakit gondongan karena proses pengolahan makanan yang salah
|
2.
|
Ketidakpatuhan
pengobatan b.d budaya keluarga yang dianut
|
1.
Cultural
care perservation atau maintenance
a. Keluarga sedikit paham mengenai manfaat pelayanan
kesehatan
b. Keluarga sudah mengerti tentang pengobatan untuk
menangani masalah kekurangan yodium
c. Perawa dan keluarga dapat menoleransi budaya
masing-masing
2.
Cultural
care accomodation atau negosiation
a. Perawat dan keluarga sama-sama paham akan bahasa yang
digunakan saat melakukan pendekatan keperawatan
b. Semua keluarga turut hadir dalam melakukan intervensi
keperawatan
c. Konflik anatara keluarga dan perawat terselesaikan,
walaupun membutuhkan waktu yang lumayan lama
3.
Cultural
care repartnering atau reconstruction
a. Keluarga paham akan informasi tentang tata cara
pengolahan makanan yang benar
b. Keluarga sudah mau dan mampu melakukan proses
pengolahan makanan secara benar
|
3.6
Evaluasi
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Evaluasi
|
1.
|
Defisit
pengetahuan keluarga b.d ketidaktahuan keluarga dalam proses pengolahan
makanan
|
S
: Keluarga mengatakan paham tentang efek dari proses pengolahan makanan
O
: Keluarga mampu menytakan tata cara proses pengolahan makanan dengan benar
A
: masalah defisit pengetahuan teratasi
P
: terminasi intervensi
|
2.
|
Ketidakpatuhan
pengobatan b.d budaya keluarga yang dianut
|
S
: Keluarga mengatakan sudah mengikuti program intervensi pemerintah
O
: Keluarga tampak patuh dalam mengikuti program intervensi pemerintah
A
: masalah ketidakpatuhan pengobatan teratasi
P
: terminasi intervensi
|
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
4.1.1
Identitas
Umum Keluarga
- Identitas Kepala Keluarga
Nama : Ny X
Umur : 35 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pembantu rumah tangga
Alamat : Desa sehat selalu RT
01/ RW 01 Jawa Timur
No Telp : -
- Komposisi Keluarga
No
|
Nama
|
L/P
|
Usia
|
Hub Klg
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
Status Kesehatan
|
1.
|
Ny N
|
P
|
60 Tahun
|
Nenek
|
SD
|
Di Rumah mengurus rumah dan cucu
|
Sehat
|
2.
|
An Z
|
P
|
12 Tahun
|
Anak pertama
|
SD kelas 6
|
Pelajar
|
Sakit
|
3.
|
An W
|
P
|
10 Tahun
|
Anak kedua
|
SD kelas 4
|
Pelajar
|
Sehat
|
4.1.2 Pengkajian berdasarkan data di Role play
Berdasarkan role play
yang telah ditampilkan, Setelah dilakukan pengkajian data yang muncul adalah “Keluarga
mengatakan bahwa keluarga tidak mengetahui bagaimana cara memasak yang benar”. Kurangnya pengetahuan dari keluarga Ny X
mengenai cara pengolahan makanan atau cara memasak makanan yang benar agar
tidak mempengaruhi status kesehatan. Keluarga Ny X menganggap bahwa dengan cara
pengolahan masakan sayur blendrang secara berkali-kali makanan tersebut semakin
menjadi enak dan gurih, namun secara kenyataan keluarga Ny X tidak faham akan
dampak buruk jika pengolahan makanan secara berulang-ulang tersebut tidak baik
bagi kesehatan. Makanan sayur blendrang yang dimasak berkali-kali akan
menyebabkan kandungan yodium pada garam akan berkurang yang akan menyebabkan
penyakit gondongan. Akibat dari sering memakan masakan dengan pengolahan yang
berkali-kali seperti sayur blendrang, anak dari Ny X mengalami sakit gondongan.
Anak Z mengalami sakit gondongan dengan keluhan bengkak pada leher hingga pipi,
badan demam, serta jika makan terasa sakit akibat dari pembengkakan pada leher
dan pipinya tersebut. Ny X mengetahui bahwa anaknya sakit gondongan ketika Ny X
membawa anknya untuk pergi berobat ke mantra yang terdekat dari rumahnya.
.
4.2 Diagnosa
Pengetahuan merupakan
hasil dari pengindaraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh
faktor pendidikan di mana pengetahuan sangat erat hubungannya dengan
pendidikan. Dengan adanya pendidikan yang tinggi diharapkan seseorang tersebut
akan semakin luas pula pengetahuannya. Dengan pengetahuan seseorang dapat
memilih atau mengambil keputusan mana yang baik dan mana yang tidak. Dalam
pengambil keputusan tidak hanya dengan bermodal dengan perasaan atau feeling
saja namun juga sangat dibutuhkan rasional dari keputusan tersebut. Sehingga
dibutuhkan sebuah pengetahuan atau ilmu yang dapat merasionalkan dari keputusan
tersebut.
Ditinjau dari keluarga
Ny. X bahwasanya pendidikan terakhir dari kepala keluarga yaitu kelas IV SD
yang mana pengambil keputusan yang paling dominan pada keluarga Ny. X yaitu ibu
dari Ny. X yaitu Ny. N. Ny. N yang buta aksara karena tidak pernah sekolah
dalam mengambil keputusan hanya berdasarkan dengan feeling atau kepercayaan
saja. Hal ini dapat mempengaruhi bagaimana kelanjutan jalan hidup yang akan
dilakukan oleh keluarga Ny. X. Pemegang kekuasaan penuh dalam Ny. X yaitu Ny. N
selaku ibu dari Ny. N yang mana Ny. N ini mengendalikan peraturan di dalam
rumah tangga Ny. X baik dari pengambilan keputusan hingga urusan rumah tangga
yaitu memasak dan mengasuh cucunya. Dalam hal memasak Ny. N meneruskan
kebiasaan dari orang tua terdahulu dan menerapkan dan dihidangkan pada anak dan
cucunya. Dalam proses pengolohan makanan tersebut hanya mengira-ngira dan hanya
mengikuti proses yang dilakukan oleh orang terdahulu.
Masakan Ny. N yang sudah
matang sering dipanaskan kembali hingga berhari-hari sampai menjadi bubur dan
warna yang berubah menjadi kecoklatan. Makanan tersebut biasa dikenal dengan
blendrang. Makanan ini menurut keluarga Ny. X enak gurih, dan bumbunya yang
semakin meresap akan memberikan nikmat tersendiri jika mengkonsumsi makanan
tersebut. Anggapan dari keluarga Ny. X menjadikan makanan tersebut kebiasaan
dalam keluarganya.
Kebiasaan memakan makanan
yang sering dipanaskan berkali-kali yang dikonsumsi oleh keluarga Ny. X
tersebut diakibatkan karena kurangnya
informasi atau pengetahuan tentang bahaya dari makanan tersebut. Akibat
dari kebiasaan mengkonsumsi makanan yang sering dipanaskan salah satu keluarga
Ny. X dan hampir semua anggota keluarga mengalami penyakit Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium atau hanya gejala dari penyakit tersebut. Oleh karena itu
pengetahuan merupakan hal yang terpenting dalam hidup agar apa yang dipilih
atau diputuskan merupakan pilihan yang terbaik sehingga meminimalkan penyesalan
dan kerugian yang akan terjadi kedepannya. kebiasaan dari keluarga Ny. X
dilakukan karena kurangnya informasi yang didapat maupun diterima sehingga pada
makalah ini mengangkat diagnosa Defisit pengetahuan berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga dalam proses pengolahan makanan.
4.3 Intervensi
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Defisit
pengetahuan keluarga b.d ketidaktahuan keluarga dalam proses pengolahan
makanan
|
1.
Cultural
care perservation atau maintenance
a. Beri
dukungan keluarga mengenai pengetahuan keluarga tentang efek dari proses
pengolahan makanan.
b. Identifikasi
sejauh mana pengetahuan keluarga tentang efek dari proses pengolahan makanan
c. Bersikap
tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan keluarga
d. Diskusikan
kesenjangan budaya yang dianut keluarga dan perawat
2.
Cultural
care accomodation atau negosiation
a. Gunakan
bahasa yang mudah dipahami oleh keluarga saat melakukan pendekatan
keperawatan
b. Libatkan
semua anggota keluarga dalam perencanaan perawatan terkait dengan pemahaman
tentang proses pengolahan makanan
c. Lakukan
negoisasi dengan keluarga mengenai tata cara proses pengolahan yang benar
d. Apabila
konflik tidak terselesaikan, lakukan negoisasi di mana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan, pandangan keluarga dan standar etik.
|
1.
Cultural
care perservation atau maintenance
2.
Cultural
care accomodation atau negosiation
a. Supaya yang diinformasikan dapat diterima dan dipahami
dengan baik
b. Supaya tidak terjadi miss persepsi antar anggota
keluarga
c. Supaya kelurga dapat melakukan proses pengolahan
makanan secara benar
d. Supaya tidak terjadi perdebatan selama intervensi
|
4.4 Implementasi
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Implementasi
|
Respon
|
1.
|
Defisit
pengetahuan keluarga b.d ketidaktahuan keluarga dalam proses pengolahan
makanan
|
1.
Cultural
care perservation atau maintenance
a. Keluarga paham mengenai efek samping dari proses
pengolahan makanan yang tidak benar
b. Tidak ada kesenjangan antara perawat dan keluarga
2.
Cultural
care accomodation atau negosiation
a. Perawat dan keluarga sama-sama paham akan bahasa yang
digunakan saat melakukan pendekatan keperawatan
b. Semua keluarga turut hadir dalam melakukan intervensi
keperawatan
c. Keluarga sudah sedikit mau untuk sedikit merubah tata
cara mengolah makanan dengan benar
|
1.
Cultural
care perservation atau maintenance
2.
Cultural
care accomodation atau negosiation
|
4.5 Evaluasi
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Defisit pengetahuan
adalah suatu keadaan seorang individu atau kelompok yang mengalami defisiensi
pengetahuan kognitif atau keterampilan psikomotor berkenaan dengan suatu
kondisi. Permasalahan defisit pengetahuan dapat diatasi dengan menggunakan cara
pemberian informasi dan pendidikan kesehatran kepada masyarakat. Salah satu
permasalahan yang muncul pada masyarakat Jawa Timur yaitu kurang memahami cara
mengolah makanan yang baik. Pengolahan makanan yang kurang baik dapat
menimbulkan dampak yang kurang baik bagi kesehatan. Perawat dapat memberikan
pendidikan kesehatan mengenai cara mengolah masakan yang benar yaitu dengan
cara menjelaskan dan mendemonstrasikan cara memasak yang benar. Seperti halnya
cara memasukkan garam yodium setelah masakan hampir matang. Permasalahan yang
dapat muncul dari pengolahan makanan yang kurang benar salah satunya yaitu
dapat menimbulkan GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium). Penyakit GAKY
sering disebut juga dengan gondongan.
5.2 Saran
a.
Sebagai
seorang perawat seharusnya perawat dapat memahami budaya di setiap daerah
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan mudah.
b.
Perawat
perlu meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam memodifikasi cara untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat, sehingga masyarakat memiliki pengetahuan
yang baik khususnya dalam bidang kesehatan.
c.
Perawat
perlu melibatkan keluarga dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga.
DAFTAR
PUSTAKA
Andrew.
M & Boyle. J. S. 1995. Trancultural
Concepts in Nursing Care, 2nd Ed. Philadelphia: JB Lippincot Company.
Efendi
Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Hetzel BS. 1996. S.O.S. for a billion – The nature and
magnitude of the iodine deficiency disorders. Beverly Hills: SAGE.
Kurniawati, Erni. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Gizi dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Baledono, Kecamatan Purwokerto,
Kabupaten Purwokerto.
Leininger.
M & McFarland. M. R. 2002. Trancultural
Nursing: Concepts, Theories, Research and Practice, 3rd Ed. USA: Mc-Graw
Hill Companies.
Melo,
Lucas P de. 2013. The Sunrise Model: a Contributing to the Teaching of Nursing
Consultation in Collective Health. American
Journal of Nursing Research. 1 (1): 20-23.
Notoadmodjo, Soekidjo.
2007..Ilmu Kesehatan Masyaraka.
Jakarta:Rineka Cipta
Putri, Puri Kusuma Dwi.
2011. Pengaruh Tingkat Pendidikan,
Pengeyahuan, Sikap dan Terpaan Iklan Layanan Masyarakat KB Versi Shireen
Sungkar dan Teuku Wisnu di TV Terhadap Perilaku KB pada Wanita atau Pria Usia
Subur.
Soediatama, Achmad
Djaeni. 2002. Ilmu Gizi. Jakarta:Dian
Rakyat
WHO, 2001. Assesment of Iodine Deficiency Disorders and Monitoring their
Elimination. WHO A guide for programme managers Second edition.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar