Minggu, 11 November 2018

Makalah Askep Mola Hidatidosa




BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang menentukan derajat kesehatan suatu bangsa. Data organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2007, memperkirakan bahwa setiap tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat komplikasi kehamilan, persalian dan nifas, fakta ini mendekati terjadinya 1 kematian setiap menit dan diperkirakan 99% kematian tersebut terjadi di Negara-negara berkembang yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di Sembilan Negara maju dan 51 negara persemakmuran. Prevalensi molahidatidosa lebih banyak ditemukan Negara Asia, afrika, dan Amerika Latin. (Cuninngham. F.G. dkk, 2006, Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, 2002). Angka kejadian di Amerika Serikat adalah 1 kejadian dari 1.000 – 1.500 kehamilan, di Asia terjadi 2 dari 1000 kehamilan. Molahidatidosa dapat terjadi pada wanita hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dan berusia antara 40 – 50 tahun. (American Cancer Society, Betel C, et al.,2006,  Bugti QA, et al., 2005).
Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan prioritas dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat, sesuai dengan target MDG’s 2015 (Millenium Development Gold), Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum. Salah satu dari ketiga ketiga faktor tersebut adalah perdarahan, perdarahan dapat terjadi pada saat kehamilan, persalinan dan masa nifas. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan, bisa terjadi pada awal kehamilan maupun kehamilan lanjut, dengan besar angka kejadiannya 3% pada kehamilan lanjut dan 5% pada awal kehamilan. Perdarahan yang terjadi pada awal kehamilan meliputi abortus, mola hidatidosa dan kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut antara lain meliputi Solutio Plasenta dan Plasenta Previa. Dari kasus perdarahan diatas ternyata didapatkan besar kasus paling tinggi adalah perdarahan pada awal kehamilan yang dari salah satu perdarahan awal kehamilan tersebut terdapat kehamilan mola hidatidosa.
 Molahidatidosa adalah Tumor jinak dari trofoblast dan merupakan kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematous, janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus menerus, sehingga gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur.
1.2     Tujuan
          1.2.1            Tujuan Umun
Mampu mengetahui asuhan keperawatan klien pada kehamilan Mola Hidatidosa
          1.2.2            Tujuan Khusus
1.      Mengetahui kehamilan Mola Hidatidosa
2.      Mengetahui penyebab, tanda dan gejala kehamilan Mola Hidatidosa
3.      Mengetahui penatalaksanaan kehamilan Mola Hidatidosa
4.      Mengetahui asuhan keperawatan pada kehamilan Mola Hidatidosa
BAB II
TELAAH LITERATUR
2.1     Tinjauan Teori
     2.1.1            Pengertian
            Mola Hidatidosa merupakan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan yang disertai janin dan seluruh vili korealis mengalami perubahan hidropik (Manauba, 1998).
            Kehamilan mola adalah suatu kehamilan yang ditandai dengan hasil konsepsi yang tidak berkembang menjadi embrio setelah fetilisasi, namun terjadi proliferasi dari vili karialis disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi normal, tidak dijumpai adanya janin, dan kavum uteri hanay terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur, kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak (Yulaikhah, 2008).
            Mola Hidatidosa adalah perubahan pertumbuhan embrionik dini yang menyebabkan gangguan pada plasenta, proliferasi sel-sel abnormal yang cepat, dan penghancuran embrio (Stright, 2004).
            Mola Hidatidosa ( MH ) merupakan salah satu tipe penyakit trofoblas gestasional (Gestational Trophoblast Disease, GTD), yakni penyakit berasal dari sel yang pada keadaan normal berkembang menjadi plasenta pada masa kehamilan, meliputi berbagai penyakit yang berasal dari sel-sel trofoblast yang diklasifikasikan World Health Organization sebagai mola hidatidosa parsial (Partial Mola Hydatid, PMH), mola hidatidosa komplit ( Complete Mola Hydatid, CMH), koriokarsinoma, mola invasif, dan placental site trophoblastic tumors (Simbolon, 2013).
            Molahidatidosa dapat diklasifikasi yaitu :
a.    Mola hidatidosa komplit  
       Pada molahidatidosa komplit tidak terdapat adanya tanda - tanda embrio, tali pusat, ataupun membran. Mola hidatidosa komplit terjadi akibat hasil dari fertilisasi oleh 1 atau 2 sel sperma terhadap sel telur yang tidak memiliki DNA sehingga uterus tidak berisi jaringan fetus. Kematian terjadi sebelum berkembangnya sirkulasi plasenta. Villi korionik berubah menjadi vesikel hidropik yang jernih dan  menggantung bergerombol pada pedikulus kecil, seperti anggur. Hiperplasia menyerang lapisan sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas.
b.    Molahidatidosa parsial
       Molahidatidosa parsial terbentuk dari fertilisasi sel ovum oleh 2 sperma dengan karotipe triploid sehingga dapat ditemukannya jaringan fetus yang tumbuh menjadi janin dan bertahan selam beberapa minggu. Tanda – tanda adanya embrio, kantong janin dan kantong amnion dapat ditemukan karena kematian terjadi sekitar minggu ke 8 atau 9. Hiperplasia trofoblas terjadi pada lapisan sisitotrofoblas tunggal dan tidak menyebar seperti mola komplit.
     2.1.2            Penyebab, Tanda dan Gejala
Penyebab pasti mola hidatidosa tidak diketahui. Faktor-faktor penyebab kehamilan ini, meliputi (Yulaikhah, 2008) :
1.      Ovum: ovum sudah patologis sehingga mati, namun terlambat dikeluarkan
2.      Imunoselektif dari trofoblas
3.      Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
4.      Paritas tinggi
5.      Kekurangan protein
6.      Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Gejala Klinis mola hidatidosa tidak banyak perbedaan gejala seperti hamil muda, yaitu nek, mual, muntah, pusing, hanya kadang-kadang berlangsung lebih hebat. Perkembangan hamil selanjutnya menunjukkan pembesaran rahim yang pesat disertai pengeluaran hormon semakin meningkat. Infiltrasi sel trofoblas yang merusak pembuluh darah menimbulkan gejala pendarahan sedikit demi sedikit sampai pendarahan banyak dan pengeluaran gelembung mola. Pengeluaran gelembung mola oleh masyarakat telah dikenal dengan sebutan hamil anggur. Tinggi uteri pada penderita mola hidatidosa dapat lebih tinggi dari umur kehamilan sebenarnya (Manauba, 1998).
Pada trimester 1 dan selama trimester 2 terjadi perubahan seperti, perdarahan pervagina berwarna kecoklatan yang disertai jaringan – jaringan seperti buah anggur, ukuran uterus membesar lebih besar dari usia kehamilan, denyut jantung janin tidak ditemukan. Pada perdarahan yang lama atau berkepanjangan akan terjadi anemia yang ditandai dengan fatique dan sesak nafas, preeklampsia yang ditandai dengan hipertensi  dapat terjadi sebelum usia kehamilan kurang dari 24 minggu, terbentuknya kista ovarium yang disebabkan tingginya β-hCG perdarahan terutama pada CMH (Betel dkk, 2006)
     2.1.3            Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada Molahidatidosa ada tiga tahap yaitu perbaikan keadaan umum ibu, pengeluaran jaringan mola dengan cara Kuretase atau Histerektomi, dan pemeriksaan tindak lanjut yaitu follow up selama 12 bulan, dengan mengukur kadar β-HCG dan mencegah kehamilan selama 1 tahun. Tindak lanjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada pengukuran serial kadar β-HCG serum untuk mendeteksi Tumor Trofoblast Persisten.
Setelah didiagnosis mola hidatidosa ditegakkan, kehamilan ini harus segera diakhiri karena sebagian (5%) dari kehamilan mola akan berlanjut menjadi penyakit trofoblastik yang maligna kariokarsinoma. Pelahiran dapat terjadi pada sebagian kasus, tetapi mungkin tidak lengkap. Uterus harus dikosongkan dan pengosongan paling sering dilakukan dengan tindakan kuretase issap secara hati-hati. Histerektomi biasanya dilakukan kalau wanita tersebut berusia lebih dari 40 tahun (Farren, 1999).
Suction curettage adalah metode penanganan optimal untuk evakuasi jaringan mola terutama bagi wanita yang masih ingin mempertahankan fungsi organ reproduksinya. Tindakan ini juga memperkecil secara signifikan kemungkinan terjadinya perdarahan hebat, infeksi dan resiko tertahannya residu jaringan mola dibandingkan dengan metode induksi oksitosin maupun prostaglandin. Antigen RhD yang ditemukan pada trofoblast diatasi dengan pemberian Rh immune globulin pada pasien Rh negative bersamaan dengan tindakan kuretase. Pasien-pasien yang tidak menginginkan kehamilan lagi dilakukan tindakan histerektomi. Tindakan histerektomi sendiri tidaklah menutup kemungkinan terjadinya metastase walaupun histerektomi sudah cukup untuk menghambat perkembangan invasi lokalis. Monitoring kadar hormon β-hCG paska kuretase sampai tidak terdeteksi selama 3 minggu atau 6 bulan berturut-turut sangat dibutuhkan untuk memastikan tidak terjadinya persistent gestational trophoblastic neoplasia (Simbolon, 2013)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1     Kasus
          Ny. X berusia 30 tahun dibawah keluarganya karena mengalami pendarahan. Klien sudah6 hari mengalami pendarahan. Hasil pemeriksaan diadapatkan vulva tampak kotor dan keluar cairan putih kekuningan serta berbau, darah yang keluar disertai gelembung-gelembung cairan. Klien tampak lemah, mukosa bibir kering, turgor kulit kering tidak elastis, pasien mengaku mual, muntah, tampak meringis menahan nyeri. Pasien mengaku nyeri dibagian perutnya. Perdarahan 500 cc, TD 100/80 mmHg, RR 22x/menit, N 125x/menit, suhu 37ᵒ c, BB 55 kg. pasien juga mengatakan pusing selama 2 hari. Usia kandungannya sudah 9 minggu. Selama perdarahan pasien hanya berbaring di tempat tidur.
3.2     Pengkajian
3.1.1   Identitas
Nama   : Ny. X
Umur   : 30 tahun
Pekerjaan         : Ibu rumah tangga
3.1.2   Keluhan utama
Pasien dating ke Rumah Sakit dengan keluhan mengalami perdarahan disertai gelembung berisi cairan.
3.1.3   Riwayat penyakit dahulu
-
3.1.4   Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh mengalami perdarahan disertai gelembung-gelemung berisi sejak 6 hari, mual muntah, pusing sudah 3 hari, nyeri bagian perut.
3.1.5   Riwayat kesehatan keluarga
-
3.1.6   Riwayat Obstetri
a.       Riwayat menstruasi
Menstruasi pertama usia 14 tahun, siklus menstruasi teratur 28 hari, setiap kali menstruasi selama 6 hari. Hari pertama haid terakhir tanggal 4  2016, sebelumnya tidak mengalami perdarahan , pada tanggal 2 september mengalami perdarahan sampai saat ini dan baru di bawa kerumah sakit pada tanggal 10 september 2016.
b.      Riwayat kehamilan
Klien tidak pernah mengalami penyakit seperti  sekarang, selama hamil anak 1, dan baru kehamilan anak ke 2 mengalami perdarahan.
3.1.7   Pola kesehatan
a.       Pola aktivitas dan latihan : Klien seorang ibu rumah tangga, setiap hari melakukan pekerjaan rumah dan waktu istirahat sedikit. Klien merasakan nyeri pada bagian perut bawahnya, nyeri bertambah berat ketika bergerak.
b.      Tidur dan istirahat : Klien tidur selama 6- 8 jam. Saat sakit klien mengalami gangguan tidur karena nyeri yang dirasakan.
c.       Nyaman dan nyeri : Klien Mengalami nyeri dibagian perut bawahnya dan perdarahan, nyeri yang hebat membuat klien tidak bisa tidur.
d.      Pola nutrisi : Klien mengalami gangguan nafsu makan, karena setiap kali makan dan minum klien selalu muntah.
e.       Cairan elektrolit : Mukosa bibir klien kering, turgor kulit tidak elastis.
f.        Oksigenasi : Klien tidak mengalami sesak nafas.
g.      Eliminasi urin : Klien BAK 6-7 kali dalam sehari, warna kuning bercampur darah, tidak nyeri saat BAK, dilakuakn secara mandiri.
h.      Eliminasi fekal : Klien melakukan eleminasi fekal 1 kali sehari, namun saat sakit klien tidak BAB sama sekali.
i.        Sensori, persepsi, dan kognitif :  Klien tidak mengalami gangguan penglihatan, ketajaman visus baik, Klien tidak mengalami gangguan pendengaran, tidak mengalami gangguan penciuman maupun pengecapan.
3.1.8   Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : tampak meringis kesakitan memengang perutnya, pucat
Kesadaran klien : composmentis dengan GCS 15,
Tanda – tanda viital
TD       : 100/80,
RR       : 22x/menit,
N         : 125x/menit,
suhu     : 37 c.
BB       : 55 kg
a.       Kepala :
Inspeksi : tampak simetris, rambut bersih, tidak ada lesi, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, hidung normal, tidak terlihat adanya sektum deviasi, epiktaksis. telinga simetris. Wajah pucat, mukosa bibir kering.
b.      Leher :
Inspeksi : Leher terlihat normal tidak terlihat adanya kaku kuduk, tenggorokan normal.
Palpasi : Tidak teraba pembesaran tonsil dan nyeri telan, tidak teraba adanya pembesaran tiroid.
c.       Dada :
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat adanya bantuan otot pernafasan.
Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama, tidak terdapat nyeri tekan.
Auskultasi : Suara nafas normal, Tidak terdengar suara nafas tambahan.
Perkusi : Terdengar suara sonor.
d.      Abdomen :
Terdapat nyeri tekan di perut, saat di auskultasi terdengar wising usus, dan peristaltik 15x/menit.
e.       Genetalia :
Vulva tampak kotor, terdapat peradarahan pervagina.
f.        Kulit:
Turgor kulit kering tidak elastis, tidak terdapat lesi, tidak terdapat tanda alergi.
g.      Rektum
Rektum bersih tidak ada infeksi.
3.3     Diagnosa / Analisa data
No
Hari/ tanggal/ jam
Data Penunjang
Etiologi
Masalah
Paraf
1
Ds : pasien mengatakan mengalami perdarahan sejak 6 hari
Do :
a.       Vulva tampak kotor
b.      Keluar cairan putih kekuningan serta berbau
c.       Darah yang keluar disertai gelembung-gelembung cairan
d.      TD : 100/80 mmHg
e.       Pucat
f.        Lemah
Abortus

Perdarahan yang terus menerus
Kehilangan volume darah

Resiko tinggi syok hipovelemik
Resiko tinggi syok hipovelemik
2
Ds : pasien mengatakan mengalami perdarahan sejak 6 hari
Pasien mengaku mual dan muntah
Do :
a.       Mukosa bibir kering
b.      Turgor kulit kering tidak elastis
c.       Pasien tampak lemah
Hiperemesis

Kehilangan cairan berlebih
                                
Dehidrasi
Kehilangan volume cairan
Kekurangan volume cairan
3
Ds : pasien mengaku nyeri dibagian perutnya
Do :
a.       Pasien tampak meringis menahan nyeri
b.      Pasien tampak lemah
c.       N : 22x/menit
d.      RR : 125x/menit
Jonjot-jonjot korio bermestatase
Terdapat ulkus divagina

Perlukaan jalan lahir
Nyeri akut
Nyeri akut
3.4     Intervensi
No.
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1
Resiko tinggi syok hipovelemik
Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam syok dapat teratasi
Kriteria hasil :
a.       Perdarahan berkurang
b.      TTV normal
c.       TD normal
1.      Monitor status sirkulasi, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung.
2.      Monitor input dan output.
3.      Berikan cairan Iv atau oral yang tepat.
4.      Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala datangya syok.
1.  Mengetahui tanda syok hipovelemik
2.  Menjaga keseimbangan cairan selama perdarahan.
3.  Membantu mengangti cairan yang hilang selam perdarahan.
4.  Mengantisipasi terjadinya syok berulang
2
Kekurangan volume cairan
Setelah dilakukan perawtan selama 2x24 jam dehidrasi teratasi
Kriteria hasil :
a. TTV dalam batas normal
b. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
c. elastisitas turgor kulit baik
d. Membran mukosa lembab
1.             Monitor status hidrasi
2.             Monitor  TTV
3.             Monitor masukan cairan
4.             Monitor intake dan output cairan
5.             Kolaborasi pemberian cairan IV
6.             Persiapkan transfusi
1.      mengetahui status dehidrasi
2.      Mengetahui tanda pendarahan
3.      Mengetahui keseimbangan  cairan
4.      Menghindari terjadinya dehidrasi kembali
5.      Mempertahankan cairan dan elektrolit
3
Nyeri akut
Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam pasien mampu mengontrol nyeri
Kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri
b. Nyeri berkurang
c.
1.      Kaji skala nyeri.
2.      Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu, ruangan, pencahayaan, dan kebisingan.
3.      Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
4.      Observasi aspek nonverbal dari ketidak nyamanan.
5.      Kolaborasi pemberian analgetik.
1.  Mengetahui skala nyeri yang dialami pasien.
2.  Membantu mengurangi nyeri,.
3.  Membantu menentukan intervensi yang tepat untuk jenis nyeri.
4.  Mengetahui skala nyeri, misalkan dari ekspresi wajah. 
5.  Membantu mengurangi nyeri.
3.5     Implementasi
No.
Diagnosa
Hari/tanggal/jam
Implementasi
paraf
1
Resiko tinggi syok hipovelemik
1.    Memonitor status sirkulasi, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung.
2.    Memonitor input dan output.
3.    Memberikan cairan Iv atau oral yang tepat.
4.    Mengajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala datangya syok
2
Kekurangan volume cairan
1.      memonitor status dehidrasi
2.      memonitor TTV
3.      memonitor masukan cairan
4.      memonitor intake dan output cairan
5.      memberikan cairan IV
6.      mempersiapkan transfuse
3
Nyeri akut
1.      Mengkaji skala nyeri.
2.      Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu, ruangan, pencahayaan, dan kebisingan.
3.      Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
4.      Mengobservasi aspek nonverbal dari ketidak nyamanan.
5.      Berkolaborasi pemberian analgetik.
3.6     Evaluasi
No.
Hari/tanggal/jam
no. diagnose
Evaluasi
paraf
1
1
S : pasien mengatakan darah yang keluar lebih sedikit
O :
a.       Darah yang keluar tidak terlalu banyak
b.      Vulva tidak tampak terlalu kotor
c.       Gelembung-gelembung cairan sudah tidak keluar lagi
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
2
2
S :Pasien mengatakan sudah tidak mual dan muntah saat makan
O :
a. Mukosa bibir kembali normal
b. Turgor kulit kembali elastis
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
3
3
S : pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang
O :
a.       Pasien tidak tampak meringis kesakitan lagi
b.      Pasien sudah tidak memagangi perutnya lagi
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
BAB IV
SIMPULAN
3.1     Kesimpulan
Mola hidatidosa adalah penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan disertai janin dan seluruh vili korealis mengalami perubahan hidro. Gejala klinis yang ditampakkan pada kehamilan ini sama dengan kehamilan normal. Perkembangan hamil selanjutnya menunjukkan pembesaran rahim yang pesat disertai pengeluaran hormon semakin meningkat. Infiltrasi sel trofoblas yang merusak pembuluh darah menimbulkan gejala pendarahan sedikit demi sedikit sampai pendarahan banyak dan pengeluaran gelembung mola. Penyebabnya yaitu ovnamun terlambat dikeluarkan, immunoselektif dan trofoblas, paritas tinggi, kekurangan protein. Pada wanita yang mengalami mola hidatidosa ini sering mengalami mual dan muntah karena produksi Hcg yang tinggi. Pendarahan yang abnormal dapat menyebabkan infeksi pada kandungan usia muda. Resiko infeksi harus segera ditangani untuk demi kesesalamatan kandungan.
3.2     Saran
Kepada ibu hamil disarankan untuk selalu melakukan pemeriksaan kandungan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala patologis yang sering terjadi saat sedang mengandung. Apabila terjadi gejala patologis, ibu harus segera melaporkan kepada tenaga medis agar tidak terjadi hal-hal ang tidak diinginkan terhadap kandungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Betel, C. Atri, M. Dkk. 2006 Sonographic Diagnosis of Gestational Trophoblastic   Disease and Comparison With Retained Products of Conception. J Ultrasound Med:
Farren, H. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Gloria, M. Bulechek. Dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Kidlington: Elsevier
Manauba, I. B. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Simbolon, Y. W. 2013. Mola Hidatidosa: Laporan Kasus. [serial online]. https://xa.yimg.com/kq/groups/81481944/2132130294/name/YW+Lapsus+mola+hidatidosa+Mentawai.pdf. [diakses pada 21 Februari 2017].
Stright, B. R. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sue. Moorhead. Dkk. 2013. Nursing Outcame Classification (NOC). Kidlington: Elsevier
Yulaikhah, L. 2008. Kehamilan : Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

1 komentar:

  1. Water Hack Burns 2 lb of Fat OVERNIGHT

    More than 160000 women and men are losing weight with a easy and secret "liquids hack" to lose 1-2lbs every night while they sleep.

    It is proven and works every time.

    This is how to do it yourself:

    1) Hold a clear glass and fill it with water half glass

    2) Now learn this strange HACK

    so you'll become 1-2lbs skinnier the very next day!

    BalasHapus