Jumat, 16 Desember 2011

Askep Appendisitis

Pengertian

Appendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum tepat dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 hal 1097 ).

Appendicitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk 2000 hal 307 ).

Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).

Etiologi

Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid. (Irga, 2007)

Klasifikasi

Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :

  1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal.

Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.

  1. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal.

Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.

Manifestasi Klinik

• Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan

• Mual, muntah

• Anoreksia, malaise

• Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney

• Spasme otot

• Konstipasi, diare

(Brunner & Suddart, 1997)

KOMPLIKASI

  • Komplikasi utama adalah perforasi appediks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses apendiks
  • Tromboflebitis supuratif
  • Abses subfrenikus
  • Obstruksi intestinal

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

  • Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3, netrofil meningkat sampai 75%
  • Urinalisis : normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada
  • Foto abdomen: Adanya pergeseran material pada appendiks (fekalis) ileus terlokalisir
  • Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah
  • Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
  • Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang.
  • Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal. Pemeriksaan radiologi Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma

(Doenges, 1993; Brunner & Suddart, 1997)

PENATALAKSANAAN

  • Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan
  • Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan
  • Analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan
  • Apendektomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
  • Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Konsep Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi.

(Brunner & Suddart, 1997)

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

A. Anamnesa

  1. Data demografi.

Nama, Umur : sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30 tahun, Jenis kelamin, Status perkawinan, Agama, Suku/bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Alamat, Nomor register.

  1. Keluhan utama.

Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan terus-menerus. Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan muntah, panas.

  1. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan yang dirasakan oleh pasien mulai pertama / saat dirumah sampai MRS / opname.

  1. Riwayat penyakit dahulu.

Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang.

B. Pemeriksaan Fisik.

  • B1 (Breathing) : Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
  • B2 (Blood) : Sirkulasi : Klien mungkin takikardia.
  • B3 (Brain) : Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang. Data psikologis Klien nampak gelisah.
  • B4 (Bladder) : -
  • B5 (Bowel) : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus. Nyeri/kenyamanan nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney. Berat badan sebagai indikator untuk menentukan pemberian obat. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal dan kadang-kadang terjadi diare
  • B6 (Bone) : Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.

C. Diagnosa keperawatan

  1. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal oleh inflamasi.
  2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh.
  3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun.
  4. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan keadaan nyeri yang mengakibatkan terjadinya penurunan pergerakan akibat nyeri akut.
  5. Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual dan muntah.
  6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan
  7. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi.

D. Intervensi dan Rasional

  1. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal oleh inflamasi.

Tujuan: setelah dilakukan askep selama 1 x 24 jam dirassakan pasien melaporkan rasa nyeri berkurang atau hilang dengan Kriteria hasil : Pasien tampak rileks mampu tidur/ istirahat dengan tepat.

Intervensi dan rasional

  1. Jelaskan pada pasien tentang penyebab nyeri

Rasional : informasi yang tepat dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien dan menambah pengetahuan pasien tentang nyeri.

  1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.

Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor secara dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya.

  1. Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik lambat / napas dalam

Rasional : napas dalam dapat menghirup O2 secara adequate sehingga otot-otot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.

  1. Berikan aktivitas hiburan (ngobrol dengan anggota keluarga)

Rasional : meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan kooping.

  1. Berikan kompres dingin pada abdomen

Rasional : Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui penghilangan rasa ujung saraf.

  1. Observasi tanda-tanda vital

Rasional : deteksi dini terhadap perkembangan kesehatan pasien.

  1. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik

Rasional : sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri.

  1. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh.

Tujuan : setelah dilakukan askep selama 2 x 24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi dengan criteria hasil : bebas tanda infeksi atau inflamasi, ttv dalam rentang normal

Intervensi dan Rasional

  1. Jelaskan pada pasien tentang proses terjadinya infeksi dan tanda-tanda terjadinya infeksi.

Rasional : dengan pemahaman klien, maka klien dapat bekerja sama dalam pelaksanaan tindakan.

  1. Bersihkan lapangan operasi dari beberapa organisme yang mungkin ada melalui prinsip-prinsip pencukuran.

Rasional : Pengukuran dengan arah yang berlawanan tumbuhnya rambut akan mencapai ke dasar rambut, sehingga benar-benar bersih dapat terhindar dari pertumbuhan mikro organisme.

  1. Beri obat pencahar sehari sebelum operasi

Rasional : Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga BAB dapat lancar.

  1. Observasi tanda-tanda vital terhadap peningkatan suhu tubuh, nadi, adanya pernapasan cepat dan dangkal.

Rasional : deteksi dini terhadap perkembangan kondisi pasien dan adanya tanda-tanda infeksi.

  1. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik

Rasional : Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses, peritonitis dan Menurunkan resiko penyebaran bakteri.

  1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun, mual dan muntah.

Tujuan : setelah dilakukan askep selama 3 x 24 jam diharapkan pasien dapat mempertahankan BB normal atau tetap dengan kriteria hasil : nafsu makan meningkat, pasien bisa menghabiskan diit yang diberikan, BB konstan atau bertambah.

Intervensi dan Rasional

  1. Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien

Rasional : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.

  1. Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal

Rasional : Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan.

  1. Timbang berat badan sesuai indikasi

Rasional : Mengawasi keefektifan secara diet.

  1. Beri makan sedikit tapi sering

Rasional : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan.

  1. Anjurkan kebersihan oral sebelum makan

Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan

  1. Tawarkan minum saat makan bila toleran.

Rasional : Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.

  1. Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres.
    Rasional : Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan.
  2. Kolaborasi dengan tim gizi dalam memberi makanan yang bervariasi

Rasional : Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.

  1. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan keadaan nyeri yang mengakibatkan terjadinya penurunan pergerakan akibat nyeri akut.
  2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh b.d muntah, inflamasi peritoneum dengan cairan asing, muntah praoperasi, pembatasan pasca operasi
    Tujuan : setelah dilakukan askep selama 2 x24 jam diharapkan tidak terjadi kekurangan cairan dengan Kriteria hasil;Membran mukosa lembab, Turgor kulit baik, Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg BB/jam, Tanda vital stabil

Intervensi:

  1. Awasi tekanan darah dan tanda vial
  2. Kaji turgor kulit, membran mukosa, capilary refill
  3. Monitor masukan dan haluaran . Catat warna urin/konsentrasi
  4. Auskultasi bising usus. Catat kelancara flatus
  5. Berikan perawatan mulut sering
  6. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi
  7. Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan cairan IV dan Elektrolit.
  1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan

Tujuan : setelah dilakukan askep selama 2 x 24 jam diharapkan klien dan keluarga mampu merawat diri sendiri

Intervensi dan Rasional

  1. Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri serta cuci rambut dan potong kuku klien.

Rasional : Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah dan meningkatkan kesehatan.

  1. Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih.

Rasional : Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman

  1. Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri.

Rasional : Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene.

  1. Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya.

Rasional : Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam kebersihan

  1. Bimbing keluarga klien memandikan / menyeka pasien

Rasional : Agar keterampilan dapat diterapkan

  1. Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien.

Rasional : Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah terjadinya infeksi.

  1. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi.

Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 1 x 24 jam diharapkan pasien dapat mengerti tentang kondisi yang dihadapi saat ini dengan kriteria hasil : Menyatakan pemahamannya tentang proese penyakit, pengobatan, Berpartisipasi dalam program pengobatan, Klien akan memahami manfaat perawatan post operatif dan pengobatannya.

Intervensi dan Rasional

  1. Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan digunakan setelah operasi.
    Rasional : Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat melaksanakan setelah operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh.
  2. Kaji ulang pembatasan aktivitas paska operasi
  3. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodik
  4. Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh peningkatan nyeri, edema/eritema luka, adanya drainase.
  5. Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi periode istirahat setelah operasi.

Rasional : Mencegah luka baring dan dapat mempercepat penyembuhan.

  1. Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian verband, pembatasan mandi, dan penyembuhan latihan.

Rasional : Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat mempercepat proses penyembuhan.

Daftar Pustaka

Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah Perawat, Yayasan Mesentha Medica, Jakarta.

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Price, SA. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC

Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC

Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar