Jumat, 16 Desember 2011

Askep OMA dan Mastoiditis

A.Pengertian
Otitis media kronik adalah keradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum timpani. Otitis media kronik dapat dibagi menjadi dua, aktif dan inaktif. Aktif merujuk pada adanya infeksi dengan pengeluaran sekret telinga atau otorrhea akibat perubahan patologi dasar seperti kolesteatoma atau jaringan granulasi. Inaktif merujuk pada sekuele dari infeksi aktif terdahulu yang telah terbakar habis, dengan demikian tidak ada otorrhoe.
Pasien dengan otitis media kronik inaktif seringkali mengeluh gangguan pendengaran. Mungkin terdapat gejala lain seperti vertigo, tinitus, atau suatu rasa penuh dalam telinga.
Mastoiditis adalah infeksi akut dan kronik yang mengenai mukosa dan sel – sel mastoid, yang merupakan kelanjutan dari proses Otitis media akut supuratif yang tidak teratasi. Karena telinga tengah berhubungan dengan mastoid, maka otitis media kronik sering kali disertai mastoiditis kronik.

B.Etiologi
Otitis media kronik dan mastoiditis disebabkan oleh kuman-kuman aerob dan anaerob, yaitu :
1.Kuman aerob
Positif gram : S. Pyogenes, S. Albus
Negatif Gram : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli.
2.Kuman anaerob : Bakteroides spp

C.Tanda dan Gejala
Otitis media kronik aktif berarti adanya pengeluaran sekret dari telinga. Otorrhoe dan supurasi kronik telinga tengah dapat menunjukkan pada pemeriksaan pertama sifat-sifat dari proses patologi yang mendasarinya. Umumnya otorrhoe pada otitis medi kronik bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium peradangannya. Gejala otitis media kronik dan mastoiditi kronik yang penting lainnya adalah gangguan pendengaran, yang biasanya konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita supurasi telinga tengah kronik, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Vertigo pada pasien dengan penyakit telinga tengah kronik memberi kesan erosi pada kanalis semisirkularis horisontalis.

D.Diagnosis
1.Anamnesis
Otorea terus menerus / kumat – kumatan lebih dari 6 – 8 minggu
Pendengaran menurun (Tuli).
2.Pemeriksaan
a.Tipe tubotimpanal (Hipertrofi, benigna).
Perforasi sentral
Mukosa menebal
Audiogram: Tuli konduktif dengan “air bone gab” sebesar kl 30 dB
X – foto mastoid : Sklerotik
b.Tipe degeneratif.
Perforasi sentral besar
Granulasi atau polip pada mukosa kavum timpani
Audiogram : tuli konduktif / campuran dengan penurunan 50 – 60 dB
X-foto mastoid : sklerotik
c.Tipe metaplastik (atikoantral, maligna).
Perforasi atik atau marginal
Terdapat kolesteatom
Desttruksi tulang pada margotimpani
Audiogram : tuli konduktif / campuran dengan penurunan 60 dB atau lebih.
X- foto mastoid : sklerotik/rongga.
d.Tipe campuran (degeneratif, metaplastik).
a)Perforasi marginal besar atau total
b)Granulasi dan kolesteatom
c)Audiogram : tuli konuktif / campuran dengan penurunan 60 dB atau lebih
d)X- foto mastoid : sklerotik / rongga.

E.Penyulit
1.Abses retroairkula
2.Paresis atau paralisis syaraf fasialis
3.Komplikasi intrakranial :
Meningitis
Abses ekstradural
Abses otak

F.Terapi
1.Tipe tubetimpanal stadium aktif:
Anti biotik : Ampisilin / Amoksilin, (3-4 X 500 mg oral) atau klidomisin (3 X 150 – 300 mg oral) Per hari selama 5 –7 hari
Pengobatan sumber infeksi di rongga hidung dan sekitarnya
Perawatan lokal dengan perhidoral 3% dan tetes telinga (Klora menikol 1- 2%)
Pengobatan alergi bila ada latar belakang alergi
Pada stadium tenang (kering) di lakukan miringoplastik. ICOPIM.
2.Tipe degeneratif :
Atikoantrotomi (5.203)
Timpanoplastik (5.195)
3.Tipe meta plastik / campuran
Mastoidektomi radikal (5.203)
Mastoidektomi radikal dan rekonstruksi.

Untuk OMK dengan penyulit :
1.Abses Retroaurikuler
Insisi abses
Antibiotik : Penisilin Prokain 2 X 0,6-1,2 juta IU i.m / hari dan metronidazol X 250 – 500mg oral / sup / hari.
Mastoid dektomi radikal urgen
2.Paresis atau Paralisis Syaraf Fasialis
Menentukan lokasi lesi :
Dengan test Scrimer  supra atau infra ganglion
Refleks stapedeus : positif  lesi di bawah N. Stapedeus
Negatif :  lesi di atasnya

Tes pengecapan pada lidah :
Positif :  lesi di bawah korda timpani
Negatif :  lesi di atasnya
Mastoidektomi urgen dan dekompresi saraf fasialis
Rehabilitasi.

3.Labiringitis
Tes fistel
Mastoidektomi urgen
4.Meningitis
Perawatan bersama dengan bagian syaraf
Antibiotik:
ampicilin 6 x 2-3 g/ hari i.v di tambah
Kloranfenikol 4 x 1 G atau seftriakson 1 –2 g / hari i.v
Bila meningitis sudah tenang segera di lakukan mastoidektomi radikal.
5.Absese Ekstradural
Antibiotik : Ampisilin 4-6 X2-3 G/hari i.v
ditambah metronodazol 3 X 500mg Sup / hari.
Perawatan bersama dengan bagian bedah syaraf
Drainase abses oleh bagian bedah syaraf
Bila suadh tenang dilakukan matoiddektomi radikal



ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PENDERITA OTITIS MEDIA KRONIK DAN MASTOIDITIS

A.PENGKAJIAN
Pengumpulan data
1.Riwayat
a.Identitas Pasien
b.Riwayat adanya kelainan nyeri
c.Riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang
d.Riwayat alergi
e.OMA berkurang
2.Pengkajian Fisik
a.Nyeri telinga
b.Perasaan penuh dan penurunan pendengaran
c.Suhu Meningkat
d.Malaise
e.Nausea Vomiting
f.Vertigo
g.Ortore
h.Pemeriksaan dengan otoskop tentang stadium
3.Pengkajian Psikososial
a.Nyeri otore berpengaruh pada interaksi
b.Aktifitas terbatas
c.Takut menghadapi tindakan pembedahan
4.Pemeriksaan Laboratorium
5.pemeriksaan Diagnostik
a.Tes Audiometri : pendengaran menurun
b.X ray : terhadap kondisi patologi
Misal : Cholesteatoma, kekaburan mastoid
6.Pemeriksaan pendengaran
a.Tes suara bisikan
b.Tes garputala

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan
2.Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran
3.Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di saraf pendengaran.
4.Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.
5.Resiko tinggi trauma berhubungaan dengan gangguan presepsi pendengaran
6.Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan

Diagnosa Keperawatan
Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan
Tujuan
Nyeri yang dirasakan klien berkurang
Kriteria hasil
Klien mengungkapkan bahwa rasa nyeri berkurang.
Klien mampu melakukan metode pengalihan suasana.
Intervensi Keperawatan
1.Ajarkan Klien untuk mengalihkan suasana dengan melakukan metode relaksasi saat nyeri yang teramat sangat muncul, relaksasi yang seperti menarik nafas panjang.
Rasional :
Metode pengalihan suasana dengan melakukan relaksasi bisa mengurangi nyeri yang diderita klien.
2.Kompres dingin di sekitar area telinga
Rasional :
Kompres dingin bertujuan untuk mengurangi nyeri karena rasa nyeri teralihkan oleh rasa dingin disekitar area telinga.
3.Atur posisi klien
Rasional :
Posisi yang sesuai akan membuat klien merasa lebih nyaman.
4.Untuk kolaborasi, beri aspirin/analgesik sesuai instruki, beri sedatif sesuai indikasi
Rasional :
Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada pasien untuk mengurangi sensasi nyeri dari dalam.


Diagnosa Keperawatan
Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
Tujuan
Gangguan komunikasi berkurang / hilang.
Kriteria hasil
Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).
Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.

Intervensi Keperawatan :
1.Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan dan catat pada rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti : tulisan, berbicara, bahasa isyarat.
Rasional :
Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.
2.Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.
a.Jika ia dapat mendengar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan keras).
1)Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.
2)Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
b.Jika klien dapat membaca ucapan :
1)Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
2)Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibi anda.
c.Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
1)Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.
2)Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
d.Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah.
Rasional :
Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh klien.
3.Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
a.Bicara dengan jelas, menghadap individu.
b.Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
c.Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
d.Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.
Rasional :
Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.

Diagnosa Keperawatan
Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di saraf pendengaran.
Tujuan
Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil
Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran sampai pada tingkat fungsional.
Intervensi Keperawatan :
1.Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
Rasional :
Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.
2.Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
Rasional :
Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.
3.Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
Rasional :
Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran rusak secara permanen.
4.Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).
Rasional :
Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.

Diagnosa Keperawatan
Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.
Tujuan
Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil
Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekhawatirannya.
Intervensi Keperawatan :
1.Mengatakan hal sejujurnya kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.
Rasional :
Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
2.Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.
Rasional :
Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu klien.
3.Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien.
Rasional :
Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.























DAFTAR PUSTAKA


Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.
George L, Adams. 1997. BOEIS : Buku ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC. Jakarta.
Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan RSUD Dr Soetomo Surabaya
Rukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. EGC. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar