Jumat, 16 Desember 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PERITONITIS


II. KONSEP DASAR PERITONITIS

A. DEFINISI

Peritonitis adalah peradangan rongga peritoneal yang merupakan penyebaran peradangan dari saluran pencernaan, organ reproduksi wanita dan lingkungan luar melalui perforasi, trauma dan pembuluh darah.

B. ETIOLOGI

Peritonitis disebabkan oleh kontaminasi rongga peritoneal oleh bakteri atau bahan kimia. Penyebab paling sering adalah invasi bakteri ke dalam rongga peritoneal melalui perforasi traktus gasrointestinal atau melalui pembuluh darah yang berhubungan dengan keadaan-keadaan sebagai berikut :

1. Appendisitis

2. Ulkus Peptikum

3. Divertikulitis

4. Gangreneous gallbladder

5. Gangren obstruksi usus kecil

6. Hernia

7. Volvulus

8. Ruptur ginjal

9. Dan lain-lain.

Biasanya terdapat campuran berbagai jenis kuman yang menyebabkan peritonitis seperti : E. Coli, Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus dan Gonokokus. Di samping itu peradangan juga dapat disebabkan oleh agen kimiawi seperti : asam lambung, enzim-enzim pankreas, digestive juices dan jaringan nekrotik.


C. PATOFISIOLOGI

Berdasarkan etiologinya, patofisiologi terjadinya peritonitis dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Peritonitis Primer.

Peritonitis primer merupakan infeksi akut bakteri yang menyebar melalui sistem vaskuler tanpa adanya perforasi traktus gastrointestinal. Biasanya terjadi pada anak-anak dengan sindrom nefrotik atau sirosis hati dan pada wanita dengan infeksi organ reproduksi interna.

2. Peritonitis Sekunder

Peritonitis sekunder terjadi dengan masuknya kuman dan agen kimiawi ke rongga peritonium karena adanya perforasi pada traktus gastointestinal.

3. Peritonitis karena adanya benda asing dalam rongga peritonium seperti :

a. Kateter ventrikulo-peritoneal yang dipasang pada terapi hidrosefalus.

b. Kateter peritoneo-jugular untuk mengurangi asietas.

c. Continuous ambulatory peritoneal dialysis.

D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis peritonitis bervariasi tergantung kepada penyebabnya, cepat-lambatnya perkembangan penyakit dan kemampuan tubuh melokalisasi peradangan. Selengkapnya dapat ditemukan gambaran klinis sebagai berikut :

1. Nyeri abdomen ( terlokalisir, atau menyebar ke pundak dan dada)

2. Kekakuan abdomen

3. Distensi abdomen

4. Peristaltik usus menurun sampai hilang.

5. Nausea, anorexia, vomitus

6. Tidak dapat mengeluarkan flatus atau feses

7. Demam tinggi.

8. Takikardia

9. Dehidrasi, turgor kulit menurun, volume urine menurun.

10. Cegukan

11. Pernapasan dangkal

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Dari pemerikasaan diagnostik dapat diperoleh data sebagai berikut :

1. Jumlah lekosit 20.000/mm3 dengan jumlah netrofil yang tinggi.

2. Foto abdomen (x ray) mungkin menggambarkan adanya perforasi, dilatasi dan edema usus, udara atau cairan dalam rongga peritonium.

3. Bila klien muntah-muntah dan dehidrasi, mungkin terjadi gangguan kesimbangan cairan dan elekrolit.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

Terapi medis meliputi :

1. Pemberian cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin.

2. Analgesik

3. Penghisapan nasogastrik, puasa

4. Terapi oksigen

5. Lavase peritoneal dengan antibiotik

6. Intervensi bedah.


III.ASKEP PERITONITIS

A. PENGKAJIAN

Dari pengkajian dapat ditemukan data sebagai berikut :

1. Nyeri abdomen dan kekakuan di atas area inflamasi

- Nyeri lepas

- Dapat menyebar ke bahu

2. Distensi abdomen

3. Anoreksia

4. Mual, muntah

5. Biing usus menurun samapai hilang

6. Tidak dapat mengeluarkan feses atau flatus

7. Menggigil, demam

8. Takikardia

9. Hipotensi

10. Leukositosis

11. Ansietas

12. Pernapasan torakal, cepat dan dangkal

13. Emesis fekal.

Pemeriksaan diagnostik meliputi :

1. Jumlah darah lengkap :

- Lekosit meningkat samapi 20.000/mm3

2. Pemeriksaan radiologis abdomen.

3. Aspirasi peritoneal.

B. DIAGNOSA, INTERVENSI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

1. Perubahan volume cairan yang berhubungan dengan peningkatan aliran darah ke peritonium, muntah, dan atau perforasi gastrointestinal.

a. Intervensi :

1) Pertahankan puasa, kaji status hidrasi

2) Pantau tanda vital dan CVP setiap jam, observasi tanda syok.

3) Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin.

4) Timbang berat badan setiap hari dengan waktu, pakaian dan timbangan yang sama.

5) Ukur masukan dan haluaran setiap 8 jam, ukur haluaran urine setiap jam, bila kurang dari 30 sampai 50 ml/jam beritahu dokter.

6) Bantu dalam aspirasi/lavase peritoneal.

7) Pantau elektrolit, gas darah, Hb dan Ht.

8) Lakukan latihan rentang gerak pasif atau bantu dan ajarkan.

b. Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi :

Pasien akan menunjukkan :

1) Hidrasi yang adekuat dengan turgor kulit normal dan membran mukosa lembab.

2) Tanda vital stabil.

3) Masukan dan haluaran seimbang.

2. Ketidakefektifan pola napas sekunder terhadap nyeri abdomen dan distensi.

a. Intervensi :

1) Kaji status pernapasan, pantau terhadap adanya pernapasan dangkal dan cepat.

2) Pertahankan tirah baring dalam lingkungan yang tenang dengan kepala ditinggikan 350 – 450 .

3) Pantau terapi oksigen

4) Bantu dan ajarkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam dan napas dalam setiap 1 samapi 2 jam.

5) Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam.

b. Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi :

Pasien akan :

1) Menunjukkan pernapasan dan bunyi napas normal.

2) Mendemonstrasikan kemampuan untuk melakukan latihan pernapasan.

3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan muntah dan kurang masukan.

a. Intervensi :

1) Pantau selang nasogastrik atau selang usus naso-oral; sambungkan ke alat penghisap rendah intermitten.

2) Pantau karakter, jumlah, warna dan bau drainase.

3) Pantau terhadap keluarnya flatus

4) Auskultasi abdomen terhadap bising usus setiap 8 jam.

5) Pantau NPT sesuai indikasi.

6) Bila bising usus kembali dan selang nasogastrik-usus diangkat, berikan diet cairan jernih sesuai toleransi.

b. Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi :

Pasien akan :

1) Mengungkapkan tidak ada mual/muntah.

2) Mentoleransi diet dengan adekuat.

4. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan ditensi.

a. Intervensi :

1) Kaji tipe, lokasi dan beratnya nyeri.

2) Berikan analgesik setelah diagnosis dibuat

3) Kaji keefektifan tindakan penghilang nyeri.

4) Pertahankan posisi nyaman untuk meminimalkan stres pada abdomen dan ubah posisi dengan sering.

5) Berikan periode istirahat yang terencana

6) Diskusikan dan ajarkan pilihan teknik penatalaksanaan nyeri.

b. Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi :

Pasien akan :

1) Mengungkapkan tidak ada nyeri atau nyeri berkurang.

2) Menunjukkan kemampuan melaksanakan teknik penatalaksanaan nyeri.

5. Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi.

a. Intervensi :

1) Kaji tingkat ansietas.

2) Kaji keterampilan koping saat ini

3) Jelaskan semua tindakan dan prosedur

4) Beri penguatan atas penjelasan dokter tentang penyakit dan tindakan.

5) Bantu dan ajarkan teknik relaksasi

6) Diskusikan dan ajarkan pilihan teknik penatalaksanaan nyeri.

b. Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi :

Pasien akan :

1) Mengekspresikan perasaan dan pemahaman cara koping positif.

2) Menunjukkan lebih relaks dan nyaman.

—ooOoo—

DAFTAR PUSTAKA

Hugh A. F. Dudley (Ed), Hamilto Bailey, Ilmu Bedah, Edisi XI, Gajah Mada University Press, 1992

Diane C. Baugman, Joann C. Hackley, Medical Surgical Nursing, Lippincott, 1996

Donna D. Ignatavicius, at al., Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach, 2nd Edition, WB. Saunders Company, Philadelphia, 1991.

Susan Martin Tucker, at al., Standar Perawatan Pasien : Proses keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi, Edisi V, Volume 2, EGC, Jakarta, 1998.

Joice M. Black, Esther Matassarin Jacobs, Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Contuinity of Care, 5th Edition, WB. Saunders Company, Philadelphia, 1997.

Soeparman, Sarwono Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1990.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar