DIET IBU HAMIL
PADA HIPEREMESIS, PRE EKLAMSIA, EKLAMSIA DAN KONSTIPASI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Diet Ibu Hamil pada Hiperemesis, Pre eklamsia dan Eklamsia serta Konstipasi” dengan lancar.
Maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Gizi Reproduksi serta menambah pengetahuan tentang macam–macam diet ibu hamil khususnya pada ibu hamil dengan hiperemesis, pre eklamsia dam eklamsia serta konstipasi kepada pembaca. Hal ini karena banyak yang tidak mengetahui bagaimana cara penanganannya pada ibu hamil sehingga dapat membahayakan jiwa ibu hamil maupun janin yang di kandungnya. .
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan karena kurangnya pengetahuan dan terbatasnya referensi yang kami dapatkan, sehingga kami memerlukan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami mengharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pengetahuan bagi pembaca tentang penyakit menular seksual pada manusia.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
C. Sistematika Penulisan ............................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hiperemesis gravidarum.......................................................... 6
B. Pre eklamsia dan Eklamsia....................................................... 16
. C. Konstipasi................................................................................ 30
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 18
B. Saran ....................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekurangan gizi hingga kini masih menjadi masalah besar bagi dunia ketiga, termasuk Indonesia. Masalah gizi menjadi serius sebab akan berdampak pada melemahnya daya saing bangsa akibat tingginya angka kesakitan dan kematian, serta timbulnya gangguan kecerdasan dan kognitif anak. Golongan yang paling rentan terhadap kekurangan gizi adalah ibu hamil, bayi, dan balita. Kecenderungan semakin tingginya angka Kekurangan Energi Protein (KEP) pada ibu hamil akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian ibu serta ibu yang melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Bayi yang lahir dengan berat di bawah normal (2.500 gram) rentan terhadap gangguan pertumbuhan dan kecerdasan. Anak yang kekurangan gizi saat lahir atau semasa bayi berisiko tinggi terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah, serta diabetes melitus pada masa dewasa. Risiko kematian akibat kekurangan gizi juga lebih besar, justru dalam usia produktif. Pada kehamilan, selain terjadi perubahan fisiologis juga disertai perubahan psikologis. Psikologis memegang peranan yang penting dalam timbulnya hiperemesis seperti Beberapa dampak lain dari terjadinya kondisi hiperemesis gravidarum pada wanita hamil yaitu dapat terjadi perdarahan berupa bercak padaotak, perdarahan sub endokardial pada jantung, pucat-degenerasi pada tubuli kontorti ginjal dan kemungkinan adanya hepar pada tingkat ringan. Penanganan yang dapat dilakukan pada kondisi tersebut salah satunya dengan cara memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan kepada ibu-ibu dan pengaturan makanan (diet) yang tepat dengan maksud menghilangkan rasa takut dan menghilangkan faktor psikis. Selain perdarahan dan infeksi dan kondisi-kondisi non fisiologis, pre-eklampsia dan eklampsia juga merupakan penyebab kematian ibu dan perinatal yang tinggi terutama di negara berkembang. Kematian karena eklampsia meningkat dengan tajam dibandingkan pada tingkat pre-eklampsia berat. Oleh karena itu, menegakkan diagnosis dini pre-eklampsia dan mencegah agar jangan berlanjut menjadi eklampsia merupakan tujuan pengobatan. Diperkirakan pre-eklampsia terjadi 5% kehamilan, lebih sering ditemukan pada kehamilan pertama. Juga pada wanita yang sebelumnya menderita tekanan darah tinggi atau menderita penyakit pembuluh darah. Karena itu kejadian kejang ini harus dihindarkan. Maka apabila pre eklampsia tidak diobat secara tepat bisa berakibat fatal, yaitu kematian bayi yang dikandung, bahkan termasuk ibunya sendiri.
B. Tujuan
1. Tujuan umun
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Gizi Reproduksi dan untuk menambah peneetahuan mahasiswa tantang diit ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum, pre eklamsia dan eklamsia serta konstipasi.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui bagaimanakah diet komplikasi kehamilan berupa hiperemesis gravidarum?
b. Untuk mengetahui bagaimanakah diet komplikasi kehamilan berupa pre elamsia dan eklamsia?
c. Untuk mengetahui bagaimanakah diet kompliet komplikasi kehamilan berupa konstipasi?
C. Sistematika Penulisan
Sebagai langkah akhir dalam penulisan makalah ini, maka klasifikasi sistem penulisannya meliputi Bab I pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan, Bab II pembahasan didalamnya dibahas mengenai diet komplikasi kehamilan pada hiperemesis gravidarum, pre eklamsia dan eklamsia serta pada konstipasi. Bab III merupakan bab terakhir dalam penulisan makalah ini yang berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hiperemesis Gravidarum
1. Pengertian
a. Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah pada ibu hamil yang hebat sehingga menggangu pekerjaan sehari-hari, dan keadaan umum menjadi buruk (Prawirohardjo, 1996).
b. Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang terjadi secara terus-menerus, sehingga menggangu kehidupan sehari-hari serta menimbulkan kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit (Manuaba, 1998).
c. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
d. Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD, Hal:232)
e. Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal:112)
Dari beberapa pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum merupakan komplikasi dari kehamilan yang menyebabkan mual dan muntah yang terjadi secara terus menerus sehingga menganggu kehidupan sehari-hari serta menimbulkan kekurangan cairan.
2. Etologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor prodisposisi yang dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Faktor adaptasi dan hormonal
Pada waktu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi Hiperemesis Gravidarum dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, wanita primigravida overdistensi rahim, ganda dan hamil molahidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan koreonik gonadotropin, sedangkan pada hamil ganda dan molahidatidosa jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum
b. Faktor Psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum jelas, jelas besar kemungkinan bahwa wanita yang mendadak kehamilan, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dan sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit penderitanya dapat berkurang sampai menghilang.
c. Faktor Alergi
Pada kehamilan, dimana diduga terjadi invasi jaringan vili karralis yang masuk kedalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum.
3. Manifestasi Klinis
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai Hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
a. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, nafsu makan tdak ada, berat badan menurun dengan merasa nyeri pada epigastrium, nadi meningkat sekitar 100/menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah kering dan mata cekung.
b. Tingkat II
Penderita tampak lemah dan apatis, turgor kulit mengurang, bibir mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterik, berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi, aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan karena memounyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan di urine.
c. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari samnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tekanan darah menurun, komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensepalopatiwernikle, dengan gejala nestagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B kompleks timbulnya ikterus menunjukkan payah hati.
4. Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual dan muntah adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologis hormon progesteron ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem syaraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Hiperemesis Gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada ibu hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit, penurunan berat badan, efek sistemik dan menimbulkan kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologis merupakan faktor utama, di samping pengaruh hormonal, yang jelas wanita yang sebelum kehamilannya sudah menderita lambung spesifik (khas) dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami hiperemesis gravidarum yang berat.
Hiperemesis Gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan protein. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam asetan-asetik, asam hidroksitirat dan aseton dalam serum. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Melalui muntah dikeluarkan sebagaian cairan lambung serta elektrolit natrium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah, sehingga semakin berkuarng dalam keseimbangan tubuh semakin menambah berat terjadinya muntah. Natrium dan klorida darah turun, dengan demikianjuga klorida air kemih ( Prawiroharjo, 1996)
5. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengubah emesis agar tidak terhadi Hiperemesis :
a. Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses psikologis.
b. Makan sedikit-sedikit tetapi sering, berikan makanan selingan super biskuit, roti kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur. Hindari makanan berminyak dan berbau, makanan sebaik disajikan dalam keadaan hangat.
c. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan muntah, difekasi hendaknya diusahakan terakhir.
6. Penatalaksanaan
Konsep pengobatan yang dapat diberikan sebagai berikut :
a. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik, alat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk kedalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan tidak diberikan makan atau minum selama 24 jam kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang / hilang tanpa pengobatan.
b. Terapi psikologik
Perlu di yakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, norma dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan khawatir, hilangkan rasa takut olehkarena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
c. Cairan Parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup ekektrolit, karbohidrat dan proten dengan glukosa % dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C bila ada kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan keluar, air kencing perlu diperiksa terhadap protein. Astion, khorida dan bilirubin, suhu dan udara perlu diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3x sehari. Dilakukan pemeriksaan hemaltrokrit. Pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam pertama penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat di coba untuk memberikan minuman dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan.
d. Obat yang dapat diberikan
Memberikan obat pada hiperemesis gravidarum sebaiknya berkomunikasi dengan dokter, sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (susunan obat) yang dapat diberikan adalah :
1) Sedativa ringan
a) Phenobarhal (luminal) 30 mgr
b) Valium
2) Inti Alergi
a) Medramer
b) Dramamin
c) Avemim
3) Obat anti mual-muntah
a) Mediamer B6
b) Emetrole
c) Stimetil
d) Avopreg
4) Vitamin
a) Terutama vitamin B kompleks
b) Vitamin C
e. Menghentikan kehamilan
Pada sebagian kecil kasus, keadaan tidak menjadi baik bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirrum, kebutaan, takhikardi, iklerus, anuriq, dan perdarahan merupakan monifestasi komplikasi organik dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terputik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat tetapi dalam pihak tidak boleh menunggu sampai menjadi gejala irreversibel pada organ vital (Prawirohardjo, 1992).
7. Diet Komplikasi Kehamilan Hiperemesis Gravidarum
a. Tujuan Diet
Tujuan diet hiperemesis adalah untuk:
1). Mengganti persedian glikogen tubuh untuk mengontrol asidosis.
2). Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
b. Syarat diet
Syarat-syarat diet hiperemesis adalah:
1). Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total.
2). Lemak rendah, yaitu <>
3). Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
4). Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari.
5). Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna, dan diberikan sering dalam porsi kecil.
6). Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan malam dan selingan malam.
7). Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien.
c. Macam diet dan indikasi pemberian
Ada tiga macam diet hiperemesis, yaitu diet hiperemesis I, II, dan III
1). Diet hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan heperemesis berat, makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1-2 jam sesudahnya semua zat gizi pda makanan ini kurang kecuali vitamin C, sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.
2). Diet hiperemesis II
Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energi.
3). Diet hiperemesis III
Diet hiperemesis III diberikan pada pasien dengan hiperemesis ringan. Sesuai dengan kesanggupan pasien, minuman boleh diberikan bersama makanan, makanan ini cukup energi dan semua zat gizi.
d. Bahan makanan Sehari-hari
Bahan Makanan
Diet Pre-eklamsia I
Diet Pre-eklamsia II
Diet Pre-eklamsia III
Berat
jumlah
Berat
Jumlah
Berat
Jumlah
Beras
-
-
150
2 gls nasi
200
3 gls nasi
Roti
120
6 iris
80
4 iris
80
4 iris
Biskuit
-
-
20
2 bh
40
4 bh
Daging
-
-
100
2 ptg sdg
100
2 ptg sdg
Telur ayam
-
-
50
1 btr
50
1 btr
Tempe
-
-
50
2 ptg sdg
100
4 ptg sdg
Sayuran
-
-
150
1 ½ gls
150
1½ptg sdg
Buah
700
7 ptg sdg pepaya
400
4 ptg sdg pepaya
400
4 ptg sdg pepaya
Minyak
-
-
-
-
10
1 sdm
Margarin
10
1 sdm
20
2 sdm
Jam
30
3 sdm
20
2 sdm
20
2 sdm
Gula pasir
50
5 sdm
30
3 sdm
-
-
Susu
-
-
-
-
200
1 gls
e. Nilai gizi
Diet Hiperemesis
I
Diet Hiperemesis II
Diet Hiperemesis III
Energi (kkal)
1100
1700
2300
Protein (g)
15
57
73
Lemak (g)
2
33
59
Karbohidrat (g)
259
33
59
Kalsium (mg)
100
300
400
Besi (mg)
9,5
17,9
24,3
Vitamin A (RE)
542
2202
2270
Tiamin (mg)
0,5
0,8
1,0
Vitamin C (mg)
283
199
199
Natrium (mg)
-
267
362
f. Pembagian bahan makanan sehari diet hiperemesi I
Waktu
Bahan Makanan
Jumlah
Pukul 08.00
Roti panggang
2 iris
Jam
1 sdm
Pukul 10.00
Air jeruk
1 gls
Gula pasir
1 sdm
Pukul 12.00
Roti panggang
2 iris
Jam
1 sdm
Pepaya
2 ptg sdg
Gula pasir
1 sdm
Pukul 14.00
Air jeruk
1 gls
Gula pasir
1 sdm
Pukul 16.00
Pepaya
1 ptg sdg
Pukul 18.00
Roti panggang
2 iris
Jam
1 sdm
Pisang
1 bh sdg
Gula pasir
1 sdm
Pukul 20.00
Air jeruk
1 gls
Gula pasir
1 sdm
g. Pembagian bahan makanan sehari diet hiperemesis II & III
Waktu
Bahan makanan
Diet hiperemesis II
Diet hiperemesis III
Berat (g)
urt
Berat(g)
urt
Pagi
Roti
40
2 iris
40
2 iris
Telur ayam
50
1 btr
50
1 btr
Margarine
5
½ sdm
10
1sdm
Jam
10
1 sdm
10
1 sdm
Buah
100
1 ptg sdg pepaya
100
1 ptg sdg pepaya
Pukul 10.00
Gula pasir
10
1 adm
10
1 adm
Biscuit
-
-
20
2 bh
Siang
Beras
75
1 gls nasi
100
1 ½ gls nasi
Daging
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
Sayuran
75
¾ gls
50
½ bh bsr
Buah
100
1 ptg sdg
100
1 ptg sdg
Minyak
-
-
5
½ sdm
Pukul 16.00
Buah
100
1 ptg sdg pepeya
100
1 ptg sdg pepaya
Gula pasir
10
1 sdm
20
2 sdm
Biscuit
20
2 bh
20
2 bh
Agar
-
-
2
½ sdm
Susu
-
-
200
1 g
Malam
Beras
75
1 gls nasi
100
½ gls nasi
Ayam
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
Tempe
25
1 ptg sdg
50
2 ptg sdg
Sayuran
75
¼ gls
75
¾ gls
Buah
100
1 ptg sdg pepeya
100
1 ptg sdg papaya
Minyak
-
-
5
½ sdm
Pukul 20.00
Roti
40
2 iris
40
2 iris
Margarine
5
½ sdm
10
1 sdm
Jam
10
1 sdm
10
1 sdm
Gula pasir
10
1 sdm
10
1 sdm
h. Contoh menu sehar
Pagi
Siang
Malam
Roti panggang isi jam
Nasi
Nasi
Telur rebus
Perkedel daging panggang
Ayam & tempe, semur
Tahu bacam
Setup wortel
Setup bayam
Pisang
Papaya
Pukul 10.00
Pukul 16.00
Pukul 20,00
Selada buah
Selada buah
Roti panggang isi jam
Biskuit
The
Diet hiperemesis III
Menu diet hiperemesis III sama dengan diet hiperemesis II, kecuali pukul 10.00 dan 16.00 ditambah dengan biskuit agar-agar dan susu.
a. Makanan yang dianjurkan
Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah sebagai berikut:
Ø Roti panggang, biskuit, crackers.
Ø Buah segar, sari buah.
Ø Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh, dan kopi encer.
b. Makanan tidak yang dianjurkan
Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah makanan yang merangsang saluran cerna dan berbumbu tajam, bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengandung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap).
B. Preeklampsia
1. Pengertian
a. Pre eklampsi (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. (Manuaba, 1998).
b. Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan/atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi. Superimposed preeklampsia-eklampsia adalah timbulnya preeklampsia atau eklampsia pada pasien yang menderita hipertensi kronik. Menurut (Mansjoer et.al 2000)
c. Pre ekalmpsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan/koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi.Sumperimposed preeklampsia-ekklampsia adalah timbulnya preeklampsia atau eklampsia pada pasien yang menderita hipertensi kronik.
d. Menurut kamus saku kedokteran Dorland, preeclampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi,edema, dan proteinuria. Eklampsia adalah konvulsi dan koma, jarang koma saja, yang terjadi pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan disertai hipertensi, edema dan atau proteinuria.
2. Etiologi
Penyebab eklampsi dan pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab eklampsi dan pre eklampsi yaitu :
a. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
b. Sebab bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan
c. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus
d. Sebab jarangnya terjadi eklampsi pada kehamilan – kehamilan berikutnya
e. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma
3. Manifestasi klinik
Diagnosis preeklampsia ditegakan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu pemambahan berat badan yang berlebihan,edema, hipertensi, dan proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan,pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka.Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekenen sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolik > 15 mmHg yang di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolik pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat preeklampsia. Proteinuria apabila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukan +1 atau 2 ;atau kadar protein > 1g /l dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau porsi tengah, diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.
Disebut preeklampsia berat bila ditemukan gejaka berikut
1. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg
2. Proteinuria +> 5 g/24 jam atau > 3 pada tes celup
3. sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan
4. Nyeri epigastrium dan ikterus
5. Edema paru atau sianosis
6. Trombositopenia
7. Pertumbuhan janin terhambat
Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gajala preeklampsia disertai kejang atau koma. Sedangkan, bila terdapat gejala preeklampsia berat dusertai salah satu atau beberapa gejala dari nyeri kepala hebat , gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium dan keneikan tekanan darah yang progresif, dikatakan pasien tersebut menderita impending preeklampsia. Impending preeklampsia ditangani dengan kasus eklampsia.
4. Patofisiologi
Patofisiologi preeklampsia-eklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologi kehamilan. Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskular sistemik systemic vascular resistance (SVR), peningkatan curah jantung, dan penurunan tekanan osmotik koloid (kotak 21-1). Pada preeklampsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. Vasopasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai preeklampsia. Vasopasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap tekanan darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara prostasiklin prostagladin dan tromboksan A2. Peneliti telah menguji kemampuan aspirin (suatu inhibitor prostagladin) untuk mengubah patofisiologi preeklampsia dengan mengganggu produksi tromboksan. Investigasi pemakaian aspirin sebagai suatu pengobatan profilaksis dalam mencegah preeklampsia dan rasio untung-rugi pada ibu dan janin. Peneliti lain sedang mempelajari pemakaian suplemen kalsium untuk mencegah hipertensi pada kehamilan.
Selain kerusakan endotelil, vasospsme arterial turut menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan volume intravaskular, mempredisposisi pasien yang mengalami preeklampsia mudah menderita edema paru. Preeklampsia ialah suatu keadaan hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi dan proteinurea merupakan akibat hiperfungsi ginjal. Untuk mengendalikan sejumlah besar darah yang berfungsi di ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif, tetapi hal ini akhirnya akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang khas untuk preeklampsia. Hubungan sistem imun dengan preeklampsia menunjukkan bahwa faktor-faktor imunologi memainkan peran penting dalam perkembangan preeklampsia. keberadaan protein asing, plasenta atau janin bisa membangkitkan respons imunologis lanjut..
5. Klasifikasi Pre eklampsia
Pre eklampsia digolongkan ke dalam Pre eklampsia ringan dan Pre eklampsia berat dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
a. Pre eklampsia Ringan
1) Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
2) Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
3) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu. Edema umum, kaki, jari tangan dan muka.
4) Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.
5)
b. Pre eklampsia Berat
Diagnosa PEB ditegakkan apabila pada kehamilan >20 minggu didapatkan satu/lebih gejala/tanda di bawah ini:
1) Tekanan darah 160/110 mmHg
a) Ibu hamil dalam keadaan relaksasi (pengukuran tekanan darah minimal setelah istirahat 10 menit)
b) Ibu hamil tidak dalam keadaan his.
Ø Oigouria, urin kurang dari 500 cc/24 jam.
Ø Poteinuria 5 gr/liter atau lebih atau 4+ pada pemeriksaan secara kuantitatif.
Ø Terdapat edema paru dan sianosis.
Ø Gangguan visus dan serebral.
Ø Keluhan subjektif
c) Nyeri epigastrium
d) Gangguan penglihatan
e) Nyeri kepala
f) Gangguan pertumbuhan janin intrauteri.
g) Pemeriksaan trombosit
(Manuaba, 1998)
6. Pencegahan kejadian Pre eklampsia dan eklampsia
Pre eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan ynag berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk mencegah kejadian Pre eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan:
a. Diet-makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.
b. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring kearah kiri sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
c. Pengawasan antenatal (hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:
1) Uji kemungkinan Pre eklampsia:
a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri
c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
d) Pemeriksaan protein dalam urin
e) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum dan pemeriksaan retina mata.
2) Penilaian kondisi janin dalam rahim.
a) Pemantauan tinggi fundus uteri
b) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban
7. Penanganan Pre eklampsia
a. Penanganan Pre eklampsia Ringan
Penanganan Pre eklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal. Pre-eklampsi dan eklampsi tidak memberikan respon terhadap diuretik (obat untuk membuang kelebihan cairan) dan diet rendah garam. Penderita dianjurkan untuk mengkonsumsi garam dalam jumlah normal dan minum air lebih banyak. sangat penting untuk menjalani tirah baring. Penderita juga dianjurkan untuk berbaring miring ke kiri sehingga tekanan terhadap vena besar di dalam perut yang membawa darah ke jantung berkurang dan aliran darah menjadi lebih lancar. Untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah kejang, bisa diberikan magnesium sulfat intravena (melalui pembuluh darah). Jika pre-eklamsinya bersifat ringan, penderita cukup menjalani tirah baring di rumah, tetapi harus memeriksakan diri ke dokter setiap 2 hari. Jika perbaikan tidak segera terjadi, biasanya penderita harus dirawat dan jika kelainan ini terus berlanjut, maka persalinan dilakukan sesegera mungkin. Penderita pre-eklamsi berat dirawat di rumah sakit dan menjalani tirah baring.
Pada Pre eklampsia ringan penanganan simptomatis dan berobat jalan dengan memberikan:
1) Sedativa ringan
2) Obat penunjang
3) Nasehat
a) Lebih banyak istirahat baring penderita juga dianjurkan untuk berbaring miring ke kiri sehingga tekanan terhadap vena besar di dalam perut yang membawa darah ke jantung berkurang dan aliran darah menjadi lebih lancar.
b) Segera datang memeriksakan diri, bila tedapat gejala sakit kepala, mata kabur, edema mendadak atau berat badan naik. Pernafasan emakin sesak, nyeri pada epigastrium, kesadaran makin berkurang, gerak janin melemah-berkurang, pengeluaran urin berkurang.
4) Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat.
Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk penderita perlu memperhatikan hal berikut:
a) Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
b) Protein dalam urin 1 plus atau lebih
c) Kenaikan berat badan ½ kg atau lebih dalam seminggu
d) Edema bertambah dengan mendadak
e) Terdapat gejala dan keluhan subjektif.
Bila keadaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan 140-150/90-100 mmHg, tunggu persalinan sampai aterm sehingga ibu dapat berobat jalan dan anjurkan memeriksakan diri tiap minggu. Kurangi dosis obat hingga tercapai dosis optimal. Bila tekanan darah sukar dikendalikan, berikan kombinasi obat. Tekanan darah tidak boleh lebih dari 120/80 mmHg. Tunggu pengakhiran kehamilan sampai 40 minggu, kecuali terdapat pertumbuhan terhambat, kelainan fungsi hepar/ginjal, dan peningkatan proteinuria (3). Pada kehamilan >37 minggu dengan serviks matang, lakukan induksi persalinan. Persalinan dapat dilakukan spontan atau dipercepat dengan ekstraksi.
b. Penanganan Pre eklampsia Berat
Bidan yang mempunyai polindes dapat merawat penderita Pre eklampsia berat untuk sementara, sampai menunggu kesempatan melakukan rujukan sehingga penderita mendapat pertolongan yang sebaik-baiknya.
Penderita diusahakan agar:
1) Terisolasi sehingga tidak mendapat rangsangan suara ataupun sinar.
2) Dipasang infus glukosa 5%
3) Dilakukan pemeriksaan:
a) Pemeriksaan umum: pemeriksaan tiap jam; tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan.
b) Pemeriksaan kebidanan: pemeriksaan denyut jantung janin tiap 30 menit, pemeriksaan dalam (evaluasi pembukaan dan keadaan janin dalam rahim).
c) Pemasangan dower kateter
d) Evaluasi keseimbangan cairan
e) Pemberian MgsO4 dosis awal 4 gr IV selama 4 menit
4) Setelah keadaan Pre eklampsia berat dapat diatasi, pertimbangan mengakhiri kehamilan berdasarkan:
a) Kehamilan cukup bulan
b) Mempertahankan kehamilan sampai mendekati cukup bulan
c) Kegagalan pengobatan Pre eklampsia berat kehamilan diakhiri tanpa memandang umur.
d) Merujuk penderita ke rumah sakit untuk pengobatan yang adekuat.
Mengakhiri kehamilan merupakan pengobatan utama untuk memutuskan kelanjutan Pre eklampsia menjadi eklampsia. Dengan perawatan sementara di Polindes, maka melakukan rujukan penderita merupakan sikap yang paling tepat.
8. Diet Komplikasi Kehamilan Pre Eklampsia dan Eklamsia
a. Tujuan Diet
1) Mencapai dan mempertahankan status gizi normal
2) Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
3) Mencegah atau mengurangi tekanan darah normal
4) Mencapai keseimbangan nitrogen
5) Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
6) Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
b. Syarat Diet
Syarat-syarat diet preeklampsia adalah:
1) Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
2) Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
3) Protein tinggi (1 ½ g/kg berat badan)
4) Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda
5) Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
6) Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
7) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
8) Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernafasan.
c. Macam diet dan indikasi pemberian
1). Diet preeklampsia I
Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsia berat. Diet preeklampsia I diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
2) Diet preeklampsia II
Diet preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
2). Diet preeklampsia III
Diet preeklampsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.
d. Bahan Makanan Sehari
Bahan Makanan
Diet Pre-eklamsia I
Diet Pre-eklamsia II
Diet Pre-eklamsia III
Berat (g
Jumlah
Berat (g)
Jumlah
Berat (g)
Jumlah
Beras
-
-
150
3 gls tim
200
4 gls tim
Telur
-
-
50
1 btr
50
1 btr
Daging
-
-
100
2 ptg
100
2 ptg sdg
Tempe
-
-
50
2 ptg
100
4 ptg sdg
Sayuran
-
-
200
2 gls
200
2 gls
Sari buah/buah
1000
5
400
4 ptg sdg
400
4 ptg sdg pepaya
Gula pasir
80
8
30
3 sdm
30
3 sdm
Minyak nabati
-
-
15
1 ½ sdm
25
2 ½ sdm
Susu bubuk *
75
15
25
5 sdm
50
10 sdm
*) Susu khusus ibu hamil. Bila diberikan susu biasa, energi hanya sebagian yang terpenuhi
e. Nilai gizi
Diet Pre eklamsia
I
Diet Pre eklamsia
II
Diet Pre eklamsia III
Energi (kkal)
1032
1604
2128
Protein (g)
20
56
80
Lemak (g)
19
44
63
Karbohidrat (g)
211
261
305
Kalsium (mg)
600
500
800
Besi (mg)
6,9
17,3
24,2
Vitamin A (RE)
750
2796
3035
Tiamin (mg)
0,5
0,8
1,0
Vitamin C (mg)
246
212
213
Natrium (mg)
228
248
.
f. Pembagian bahan makanan sehari
Waktu
Bahan Makanan
Jumlah
Pukul 06.00
Teh
1 gls
Pukul 08.00
Sari tomat
1 gls
Susu
1 gls
Pukul 10.00
Sari jeruk
1 gls
Pukul 13.00
Sari alpokat
1 gls
Susu
1 gls
lPukul 16.00
Sari tomat
1 gls
susu
1 gls
Pukul 18.00
Sari pepaya
1 gls
Sari jeruk
1 gls
Pukul 20.00
Teh
1 gls
Susu
1 gls
g. Pembagian bahan makanan sehari diet pre eklamsia II & III
Waktu
Bahan makanan
Diet pre eklamsia II
Diet pre eklamsia III
Berat (g)
urt
Berat(g)
urt
Pagi
Beras
50
1 gls tim
50
1 gls tim
Telur ayam
50
1 btr
50
1 btr
Sayuran
5
½ sdm
50
½ sdm
Minyak
5
5 sdm
5
½ sdm
Susu bubuk
25
1 sdm
25
5 sdm
Gula pasir
10
1 sdm
10
1 sdm
Pukul 10.00
Buah
100
1 ptg sdg pepaya
100
1 ptg sdg pepaya
Gula pasir
10
1 sdm
10
1 sdm
Siang
Beras
50
1 gls nasi
75
1 ½ gls nasi
Daging
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
Tahu
50
½ bh besar
100
1 bh besar
Sayuran
75
¾ gls
100
1 bh besar
Buah
100
1 ptg sdg papaya
100
1 ptg sdg papaya
Minyak
5
½ sdm
10
1 sdm
Pukul 16.00
Buah
100
1 ptg sdg
100
1 ptg sdg
Gula pasir
10
1 sdm
10
1 sdm
Susu bubuk
-
-
25
5 sdm
Malam
Beras
50
1 gls nasi
75
1½ gls nasi
Ikan
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
Tempe
25
1 ptg dg
50
2 ptg sdg
Sayuran
75
¼ gls
75
¾ gls
Buah
100
1 ptg sdg papaya
100
1 ptg sdg papaya
Minyak
5
½ sdm
10
1 sdm
h. Contoh menu sehari
Pagi
Siang
Malam
Nasi tim
Nasi tim
Nasi tim
Telur ceplok air
Daging bumbu terik
Ikan bumbu kuning
Tumis kacang panjang toge
Tahu bacam
Gandong tahu
Susu
pisang
Jeruk
Pukul 10.00
Pukul 16.00
Pukul 20,00
Selada buah
Jeruk
The
C. KONSTIPASI
1. Pengertian
Konstipasi merupakan kelambatan perlintasan sisa makanan karena penumpukan feses yang keras dan kering disertai defekasi yang nyeri, distensi abdomen serta massa yang bisa diraba. Konstipasi merupakan suatu keluhan, bukan panyakit. Konstipasi sulit didefinisikan secara tegas karena sebagai suatu keluhan terdapat vairasi yang berlainan antara individu. Konstipasi sering diartikan sebagi kurangnya frekuensi buang iar besar (BAB), biasanya kurang dari 3 kali per minggu dengan feses yang kecil – kecil dan keras, serta kadangkala disertai kesulitan sampai rasa sakit saat BAB.Batasan dari konstipasi klinis yang sesungguhnya adalah ditemukannya sejumlah besar feses memenuhi ampula rektum pada colok dubur, dan atau timbunan feses pada kolon, rektum, atau keduanya yang tampak pada foto polos perut.
2. Patofisiologi
Dipengaruhi oleh diet, komposisi tinja, motilitas saluran cerna, dan obstruksi mekanis. Agar terjadi defekasi normal, anak harus merasakan tinja didalam rektum, kemudian diafragma dan otot abdomen akan berkontraksi. Spingter anus harus berelaksasi sebagai respon terhadap dorongan bolus tinja. Kelainan komponen-komponen yang mengatur defekasi normal akan menimbulkan konstipasi.
3. Manifestasi klinis
Mula timbul dan lamanya konstipasi :
a. Konstipasi akut
Lamanya konstipasi : 1-4 minggu
Penyebab tersering : infeksi virus, obstruksi mekanis, dehidrasi, dan botulism infantil
b. Konstipasi kronik
Lama konstipasi : lebih dari 1 bulan
Penyebab : biasanya fungional, penyakit Hirschsprung
c. Pemeriksaan fisik
a) Bentuk feses
b) Adakah keterlambatan pertumbuhan, dihubungkan dengan penyebab organik atau hipertiroidisme
d. Pemeriksaan neurologis umum, dihubungkan dengan adanya inervasi sfingter ani atau striktur
e. Adakah distensi abdomen, prominen pada Hirschsprung atau konstipasi fungsional yang lama
f. Pemeriksaan rektal dapat ditemukan lesi stenosis atau dugaan Hirschsprung berupa rektum yang kosong dan pendek dan bila jari-jari dikeluarkan keluar gush yang tipik dari cairan dan gas. Pada konstipasi fungsional dapat diraba massa feses dibawah sfingter ani. Perhatikan adanya fissura in-ano atau lesi perianal lain.
4. Penyebab konstipasi pada kehamilan
a. Penekanan langsung pada usus oleh uterus dan janin
b. Berkurangya atau berubahnya asupan makanan dan cairan
c. Berkurangnya olah raga dan aktifitas fisik
d. Relaksasi otot polos usus yang ditimbulkan oleh hormon karena :
1). Peningkatan progesteron
2). Penurunan produksi motilin oleh dinding usus
3). Peningkatan enteroglukagon yang diproduksi oleh dinding usus
e. Impaksi fekal lebih cenderung terjadi pada kehamilan karena air dan garam diserap dengan jumlah yang lebih besar dalam kolon akibat :
1). Peningkatan waktu transit yang disebabkan oleh relaksasi otot polos usus
2). Kerja prolaktin
3). Aktifasi poros renin- angiotensin-aldosteron (glosarium) pada kehamilan dan peningkatan absorpsi garam serta air
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : urin lengkap (terutama pada konstipasi kronik), dan pemeriksaan kmungkinan kearah penyakit spesifik seperti hipotiroid, dan hiperkalsemi.
b. Barium enema, pada dugaan adanya lesi obstruksi distal.
c. Manometri rektal, perlu untuk diagnosis Hirschsprung atau ultra short segment namun positif.
d. Biopsi, pada Hirschsprung dapat ditemukan tidak adanya sel-sel ganglion, aktifitas kolinesterase meningkat.
6. Terapi
a. Aktivitas dan olahraga teratur
b. Asupan cairan dan serat (25 – 30 gram/hari) yang cukup
c. Latihan usus besar; penderita dianjurkan mengadakan waktu secara teratur tiap hari untuk memanfaatkan gerakan usus besarnya. Dianjurkan waktu ini adalah 5 – 10 menit setelah makan, sehingga dapat memanfaatkan refleks gastro-kolon untuk BAB. Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap terhadap tanda – tanda dan rangsangan untuk BAB, dan tidak menahan atau menunda dorongan untuk BAB ini.
d. Jika modifikasi perilaku kurang berhasil, ditambahkan terapi farmakologi, dan biasanya dipakai obat – obatan golongan pencahar.
Ada 4 tipe golongan obat pencahar:
1). Memperbesar dan melunakan massa fesef anatara lain:
a) cereal
b) methy selulos
c) psilium
2). Melunakan dan melincinkan feses, obat ini bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah penyerapan air.contohnya antara lain:
a) minyak kastor
b) golongan docusate
3). Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal, antara lain:
a) Sorbitol
b) Lactulose
c) Glycerin
4). Merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus besar. Golongan ini yang banyak dipakai. Perlu diperhatikan bahwa pencahar golongan ini bila dipakai untuk jangka panjang, dapat merusak pleksus mesenterikus dan berakibat dismotilitas kolon. Contohnya,
a) Bisakodil
b) Fenolptalein
e. Dijumpai konstipasi kronis yang berat dan tidak dapat diatasi dengan cara – cara tersebut diatas, mungkin dibutuhkan tindakan pembedahan. Pada umumnya, bila tidak dijumpai sumbatan karena massa atau adanya volvulus, tidak dilakukan tindakan pembedahan.
7. Pola Makan
a. Minum air yang cukup
Air 8 gelas sehari.Karena anda membutuhkan cairan yang cukup bagi anda dan juga bayi. Cairan dibutuhkan untuk membangun sel darah merah dan sirkulasi, serta mengatur suhu tubuh. Cairan diperlukan tubuh untuk mengatasi konstipasi.
b. Makan makanan berserat, buah-buahan dan sayuran
Perbanyaklah makan makanan yang berserat tinggi, buah-buahan dan sayuran dapat membantu mengatasi konstipasi anda selama kehamilan.
c. Kebutuhan energi dan protein
Kondisi kehamilan memang akan menyebabkan kebutuhan energi dan protein yang bertambah. Namun hal tersebut bukan berarti mentolerir seorang bumil dapat makan sebanyak banyaknya dengan alasan “makan untuk dua orang”. Penambahan energi yang direkomendasikan hingga masa akhir kehamilan berdasarkan hasil penelitian terbaru di bidang maternal tak lainnya hanya sebesar 85.000 kcal. Kcal sebesar 85 ribu ini pun telah mencakup energi yang dibutuhkan untuk membentuk jaringan baru, supply energi untuk jaringan baru, simpanan dalam bentuk lemak serta 10% energi yang hilang untuk metabolisme tubuh.
Dengan memperhitungkan masa kehamilan yang hanya 280 hari, rata rata penambahan kalori yang sebenarnya dibutuhkan oleh bumil hanya sebesar 300 kcal (85.000/280). Jumlah ekstra kalori tersebut tak lebih dari pengkonsumsian sebuah joghurt 250-300 gr dengan kadar lemak 3,5%!. Itupun sebenarnya ekstra kalori benar benar dibutuhkan khususnya sejak 5 bulan kehamilan. Penambahan kebutuhan protein sebenarnya hanya sebesar 0,9-1,0 gr per kg BB per hari. Meningkatkan konsumsi sumber protein sebanyak mungkin dengan alasan “hamil” juga sebenarnya bukan merupakan tindakan bijaksana. Jumlah protein yang ditambah sendiri biasanya hanya dianjurkan bila asupan energi juga cukup. Bila kondisi tersebut tidak dipenuhi, asam amino akan digunakan terlebih dahulu untuk produksi energi.
d. Kebutuhan Mikronutrisi Asam Folat dan Vitamin A
Tambahan asupan mikronutrisi juga dibutuhkan selama masa kehamilan. Asam folat, Vitamin A, Sodium, Kalsium, Magnesium, Besi, Yodium adalah beberapa mikronutrisi yang penting dicatat di masa ini.
Asam folat amat dibutuhkan saat terjadinya penambahan jumlah sel di masa awal kehamilan. Kekurangan asam folat biasanya akan dikaitkan dengan tingginya risiko si bayi mengalami “neural tube defects”, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan lahir prematur. Vitamin A dalam bentuk retinol berkontribusi terhadap kualitas pengelihatan si kecil. Pada daerah dengan masalah defisiensi vitamin A, transfer aktif vitamin A ke fetus akan tetap terjadi walau sang ibu memiliki serum-vitamin A yang rendah dalam darahnya. Bahkan di tri semester tiga kehamilan, fetus akan mulai menimbun vitamin A dalam organ hatinya. Kolostrum yang ibu produksi setelah melahirkan si kecil merupakan sumber makanan yang kaya akan vitamin A. Namun perlu diperhatikan bahwa seorang ibu yang mengalami defisiensi vitamin A tidak akan memiliki kuantitas transfer vitamin A yang cukup melalui plasenta dan ASI. Ibu menyusui yang berada di daerah endemik defisiensi vitamin A harus mendapatkan supplementasi vitamin A (200.000 IU) selama masa 8 minggu pertama setelah melahirkan. Supplementasi vitamin A ini tidak boleh dilakukan saat si ibu hamil mengingat adanya efek teratogenik yang diamati pada pemberian dosis tinggi vitamin A pada masa kehamilan. Kebutuhan Sodium, Kalsium, Magnesium. Pengkonsumsian sodium dan kalsium dengan jumlah “sedang” juga diperlukan. Kalsium berperan penting dalam mekanisme pengaturan selama masa kehamilan dan menyusui. Ia juga akan meningkatkan absorbsi intestinal yang terjadi. Biasanya, setelah masa 6-12 bulan sang ibu melewati masa menyusui, depot kalsium di tubuhnya akan kembali terisi. Seorang bumil yang mengkonsumsi kalsium minimal 1000 mg Ca/hari akan kecil memiliki risiko terkena PIH (Pregnancy Induced Hypertension). Kekurangan magnesium biasanya dialami oleh 5-30% bumil dengan ditandai adanya keluhan kram (Nocturnal Systremma). Suplementasi secara oral dari mikronutrisi ini terbukti akan mengurangi keluhan kram pada ibu yang sedang mengandung.
e. Kebutuhan Besi dan Iodium
Besi juga merupakan mikronutrisi yang amat diperlukan dalam masa kehamilan. Anemia saat kehamilan biasanya akan mempertinggi risiko terjadinya BBLR pada bayi, tingginya insidens kelahiran prematur dan meningkatkan kemungkinan terjadinya kematian pada ibu saat melahirkan. Perlu diingat, anemia tidak selalu disebabkan karena kekurangan besi dalam darah. Kebanyakan wanita menderita anemia yang disebabkan oleh kombinasi kekurangan besi, asam folat, vitamin B12 dan vitamin A.
Kekurangan iodium saat masa kehamilan sedapat mungkin harus dihindari. Seorang bumil idealnya harus memiliki persediaan iodium yang mencukupi agar transfer iodium ke fetus yang dikandungnya dapat mencukupi. Asupan iodium yang kurang dalam kehamilan dapat menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan otak fetus, BBLR, kretin dan kongenital yang abnormal. Mengingat pentingnya fungsi iodium dalam masa ini, bumil dianjurkan untuk mengkonsumsi produk produk fortifikasi iodium seperti garam ber-iodium dan minyak ber-iodium.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah pada ibu hamil yang hebat sehingga menggangu pekerjaan sehari-hari, dan keadaan umum menjadi buruk.
2. Tujuan diet hiperemesis gravidarum adalah mengganti persedian glikogen tubuh untuk mengontrol asidosis dan memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup. Selain itu diketahui pula bahwa diet hiperemesis terdiri dari tiga tahap.
3. Pre eklampsi (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan.
4. Tujuan diet preeklampsia adalah mencapai dan mempertahankan status gizi normal, mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal, mencegah atau mengurangi tekanan darah normal, mencapai keseimbangan nitrogen, menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal, mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan
5. Konstipasi merupakan kelambatan perlintasan sisa makanan karena penumpukan feses yang keras dan kering disertai defekasi yang nyeri, distensi abdomen serta massa yang bisa diraba.
6. Tujuan diet konstipasi adalah mencapai dan mempertahankan status gizi yang normal sehingga diharapkan pembuangan feses khususnya pada ibu hamil dengan dapat berjalan dengan lancar dan tidak mempengaruhi keshatan baik ibu maupun janin yang dikandungnya.
B. Saran
1. Diharapkan bagi petugas kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan bagi ibu hamil mengenai dampak yang dapat terjadi dari komplikasi pada masa kehamilan.
2. Bagi ibu hamil agar rajin dan memeriksakan kehamilannya secara rutin (setidaknya 1 kali setiap bulannya) dengan harapan dapat mengurangi risiko komplikasi pada kehamilan
3. Ibu hamil sebaiknya selalu mengkonsumsi makanan yang bergizi selama kehamilanya agar terhindar dari bahaya komplikasi kehamilan.
4. Sebaiknya ibu hamil segera menghubungi tenaga kesehatan terdekat jika terjadi tanda-tanda komplikasi kehamilan agar dapat segera memperoleh penanganan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar