FRAKTUR NASAL
A.
Definisi
Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi
jika tulang dikenai stress yang lebih besar daripada yang diabsorpsinya.
Fraktur nasal disebabkan oleh trauma
dengan kecepatan rendah. Sedangkan jika disebabkan oleh trauma kecepatan tinggi
biasanya berhubungan dengan fraktur wajah biasanya Le Fort tipe
1 dan 2. Selain itu, injury nasal juga berhubungan dengan cedera leher atau
kepala.
B.
Etiologi
Penyebab trauma nasal ada 4 yaitu:
1.
Mendapat serangan misal
dipukul.
2.
injury karena olah raga
3.
kecelakaan (personal accident).
4.
kecelakaan lalu lintas.
Dari
4 causa diatas, yang paling sering karena mendapat serangan misalnya dipukul dan
kebanyakan pada remaja. Jenis olah raga yang dapat menyebabkan injury nasal
misalnya sepak bola, khususnya ketika dua pemain berebut bola diatas kepala;
olah raga yang menggunakan raket misalnya ketika squash, raket dapat mengayun
ke belakang atau depan dan dapat memukul hidung atau karate; petinju.
Trauma
nasal yang disebabkan oleh kecepatan yang tinggi menyebabkan fraktur wajah.
C.
Patogenesis
Trauma
wajah disebabkan oleh 5 hal tergantung dari kecepatan dan kekerasan pukulan, yaitu :
1.
Bukan fraktur
Disebabkan pukulan yang tidak keras.
2.
Fraktur kelas 1
3.
Fraktur kelas 2
4.
Fraktur kelas 3
5.
fraktur Le Fort tipe
2 dan 3.
D.
Komplikasi
1.
Deviasi hidung
Deviasi dapat terjadi pada septum
nasal, tulang nasal atau keduanya.
2.
Bleeding
3.
Saddling
4.
kebocoran cairan serebrospinal
5.
komplikasi orbital
E.
Penatalaksanaan
1.
Deviasi
Tindakan yang dilakukan pada deviasi
septum biasanya dengan septoplasty. Selain itu seiring dengan perkembangan
bedah plastic untuk komestika, maka dapat dilakukan rhinoplasty. Rhinoplasty
adalah operasi plastic pada hidung. Ada
2 macam :
a.
Augmentasi rhinoplasty :
penambahan pada hidung. Yang harus diperhatikan tidak boleh menambahkan injeksi
silicon. Yang boleh digunakan adalah bahan dari luar, misalnya silicon padat
maupun bahan dari dalam tubuh sendiri misal tulang rawan, flap
kulit/dermatograft.
b.
Reduksi rhinoplasty : pengurangan
pada hidung.
2.
Bleeding
Terjadi bleeding karena lacerasi mucosal
sebaiknya dihentikan 24 jam dengan nasal packing atau jika persisten dan banyak
dilakukan dengan membuka arteri sphenopalatine atau arteri ethmoidal anterior.
Tempat terjadinya bleeding seharusnya diidentifikasi dan jika dari
sphenopalatine maka eksplorasi septal dikeluarkan dan ketika arteri dibebaskan
dari segmen fraktur biasanya dihentikan dengan packing (balutan). Jika arteri
ethmoidal masih terjadi bleeding setelah fraktur ethmoidal maka dilakukan
‘clip’ dengan ethmoid eksternal yang sesuai.
3.
Saddling
Biasanya terjadi pada fraktur kelas 3 dan
hasilnya adalah kegagalan untuk meng’extract’ tulang nasal dari bawah tulang
frontal atau terjadi malunion tulang nasal yang disebabkan fraktur laybirith
ethmoidal.
4.
Kebocoran cairan serebrospinal
Ini jarang terjadi. Ini hanya akan
terjadi jika fragmen tulang menginsersi ke dalam area dural tear (air mata)
maka akan terjadi kebocoran. Tindakan yang dilakukan dengan craniotomy frontal.
Perlu diperhatikan juga bahwa kebocoran bisa terjadi karena komplikasi dari
meningitis sehingga perlu diobservasi kondisi pasien post trauma dan periode
discharge. Penanganan dengan antibiotic prophylactic perlu dilakukan.
5.
Komplikasi orbital
Tindakan
dacryocystorrhinostomy dilakukan untuk mengatasi masalah.
F.
Diagnosa Keperawatan yang
muncul
1.
Nyeri akut b.d injury fisik
2.
Resiko infeksi
3.
PK : perdarahan
4.
Pola nafas tidak efektif b.d
deformitas tulang
5.
Kurang pengetahuan b.d
kurangnya informasi
6.
gangguan gambaran diri b.d injury/trauma
dan pembedahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar