TETRALOGI FALLOT
A.
Pendahuluan
Tetralogi fallot termasuk penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung kongenital atau penyakit
jantung bawaaan merupakan sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh
darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks
terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakanakan
meninggal waktu bayi. Oleh karena itu,
penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa menunjukkan bahwa
pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan
operasi dini pada usia muda. Ini yang menyebabkan perbedaan pola penyakit
jantung bawaan anak dan orang dewasa.
B.
Pengertian
Tetralogi fallot atau tetralogi of fallot adalah bentuk
terbanyak dari cyanotic type: merupakan 10-15% dari kelainan jantung bawaan.
C.
Gambaran Anatomis
Kelainan TF menunjukan adanya:
1.
VSD 9Ventrikular septal defect),
biasanya membranosa
2.
Obstruksi aliran jantung kanan
yang bermakna, biasanya stenosis pulmoner invundibular sehingga tekanan arteri
pulmonal dapat dipertahankan secara normal disertai dengan
3.
Hipertrofi ventrikel kanan dan
4.
Overriding aorta.
Kelainan yang sering menyertai TF dan mempunyai arti
bedah adalah:
1.
Right aortic arch, ditemukan
pada 25% TF
2.
Hypoplastic pulmonary trunk
atau
3.
ASD tipe ostium sekundum
(disebut pentalogi fallot)
4.
Anomali arteri koroner
D.
Gejala klinis dan diagnosis
Tetralohi fallot merupakan bentuk yang paling sering
ditemukan pada penyakit jantung bawaan sianotik. Stenosis pulmoner dapat berat, sehingga
aliran darah pintak dari kanan ke kiri meningkat melalui VSD, menyebabkan
sianosis, polisitemia, dan jari tabuh.
Beberapa dengan SP ringan mengakibatkan aliran pintas 2 arah sehingga
sianosis tidak begitu menonjol (acyanotik TF atau pink tetralogy). Umumnya sianosis tidak muncul pada saal
lahir.
Gejala yang sering muncul pada TF adalah:
1.
Cepat lelah, karena resistensi
vascular sistemik menurun, aliran pulmoner menurun dan akibatnya oxygen content
juga menurun
2.
Spells terutama pada saat
aktifitas, seperti menangis spasme otot-otot di outflow tract, sehingga
stenossi pulmoner akan meningkat, aliran pulmoner akan menurun pula. Spontanitas berjongkok atau duduk diatas
lutut pada anak yang lebih besar dapat mengakibatkan venous return, aliran paru
meningkat dan oxygen content juga akan meningkat.
Tanda-tanda TF yang dapat
dipergunakan untuk menegakkan diagnosis adalah sebagai berikut:
1. Gambaran jantung normal/kecil dan tidak
hiperaktif
2. Pada auskultasi terdengar bising sitolik
yang keras terutama di daerah garis sternal kiri bagian tengah, bunyi II
tunggal dan keras. Apabila stenosis
pulmoner berat, bising akan lebih lemah dari pada bising secara kontinu pada
PDA, atau kolateral bronkial dapat terdengar.
3. EKG menunjuukkan RVH dan aksis bergeser ke
kanan.
4. Foto rontgen menunjuukan besar jantung
normal, apex terangkat ke atas. Terdapat
cekungan pada lokasi arteri pulmonal yang memberikan gambaran pedang sabit
(coeur en sabot uppearance).
Vaskularisasi paru akan menurun, dan tampak pembesaran ventrikel kanan
pada proyek foto rontgen lateral.
5.
Echokardiogram
memperlihatkan dilatasi aurta overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,
bahkan VSD juga terlihat.
E.
Penatalaksanaan
Tindakan operasi dianjurkan
untuk semua pasien TF. Kateterisasi dan
angiografi dibutuhkan untuk konfirmasi diagnosis, tetapi terutama untuk
mengevaluasi struktur anatomik intracardiak dan hubungannya dengan pembuluh
jantung besar.
Pengobatan medis hanya
diberikan pada usia muda menunggu sampai koreksi total dilakukan. Usia ideal untuk koreksi total adalah 4-5
tahun, tetapi bila sianosis berat dan hypoxic spells terjadi maka operasi dapat
dilakukan juga pada bayi atau usia janin lebih muda.
Apabila koreksi total belum
dapat dilakukan sedangkan spells dan sianosis sangat berat, dapat dilakukan
aliran darah pintas sistemik pulmoner.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan aliran darah pulmoner dengan
harapan koreksi total dapat dilakukan kemudian.
Aliran pintas yang banyak dilakukan adalah operasi blalock-taussig. Pada usia muda sebelum koreksi total
pengobatan dan tindakan yang dapat dilakukan ialah:
1. Memberikan antibiotik untuk mencegah
terjadinya endokarditis
2. Memberikan propranolol untuk mencegah
spells.
3.
Mengobati/melakukan operasi
bila mungkin, untuk mencegah terjadinya abses otak
4.
Melakukan flebotomi, bila hematokrit
> 65%.
F.
Komplikasi
Komplikasi TF yang paling sering ialah cerebrovaskular
disease (CVD) dan abses cerebral. CVD
lebih sering terjadi pada tahun pertama dan erat hubungannya dengan thrombus
yang terjadi akibat polisitemia dan hypoxic spell. Abses cerebral lebih sering terjadi pada
tahun kedua. Hal ini erat hubungannya
dengan bacteri dan virus yang melewati VSD ke jantung kanan tanpa disaring oleh
paru-paru (Panggabean & Harun, 1996).
Sedang menurut Zuidema (1990) komplikasi TF:
·
Komplikasi serebral: ini karena
hipoksia, sehingga penderita sering mengeluh pusing, pening dan
sebagainya. Juga komplikasi ini
disebabkan adanya thrombosis cerebri akibat polisitemia.
·
Trombisis pada tempat lain
·
Tuberkolose paru-paru akibat
kurangnya darah yang mengalir ke paru-paru
·
Dapat timbul endokarditis
bakteriil sub akut
·
Dekompensasi jantung.
G.
Prognosis
Sebelum ada operasi harapan hidup anak-anak TF biasanya
meninggal waktu anak-anak, hanya 1-2 orang hidup lebih tua. Dengan adanya operasi, maka harapan hidup
bertambah, gejala-gejala klinis dapat berkurang atau bahkan hilang sama sekali
dan dapat lebih bertahan terhadap kerja fisis.
H.
Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
a.
Lakukan pengkajian fisik dengan
penekanan khusus pada warna, nadi (apical, perifer), pernafasan, tekanan darah
serta pemeriksaan dan auskultasi dada.
b.
Dapatkan riwayat kesehatan
termasuk bukti penambahan berat badan yang buruk, makan buruk, intoleransi
aktifitas, postur tubuh tidak umum, atau infeksi saluran pernafasan yang
sering.
Pada bayi;
a.
Sianosis-umum, khususnya
membrane mukosa, bibir dan lidah, konjungtiva, area vaskularisasi tinggi.
b.
Dispnea, khususnya setelah
kerja fisik seperti makan, menangis, mengejan.
c.
Keletihan
d. Pertumbuhan dan perkembangan buruk (gagal
tumbuh)
e.
Sering mengalami infeksi
saluran pernafasan.
f.
Kesulitan makan
g.
Hipotonia
h.
Keringat berlebihan
i.
Serangan sinkop seperti
hiperpnea paroksismal, serangan anoksia
j.
Pada anak yang lebih besar:
k.
Kerusakan pertumbuhan
l.
Pembangunan tubuh lemah, sulit,
keletihan
m.
Dispnea pada aktifitas
n.
Ortopnea
o.
Jari tabuh
p.
Berjongkok untuk menghilangkan
dispnea
q.
Sakit kepala
r.
Epistaksis
s.
Keletihan kaki
- Diagnosa yang mungkin muncul
a.
Resiko penurunan curah jantung
b.d defek struktur
b. Intoleransi aktivitas b.d
ketidakseimbangan suplai O2 dengan kebutuhan
c.
Pola nafas tidak efektif b.d.
kelemahan
d.
Resiko infeksi berhubungan
dengan prosedur invasive
e.
Kurang pengetahuan tentang
penyakit gagal jantung b.d. kurangnya sumber informasi.
f.
Cemas b.d krisis
situasional/maturasional, kebutuhan tidak terpenuhi, status ekonomi
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan Kesulitan makan
h. Keterlambatan tumbuh kembang b.d efek dari
ketidakmampuan fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, Pedoman
Perkembangan Anak di Keluarga, Jakarta, 1995.
IOWA Outcomes Project, Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi 2, 2000, Mosby
IOWA Outcomes
Project, Nursing Interventions
Classification (NIC), Edisi 2, 2000, Mosby
Nelson, 1992, Ilmu
Kesehatan Anak, Bagian 2, EGC, Jakarta
Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006,
Philadelphia USA
Wong, 2003, Keperawatan
Pediatrik, EGC, Jakarta
Yusuf, I., 1991, Retandasi mental, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Carpenito, rencana
Asuhan dan dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, 1995, EGC, Jakarta
Suriadi&Yuliani, Asuhan
Keperawatan Pada Anak, Edisi 1, 2001, CV. Sogung Seto, Jakarta
Zuidema, 1990, Kumpulan
Kuliah: Penyakit-Penyakit Jantung, Nur Cahaya.
Noer. S., Waspadji.S., Rachman.M., Lesmana.L.A,
Widodo.D., Isbagio.I., Alwi.I., Husodo.U.B., 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid 1, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar