Osteoartritis adalah penyakit reumatik yang
ditandai oleh kerusakan rawan sendi yang membungkus ujung tulang yang saling
bertemu membentuk persendian.
B. Patogenesis
Kerusakan rawan
pada sendi yang berfungsi sebagai bantalan peredam kejut, akan mengakibatkan
keradangan pada selaput sendi. Pecahan rawan sendi tersebut dapat masuk ke
rongga sendi dan mengakibatkan proses keradangan yang berkelanjutan.
Rawan sendi akan semakin
terkikis dengan berjalannya waktu dan mengakibatkan ujung tulang menjadi kasar
dan menimbulkan bunyi berderik. Sebagai jawaban tubuh memperbaiki kerusakan
tersebut, maka pada bagian dimana rawan sendinya sudah hilang akan dibentuk
pertulangan baru yang dikenal dengan osteofit (proses pengkapuran).
C.
Sendi mana yang paling sering terkena OA
Pada
dasarnya semu sendi yang memiliki pembungkus dapat terkena OA. Osteoartritis
pada tangan, lebih sering mengenai wanita, ada kecenderungan dimana anggota
keluarga yang lain juga menderita OA, serta lebih banyak melibatkan sendi jari
paling ujung. Sering terlihat adanya tonjolan-tonjolan yang dikenal dengan Nodus
Heberden.
Pada
laki-laki dan wanita seringkali dijumpai OA pada sendi jempol tangan. Sendi
tulang belakang terutama pada pinggang juga dapat terkena OA dan keadaan ini
disebut Spondilosis atau Spondilitis.
Persendian
yang menyangga berat tubuh adalah yang paling sering terkena OA, misalnya sendi
punggun dan sendi lutut.
Sendi
lainnya seperti sendi pergelangan kaki, sendi jari kaki, sendi bahu, juga tidak
terlepas dari serangan penyakit OA ini walaupun kekerapannya lebih rendah.
D. Tanda dan Gejala OA
Gejala yang
dikeluhkan pada pasien OA, tidak berjalan seiring dengan derajat kerusakan
rawan sendi atau gambaran rontgentnya. Sering gambaran rontgentnya normal namun
keluhan pasien berat.
Nyeri dan
kekakuan merupakan dua hal yang paling banyak dikeluhkan. Pada sekelompok
pasien, gejala ini dapat ringan walaupun perubahan gambaran rontgentnya berat.
Pada kelompok lainnya nyeri dapat demikian hebat disertai dengan pembengkakan
atau bahkan sendi terisi cairan yang banyak, walaupun perubahan gambaran
radiologik sangat ringan. Nyeri biasanya membaik dengan istirahat, namun pada
saat mulai berjalan akan terasa kaku.
Kelemahan
otot paha dan tungkai dapat terjadi dan memberikan rasa tidak enak pada sendi,
serta menyebabkan sendi menjadi lebih tidak stabil.
Osteoartritis
pada sendi ibu jari akan mengganggu pada saat seseorang menggenggam atau
memegang barang seperti cangkir. Pada sendi lutut, nyeri dapat dirasakan saat
berjalan, berdiri, serta memerlukan sedikit waktu untuk mengendurkan kekakuan
apabila telah duduk atau berdiri lama. Sedangkan pada OA yang menyerang sendi
leher atau pinggang, nyeri akan dirasakan sebagai nyeri leher atau pinggang dan
tidak jarang disertai dengan penjalaran nyeri ke lengan (OA leher) atau tungkai
(OA pinggang).
E.
Patofisiologi
Akibat peningkatan aktifitas enzim-enzim yang makromolekul
matriks tulang rawan sendi terjadi kerusakan fokal tulang rawan sendi secara
progresif dan pembentukan tulang baru pada dasar les tulang rawan sendi serta
tepi sendi (osteofit). Osteofit terbentuk sebaga suatu proses perbaikan untuk
membentuk kembali persendian sehingga di pandang sebagai kegagalan sendi yang
progresif.
F.
Diagnosis
Sebagaimana
lazimnya, maka diagnosis OA ditegakkan apabila terdapat keluhan OA seperti
nyeri, kaku sendi, kadang disertai pembengkakan. Identifikasi faktor resiko
juga tidak boleh diabaikan. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan badan yang
mencakup berbagai hal termasuk bunyi derik saat sendi digerakkan. Bunyi
demikian disebut krepitus. Lingkup gerak sendi, dan nyeri tekan atau nyeri pada
pergerakan tertentu seyogyanya tidak terlewati untuk diperiksa. Kadang kita
dapat meraba rasa hangat pada permukaan sendi yang terkena. Juga perubahan
bentuk sendi sebaiknya diidentifikasi. Apabila gejala dan tanda OA ditemukan,
maka pemeriksaan radiologik terhadap sendi yang bersangkutan dilakukan. Seperti
dikemukakan diatas, gambaran radiologik tidak berkesesuaian dengan berat
ringannya keluhan. Pemeriksaan lainnya seperti tes darah atau pengamatan
terhadap cairan sendi, terkadang diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain pada pasien yang dicurigai menderita OA.
G. Pengobatan OA
Terdapat
banyak ahli yang dapat membantu menyelesaikan masalah OA ini. Dapat disebutkan
diantaranya seperti dokter umum, ahli rehabilitasi medik/fisioterapi, ahli terapi
okupasional, ahli reumatologi, ahli bedah tulang, neurologis, petugas edukasi
kesehatan dan sebagainya, yang penting pasien jangan berobat setelah terjadi
deformitas (kecacatan pada tulang).
H. Perawatan Diri Sendiri
Perawatan diri sendiri serta kemauan untuk
mengatasi penyakitnya merupakan hal penting yang harus dimiliki semua pasien
OA. Walaupun diketahui bahwa belum ada pengobatan yang manjur untuk OA, namun
beberapa hal berikut ini dapat diterapkan. Salah satunya adalah tetap aktif
bergerak secara teratur dan rileks. Pada mereka yang demikian itu rasa nyeri
biasanya berkurang atau menghilang.
I.
Latihan Yang Benar
Latihan sangat berperan dalam
menanggulangi penyakit OA ini terutama berkaitan dengan nyeri. Kegunaan latihan adalah :
·
Mengurangi nyeri
·
Mempertahankan lingkup gerak
sendi
·
Meningkatkan kekuatan otot
·
Memperkuat tulang dan jaringan
penunjang
·
Mencegah kerusakan bentuk sendi
(deformitas)
·
Mempertahankan asupan makanan
ke sendi
·
Meningkatkan kesegaran tubuh,
dan
·
Mempertahankan
atau bahkan meningkatkan kemampuan untuk melakukan aktifitas hidup keseharian.
Latihan yang dilakukan beragam dapat di
air atau di daratan. Olah raga renang membantu mempermudah gerakan sendi akibat
bantuan efek mengapung air dan rasa hangat yang dapat mengurangi nyeri.
J.
Pengaturan Makanan
Tidak terdapat kaitan langsung antara
jenis makanan tertentu dengan kejadian OA. Pada umumnya kelebihan asupan
makanan akan mengakibatkan kegemukan atau kelebihan berat badan yang merupakan
salah satu faktor resiko pembebanan pada sendi terutama sendi penopang berat
badan.
K. Proteksi Sendi
Hal yang dimaksudkan agar sendi tidak mengalami pembebanan yang
berlebihan yang tentunya mengakibatkan rasa nyeri yang lebih hebat atau bahkan
kehilangan fungsinya.
Pasien OA diharapkan mampu mengenali
aktifitas, stress atau posisi tubuh yang menyebabkan peningkatan rasa nyeri.
Pasien OA diharapkan mampu mengenali
aktifitas, stress atau posisi tubuh yang menyebabkan peningkatan rasa nyeri.
Sebaiknya pasien OA merencanakan terlebih
dahulu apa yang akan dilakukannya. Juga pengurangan berat badan, istirahat yang
cukup, upaya mempermudah suatu aktifitas misalnya menggunakan alat bantu,
mengubah bebeapa bagian dari rumah seperti anak tangga diganti dengan rampa,
dapat membantu pula dalam mengatasi nyeri saat pasien dengan OA naik tangga.
L. Obat-Obatan
Banyak jenis obat yang dipakai untuk
mengurangi rasa sakit atau keradangan. Obat dimaksud dapat berupa penghilang
rasa sakit yang sederhana seperti parasetamol atau menggunakan obat anti
inflamasi non steroidal (OAINS). Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah
lama penggunaan obat, dosis obat dan efek samping yang mengganggu atau bahkan
dapat mengancam nyawa. Reaksi efek samping memang berbeda dari satu orang ke
orang lainnya, terbanyak adalah gangguan pada lambung seperti rasa perih atau
nyeri ulu hati, kembung, mencret dan sampai pendarahan lambung. Disamping itu
juga dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sampai kegagalan fungsi ginjal
kronik. Oleh sebab itu pemakaian obat-obatan harus sesuai dengan kepentingannya
dan bertanggung jawab.
Obat-obatan lain yang dapat membantu
adalah steroid atau hioluronan yang disuntikkan ke dalam sendi. Karena
memerlukan tindakan dan pemeriksaan khusus maka harus dilakukan oleh ahli rumah
sakit.
M. Fisioterapi
Tindakan fisioterapi sangat membantu
mengurangi kecacatan akibat OA dan meningkatkan kinerja pasien dalam melakukan
kegiatan sehari-hari.
N. Pembedahan
Pada keadaan tertentu dimana OA telah
mengakibatkan gangguan yang besar, maka tindakan koreksi bedah diperlukan.
Terbanyak dilakukan adalah penggantian sendi pada panggul dan lutut. Namun
demikian pada sendi bahu tindakan bedah ini juga dapat dilakukan.
- Rencana Asuhan Keperawatan
1.
Kerusakan mobilitas fisik sehubungan
dengan nyeri dan ketidaknyaanan, gangguan muskuloskeletal.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Ø Kesulitan dalam bergerak
Ø Keluhan nyeri
Ø Saat gerakan rentang gerak terbatas,
penurunan kekuatan otot.
Hasil yang diharapkan :
Ø Mempertahankan posisi dan fungsi,
dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur
Ø Menunjukkan peningkatan kekuatan dan
fungsi sendi serta tungkai yang sakit.
Ø Menyatakan pemahaman pengobatan individu
dan berpartisipasi dalam program rehabilitasi.
Intervensi :
a. Bantu rentang gerak pada sendi yang tidak
sakit.
b. Tingkatkan partisipasi program latihan
rutin
c. Dorong partisipasi aktifitas sehari-hari
d. Berikan penguatan positif.
2.
Nyeri sehubungan dengan usia lanjut,
penyakit sendi kronis sebelumnya
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Ø Keluhan nyeri atau perilaku distraksi atau
melindungi
Hasil yang diharapkan :
Ø Keluhan nyeri hilang atau terkontrol
Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri
b. Kelola pemberian obat sebelum aktifitas
c. Berikan penghilang sakit sesuai indikasi
d. Pertahankan pergerakan alat gerak seperti
terapi fisik, alat latihan.
3.
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi
prognosis dan kebutuhan pengobatan sehubungan dengan kurangnya informasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Ø Pernyataan yang salah tentang konsep yang
diberikan
Hasil yang diharapkan :
Ø Menyatakan pemahaman tentang kondisi
prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Intervensi :
a. Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan
tingkat pemahaman klien mengenai kondisi yang dialami.
b. Kaji ulang tingkat pengetahuan klien
tentang penyakitnya
c. Berikan reinforcement positif terhadap
jawaban yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E.M. 2002, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
Mansoer, A, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Penerbit
Media Aesculapius, FK UI, Jakarta.
Nugroho, W. 2002, Keperawatan Gerontik, Edisi 2, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC, Jakarta
Setiabudi, 1999, Paduan Gerontologi, Edisi 2, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar