KEJANG DEMAM SEDERHANA
A.
Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal lebih dari 380C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranial.
Secara umum kejang demam diklasifikasikan menjadi:
1.
Kejang demam sederhana (KDS)
Beberapa criteria modifikasi Livingstone adalah sbb:
a.
Umur anak waktu kejang pertama 6 bulan-4 tahun
b.
Kejang terjadi dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
c.
Kejang bersifat umum
d.
Kejang berlangsung tidak lebih dari 15
menit
e.
Frekuensi bangkitan kejang tidak lebih
dari 4x/tahun.
f.
Pemeriksaan EEG yang dibuat 10-14 hari
sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan
g.
Tidak ditemukan kelainan neurologik
2.
Kejang demam kompleks, ditandai dengan:
a. Kejang
disertai demam
b. Bersifat
fokal dan umum
c. Kejang berlangsung lebih dari 15 menit
Kejang
multiple (lebih dari 4x dalam 24 jam), anak dapat memiliki kelainan neurologist
sebelumnya atau riwayat kejang demam atau kejang tanpa demam.
B.
Patofisiologi dan
manifestasi klinik
Pada keadaan umum demam, kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Pada
kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membrane
sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi K+ dan Na+ melalui membrane,
terjadi lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun membrane sel sekitarnya dengan
bantuan bahan neuron transmitter dan terjadilah kejang. Setiap anak memiliki
ambang kejang yang berbeda.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak menimbulkan gejala sisa, tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih
dari 15 menit) biasanya terjadi disertai apnea, meningkatnya kebutuhan O2
dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat karena metabolisme anaerobic, hipertensi arteria
disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin tinggi
disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan peningkatan
metabolisme otak. Kerusakan neuron otak terjadi karena adanya gangguan
peredaran darah menyebabkan hipoksia sehingga meningkatnya permeabilitas
kapiler dan timbulnya edema otak.
Umumnya kejang berlangsung
singkat, berupa serangan kejang klonik, atonik klonik bilateral, fokal atau
akinetik, dapat terjadi seperti mata terbalik ke atas seperti kekakuan atau
kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa disertai kekakuan atau hanya
sentakan atau kekakuan fokal. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah
kejang berhenti anak tidak bereaksi ataupun sejenak dan setelah beberapa detik
atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa deficit neurologis.
C.
Etiologi dan factor resiko
Penyebab kejang demam belum diketahui secara pasti, sering disebabkan
ISPA, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan ISK. Kejang tidak selalu
timbul pada suhu tinggi.
Factor resiko kejang
demam antara lain:
- Demam
- Riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung
- Perkembangan terhambat
- Problema pada masa neonatus
- Anak dalam perawatan khusus
- Kadar Na rendah
Setelah kejang
demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih
dari kira-kira 9% anak mengalami 3x rekurensi atau lebih.
Resiko
rekurensi meningkat dengan:
- usia dini
- Cepatnya nak mengalami kejang setelah demam timbul
- Tempertaur yang rendah saat kejang
- Riwayat keluarga kejang demam
- Riwayat keluarga epilepsy
D.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan cairan cerebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan kelainan organis didalam susunan saraf pusat (otak). Kelainan bisa
karena infeksi, misalnya meningitis, encephalitis, abses otak, dll
Fungsi lumbal teridentifikasi bila ada kecurigaan klinis meningitis,
terutama pada bayi kurang dari 6 bilan, karena gejala meningitis tidak jelas.
EEG kurang memiliki nilai prognostic. EEG abnormal
tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsy atau kejang
demam terulang di kemudian hari.
E.
Penatalaksanaan
Anak yang mengalami kejang demam pertama kali dan harus dirawat di RS,
untuk dilakukan fungsi lumbal dan pemeriksaan penunjang lain. Penderita baru
harus dirawat inap bila:
- Kejang pertama perlu dilakukan fungsi lumbal dan observasi sehari.
- Kejang lebih dari 20 menit
- Dalam sehari terjadi 2x/lebih serangan kejang tidak beruntun
- Ada penurunan kesadaran dan kelainan neurologik yang meragukan.
Penatalaksanaan
kejang meliputi 3 hal yaitu:
- Pengobatan fase akut
Saat kejang:
a.
Pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau
muntahan
b.
Membebaskan jalan napas dan memberikan oksigenasi yang cukup
c.
Mengukur suhu tubuh yang tinggi dengan kompres dan antipiretik
d.
Memonitor keadaan vital: kesadaran, tekanan darah, suhu,
pernapasan dan fungsi jantung
e.
Memberikan cairan yang cukup bila berlangsung cukup lama
(>10 menit)
- Mencari penyebab dan mengobati penyebab
- Pengobatan profilaksis
Terdapat 2 cara profilaksis yaitu profilaksis intermiten saat demam dan
profilaksis terus menerus dengan anti konvultan setiap hari.
Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam
berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tetapi tidak dapat mencegah epilepsy.
Diberikan antikonvultan rumatan: fenitoin (Difenilhidantoin 5-8 mg/kgBB/hari)
dalam 2 x pemberian atau dengan fenobarbitol: 5-8 mg/kgBB/hari dalam 2x
pemberian. Profilaksis terus menerus dipertimbangkan bila ada criteria:
a.
Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan
neurologist atau perkembangan (ex. Serebral palsy, RM atau mikrosefal)
b.
KD lebih lama dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan
neurology sementara atau menetap
c.
Ada riwayat kejang tanpa
demam pada keluarga
d.
Bila kejang demam terjadi pada bayi < 12 bulan atau
terjadi kejang multiple dalam 1 episode demam
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
||
1
|
Hipertermia b.d proses infeksi.
|
Suhu tubuh dalam batas normal. Indikator:
Suhu tubuh 36 OC - 37 OC
|
Fever treatment:
1. Monitor warna dan suhu
kulit
2. Anjurkan klien untuk
minum yang banyak
3. Monitor TTV
4. Anjurkan untuk kompres
dengan air hangat
5. Ciptakan lingkungan
yang aman dan hangat
6. Anjurkan klien
menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
7. Kolaborasi antipyretik
|
Mengetahui tingkat hipertermia
Mengganti cairan yang hilang.
Menilai kemajuan
Mempecepat penguapan
Mengurangi produksi panas
dan membantu penguapan.
Menurunkan demam
|
||
2.
|
Resiko cedera b.d penurunan kesadaran pada saat
kejang.
|
Pengetahuan: Kontrol resiko.
Indiaktor:
|
1. Hitung
lamanya periode kejang
2.
Hindari penggunaan pengikatan. Diskusikan dengan dokter bila diperlukan
3.
Pertimbangkan penggunaan pengaman tempat tidur khusus di sekeliling klien
4. Minta
keluarga untuk menemani klien
5.
Jelaskan semua kemungkinan bahaya seperti benda-benda keras dis ekeliling
anak
6.
Hindarkan menaruh apapun di mulut anak seperti spatel lidah, makanan atau
minuman saat kejang
|
Untuk mengetahui durasi kemungkinan hipoksia,
dan kebutuhan perawatan khusus
Klien yang diikat sering menunjukkan peningkatan
frekuensi jatuh, kemungkinan sebagi hasil hilangnya koordinasi
Tempat tidur khusus merupakan alternative
pilihan pengikatan dan dapat menjaga keamanan klien selama periode kejang
Mencegah klien dari jatuh secara tiba-tiba
Melindungi anak dari benturan fisik
Mencegah aspirasi yang dapat mengganggu sistenm
pernapasan
Melindungi dari resiko cedera servikalis
|
||
3
|
Cemas b.d krisis
situasional
|
Koping keluarga meningkat.
Kriteria hasil:
1.
Verbalisasi pengontrolan perasaan
2.
Verbalisasi penerimaan stuasi
3.
Melaporkan penurunan pikiran negatif
|
Mengurangi cemas:
1. Jelaskan semua
prosedur, meliputi sensasi yang mungkin dialami selama prosedur
2. Sediakan informasi
faktual tentang diagnosis, penanganan dan prognosis
3. Dukung klien untuk
menemani anak dengan cara yang tepat
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian
5. Bantu klien untuk
mengidentifikasikan situasi yang menciptakan cemas
6. Bantu klien untuk
menjelaskan deskripsi realistik tentang kejadian yang akan dialami
|
Pengetahuan dan informasi yang cukup tentang situasi
/ keadaan penyakit dapat mengurangi kecemasan.
Mengurangi kecemasan orang tua dan anak
Menunjukan rasa empati.
Mereduksi kecemasan
|
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,LJ,
1999, Rencana Asuhan & Dokumentasi
Keperawatan Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, EGC, Jakarta.
Markum,
AH., 1991, Ilmu Kesehatan Anak,
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, Jakarta
McCloskey&Bulechek,
1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-Year
book.Inc,Newyork
NANDA, 2005-2006, Nursing
Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
University IOWA., NIC and NOC Project.,
1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA
Wong, 2003, Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar