Selasa, 04 Maret 2014

INTRACEREBRAL HEMATOMA


A.  Pengertian

Cerebrovaskular Accident (CVA) adalah suatu gangguan fungsi saraf oleh sebab adanya gangguan peredaran darah otak, dapat terjadi secara mendadak (dalam hitungan detik) atau secara cepat (beberapa jam) dengan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah letak lesi yang terganggu.

B.  Etiologi

Berdasarkan penyebabnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1.      CVD non hemoraghis
a.       Iskemia Otak
Gangguan aliran darah otak yang membahayakan fungsi neuron tanpa perubahan yang menetap pada jam iskemia, terjadi kenaikan air dan Natrium, setelah 12 – 48 jam terjadi kenaikan progresif dan memperberat oedema otak, sehingga terjadi kenaikan Tekanan Intra Kranial yang dikenal dengan Transient Ischemic Attack (TIA). 
b.      Thrombus Otak
Thrombus Otak mengakibatkan penyumbatan aliran darah regional, tekanan perfusi daerah yang terkena lebih tinggi, ada kecenderungan pada arteriosclerosis aritmia dan heart block, perkembangannya menjadi hemiparalisis total dikenal dengan Stroke In Evolution (SIE).
c.       Embolus Otak
#    Embolus kecil di kapiler menyebabkan iskhemia serebri regional yang reversible.
#    Tetapi embolus menyumbat arteria secara besar dan luas, berkembang menjadi infark serebri.
#    Sumber embolus dapat terjadi di arteria karotis atau vertebralis jantung dan system vaskuler sistemik lain.
d.      Infark Otak
Iskemia Serebri regional, trombosis serebri, maka darah dari otak kembali ke jantung tersumbat, bila adanya trombosis vena serebral, perkembangan selanjutnya menjadi infark iskemia dan hemorraghis.
2.      CVD hemoraghis
a.       Iskemia Otak
Infark serebral regional disebabkan pecahnya arteri serebral terjadi perdarahan, sehingga menimbulkan defisit neurologik, keadaan haematomia, cepat menimbulkan kompresi isi tengkorak dan bagian terdepan batang otak, gambaran ini disebut juga Hemoragia intraserebral atau hemorraghia stroke arteri yang pecah adalah arteria lenticulostriata.
b.      Pendarahan Sub arakhnoid
Manifestasi pada perdarahan ini gejalanya merupakan gabungan dari sindroma “kompresi serebral akut sebab perdarahan yang cepat mendesak otak dan batang otak sehingga timbul koma”.
C.  Tanda dan Gejala
Gejala awal pada perdarahan intra serebral,menurut Harsono (1996), yaitu:
1.      Naiknya tekanan darah, sefalgia, sinkop sampai hilangnya daya ingat.
2.      Fenomena sensorik dan motorik sejenak, perdarahan retina dan epistaksis.
3.      Pada perdarahan lambat 24 – 48 jam akan menimbulkan gangguan neurologik pada klien hipertensi  berat mengeluh nyeri kepala dan muntah.
4.      Anggota gerak menjauhi dari lesi serebral dan kelumpuhan
a.       Pada perdarahan lobar dibagi empat, yaitu:
1)      Perdarahan oksipital : defisit medan penglihatan.
2)      Perdarahan temporal kiri : Disfasia, nyeri telinga dan hemianopia
3)      Perdarahan Frontal : hemiparesis kontralateral dan sefalgia
4)      Perdarahan Prietal : Nyeri defisit sensorik dan hemiparesis ringan.
b.      Perdarahan thalamus: terjadi afasia, hemiparesis dan hemiplegia
c.       Sub thalamus : pupil hidrochepallus obstruktif
d.      Ventrikel : terjadi hidrochepalus obstruktif.
e.       Perdarahan Putamen : hemiplegia, sefalgia, muntah, sampai penurunan kesadaran.
f.       Perdarahan Mesenchephalon: peningkatan tekanan intrakranial mendadak, menyebabkan koma.
g.      Perdarahan Pons : koma dalam keadaan tanpa peringatan nyeri kepala dan kematian.
Prognosis buruk (5P) yaitu:
1)      Paralisis
2)      Pulsus Parsus
3)      Pinpoint pupil
4)      Pyreksia
5)      Periode respiration
h.      Perdarahan medulla oblongata
Ini jarang terjadi, bila haematoma sub epidermal dan bila lesi massa akan pulih kembali.
i.        Perdarahan serebellum
·         Gangguan okulomotor, gangguan keseimbangan
·         Nistagmus / singulus
·         Tidak dijumpai hemiparesis dan hemiplegia
Peringkat klinik klien berupa gejala berikut:
·         Tingkat I : asimptomatik
·         Tingkat II : nyeri kepala hebat, defisit neurologik, paralysis nervus kranialis.
·         Tingkat III : somnolent dan defisit ringan
·         Tingkat IV : stupor, hemiparesis, hemiplegia, rigiditas awal dan gangguan vegetatif.
·         Tingkat V : koma, rigiditas desebrasi dan  meninggal dunia.
D.  Patofisiologi
Hipertensi
(Arteriosklerosis)



 
Pecahnya pembuluh darah
(Total)



 
Terjadi perembesan darah ke Parenchym
skemia jaringan otak
Oedema Otak
Peningkatan tekanan intrakranial
Penurunan Kesadaran
Tekanan meningkat, Nyeri kepala
Muntah, Tachicardia,      Dilatasi pupil
Diplopia, Penglihatan kabur, Visus menurun
Gangguan sensori dan motorik
E.   Pemeriksaan Diagnostik
1.      Angiografi
2.      Ct scanning
3.      Lumbal pungsi
4.      MRI
5.      Thorax photo
6.      Laboratorium
7.      EKG
F.   Penatalaksanaan Medik
1.      Terapi konservatif dan operatif
2.      Pengendalian tekanan intrakranial
3.      Pengobatan hipertensi untuk memelihara tekanan perfusi serebral antara 60 sampai 70 mmHg, anticonvulsant.
4.      Pengendalian peningkatan TIK dilakukan Hiperventilasi, Diuretika dan kortikosteroid tetapi dapat memberi kerugian, misalnya mudah terkena infeksi hiperglikemia, perdarahan lambung (stress ulcer).
Perdarahan sub arakhnoids:
  1. Pemberian oksigenasi, ventilasi, keseimbangan elektrolit
  2. Nyeri dengan obat kortikosteroid, antikonvulsan profilaksis perlu dipertimbangkan.
  3. Obat anti hipertensi jangka pendek Short acting bila terjadi hidrocepalus Obstruktif perlu pemasangan Pirau Ventriculo-peritoneal (VP Shunt).
  4. Kombinasi antagonis Kalsium (Nifedipin Diltiazem, Verapamil) harus dihindari.
  5. Tindakan operasi intrakranial merupakan terapi pilihan, tetapi operasi segera sesudah perdarahan berbahaya karena “retraksi otak” (Non compliant Brain), dapat menimbulkan iskemik otak.
G.  Komplikasi
Pre operasi meliputi :
1.      Defisit iskemik 27 %
2.      Hidrocepalus 12 % oedema otak 12 %
3.      Perdarahan ulang 11 %
4.      Hematomaintrakranial 8 %
5.      Kejang 5 %
6.      Perdarahan gastrointestinal 4 %
7.      Oedema paru-paru 1%
Diagnosa Keperawatan yang lazim muncul pada klien dengan stroke:
1.      Tidak efektifnya perfusi cerebral berhubungan dengan infark cerebri.
2.      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi motorik sekunder terhadap stroke.
3.      Gangguan menelan berhubungan dengan paresis otot-otot pengunyah dan tenggorokan.
4.      Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek kerusakan pada hemisfer bahasa/wicara.
5.      Inefektif panatalaksanaan regimen terapetik berhubungan dengan ketidaktahuan pemberi perawatan di rumah terhadap penyakit dan perawatan stroke.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar