HIPERPLASI PROSTATIK JINAK
♫
Definisi
Hiperplasi Prostatik jinak adalah
suatu kondisi di mana prostate mengalami perbesaran, memanjang ke atas ke dalam
kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium uretra. BPH
adalah kondisi patologis yang paling umum pada pria lansia dan penyebab kedua
yang paling sering untuk intervensi medis pada pria diatas usia 60 tahun.
♫
Manifestasi Klinis
Komplek gejala obstruktif dan iritatif mencakup:
Peningkatan frekuensi berkemih, nokturia, dorongan ingin
berkemih, anyang-anyangan dan abdomen tegang, volume urin menurun dan harus
mengejan saat berkemih, aliran urin tidak lancer, dribbling, rasa seperti
kandung kemih tidak kosong dengan baik, retensi urin akut dan kekambuhan
infeksi saluran kemih. Pada akhirnya dapat terjadi azotemia dan gagal ginjal
dengan retensi urin kronis dan volume residu yang besar. Gejala generalisatanya
mungkin juga tampak seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa
tidak nyaman pada epigastrik.
♫
Patofisiologi
Gejala obstruksi biasanya terjadi
karena detrusor gagal berkontraksi dengan cukup kuat dan gagal berkontraksi
cukup lama sehingga kontrkasi terputus-putus. Gejala iritasi terjadi karena
pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau perbesaran prostate
menyebabkan rangsangan pada kandung kemih, sehingga vesika sering berkontraksi
meskipun belum penuh.
Apabila vesika menjadi dekompensasi,
akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin
di dalam kandung kemih, dan timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika
keadaan ini berlanjut pada suatu saat akan terjadi kemacetan total, sehingga
penderita tidak mampu miksi. Karena produksi urin terus terjadi maka pada suatu
saat vesika tidak mampu lagi menampung urin sehingga tekanan intravesika terus
meningkat. Apabila tekanan vesika lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan
obstruksi akan terjadi inkontensia paradoks. Retensi kronik menyebabkan refluks
vesiko ureter, hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal. Proses kerusakan
ginjal akan dipercepat dengan adanya infeksi. Pada waktu miksi penderita harus
selalu mengedan sehingga lama kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid. Karena
selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan di dalam kandung kemih.
Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menyebabkan hematuria. Batu
tersebut dapat pula menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi
pielonefritis.
♫
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dapat
memberikan kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rectum, kelainan lain
seperti benjolan di dalam rectum dan prostate. Pada perabaan melalui colok
dubur dapat diperhatikan konsistensi prostate, adakah asimetri, adakah nodul
pada prostate, apakah batas atas dapat diraba.
Derajad berat obstrusi dapat diukur
dengan menentukan jumlah sisa urin setelah miksi spontan. Sisa miksi ditentukan
dengan mengukur urin yang masih dapat keluar dengan kateterisasi. Sisa urin
dapat pula diketahui dengan melakukan ultrasonografi kandung kemih seterlah
miksi.
Derajat berat hipertrofi prostate berdasarkan gambaran klinik
Derajat
|
Colok dubur
|
Sisa volume urin
|
I
II
III
IV
|
Penojolan
prostate, batas atas mudah diraba
Penonjolan
prostate jelas, batas atas dapat dicapai
Batas atas
prostate tidak dapat diraba
|
< 50 ml
50-100 ml
> 100 ml
Retensi urin
total
|
Pemeriksaan Pencitraan
Dengan pemeriksaan radiology seperti
foto polos perut dan pielografi intravena dapat diperoleh keterangan mengenai
penyakit ikutan seperti batu saluran kemih, hidronefrosis atau divertikel
kandung kemih. Perbesaran prostate dapat dilihat sebagai lesi defek isian
kontras pada dasar kandung kemih. Secara tidak langsung perbesaran prostate
dapat diperkirakan apabila dasar buli-buli pada gambarran sistogram tampak
terangkat atau ujung distal ureter membelok ke atas terbentuk seperti mata
kail.
Pemeriksaan sistografi dilakukan
apabila pada anamnesis diketemukan hematuria atau pada pemeriksaan urin
ditemukan mikrohematuria.
♫
Penatalaksanaan
Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan
miksi yang disebut WHO PSS (WHO Prostate symptom Score). Skor ini berdasarkan
jawaban penderita atas delapan pertanyaan mengenai miksi.
Terapi non bedah dianjurkan apabila WHO PSS dibawah 15.
Untuk itu perlu dilakukan control untuk menentukan WHO PSS. Terapi bedah
dianjurkan bila skor PSS 25 ke atas atau bila timbul obstruksi.
Di dalam praktek pembagian besar prostate derajad I-IV
digunakan untuk menentukan cara penanganan.
1. Derajad I
Biasanya belum memerlukan tindakan bedah. Diberikan pengobatan
konservatif misalnya dengan penghambat adrenoreseptor alfa seperti alfazosin,
prazosin, dan terazosin. Keuntungannya yaitu efek positif segera timbul
terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi hiperplasi prostate sedikitpun.
Kekurangannya obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian lama.
2. Derajad II
Merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan. Biasanya
dianjurkan reseksi endoskopik melalui uretra (transurethral reseksion= TUR).
Mortalitas sekitar 1% dan morbiditas sekitar 8%.
3. Derajad III
Reseksi endoskopik perlu dilakukan untuk oleh pembedah
yang berpengalaman . Apabila diperkirakan prostate cukup besar sehingga reseksi
tidak akan selesai dalam satu jam, sebaiknya dilakukan reseksi terbuka.
Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui tranvesikal,
retropubik atau perineal
4. Derajad IV
Tindakan pertama yang harus segera dilakukan adalah
membebaskan penderita dari retensi urin total, dengan memasang kateter atau
sistostomi. Setelah itu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi
diagnosis, kemudian terapi definitive dengan TUR atau pembedahan terbuka.
Untuk penderita dengan keadaan umum yang tidak mungkin
dilakukan pembedahan dilakukan terapi konservatif. Seperti pemberian obat
penghambat adrenonergik. Selain itu pengobatan konservatif lain ialah dengan
pemberian obat antiandrogen yang menekan produksi LH. Kesulitanya yaitu
menentukan berapa lama obat harus diberikan dan efek samping obat. Pengobatan
lain yang invasive minimal adalah pemanasan prostate dengan gelombang mikro
yang disalurkan ke kelenjar prostate melalui antenna yang dipasang pada ujung
kateter. Dengan cara ini yang disebut transurethral
microwave thermotherapy (TUMT).
Pada penanggulangan invasive minimal lain ialah
digunakan cahaya laser yang disebut transurethral
ultrasound induced prostatectomy (TULIP), hasilnya cukup memuaskan. Uretra
di daerah prostate juga dapat disilatasi dengan pemakaian balon yang
dikembangkan didalamnya (trans urethtral
ballon dilatation = TUBD). Perbaikan yang ditimbulkan bersifat sementara.
♫
Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan
prostatektomi bergantung pada jenis pembedahan dan mencakup:
1. Hemoragi
2. Pembentukan bekuan
3. Obstruksi kateter
4. Disfungsi seksual
5. Infeksi
Rencana
Keperawatan
no
|
Diagnosa
|
Tujuan/KH
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Nyeri b.d agen
injury
|
Rasa nyeri
berkurang
KH:
-Menunjukkan rasa
nyaman
-TTV dalam rentang
normal
-Klien mengatakan
nyeri terkontrol
|
1. Kaji
keluhan nyeri
2. Pantau
tanda-tanda vital
3. Berikan
tindakan kenyamanan
4. Anjurkan
teknik non farmakologik pengurang nyeri
5. Beri
analgetik sesuai indikasi
|
Respon autonomis
meliputi perubahan TD, nadi dan pernapasan yang berhubungan dengan
keluhan/penghilang nyeri
Memberikan dukungan
mengurangi ketegangan otot, ↑relaksasi, memfokus ulang perhatian, ↑ rasa
control&kemampuan koping
Titik managemen
nyeri
|
2.
|
Resiko infeksi b.d
prosedur invasif
|
Pasien tidak
mengalami infeksi
KH:
Klien bebas dari
tanda-tanda infeksi
-Klien mampu
menjelaskan tanda&gejala infeksi
|
6. Mengobservasi&melaporkan
tanda&gejal infeksi, spt kemerahan, hangat, rabas dan peningkatan suhu
badan
7. mengkaji
suhu klien netropeni setiap 4 jam, melaporkan jika temperature lebih dari
380C
8. Menggunakan
thermometer elektronik atau merkuri untuk mengkaji suhu
9. Catat7laporkan
nilai laboratorium
10. kaji
warna kulit, kelembaban kulit, tekstur dan turgor lakukan dokumentasi yang
tepat pada setiap perubahan
11. Dukung
untuk konsumsi diet seimbang, penekanan pada protein untuk pembentukan system
imun
|
Onset infeksi
dengan system imun diaktivasi&tanda infeksi muncul
Klien dengan
netropeni tidak memproduksi cukup respon inflamasi karena itu panas biasanya
tanda&sering merupakan satu-satunya tanda
Nilai suhu memiliki
konsekuensi yang penting terhadap pengobatan yang tepat
Nilai lab
berkorelasi dgn riwayat klien&pemeriksaan fisik utk memberikan pandangan
menyeluruh
Dapat mencegah
kerusakan kulit, kulit yang utuh merupakan pertahanan pertama terhadap
mikroorganisme
Fungsi imun
dipengaruhi oleh intake protein
|
3.
|
Kurang pengetahuan
b.d kurang mengakses informasi kesehatan
|
Pengetahuan klien
meningkat
KH:
-Klien &
keluarga memahami tentang penyakit Stroke, perawatan dan pengobatan
|
1. Mengkaji
kesiapan&kemampuan klien untuk belajar
2. Mengkaji
pengetahuan&ketrampilan klien sebelumnya tentang penyakit&pengaruhnya
terhadap keinginan belajar
3. Berikan materi
yang paling penting pada klien
4. Mengidentifikasi
sumber dukungan utama&perhatikan kemampuan klien untuk belajar &
mendukung perubahan perilaku yang diperlukan
5. Mengkaji
keinginan keluarga untuk mendukung perubahan perilaku klien
6. Evaluasi hasi
pembelajarn klie lewat demonstrasi&menyebautkan kembali materi yang
diajarkan
|
Proses belajar
tergantung pada situasi tertentu, interaksi social, nilai budaya dan
lingkungan
Informasi baru
diserap meallui asumsi dan fakta sebelumnya dan bias mempengaruhi proses
transformasi
Informasi akan
lebih mengena apabila dijelaskan dari konsep yang sederhana ke yang komplek
Dukungan keluarga
diperlukan untuk mendukung perubahan perilaku
|
4.
|
PK: Perdarahan
|
Tidak terjadi
perdarahan
KH:
-Tidak ada
tanda-tanda perdarahan pada haluran urin
-Urin output ± 30
ml/jam
|
1. Pantau:
1. Tanda-tanda
vital/4 jam
2. Masukan
dan haluran urin/8 jam
3. warna
urin
2. Beritahu dokter
bila urin berwarna merah terang/gelap
3. Ketika menarik
kateter foley, instruksikan pasien untuk menekuk kaki dimana kteter dipasang,
lepaskan jika ada instruksi dokter
4. Sediakan makanan
tinggi serat dan memberikan obat untuk memudahkan defikasi, apabila ada
riwayat konstipasi
5. rigasi kateter
jika terdeteksi gumpalan pada saluran kateter
|
Deteksi awal
terhadap komplikasi dgn intervensi awal yang tepat dapat mencegah kerusakan
jaringan yang permanent
Normalnya haluran
urin dalam 24 jam pertama berwarna merah ceri terang secara bertahap menjadi
merah terang dan jernih dalam beberapa hari
Penarikan dilakukan
setelah TURP untuk memungkinkan hemostatis. Dalam menggunakan kateter urolog
akan menempatkan kateter dan melekatkan pada abdomen bawah
Dgn peningkatan
pada fosa prostatika ayang akan mengendapkan perdarahan
Gumpalan dapat
menyumbat kateter dan mengakibatkan peregangan dan perdarahan kateter
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar