BAB I
PENDAHULUAN
I.Latar Belakang
Departemen Kesehatan menetapkan visi Indonesia sehat tahun 2010, melalui Keputusa Menkes RI Nomor 574 / Memkes / SK / IV / 2000, visi ini menggambarkan bahwa pada tahun 2010, bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, berprilaku hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai harapan tersebut ini Departemen Kesehatan ini menuangkan visi barunya yaitu masyarakat mandiri untuk hidip sehat “dengan misi” Membuat Masyarakat Sehat artinya dengan visi baru tersebut setiap usaha-usaha kesehatan di arahkan untuk menjamin masyarakat yang sehat dan produktif.
Masalah-masalah kesehatan yang di hadapi bangsa Indonesia sekarang ini adalah masih tingginya angka kematian ibu dan bayi, masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasarkan karma secara langsung menentukan kualitas sumber daya manusia serta meningkatkan derajat kesehatan. Masalah gizi di Indonesia yang belum teratasi, salah satunya adalah anemia. Anemia masih merupakan masalah pada wanita Indonesia sebagai akibat kekurangan zat besi (Tarwoto 2007).
Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu. Animea karena difisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lainnya. Oleh karena itu anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi hal ini juga diungkapkan oleh Simanjuntak tahun 1992, bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia gizi. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim didunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Dengan frekuensi yang masih cukup tinggi berkisar antara 1`0 % dan 20 % (Prawirohardjo, 2002)
.
Di Indonesia, kasus animea umumnya terjadi karena kekurangan zat besi. Seperti pernah dikatakan Prof. Dr. dr. Sutaryo dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar pada Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, tahun lalu (Republika 25 Juni 2005) persoalan zat besi masih menjadi persoalan serius bagi Indonesia
Jika ibu kekurangan zat besi selama hamil, maka persediaan zat besi pada bayi saat dilahirkan pun tidak akan memadai, padahal zat besi sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak bayi diawal kelahirannya. Kekurangan zat besi sejak sebelum hamil bila tidak diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil menderita anemia
.Kekurangan zat besi juga mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb) dimana zat besi sebagai salah satu unsure pembentukannya. Hemoglobin berfungsi sebagai pengikat oksigen yang sangat di butuhkan untuk metabolisme sel, hal ini dapat menyebabkan anak lahir dengan berat badan rendah, keguguran dan juga menyebabkan anemia pada bayinya.(Ridwanamiddin.2007)
Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75 %, serta semakin meningkat seiiring dengan pertambahan usia kehamilan. Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1 % (SKRT 2001). Di provinsi denan pravelensi anemia terbesar adalah Sumatera Barat (82,6 %) dan yang terendah adalah Sulawwsi Tengah. Mengingat besarnya dampak buruk dari anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil dan janin, oleh karena itu perlu kiranya perhatian yang cukup terhadap masalah ini. (Ridwanaminuddin.2007)
Anemia berat kaitannya dengan asupan gizi dari makanan kita sehari-hari, karena itu memperbaiki pola makan merupakan jurus paling penting untuk mengatasi anemia. Terapkan pola makan yang sehat, dengan selalu memperhatikan jumlah, jadwal dan jenisnya. Jumlah yang dimaksud adalah sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Untuk memenuhi kebutuhan akan zat besi selama hamil, ibu harus mengkonsumsi zat besi sekitar 45-40 mg sehari. Kebutuhan ini dapat terpenuhi dari makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging berwarna merah, hati, kunign elur, sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, tempe, roti, dan sereal. Tetapi jiak dokter menemukan ibu hamil yang menunjukkan gejala anemia biasanya akan memberikan suplemen zat besi berupa tablet besi, biasanya dikonsumsi satu kali dalam sehari. Suplemen tabelt besi juga diberikan pada ibu hamil yang menganut pola makan vegetarian. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi, ibu hamil vegetarian hanya cukup makan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (Ridwanaminuddin 2007).
Pengaturan gizi pada kehamilan adalah untuk memaksimalkan kesehatan ibu dan meningkatkan tumbuh kembang bayi yang sehat. Kita tidak dapat menjamin bahwa pengaturan gizi yang optimal akan memberikan hasil akhir yang positif keadaan malnutrisi dapat membawa akibat yang merugikan kesehatan dan tumbuh kembang janin (Eastwood, 1992). Berat badan lahir rendah dan penyakit yang terjadi pada usia yang lebih lanjut sangat berkaitan dengan keadaan kurang gizi yang diderita ibu hamil. Di Inggris peningkatan asupan zat besi, zink, protein dan Vitamin B pada ibu hamil selama trimester ketiga terbukti bermanfaat bagi para ibu hamil yang memeriksa diri mereka ke rumah sakit (Sue Jordan.2004)
Sesuai dengan uraian diatas maka penulis ingin melakukan penelitian tentang “Efektivitas Pemberian Tablet Zat Besi dengan Anemia pada Ibu Hamil di Klinik Kasih ibu Desa durian Kec. Deli Tua Tahun 2009”.
1.2. Perumusan Masalah
Bagaimana Efektivitas pemberian tablet zat besi dengan anemia pada ibu hamil di klinik Kasih Ibu Desa durian Kec. Deli Tua tahun 2009.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Efektivitas pemberian tablet zat besi dengan anemia pada ibu hamil di klinik kasih Ibu Desa durian Kec. Delitua Tahun 2009.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Untuk mengetahui akibat kekurangan zat besi pada ibu hamil
1.3.2.2. Untuk mengetahui gejala kekurangan zat besi pada ibu hamil.
1.3.2.3. Untuk mengetahui kebutuhan zat besi pada ibu hamil
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian dimasa yang akan datang.
1.4.2. Bagi Penulis
Sebagai aplikasi dari ilmu yang didapat selama perkuliahan di Stikes Deli Husada Deli Tua.
1.4.3. Bagi Klinik
Sebagai bahan masukan dan informasi tentang Efektivitas pemberian tablet zat besi dengan anemia pada ibu hamil.
1.4.4. Bagi Ibu Hamil
Sebagai bahan masukan bagi ibu hamil khususnya diklinik Kasih Ibu Desa Kedai Durian Kec.Deli Tua tentang pemberian tablet zat besi pada ibu hamil.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1. ZAT BESI
2.1.1. Defenisi
Zat besi adalah salah satu mineral penting yang diperlukan selama kehamilan, bukan hanya untuk bayi tapi juga untuk ibu hamil. Bayi akan menyerap dan mengunakan zat besi dengan cepat, sehingga jika ibu kekurangan masukan zat besi selama hamil, bayi akan mengambil kebutuhanya dari tubuh ibu sehingga menyebabkan ibu mengalami anemia dan merasa lelah ( Sunririnah 2008 )
2.1.2. Fungsi zat besi bagi ibu hamil
Zat besi berfungsi untuk membentuk sel darah merah, sementara sel darah merah bertugas mengangkut oksigen dan zat – zat makanan keseluruh tubuh serta membantu proses metabolisme tubuh untuk mengahasilkan energi,jika asupan zat besi kedalam tubuh berkurang dengan sendirinya sel darah merah juga akan berkurang, tubuh pun akan kekurangan oksigen akibatnya timbullah gejala – gejala anemia
( Samuel 2006 )
2.1.3. Akibat kekurangan zat besi pada ibu hamil
Zat besi bagi ibu hamil penting untuk pembentukan dan mempertahankan sel darah merah. Kecukupan sel darah merah akan menjamin sirkulasi oksigen dan metabolisme zat – zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil. Selain itu asupun zat besi sejak awal kehamilan cukup baik, maka janin akan menggunakannya untuk kebutuhan tumbuh kembangnya, sekaligus menyimpan dalam hati sebagai cadangan sampai usia 6 bulan setelah dilahirkan.
Sehingga kekurangan zat besi sejak sebelum hamil bila tidak diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil menderita anemia, kondisi meningk`atkan resiko kematian pada saat melahirkan, melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, janin dan ibu mudah terkena infeksi dan keguguran. Selain itu juga zat besi sangat dibutuhkan perkembangan otak bayi diawal kelahirannya (Junita 2006).
2.1.4. Gejala kekurangan zat besi
2.1.4.1 Lemah, lesu, tidak bergairah
2.1.4.2 Mudah pusing dan mata berkunang – kunang
2.1.4.3 Gelisah dan mudah pingsan
2.1.4.4 Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa
2.1.4.5 Nafsu makan menurun
2.1.4.6 Badan tidak bugar dan mudah lemah
(Ridwamiruddin 2007 )
2.1.5. Kebutuhan zat besi pada kehamilan
Ekstra zat besi diperlukan pada kehamilan, kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan janin tunggal adalah:
2.1.5.1 200 – 600 mg untuk memenuhi peningkatan masa sel darah merah
2.1.5.2 200 – 370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya
2.1.5.3 150 – 200 mg untuk kehamilan eksternal
2.1.5.4 30 – 170 mg untuk tali pusat dan plasenta.
2.1.5.5 90 – 310 mg untuk mengantikandarah yang hilang saat melahirkan.
Dengan demikian, kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara 580
1340 mg, dan 440 – 1050 mg diantarannya akan hilang dalam tubuh pada saat melahirkan (hilman, 1996). Untuk mengatasi kehilangan ini, ibu hamil,memerlukan rata – rata 3,5 – 4 mg zat besi perhari. Kebutuhan ini akan meningkat secara signifikan dalam trimester terakhir, yaitu dari rata – rata 2,5 mg / hari pada awal kehamilan menjadi 6,6 mg / hari.
(Sue jordan.2004)
Zat besi yang tersedia dalam makanan berkiosar dari 0,9 hingga 1,8 mg / hari dan ketersediaan ini bergantung pada kecukupan dietnya. Karena itu pemenuhan kebutuhan pada ke hamilan memerlikan mobilisasi simpanan zat besi dan peningkatan absorpsi zat besi.(Sue jordan.2004)
2.1.6. Bagaimana tubuh menaganan zat besi
Absorpsi zat besi mengalami peningkatan jika terdapat asam didalam lambung.
Keberadaan asam ini dapat ditingkatkan dengan :
2.1.6.1 Minum tablet zat besi dengan makan daging atau ikan yang menstimulasi
produksi asam lambung.
2.1.6.2 Memberikan tablet zat besi bersama tablet asam askorbat (Vitamin C) 200 mg atau bersama jus jerukVitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air dan jarang bertumpuk di dalam tubuh.
(Sue Jordan , 2004).
2.1.7. Efek samping terapi zat besi pada ibu hamil
Peningkatan absorpsi zat besi dapat menambah intensitas efek samping yang dialami pasien (smith 1997).
- Efek samping gastrointestinal.
Suplemen oral zat besi dapat menyebabkan mual, muntah, kram lambung, nyeri ulu hati, dan konstipasi ( kadang – kadang diare ).
Namun derajat mual yang ditimbulkan oleh setiap preparat tergantung pada jumlah elemen zat besi yang diserap. Takaran zat besi diatas 60 mg dapat menimbulkan efek samping yang tidak bias di terima pada ibu hamil sehingga terjadi ketidak patuhan dalam pemakaian obat jadi tablet zat besi dengan dosis rendah lebih cenderung ditoleransi ( dan diminum ) dari pada dosis tinggi. Jika mungkin, terapi mulai dengan dosis rendah, khususnya bila ibu hamil mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kemungkinan timbulnya gejala gastrointestinal. Bagi banyak wanita, pemberian dengan dosis rendah sudah memadai
2.1.8. Dosis tablet zat besi pada ibu hamil
Pemberian tablet zat besi selama kehamilan merupakan salah satu cara yang paling cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan kadar Hb sampai tahap yang di inginkan, karma sangat efektip dimana satu tablet mengandung 60mg Fe. Setiap tablet setara dengan 200mg ferrosulfat. Selama kehamilan minimal di berikan 90tablet sampai 42 minggu setelah melahirkan di berikan sejak pemeriksaan ibu hamil pertama.
2.1.8.1 Pemberian tablet zat besi lebih bisa ditoleransi jika dilakukan pada saat sebelum tidur malam
2.1.8.2 Pemberian zat besi harus dibagi serta dilakukan dengan interval sedikitnya 6 – 8 jam, dan kemudian interval ini ditingkatkan hingga 12 atau 24 jam jika timbul efek samping.
2.1.8.3 Muntah dank ram perut merupakan efek samping dan sekaligus tanda dini toksitasi zat besi, keduanya ini menunjukan perlu mengubah (menurunkan) dosis zat besidengan segera.
2.1.8.4 Minum tablet zat besi pada saat makan atau segera sesudah makan dapat mengurangi gejala mual yang menyertainya tetapi juga akan menurunkan jumlah zat besi yang diabsorpsi.
2.1.9. Mengkonsumsi zat besi berlebihan
Hasil akhir yang merugikan pada kehamilan lebih cenderung terjadi bila kadar hemoglobin ibu turun sehingga berada di luar kesadaran 10,4 – 13,29 /100 ml. kadar hemoglobin yang lebih tinggi akan meningkatkan Viskositas darah dan peningkatan Viskositas ini akan menggangu aliran darah pada plasenta serta merupakan predis posisi untuk timbulnya koagulasi. Sekitar 12 – 13% wanita mungkin rentah terhadap kelebihan muatan zat besi. (Sue Jordan 2004)
2.2. ANEMIA
2.2.1. Defenisi
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah (eritrosit) menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ – organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. (Tarwoto, 2007)
2.2.2. Penyebab Anemia defisiensi zat besi
2.2.2.1 Asupan yang tidak dekuat
Asupan zat makanan ./ gizi yang kurang, dimana makanan yang mengandung zat besi sepeti berasal dari daging hewani, buah dan sayuran hijau tidak dapat dikonsumsi secara cukup
2.2.2.2 Ibu hamil memerlukan zat besi yang lebih tinggi, sekitar 200 – 300% dari kebutuhan wanita tidak hamil.
Hal ini untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin dan pembentukan janin ibu, jika peningkatan kebutuhan tidak diimbangi intare yang tidak adek kuat maka akan terjadi ketidakseimbangan atau kekurangan zat besi
2.2.3. Peningkatan aliran darah dan volume darah pada ibu hamil
Peningkatan volume darah terjadi selama kehamilan, mulai pada 10 – 12 minggu usia kehamilan dan secara progresif sampai dengan usia kehamilan 30 – 34 minggu.
Volume darah meningkat kira – kira 1500 ml (prigravida 1250 ml, multi gravida 1500 ml dan kelahiran kembar 2000 ml), normalnya terjadi peningkatan 8,5% - 9,0% dan berat badan. Pembentukan darah merah juga meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan darah darah besar 30% - 33%. Keadaan ini membutuhkan sel darah merah seperti zat besi pada ibu hamil
Pada ibu hamil juga terjadi peningkatan aliran darah keseluruh organ tubuh misalnya pada otak, uterus, ginjal, payu darah dan kulit peningkatan ioni sangat penting artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan tetus.
2.2.4. Patofisiologi
Zat besi masuk kedalam tubuh malalui makanan. Pada jaringan tubuh besi berupa senyawa fungsional seperti hemoglobin, mioglobin dan enzim – enzim senyawa besi transportasi yaitu dalam bentuk transferin, dan senyawa besi cadangan seperti feritin dan hemosiderin. Besi ferri dari makanan akan menjadi ferro jika dalam keadaan asam dan bersifat mereduksi sehingga mudah diabsorpsi oleh mukosa usus. Dalam tubuh besi tidak terdapat bebas tetapi berikatan dengan molekul protein membentuk ferritin yaitu apferritin, sedangkan dalam bentuk transport zat besi dalam bentuk ferro berikatan dengan protein membentuk transferin disebut apotrans ferin dalam plasma darah disebut setotransferin.
Zat besi yang berasal dari makanan seperti daging, hati, telor,sayuran hijau dan buah – buahan diabsorpsi di usus halus. Rata – rata dari makanan yang termasuk mengandung 10 -15 mg zat besi tetapi hanya 5 -10% yang dapat diabsorpsi jadi apabila menurunya asupan zat besi yang merupakan unsur utama pembentukan hemoglobin maka kadar / produksi hemoglobin juga akan menurun dan mengakibatkan anemia.
(Tarwoto, 2007)
2.2.5. Kebutuhan zat gizi pada setiap trimester
Pada setiap tahap kehamilan, seorang ibu hamil membutuhkan makanan dengan kandungan zat gizi yang berbeda dan disesuaikan dengan kondisi tubuh dan perkembangan janin masa kehamilan ibu dibagi dalam tiga tahapan / trimester.
2.2.5.1Trimester pertama
Saat kehamilan mencapai usia 1 – 3 bulan, adalah masah penyesuian tubuh ibu terhadap kehamilannya, karena pada tiga bulan pertama ini, pertumbuhan janin masih lambat, dan penambahan kebutuhan zat – zat gizinya pun masih relatif kecil. Pada tahap ini ibu hamil banyak – banyaknya dari makanan yang disantap setiap hari untuk cadangan pada trimester berikutnya.
2.2.5.2. Trimester kedua
Saat kehamilan berusia 4 – 6, janin mulai tumbuh pesat dibandingkan dengan sebelumnya, kecepatan pertumbuhan itu mencapai 10 gram perhari. Tubuh ibu juga mengalami perubahan dan adaptasi, misalnya pembesaran payu dara, dan mulai berfungsinya rahim serta plasenta, untuk itu, peningkatan kualitas gizi sangat penting karena pada tahap ini, ibu mulai menyimpan lemak dan gizi lainnya untuk cadangan sebagai bahan pembentuk ASI (air susu ibu)
2.2.5.3.Trimester ketiga
Ketika usia kehamilan mencapai 7 – 9 bulan, dibutuhkan vitamin dan mineral untuk mendukung energi janin didapat dari cadangan energi yang di simpan ibu selama tahap sebelumnya.
Wanita hamil cenderung terkena anemia pada tiga bulan terakhir kehamilannya, karena pada masa ini, janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir.
Jadi zat besi, erat berkaitan dengan anemia atau kekurangan sel darah sebagai adaptasi adanya perubahan fisiologi selama kehamilan yang disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin (Maulana 2007)
BAB III
Kerangka Konsep
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian tablet zat besi dengan anemia pada ibu hamil di klinik kasih ibu Desa Kedai Durian Kec.Deli tua.
Adapun kerangka konsep pada penelitian ini di jabarkan dengan variable independen dan variable dependen.
Variabel Independen Variabel Dependen
Pemberian tablet zat besi:
- Akibat kekurangan zat besi
- Gejala kekurangan zat besi
- Kebutuhan zat besi
ANEMIA
3.2. Defenisi operasional
3.2.2. Defenisi operasional
3.2.2.1. Akibat kekurangan zat besi adalah tidak terpenuhinya zat besi pada ibu hamil dan hal ini dapat mempengaruhi ibu dan janin
3.2.2.2. Gejala kekurangan zat besi adalah suatu tanda yang timbul bila seorang ibu tidak mengkonsumsi zat besi.
3.2.1.3. Kebutuhan zat besi adalah suatu zat gizi yang harus di penuhi, agar kesehatan ibu dan perkembangan janin lebih baik
3.3. Hipotesa
Hipotesa dari penelitian “Efektivitas pemberian tablet zat besi dengan anemia pada ibu hamil di klinik kasih ibu Desa Durian Kec. Deli tua.”
Ha : Adanya Efektivitas pemberian tablet zat besi dengan anemia pada ibu hamil di klinik kasih ibu Desa Kedai Durian Kec.Delitua.
BAB IV
Metodelogi penelitian
4.1. Desain penelitian
Sesuai dengan tujan penelitian maka jenis penelitian yang di gunakan adalah bersifat korelasi, dimana penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian tablet zat besi dengan anemia pada ibu hamil di Klinik Kasih Ibu Desa Kedai Durian Kec. Delitua tahun 2009.
4.2. Populasi dan sample penelitian
4.2.1. Populasi penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang di teliti, populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi dan ibu hamil yang tidak mengkonsumsi zat besi di klinik kasih ibu Desa Kedai Durian Kec.delitua tahun 2009. (Notoadmojo 2002)
4.2.2. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian yang di ambil dari seluruh objek yang di teliti dan di anggap mewakili populasi.Menurut Arikunto(2002) pengambilan sample bila subjek kurang dari seratus, maka lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi,tetapi jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih tergantung kemampuan peneliti.
Tehnik Pengambilan sample yang digunakan penelitian ini adalah purposive sampling yaitu suatu teknik korelasi Accidental Sampling merupakan cara pengambilan sample dengan secara kebetulan saja.
Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi
Dapat berbahas Indonesia
Dapat membaca dan menulis
Dapat bekerja sama selama pengumpulan data.
.Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang mengkonsumsi zat besi dengan ibu yang tidak mengkonsumsi zat besi di klinik kasih ibu Desa Kedai Durian Kec.delitua tahun 2009.
4.3. . Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Klinik Kasih Ibu Desa Durian Kec. Delitua.Adapun alasan memilih lokasih tersebut karena diklinik tersebut belum pernah diteliti tentang Efektivitas pemberian tablet zat besi dengan anemia pada ibu hamil,disamping itu pertimbangan efisiensi biaya penelitian dan lokasi penelitian ini dekat dengan tempat tinggal peneliti.Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan januari sampai februari 2009.
4..3. Pertimbangan Etika penelitian
Penelitian ini di lakukan setelah institusi pendidikan mengirimkan surat persetujan untuk di lakukan penelitian ke klinik dan pihak klinik menyetujui surat penelitian tersebut dan memberikan balasannya kembali ke institusi pendidikan, kemudian baru di lakukan penelitian berdasarkan masalah etika yang meliputi.
4.3.1. Lembaran persetujuan (Informed consent). Saat pengambilan sample terlebih dahulu peneliti meminta izin kepada responden secara lisan atas kesediaannya menjadi responden.
4.3.2. Anonymity ( Tanpa nama). Pada lembar persetujuan maupun lembar pertanyaan wawancara tidak akan menuliskan nama responden tetapi hanya dengan memberi symbol saja.
4.3.3. Confidentiality (Kerahasiaan). Pembenaran informasi oleh responden dan semua data yang terkumpul akan menjadi koleksi pribadi dan tidak akan di sebarluaskan kepada orang lain tanpa seijin responden.
4.5. Instrumen P enelitian
- kuesioner penelitian
Untuk memproleh informasi dari responden, penelitian mnggunakan alat pengmpul data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada kerangka konsep dan tinjaun pustaka.Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner data demografi dan Efektivitas pemberian tablet zat besi dengan anemia pada ibu hamil.
Kuesioner tentang data demografi responden meliputi usia,suku,agama,pendidikkan .Kuesioner tentang pertanyaan dalam bentuk pertanyaan tertutup,dengan pilihan jawaban Ya atau Tidak
4.6. Uji Validitas
Sebuah instrument dikatakan valid,apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang dikumpulkan menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
4.7. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui kepercayaan(reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilita instrumen sehingga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur.
Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila digunakan uji cobakan reabilitas internal yaitu pemberian instrumen hanya satu bentuk instrumen yang diuji cobakan pada kelompok responden.Menurut Polit & Hungler(1999)suatu instrumen dikatakan reliabel bila koefisiennya 0,70 atau lebih.
4..8 Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif ini dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut:
- Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi Pendidikan Program studi Ilmu Keperawatan Deli Husada Delitua.
- Mengirimkan permohonan izin yamg diproleh ketempat penelitian (Klinik Kasih Ibu Desa Kedai Durian Kec. Delitua).
- Setelah mendapat izin dari pihak klinik Kasih Ibu Desa Kedai Durian Kec. Delitua,peneliti mengadakan pengumpulan data penelitian
- Menjelaskan pada calon responden tentang prosedur,manfaat penelitian dan cara pengisian kuesioner
- Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian.
- Setealh mendapat persetujuan responden,pengumpulan data dimulai.
- Peneliti menganalisa data.
4.9.Analisa Data
Analisa Data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap dimulai dengan editinguntuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastika n bahwa semua jawaban telah diisi,kemudian data yang disesuai diberi kode (coding)untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data.Selanjutnya memasukkan data kedalam rumus dengan menggunakan ” korelasi prodact moment”yaitu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar