1. Pendahuluan
Masa remaja sering disebut sebagai peralihan periode strum und drang, yaitu periode peralihan antara anak – anak dengan masa dewasa yang penuh gejolak. Gejolak ditimbulkan oleh fungsi sosial remaja dalam mempersiapkan diri menuju kedewasaan (mencari identitas diri dan memantapkan posisi dalam masyarakat), maupun oleh pertumbuhan fisik (perkembangan tanda – tanda seksual sekunder dan pertumbuhan tubuh yang tidak proporsional) dan perubahan emosi (lebih peka, cepat marah dan agresif) serta perkembangan inteligensinya (makin tajam bernalar dan makin kritis). Oleh sebab itu masa remaja seringkali disebut masa yang kritis sehingga jika pada masa ini remaja tidak mendapatkan bimbingan dan informasi yang tepat maka seringkali terjadi masalah yang bisa mempengaruhi masa depan mereka (Sarlito, 2003).
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata – mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural (Sudrajat, 2003).
Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja tetapi juga menyangkut segala aspek tentang reproduksinya, terutama untuk remaja putri yang nantinya menjadi seorang wanita yang bertanggung jawab terhadap keturunannya. Pemahaman tentang menstruasi sangat diperlukan untuk dapat mendorong remaja yang mengalami gangguan menstruasi agar mengetahui dan mengambil sikap yang terbaik mengenai permasalahan reproduksi yang mereka alami (Widyaningsih, 2007).
Kram, nyeri dan ketidaknyamanan yang dihubungkan dengan menstruasi disebut dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi, pada beberapa wanita hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih, sedangkan beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktifitas sehari – hari. Namun waspadai bila nyeri haid terjadi terus – menerus setiap bulannya dalam jangka waktu yang lama karena kondisi itu merupakan salah satu gejala endometriosis (penyakit kandungan yang disebabkan timbulnya jaringan otot non – kanker sejenis tumor fibroid di luar rahim). Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat ada kelainan jelas yang menyebabkannya (Sastrowardoyo, 2007).
Sekitar 50 persen dari wanita yang sedang haid mengalami dismenore dan 10 persennya mempunyai gejala yang hebat sehingga memerlukan istirahat ditempat tidur (Hacker, 2001). Untuk mengatasi dismenore diperlukan pemahaman yang benar tentang haid terutama untuk para remaja yang belum mengetahui dan memahaminya (Nawawi, 2006).
Menurut Alzubaidi dalam Sulastri (2006), setengah dari wanita remaja di Amerika Serikat mengalami dismenore ketika menstruasi, dari 113 remaja yang melakukan konsultasi ke praktek dokter, 29 – 44 persen dari jumlah pasien tersebut mengalami dismenore. Menurut beberapa laporan internasional prevalensi dismenore sangat tinggi dan setidaknya 50 persen remaja putri mengalami dismenore sepanjang tahun – tahun reproduktif. Suatu studi menyatakan akibat dismenore tersebut sekitar 10 persen hingga 18 persen, dismenore adalah penyebab utama absen sekolah dan terganggu aktifitas lain. Hal ini diperkuat oleh penelitian Sulastri (2006) bahwa akibat keluhan dismenore pada remaja putri di Purworejo berdampak pada gangguan aktivitas sehari – hari sehingga menyebabkan absen sekolah ≤ 3 hari.
Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa hampir 10 persen remaja yang dismenore mengalami absence rate 1 – 3 hari perbulan atau ketidakmampuan remaja dalam melakukan tugasnya sehari – hari akibat nyeri hebat (Poureslami, dkk dalam Sulastri, 2006). Hal ini diperkuat oleh Jarret, dkk dalam Sulastri (2006) tingkatan rasa sakit pada saat menstruasi adalah sakit ringan 47,7 persen dan sakit berat sebanyak 47 persen. Selanjutnya untuk menghilangkan rasa sakit, remaja tersebut menggunakan obat sendiri tanpa konsultasi dengan dokter, minum obat analgesik 32,5 persen, melakukan kompres dengan air panas 34 persen dan yang tersering melakukan istirahat sekitar 92 persen.
Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja yaitu bersamaan atau beberapa waktu setelah menstruasi pertama sedangkan pertambahan umur dan kehamilan akan menyebabkan menghilangnya dismenore (IMCW, 2007).
2. Menstruasi
a. Pengertian
Beberapa pengertian dari menstruasi yaitu :
1) Menstruasi adalah keluarnya darah dari rahim melalui vagina dan keluar dari tubuh seorang wanita setiap bulan selama masa usia subur (Faizah, 2000).
2) Menstruasi adalah sekret fisiologik darah dan jaringan mukosa, siklik melalui vagina dari uterus tidak hamil di bawah pengendalian hormon dan pada keadaan normal timbul kembali biasanya dalam interval sekitar empat minggu (Dorland, 1996).
3) Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan (Anonim, 2007).
b. Fase – fase menstruasi
Menurut Manuaba (1998) menstruasi terjadi dalam empat fase yaitu:
1) Stadium menstruasi
Berlangsung sekitar 3 sampai 5 hari, lapisan stratum kompakta dan spongiosa dilepaskan, tertinggal stratum basalis 0,5 mm, jumlah perdarahan sekitar 50 cc tanpa terjadi bekuan darah karena mengandung banyak fermen dan bila terdapat gumpalan darah, menunjukkan perdarahan menstruasi cukup banyak.
2) Stadium regenerasi
Stadium ini dimulai pada hari keempat menstruasi, dimana luka bekas deskuamasi endometrium ditutup kembali oleh epitel selaput lendir endometrium. Sel basalis mulai berkembang, mengalami mitosis dan kelenjar endometrium mulai tumbuh kembali.
3) Stadium proliferasi
Pada stadium proliferasi lapisan endometrium pertumbuhan kelenjarnya lebih cepat dari jaringan ikatnya sehingga berkelok – kelok. Lapisan atasnya tempat saluran kelenjar tampaknya lebih kompak disebut “stratum kompakta”, sedangkan lapisan yang mengandung kelenjar berkelok menjadi longgar disebut “stratum spongiosa”. Stadium proliferasi berlangsung hari ke 5 sampai 14, dan tebal endometrium sekitar 3,5 cm.
4) Stadium premenstruasi
Pada stadium regenerasi sampai stadium proliferasi endometrium dipengaruhi oleh hormon estrogen dan sejak saat ovulasi korpus luteum mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron yang mempengaruhi endometrium ke dalam stadium sekresi. Dalam stadium sekresi tebal endometrium tetap, hanya kelenjarnya lebih berkelok – kelok dan mengeluarkan sekret. Stadium sekresi berlangsung sejak hari ke 14 sampai 28 dan umur korpus luteum hanya berlangsung 8 hari.
c. Gangguan Haid dan Siklusnya
Menurut Wiknjosastro (1999), gangguan haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam:
1) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid : hipermenorea atau menoragia dan hipomenorea.
2) Kelainan siklus : polimenorea, oligomenorea dan amenorea.
3) Perdarahan diluar haid : metroragia.
4) Gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid : dismenorea, mastodinia, premenstrual tension (ketegangan prahaid) dan mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi).
3. Dismenore
a. Pengertian
Beberapa pengertian dismenore yaitu :
1) Dismenore adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu aktivitas sehari – hari (Manuaba, 2001).
2) Dismenore adalah nyeri di perut bagian bawah ataupun di pungung bagian bawah akibat dari gerakan rahim yang meremas – remas (kontraksi) dalam usaha untuk mengeluarkan lapisan dinding rahim yang terlepas (Faizah, 2000).
b. Pembagian Dismenore
1) Dismenore primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat – alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi bersamaan atau beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus – siklus haid pada bulan – bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama – sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang, biasanya terbatas pada perut bawah tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare dan iritabilitas (Wiknjosastro, 1999).
2) Dismenore sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan anatomis genitalis (Manuaba, 2001).
Menurut Hacker (2001) tanda – tanda klinik dari dismenore sekunder adalah endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan kongesti pelvis. Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada haid, kurang berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada wanita yang lebih tua (tiga puluhan atau empat puluhan tahun) dan dapat disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang abnormal).
c. Pembagian klinis dismenore
Menurut Manuaba (2001), dismenore dibagi 3 yaitu :
1) Ringan : Berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari – hari.
2) Sedang : Diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya.
3) Berat : Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, kemeng pinggang, diare dan rasa tertekan.
d. Faktor – faktor penyebab dismenore
Menurut Manuaba (2001), faktor – faktor penyebab dismenore :
1) Menstruasi ovulatoar
2) Faktor psikologis
3) Faktor hormon steroid
4) Faktor vasopressin
5) Faktor saraf simpatikus dan parasimpatikus
6) Berdasarkan teori prostaglandin
Menurut Ovedoff (1995), patologi dan penyebab dismenore adalah :
1) Etiologi dismenore primer tidak diketahui tetapi hanya terjadi pada siklus yang disertai dengan ovulasi.
2) Mungkin terkait dengan fleksi uterus akut, ketidakseimbangan hormonal atau faktor psikogenik.
3) Dismenore sekunder akibat penyakit inflamasi pelvis, endometriosis, tumor pelvis, adenomiosis stenosis serviks vagina atau vagina.
4) Faktor yang mungkin menyebabkan nyeri antara lain : kontraksi dan spasme otot uterus atau kelainan vaskular.
5) Pengeluaran prostaglandin meningkat pada saat menstruasi, mungkin dapat menyebabkan spasme otot.
6) Bekuan menstruasi mungkin menyebabkan nyeri karena obstruksi aliran tekanan intra uterine meningkat.
e. Faktor risiko dismenore
Menurut IMCW (2007) biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu bersamaan atau beberapa waktu setelah menstruasi pertama, sedangkan dismenore sekunder seringkali mulai timbul pada usia 20 tahun. Faktor lain yang bisa memperburuk dismenore adalah :
1) Rahim yang menghadap kebelakang (retroversi).
2) Kurang berolahraga.
3) Stres psikis dan stres sosial.
f. Mekanisme terjadinya dismenore
Menurut Manuaba (2001) mekanisme terjadinya dismenore yaitu korpus luteum berumur hanya 8 hari “korpus luteum menstruasionis” dan sejak umur 4 hari telah menurun pengeluaran estrogen dan progesteron disertai perbandingan yang tidak seimbang.
Penurunan dan ketidakseimbangan estrogen dan progesteron (E2/P) = 0.01 menjadi pemicu pengeluaran dari :
1) Enzim lipogenase dan siklosigenase.
2) Kerusakan membran sel sehingga dapat dikeluarkannya :
a) Asam fosfolipase.
b) Asam fosfatase.
c) Mengeluarkan ion Ca.
3) Pembentukan prostaglandin dari asam arakidonik.
g. Penatalaksanaan
1) Dismenore primer
Pertambahan umur dan kehamilan akan menyebabkan menghilangnya dismenore. Hal ini diduga terjadi karena adanya kemunduran urat saraf rahim akibat penuaan dan hilangnya sebagian saraf pada akhir kehamilan (IMCW, 2007)
Menurut anonim (2004) untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non – steroid (misalnya ibuprofen, naproksen dan asam mefenamat). Obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai 1 – 2 hari menstruasi.
Selain dengan obat – obatan, rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan :
a) Istirahat yang cukup
b) Olahraga yang teratur (terutama berjalan)
c) Pemijatan didaerah punggung dan paha
d) Yoga
e) Orgasme pada aktivitas seksual
f) Kompres hangat didaerah perut
Jika dismenore sangat berat bisa dilakukan ablasio endometrium, yaitu suatu prosedur dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat pemanas (Anonim, 2004).
2) Dismenore sekunder
Menurut Ovedoff (1995), pengobatan dismenore sekunder adalah :
a) Tentukan dan obati kelainan yang mendasarinya
b) Dilatasi saluran endoserviks mungkin menolong
c) Endometriosis mungkin memerlukan danazol atau pembedahan
Sumber :
Alzubaidi, 2004, Dysmenorrhea, Clinical Fellow, Developmental Endicrinologycal, National Institute of Child Health and human Development. Dalam Sulastri, 2006, Perilaku Pencarian Pengobatan Keluhan Dysmenorrhea pada Remaja Di Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Anonim, 2004, Dismenore, Tersedia dalam : (http://www.Medicastore.com) [diakses 4 april 2008].
Anonim, 2007, Siklus Menstruasi, Tersedia dalam : (http://www.Gatra.co.id) [diakses 28 maret 2008].
Dorland, 1996, Kamus Kedokteran Dorland, EGC, Jakarta.
Faizah, Jasin (Alih bahasa Burn,A.A, et al), 2000, Pemberdayaan Wanita Dalam Bidang Kesehatan, Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta.
Hacker, Neville, 2001, Esensial Obstetri dan Ginekologi, Hipokrates, Jakarta.
IMCW, 2007, Dismenore (Nyeri Haid), Tersedia dalam : (http://www.MyDinariraq.com) [diakses 3 April 2008].
Jarret, dkk., 1995, Symptoms and Self Care Strategis in Women With and Without Dysmenorrhea, Health Care Women International. Dalam Sulastri, 2006, Perilaku Pencarian Pengobatan Keluhan Dysmenorrhea pada Remaja Di Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde, 2001, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB, EGC, Jakarta.
Nawawi, 2006, Konsultasi Sehat, Tersedia dalam : (http://www.era muslim.co.id) [diakses 28 maret 2008].
Ovedoff, David, 1995, Kapita Selekta Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta.
Poureslami, dkk., 2001, Attitude of Female Adolescents About Dysmenorrhea and Menstrual Hygiene in Tehran Suburs, “Archives of Iranian Medicine, V (4). Dalam Sulastri, 2006, Perilaku Pencarian Pengobatan Keluhan Dysmenorrhea pada Remaja Di Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sarlito, 2003, Remaja dan Permasalahannya, Tersedia dalam : (http://www.kesehatan remaja.com) [diakses 28 maret 2008].
Sastrowardoyo, 2007, Sulit Hamil Akibat Nyeri Haid Endometriosis Dapat Diobati, Tersedia dalam : (http://www.Gatra.com) [diakses 28 maret 2008].
Sudrajad, 2003, Hak Remaja Atas kesehatan reproduksi. Tersedia dalam : (http://www.kesehatan remaja.com) [diakses 27 maret 2008].
Sulastri, 2006, Perilaku Pencarian Pengobatan Keluhan Dysmenorrhea pada Remaja Di Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Widyaningsih, 2007, Kesehatan Reproduksi dan Kehidupan Generasi Muda, Tersedia dalam : (http://www. kesehatan reproduksi.com) [diakses 27 maret 2008].
Wiknjosastro, Hanifa, 1999, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar