Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kardiovaskuler
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler yang banyak dijumpai di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit menular, namun harus senantiasa diwaspadai. Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arteriosclerosis ( pengerasan arteri ) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan gangguan ginjal.Sampai saat ini, usaha-usaha baik mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, karena adanya factor-faktor penghambat seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi ( pengertian, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi ) dan juga perawatannya. Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Oleh karena perlu di galakkan pada masyarakat mengenai pengobatan dan perawatan Hipertensi. Diharapkan dengan di buatnya Asuhan Keperawatan keluarga resiko tinggi hipertensi ini dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian karena hipertensi dalam masyarakat khususnya dalam keluarga.
Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamik yang sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah menggambarkan situasi hemodinamik seseorang saat itu. Hemodinamik adalah suatu keadaan dimana tekanan darah, aliran darah, dapat mempertahankan perfusi atau pertukaran zat di jaringan tubuh. Tekanan darah yang tinggi atau hipertensi sering tidak memberikan keluhan pada seseorang , tetapi penderita mempunyai resiko kematian kardiovaskuler lebih besar dibanding dengan orang yang mempunyai tekanan darah normal.
Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang sering mengakibatkan makin tingginya tekanan darah. Oleh sebab itu pengobatan dini pada hipertensi sangatlah penting, karena dapat mencegah timbulnya komplikasi pada beberapa organ tubuh seperti jantung, ginjal dan otak. Tekanan darah akan berubah setiap saat bergantung pada keadaan seseorang. Tekanan darah terendah adalah pada saat keadaan tidur. Tekanan darah dapat naik pada saat aktivitas fisik ataupun psikis.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan ilmu pengetahuan mahasiswa tentang penyakit hipertensi dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menjaga kesehatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui arti hipertensi, penyebab, gejala dan penatalaksanaan yang tepat.
b. Menentukan asuhan keperawatan yang tepat untuk mengatasi hipertensi.
c. Memelihara lingkungan baik fisik, psikis maupun social sehingga dapat menunjang peningkatan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persistem dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg (Brunner dan Suddarth, 2002 : 896).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah sistolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi (Arief Mansjoer, 2001).
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat sampai kejaringan tubuh yang membutuhkan, sering kali disebur sebagai pembuluh gelap karena termasuk penyakit yang mematikan.(http://www.hipertensi/2007.com.).
Hipertensi menurut penyebabnya dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Hipertensi essensial atau primer adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya, sekitar 90% penderita hipertensi primer.
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang menyebabkan dapat diketahui antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hiperfitiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme).
B. Anatomi dan patofisiologi
1. Anatomi
Jantung merupakan organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di atas dan puncaknya dibawa. Apexnya (puncak) ke sebelah kiri.
Jantung terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu diantara kedua paru-paru.
Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan. Jantung dewasa beratnya antara 220gr – 260 gr.
Jantung tersusun atas otot-otot yang bersifat khusus.
Jantung terbungkus oleh sebuah membrane yang disebut perikardium.
Membrane itu terdiri atas dua lapis :
Pericardium visceral adalah membrane serus yang lekat sekali dengan jantung.
Pericardium pariteral adalah lapisan fibrus yang terlipat keluar dari basis jantung dan membungkus jantung sebagai kantong longgar.
Miokardium (lapisan otot tengah)
Endokardium (batas dalam)
2. Fisiologi
Jantung merupakan organ pemompa yang besar yang memelihara peredaran melalui seluruh tubuh.
Arteri membawa darah dari jantung
Vena membawa darah kejantung
Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang di antaranya dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Di sini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan extraselluler / intertisiil.
Atrium kanan berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah, dan sebagai penyalur darah dari vena sirkulasi sistemik ke dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paru-paru.
Ventrikel kanan berfungsi menyimpan darah dari atrium kanan dan menyalurkannya ke paru-pary melewati arteri pulmonalis.
Atrium kiri berfungsi menerima darah dari apru-paru dan penyalur darah ke ventrikel kiri.
Ventrikel kiri berfungsi menerima dari atrium kiri dan menyalurkannya ke seluruh tubuh melalui aorta.
Sirkulasi darah
a. Peredaran sistemik
Darah meninggalkan ventrikel kiri jantung ® aorta ® arteri ® arteriola ® kapiler ® bergabung membentuk venula ® vena ® vena cava superior / inferior ® jantung.
b. Peredaran darah pulmonal
Darah dari vena ® atrium kanan ® ventrikel kanan ® arteri pulmonalis ® paru-paru kanan dan kiri ® arteri ® arteriola ® kapiler pulmonal ® yang mengitari alveoli untuk memungut O2 dan melepaskan CO2 ® vena pulmonar ® jantung.
(Evelyn C Pearce, 2002)
C. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
(Mansjoer Arif,dkk,2001)
1. Hipertensi Essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya disebut juga Hipertensi Idiopatik.
Terdapat sekitar 95 % kasus. Faktor resiko dari hipertensi essensial adalah :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Riwayat keluarga
d. Obesitas
e. Serum lipid
f. Diet
g. Perokok
2. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal
a. Penyempitan arteri renalis atau penyakit parenkhim ginjal
b. Berbagai obat
c. Disfungsi organ
d. Tumor dan kehamilan
e. Gangguan emosi
f. Obesitas
g. Konsumsi alcohol yang berlebihan
h. Rangsangan kopi yang berlebihan
i. Stress
D. Pathofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras simpatis, yang berlanjut ke bawah ke kardo spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganggria simpatis di toraks dan abdomen rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke gonalis simpatis.
Pada titik ini, neuron perganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah dimana dengan melepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstritor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. (Brunner & Suddarth, 2002).
E. Pathway
1. Hipertensi primer
Obesitas Stress Kelebihan Na Iskemia Ginjal
Insulin Katekolamin Hormon natriuretik Renin-Angiotensin
Faktor Pertumbuhan
Faktor Genetik Perubahan Fungsi Faktor Autokrin
Membran Sel Parakrin
Kalsium Intra Sel Pertukaran Na / H
Kontraksi Otot Polos Hipertrofi Vaskular
Tahanan Perifer
Hipertensi
2. Hipertensi sekunder
Saraf simpatis
Renin
Angiotensinogen (hati)
Angiotensin I (paru)
ACE
Angiotensin II
Rangsang saraf pusat Vasokonstriksi Aldosteron
(haus)
ADH Retensi Na
Over volume T.D Over volume
F. Manifestasi klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala bila demikian, gejala baru ada setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdenging, mata berkunang-kunang dan pusing . (Mansjoer Arif, 2001).
G. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolic di bawah 90 mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifkasi gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi.
Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi risiko :
Tekanan darah | Kelompok risiko A | Kelompok risiko B | Kelompok risiko C |
130-139/85-89 | Modifikasi | Modifikasi | Dengan obat |
140-159/90-99 | Modifikasi | Modifikasi | Dengan obat |
≥160/≥100 | Dengan obat | Dengan obat | Dengan obat |
Modifikasi
Langkah-langkah yang dianjurkan untuk :
· Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks massa tubuh ≥ 27)
· Membatasi alcohol
· Meningkatkan aktivitas fisik aerobic (30 – 45 menit /hari).
· Mengurangi asupan natrium (<100>
· Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat.
· Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90 mmol/hari).
· Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.
Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan umur, kebutuhan dan usia. Terapi yang optimal harus efektif selama 24 jam, dan lebih disukai dalam dosis tuggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah, dapat mengontrol hipertensi terus-menerus dan lancar dan melindungi pasien terhadap berbagai faktor risiko dari kematian mendadak, serangan jantung, atau strok akibat peningkatan tekanan darah mendadak saat bangun tidur. Sekarang terdapat pula obat yang berisi kombinasi dosis rendah dua obat dari golongan yang berbeda. Kombinasi ini terbukti memberikan efektivitas tambahan dan mengurangi efek samping.
Setelah diputuskan untuk memakai obat antihipertensi dan bila tidak terdapat indikasi untuk memilih golongan tertentu, diberikan diuretic atau betabloker. Jika respons tidak baik dengan dosis penuh. Dilanjutkan sesuai algoritma. Diuretic biasanya menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek obat yang lain. Jika tambahan obat kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah 1 tahun, dapat dicoba menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara perlahan dan progresif.
Pada beberapa pasien mungkin dimulai terapi dengan lebih dari satu obat secara langsung. Pasien dengan tekanan darah ≥ 200 / ≥ 120 mmHg harus diberikan terapi dengan segera dan jika terdapat gejala kerusakan organ harus dirawat di rumah sakit.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan EKG.
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti urium kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, dan ekokardiografi bila diperlukan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan tanggal 27 Maret 2009 , Jam 08.00 WIB di
1. BIODATA
a. Identitas pasien
Nama : Tn. A
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : -
Status perkawinan : Menikah
Tanggal masuk : - Jam : - WIB
Ruang perawatan :
Diagnosa Medis : Hipertensi
b. Identitas penanggung jawab
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Hubungan dengan pasien :
2. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
a. Keluhan utama
Sakit kepala, mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan kesehatan sekarang
Pasien mengatakan kepalanya sakit, dan mempunyai penyakit hipertensi ditandai dengan tensi darah 210/115 mmHg.
c. Riwayat kesehatan dulu
Pasien pernah mengalami riwayat penyakit hipertensi sebelumnya.
d. Riwayatan kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien, tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti DM, hipertensi, dsb.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik tanggal 04 Februari 2009
a. Keadaan umum
KU : Lemah
Tanda-tanda : TD : 210 / 115 mmHg
N : 90x / menit
S : 3672C
RR : 26 x/menit
b. Kepala
Mesochepal, rambut hitam, kulit kepala bersih tidak ada ketombe.
c. Mata
Sklera tidak ikhterik, conjungtiva tampak merah (tidak anemis), pupil isokor, penglihatan baik.
d. Telinga
Simetris, terdapat sedikit serumen, pendengaran baik.
e. Hidung
Simetris, tidak ada polip, penciuman baik.
f. Mulut
Tidak cyanosis, tidak ada aphtae (sariawan), tidak ada stomatitis, radang mukcosa.
g. Gigi
h. Lidah
Bersih, warna merah muda
i. Tenggorokkan
Pasien mampu menelan dengan baik, tidak ada gangguan menelan, tidak ada pembesaran tonsil.
j. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid pada pemeriksaan palpasi.
k. Kulit
Turgor kulit jelek dikarenakan sering mual dan muntah.
l. Dada
1) Paru-paru : Inspeksi : RR 26x /menit, gerakan naik turun dada tidak teratur.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada dinding dada.
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : Tidak terdapat bunyi ronkhi / wheezing bunyi nafas vesikuler
m. Jantung
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Denyut jantung tidak teratur teratur
Perkusi : Terdengar bunyi pekak
Auskultasi : Irama jantung tidak teratur, tidak terdapat bunyi gallop.
n. Abdomen
Inspeksi : Tidak terlihat adanya pembesaran (Asites)
Auskultasi : Peristaltik 15 x / menit
Palpasi : Tidak ada massa / benjolan
Perkusi : Terdengar bunyi timpani
o. Genetalia
Tidak terpasang DC, tidak ada kelainan
p. Anus
Tidak terdapat haemoroid
q. Reproduksi
Pasien mengatakan tidak ada masalah
4. Data biologis
a. Nutrisi
Nafsu makan klien menurun dan pasien makan tidak habis satu porsi dikarenakan mual dan muntah serta kepalanya sakit.
b. Eliminasi
Klien mengatakan di rumah biasa BAB 1x/hari. Konsistensi lunak warna kuning. BAK ± 6 x / hari, warna kuning jernih, tidak ada nyeri, tidak ada pendarahan.
c. Istirahat tidur
Istirahat tidur ± 6 – 7 jam sehari dan terganggu dikarenakan sakit kepala, mual dan muntah.
d. Aktivitas
Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
5. Data psikologis
Klien mengatakan cemas akan pengobatan yang akan dijalani karena klien kurang pengetahuan tentang penyakitnya.
6. Data sosiologis
Klien mengatakan orang terdekatnya adalah istri dan anak.
7. Data spiritual
Klien mengatakan beragama islam dan taat menjalankan ibadah sholat.
8. Data komunikasi
Klien mampu berkomunikasi dengan jelas kepada pasien yang lain, keluarga serta perawat.
B. ANALISA DATA
No | Data | Etiologi | Masalah |
1 | Do : TD : 210 / 115 mmHg N : 90x / menit S : 3672C RR : 26 x/menit Ds : Pusing, mual , dan muntah | Hipertrofi / rigiditas ventrikuler | Penurunan curah jantung |
2 | Do : porsi makan tidak habis, muntah 2 x selama sehari, pucat, turgor kulit jelek, tidak selera makan. Ds : Pasien merasa mual. | Mual dan muntah | Kekurangan volume cairan |
3 | Do : Pasien gelisah, tidak nyaman tidur. Ds : pasien mengeluh pusing. | Peningkatan tekanan vaskular serebral | Nyeri |
4 | Do : Aktivitas pasien dibantu keluarga dan perawat. Ds : lemas, pusing bila berjalan. | Kelemahan umum | Intoleran aktivitas |
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Resiko Penurunan Curah jantung berhubugan dengan hipertrofi / rigiditas ventrikuler.
- Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
- Nyeri sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
- Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
D. Intervensi Keperawatan
Dx | Kriteria hasil | Intervensi |
1 | Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan TD stabil 140/90 – 140/80 mmHg | Kaji TTV pasien Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan TD oleh dr. Kolaborasi dengan bagian gizi untuk diit Pasien bisa istirahat tidur dengan cukup ± 6-8 jam/hari. |
2 | Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam volume cairan menjadi seimbang - intake / output stabil - turgor kulit baik - tidak lemas | Pertahankan input dan output, cairan / 24 jam dalam jumlah yang cukup dan seimbang. - Porsi makan pasien dihabiskan - Mual, muntah hilang - Kolaborasi obat anti muntah dan cairan infus |
3 | Setelah dilakukan keperawatan 2 x 24 jam rasa nyeri / pusing hilang atau berkurang - Pasien dapat beristirahat dengan cukup - Pasien tidak terganggu aktivitasnya. | - Pasien tahu teknik relaksasi - Pasien merasa nyaman dan dapat beristirahat dengan tenang. - Kolaborasi pemberian analgetik oleh dr. |
4 | Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam pasien dapat melakukan sendiri | - Pasien dapat beraktivitas secara mandiri - Pusing berkurang / hilang - Pasien tidak lemas bila beraktivitas |
E. Implementasi
Tanggal / Jam | Dx | Implementasi | |
| 1 | - Mengkaji TTV pasien - Memberi pengobatan penurun TD sesuai advis dr. - Beri diit rendah garam sesuai progam - Ciptakan lingkungan yang terang dan nyaman dalam ruang perawatan pasien. | |
| 2 | - Menghitung jumlah cairan masuk dan keluar / 24 jam - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian porsi makan yang masih hangat, segar dan tidak pedas / asam. - Kolaborasi pemberian cairan infuse sesuai advis dokter - Memotivasi pasien untuk banyak makan dan minum - Melakukan oral hygiene | |
| 3 | - Melatih tehnik relaksasi - Hindari kondisi ruangan yang panas dan bercahaya terlalu terang. - Ciptakan suasana terang - Beri obat analgetik sesuai advis dokter | |
| 4 | - Membantu aktivitas pasien - Memberi dorongan untuk melakukan aktivitas dan perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi | |
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah. edisi 8 volume 2. jakarta : EGC.
Doengoes, ME, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Mansjoer Arif, 2000, kapita Selekta kedokteran, Jilid 2, Edisi 3, EGC. Jakarta
R. Sjamsuhidayat, dkk, 2003, Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC, Jakarta
http: //Ns. Nining. Blogspot.com/ 2008/08/ Asuhan Keperawatan. Apendicitis. Html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar