Jumat, 22 April 2011

askeb IUFD

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar belakang
Kematian bayi dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death)dapat dikarenakan berbagai hal seperti terkena lilitan tali pusat, pendarahan serta akibat tekanan darah tinggi si ibu yang mengandung. Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan cara memeriksakan kandungan secara teratur ke dokter. Kalaupun terjadi kelainan pada masa kehamilan, bisa ditanggulangi sedini mungkin.
Bayi yang ada dalam kandungan selalu bergerak dan sebagian besar kasus bayi mati dalam kandungan karena kesalahan aktivitas yang dilakukan seperti berolahraga dengan gerakan-gerakan yang cukup giat/berlebihan. Karena itu dianjurkan selama masa kehamilan sebaiknya mengurangi aktivitas yang membahayakan janin dalam kandungan. Hal ini untuk mengantisipasi bayi yang dililit lehernya.Ibu hamil hendaknya selalu berhati-hati jika beraktivitas dan berkonsultasi dengan dokter secara teratur.

B. Tujuan
 Untuk memenuhi salah satu tugas ASKEB IV.
 Untuk memberikan informasi tentang IUFD pada masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya.
 Untuk menambah referensi perpustakaan








BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998)
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005)
IUFD atau stilbirth adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr)
IUFD Adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu
Sebelum 20 minggu :
 Kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion.
Sesudah 20 minggu :
 Biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian dalam rahim.

B. ETIOLOGI
Penyebab IUFD antara lain:
1. Faktor plasenta
a. Insufisiensi plasenta
b. Infark plasenta
c. Solusio plasenta
d. Plasenta previa
2. Faktor ibu
a. Diabetes mellitus
b. Preeklampsi dan eklampsi
c. Nefritis kronis
d. Polihidramnion dan oligohidramnion
e. Shipilis
f. Penyakit jantung
g. Hipertensi
h. Penyakit paru atau TBC
i. Inkompatability rhesus
j. AIDS
3. Faktor intrapartum
a. Perdarahan antepartum
b. Partus lama
c. Anastesi
d. Partus macet
e. Persalinan presipitatus
f. Persalinan sungsang
g. Obat-obatan
4. Faktor janin
a. Prematuritas
b. Postmaturitas
c. Kelainan bawaan
d. Perdarahan otak
5. Faktor tali pusat
a. Prolapsus tali pusat
b. Lilitan tali pusat
c. Vassa praevia
d. Tali pusat pendek

Kecuali itu, ada berbagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin di kandungan, diantaranya:
 Ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin.
Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara bapak rhesus positif. Sehingga anak akan mengikuti yang dominan; menjadi rhesus positif. "Akibatnya antara ibu dan janin mengalami ketidakcocokan rhesus."
Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya, dapat terjadi hidrops fetalis; suatu reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada janin, antara lain pembengkakan pada perut akibat terbentuknya cairan berlebih dalam rongga perut (asites), pembengkakan kulit janin, penumpukan cairan di dalam rongga dada atau rongga jantung, dan lain-lain. Akibat penimbunan cairan yang berlebihan tersebut, maka tubuh janin akan membengkak. "Bahkan darahnya pun bisa tercampur air." Biasanya kalau sudah demikian, janin tak akan tertolong lagi.
Sebenarnya, terang Nasdaldy, hidrops fetalis merupakan manifestasi dari bermacam penyakit. Bisa karena kelainan darah, rhesus, atau kelainan genetik. "Biasanya bila kasusnya hidrops fetalis, maka tak ada manfaatnya kehamilan dipertahankan. Karena memang janinnya pasti mati." Sayangnya, seringkali tidak dilakukan otopsi pada janin yang mati tersebut, sehingga tidak bisa diketahui penyebab hidrops fetalis. "Padahal dengan mengetahui penyebabnya bisa untuk tindakan pencegahan pada kehamilan berikutnya."
 Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin.
Terutama pada golongan darah A,B,O. "Yang kerap terjadi antara golongan darah anak A atau B dengan ibu bergolongan O atau sebaliknya." Sebab, pada saat masih dalam kandungan, darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan membentuk zat antibodinya.
 Gerakan sangat "liar".
Gerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama jika terjadi gerakan satu arah saja. karena gerakannya berlebihan, terlebih satu arah saja, maka tali pusat yang menghubungkan janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir, maka pembuluh darah yang mengalirkan plasenta ke bayi jadi tersumbat." Kalau janin sampai memberontak, yang ditandai gerakan "liar", biasanya karena kebutuhannya ada yang tidak terpenuhi, entah itu karena kekurangan oksigen, atau makanan. Karena itu, harus segera dilakukan tindakan yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan janin. Misalnya, apakah oksigen dan gizinya cukup? Kalau ibu punya riwayat sebelumnya dengan janin meninggal, maka sebaiknya aktivitas ibu jangan berlebihan. "Sebab, dengan aktivitas berlebihan, maka gizi dan zat makanan hanya dikonsumsi ibunya sendiri, sehingga janin relatif kekurangan."
 Berbagai penyakit pada ibu hamil.
Salah satu contohnya preeklampsia dan diabetes. Itulah mengapa pada ibu hamil perlu dilakukan cardiotopografi (CTG) untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.
 Kelainan kromosom.
Bisa disebut penyakit bawaan, misalnya, kelainan genetik berat trisomy. "Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian udah terjadi, yaitu dari otopsi bayi." Sebab, ungkap Nasdaldy, jarang sekali dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. "Selain biayanya mahal, risikonya juga tinggi. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko besar terinfeksi, juga bisa lahir prematur. Kecuali kalau memang ada keganjilan dalam kehamilan tersebut yang dicurigai sebagai kelainan kromosom."
 Trauma saat hamil.
Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasentae atau plasenta terlepas. Trauma terjadi, misalnya, karena benturan pada perut, entah karena kecelakaan atau pemukulan. "Benturan ini bisa saja mengenai pembuluh darah di plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta atau plasenta lepas sebagian. Akhirnya aliran darah ke bayi pun jadi tak ada."
 Infeksi pada ibu hamil.
Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti infeksi akibat bakteri maupun virus. "Bahkan demam tinggi pada ibu hamil bisa menyebabkan janin tak tahan akan panas tubuh ibunya."
 Kelainan bawaan bayi.
Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-paru, bisa engakibatkan kematian di kandungan.

C. PATOFISIOLOGI
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR)

D. FAKTOR PREDISPOISISI
1. factor ibu (High Risk Mothers)
a. status social ekonomi yang rendah
b. tingkat pendidikan ibu yang rendah
c. umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun
d. paritas pertama atau paritas kelima atau lebih
e. tinggi dan BB ibu tidak proporsional
f. kehamilan di luar perkawinan
g. kehamilan tanpa pengawasan antenatal
h. ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
i. ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati
j. riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
2. factor Bayi (High Risk Infants)
a. bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
b. bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
c. bayi dalam keluarga yang mempunyai problema social
3. factor yang berhubungan dengan kehamilan
a. abrupsio plasenta
b. plasenta previa
c. pre eklamsi / eklamsi
d. polihidramnion
e. inkompatibilitas golongan darah
f. kehamilan lama
g. kehamilan ganda
h. infeksi
i. diabetes
j. genitourinaria

E. TANDA DAN GEJALA
1. Ibu tidak merasakan gerakan janin
Diagnosis :
 Nilai DJJ.
 Bila ibu mendaptkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.
 Bila DJJ abnormal,lihat penatalaksanaan DJJ abnormal.
 Bila DJJ tidak terdengar, pastikan adanya kematian janin dengan stetoskop ( Doppler).
 Bila DJJ baik,berarti bayi tidur.
 Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) attau dengan menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai dengan gerakan janin, maka janin dapat dikatakan normal.
 Bila DJJ cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat disimpulkan adanya gawat janin.

2. Gerakan janin tidak dirasakan lagi
Diagnosis :
Gejala dan tannda selau ada Gejala dan tanda kadang – kadang ada Diagnosis kemungkinan
Gerakan janinberkurang atau hilang.
Nyeri perut hilang timbul atau menetap
Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu. Syok

Uterus tegang / kaku.

Gawat janin atau DJJ tidak terdengar. Solusio plasenta
Gerakan janin dan DJJ tidak ada
Perdarahan
Nyeri perut hebat Syok
Perut kembung / cairan bebas intra abdominal
Kontur uterus abnormal
Abdomen nyeri
Bagian – bagian janin teraba
Denyut nadi bu cepat Rupture uteri
Gerakan janin berkurang atau hilang
DJJ abnormal(<100/menit atau >140/ menit) Cairan ketuban bercampur mekonium Gawat janin
Gerakan janin / DJJ hilang Tanda – tanda kehamilan berhenti
Tinggi fundus uteri berkurang
Pembesaran uterus berkurang Kematian janin
F. PENILAIAN KLINIK
 Pertumbuhan janin (-),bahkan jiniin mengecil sehingga TFU menurun.
 Bunyi DJJ tidak terdengar dengan stetoskop dan pastikan dengan Doppler.
 Keluhan ibu n.
 Berat badan ibu menurun.
 Tulang kepala kolaps.
 USG : untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda kehidupan.
 Pemeriksaan HCG urin menjadi negatif.
 Komplikasi :
 Trauma emosional yang berat menjadi bila watuu antara kematian janin dan persalinan cukup lama.
 Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah.
 Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.

G. JENIS – JENIS PERSALINAN UNTUK JANIN MATI
Kematian janin dapat di bagi menjadi 4 golongan:
Golongan l : Kematian sebelum masa hamil mencapai 20 minggu penuh.
Golongan ll : Kematian sesudah ibu hamil 20 minggu hingga 28 minggu.
Golongan lll :Kematian sesudah kehamilan lebih dari 28 minggu (Late Fetal Death).
Golongan lV : Kematian yang tidak dapat di golongkan pada kertiga golongan diatas.
 Jenis – jenis pertolongan persalinan untuk janin mati
1. Pertolongan persalinan dengan perforasi kronioklasi
Perforasi kronioklasi merupakan tindakan beruntun yang dilakukan pada bayi yang meninggal di dalam kandunagan untuk memperkecil kepala janin dengan perforation dan selanjutnya menarik kepala janin ( dengan kranioklasi) tindakan ini dapat dilakukan pada letak kepala oleh letak sungsang dengan kesulitan persalinan kepala.Dngan kemajuan pengawasan antenatal yang baik dan system rujukan ke tempat yang lebih baik , maka tindakan proferasi dan kraioklasi sudah jarang dilakukan.
Bahaya tindakan proferasi dan kraniioklasi adalah perdarahan infeki, trauma jalan lahir dan yang paling berat ruptira uteri( pecah robeknya jalan lahir).
2. Pertolongan persalinan dengn dekapitasi
Letak lintang mempunyai dan merupakan kedudukan yang sulit untuk dapat lahir normal pervaginam. Gegagalan pertolongan pada letak lintang menyebabkan kematian janin, oleh karena itu kematian janin tidak layak dilkukan dengan seksio sesaria kecuali pada keadaan khusus seperti plasenta previa totalis, kesempitan panggul absolute. Perslinan di lakukan dengan jalan dekapitasi yaitu dengan memotong leher janin sehingga badan dan kepala janin dapat di lahirkan,
3. Pertolongan persalinan dengan eviserasi
Eviserasi adalah tindakan operasi dengan mengeluarkan lebih dahulu isi perut dan paru (dada) sehingga volume janin kecil untuk selanjutnya di lahirkan.
Eviserasi adalah operasi berat yang berbahaya karena bekerja di ruang sempit untuk memperkecil volume janin bahaya yang selalu mengancam adalah perdarahan,infeksi dan trauma jalan lahir dengan pengawasan antalnatal yang baik, situasi kehamilan dengan letek lintang selalu dapat di atasi dengan versi luar atau seksio sesaria.
4. Pertolongan persalinan dengan kleidotomi
Kleidotomi adalah memotong tulang klavikula (tulang selangka) sehingga volume bahu mengecil untuk dapat melahirkan bahu. Kleidotomi masih dapat dilakukan pada anak hidup, bila diperlukan pada keadaan gangguan persalinan bahu pada anak yan besar.

H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
2. Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
3. Palpasi
Tinggi fundus > rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakanan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
4. Auskultasi
Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan Deptone akan terdengar DJJ.
5. Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
6. Rontgen Foto Abdomen
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin
Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin.
Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin
Tanda Spalding : overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin
Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak
Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.
7. Ultrasonografi
8. Tidak terlihat DJJ dan gerakan-gerakan janin.

I. PENANGANAN PERTOLONGAN PERTOLONGAN PERSALINAN IUFD
 Penangan umum
 Berikan dukungan emosional pada ibu
 Nilai DJJ
 Nilai ibu mendapa sedative, tungg hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.
 Bila DJJ tidak terdengar minta beberapa orang mendengarkan menggunakan setetoskop dopler.
 Penanganan pada masa persalinan
 Kematian janin
Kematian dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak terobati.
Jika pemeriksaan radiologic tersedia, konfirmasi kematian janin setelah lima hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang engkorak, hiperfleksi kolumna, vertebralis, gelembung udara didlam jantung dan edema scalp.
 USG adalah sarana penunjang diagnostic yang baik untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda hidup: tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.
 Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat jhir per vaginal.
Pilihlah cra persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputsan diambil.
Bila pilihan penangasalinan nan adlah akspetif:
o Tunggu persalinan spontan hingg dua minggu
o Yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.
o Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan,lakukan penaganan aktif
o Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks:
o Jika serviks matang, lakukann induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
o Jika serviks belum mtang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin atau kateter foley.
Catatan: janagan lakukan amniotomi Karena beresiko infeksi.
Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternative terakhir
Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol:
 Tempatkan misoprostol 25mcg di puncak vagina, dapat di ulani sesudah 6 jam
 Jika tidak ada respon sesudah 2x25mcg misoprotol, naikan dosis menjadi 50mcgmenjadi setiap 6 jam.
Catatan: jangan biarkan lebih dari 50mcg setiap kali dan jangan melebihi 4 dosis
 Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotic untuk metritis
 Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspadai koagulopati
Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan berbagai kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
Pemerikasaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengertian
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998)
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005)
2. Etiologi
Penyebab iufd antara lain:
Faktor plasenta
Factor ibu
Factor intra partum
Factor janin
Factor tali pusat
Factor predisposisi
Factor ibu
Factor bayi
Factor yang berhubungan dengan kehamilan
Tanda dan gejala
Ibu tidak merasakan gerakan janin
Gerakan janin tidak di rasakan lagi.
Kematian janin dapat di bagi menjadi 4 golongan:
Golongan l : Kematian sebelum masa hamil mencapai 20 minggu penuh.
Golongan ll : Kematian sesudah ibu hamil 20 minggu hingga 28 minggu.
Golongan lll :Kematian sesudah kehamilan lebih dari 28 minggu (Late Fetal Death).
Golongan lV : Kematian yang tidak dapat di golongkan pada kertiga golongan
diatas
3. Penatalaksanaan IUFD
Observasi dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnosa
Biasanya selama menunggu, 70-90 % akan terjadi persalinan spontan
Bila belum partus, indikasi untuk induksi persalinan
Induksi dan pemberian estrogen untuk mengurangi efek progesterone atau dengan oksitosin drip atau dengan amniotomi

B. SARAN
Sebagai tenaga kesehatan dalam hal ini penolong persalinan alangkah lebih baiknya apabila melaksanakan tugas harus sesuai dendan protaps atau standar pelayanan yang berlaku
Mengingatkan kepada keluarga apabila terjadi hal-hal yang tidak normal pada kehamilannya segera memeriksakan kepelayanan kesehatan yang terdekat
Sebagai penolong persalinan agar selalu siap dalam menghadapi situasi apapun

DAFTAR PUSTAKA
http://nisaulya.blog.friendster.com/
http://info.g-excess.com/id/Askeb_%28Asuhan_Kebidanan%29/IUFD_%28Intrauterin_Fetal_Death%29_Dalam_Kehamilan.info
http://74.125.153.132/search?q=cache:wQKIw67n4gUJ:dokterrosfanty.blogspot.com/2009/07/kematian-janin-dalam-kandungan-iufd.html+tanda+dan+gejala+iufd&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id
http://ade86.wordpress.com/2009/03/20/pre-neklampsi-episiotomiiufdpost-partum-spontan/
Abdul,Bari saifudin,dkk.2006.pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.jakarta:yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Abdul,Bari saifudin,dkk.2002. Ilmu kebidanan.jakarta:yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.
askeb IUFD
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar belakang
Kematian bayi dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death)dapat dikarenakan berbagai hal seperti terkena lilitan tali pusat, pendarahan serta akibat tekanan darah tinggi si ibu yang mengandung. Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan cara memeriksakan kandungan secara teratur ke dokter. Kalaupun terjadi kelainan pada masa kehamilan, bisa ditanggulangi sedini mungkin.
Bayi yang ada dalam kandungan selalu bergerak dan sebagian besar kasus bayi mati dalam kandungan karena kesalahan aktivitas yang dilakukan seperti berolahraga dengan gerakan-gerakan yang cukup giat/berlebihan. Karena itu dianjurkan selama masa kehamilan sebaiknya mengurangi aktivitas yang membahayakan janin dalam kandungan. Hal ini untuk mengantisipasi bayi yang dililit lehernya.Ibu hamil hendaknya selalu berhati-hati jika beraktivitas dan berkonsultasi dengan dokter secara teratur.

B. Tujuan
 Untuk memenuhi salah satu tugas ASKEB IV.
 Untuk memberikan informasi tentang IUFD pada masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya.
 Untuk menambah referensi perpustakaan








BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998)
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005)
IUFD atau stilbirth adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr)
IUFD Adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu
Sebelum 20 minggu :
 Kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion.
Sesudah 20 minggu :
 Biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian dalam rahim.

B. ETIOLOGI
Penyebab IUFD antara lain:
1. Faktor plasenta
a. Insufisiensi plasenta
b. Infark plasenta
c. Solusio plasenta
d. Plasenta previa
2. Faktor ibu
a. Diabetes mellitus
b. Preeklampsi dan eklampsi
c. Nefritis kronis
d. Polihidramnion dan oligohidramnion
e. Shipilis
f. Penyakit jantung
g. Hipertensi
h. Penyakit paru atau TBC
i. Inkompatability rhesus
j. AIDS
3. Faktor intrapartum
a. Perdarahan antepartum
b. Partus lama
c. Anastesi
d. Partus macet
e. Persalinan presipitatus
f. Persalinan sungsang
g. Obat-obatan
4. Faktor janin
a. Prematuritas
b. Postmaturitas
c. Kelainan bawaan
d. Perdarahan otak
5. Faktor tali pusat
a. Prolapsus tali pusat
b. Lilitan tali pusat
c. Vassa praevia
d. Tali pusat pendek

Kecuali itu, ada berbagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin di kandungan, diantaranya:
 Ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin.
Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara bapak rhesus positif. Sehingga anak akan mengikuti yang dominan; menjadi rhesus positif. "Akibatnya antara ibu dan janin mengalami ketidakcocokan rhesus."
Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya, dapat terjadi hidrops fetalis; suatu reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada janin, antara lain pembengkakan pada perut akibat terbentuknya cairan berlebih dalam rongga perut (asites), pembengkakan kulit janin, penumpukan cairan di dalam rongga dada atau rongga jantung, dan lain-lain. Akibat penimbunan cairan yang berlebihan tersebut, maka tubuh janin akan membengkak. "Bahkan darahnya pun bisa tercampur air." Biasanya kalau sudah demikian, janin tak akan tertolong lagi.
Sebenarnya, terang Nasdaldy, hidrops fetalis merupakan manifestasi dari bermacam penyakit. Bisa karena kelainan darah, rhesus, atau kelainan genetik. "Biasanya bila kasusnya hidrops fetalis, maka tak ada manfaatnya kehamilan dipertahankan. Karena memang janinnya pasti mati." Sayangnya, seringkali tidak dilakukan otopsi pada janin yang mati tersebut, sehingga tidak bisa diketahui penyebab hidrops fetalis. "Padahal dengan mengetahui penyebabnya bisa untuk tindakan pencegahan pada kehamilan berikutnya."
 Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin.
Terutama pada golongan darah A,B,O. "Yang kerap terjadi antara golongan darah anak A atau B dengan ibu bergolongan O atau sebaliknya." Sebab, pada saat masih dalam kandungan, darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan membentuk zat antibodinya.
 Gerakan sangat "liar".
Gerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama jika terjadi gerakan satu arah saja. karena gerakannya berlebihan, terlebih satu arah saja, maka tali pusat yang menghubungkan janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir, maka pembuluh darah yang mengalirkan plasenta ke bayi jadi tersumbat." Kalau janin sampai memberontak, yang ditandai gerakan "liar", biasanya karena kebutuhannya ada yang tidak terpenuhi, entah itu karena kekurangan oksigen, atau makanan. Karena itu, harus segera dilakukan tindakan yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan janin. Misalnya, apakah oksigen dan gizinya cukup? Kalau ibu punya riwayat sebelumnya dengan janin meninggal, maka sebaiknya aktivitas ibu jangan berlebihan. "Sebab, dengan aktivitas berlebihan, maka gizi dan zat makanan hanya dikonsumsi ibunya sendiri, sehingga janin relatif kekurangan."
 Berbagai penyakit pada ibu hamil.
Salah satu contohnya preeklampsia dan diabetes. Itulah mengapa pada ibu hamil perlu dilakukan cardiotopografi (CTG) untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.
 Kelainan kromosom.
Bisa disebut penyakit bawaan, misalnya, kelainan genetik berat trisomy. "Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian udah terjadi, yaitu dari otopsi bayi." Sebab, ungkap Nasdaldy, jarang sekali dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. "Selain biayanya mahal, risikonya juga tinggi. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko besar terinfeksi, juga bisa lahir prematur. Kecuali kalau memang ada keganjilan dalam kehamilan tersebut yang dicurigai sebagai kelainan kromosom."
 Trauma saat hamil.
Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasentae atau plasenta terlepas. Trauma terjadi, misalnya, karena benturan pada perut, entah karena kecelakaan atau pemukulan. "Benturan ini bisa saja mengenai pembuluh darah di plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta atau plasenta lepas sebagian. Akhirnya aliran darah ke bayi pun jadi tak ada."
 Infeksi pada ibu hamil.
Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti infeksi akibat bakteri maupun virus. "Bahkan demam tinggi pada ibu hamil bisa menyebabkan janin tak tahan akan panas tubuh ibunya."
 Kelainan bawaan bayi.
Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-paru, bisa engakibatkan kematian di kandungan.

C. PATOFISIOLOGI
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR)

D. FAKTOR PREDISPOISISI
1. factor ibu (High Risk Mothers)
a. status social ekonomi yang rendah
b. tingkat pendidikan ibu yang rendah
c. umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun
d. paritas pertama atau paritas kelima atau lebih
e. tinggi dan BB ibu tidak proporsional
f. kehamilan di luar perkawinan
g. kehamilan tanpa pengawasan antenatal
h. ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
i. ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati
j. riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
2. factor Bayi (High Risk Infants)
a. bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
b. bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
c. bayi dalam keluarga yang mempunyai problema social
3. factor yang berhubungan dengan kehamilan
a. abrupsio plasenta
b. plasenta previa
c. pre eklamsi / eklamsi
d. polihidramnion
e. inkompatibilitas golongan darah
f. kehamilan lama
g. kehamilan ganda
h. infeksi
i. diabetes
j. genitourinaria

E. TANDA DAN GEJALA
1. Ibu tidak merasakan gerakan janin
Diagnosis :
 Nilai DJJ.
 Bila ibu mendaptkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.
 Bila DJJ abnormal,lihat penatalaksanaan DJJ abnormal.
 Bila DJJ tidak terdengar, pastikan adanya kematian janin dengan stetoskop ( Doppler).
 Bila DJJ baik,berarti bayi tidur.
 Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) attau dengan menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai dengan gerakan janin, maka janin dapat dikatakan normal.
 Bila DJJ cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat disimpulkan adanya gawat janin.

2. Gerakan janin tidak dirasakan lagi
Diagnosis :
Gejala dan tannda selau ada Gejala dan tanda kadang – kadang ada Diagnosis kemungkinan
Gerakan janinberkurang atau hilang.
Nyeri perut hilang timbul atau menetap
Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu. Syok

Uterus tegang / kaku.

Gawat janin atau DJJ tidak terdengar. Solusio plasenta
Gerakan janin dan DJJ tidak ada
Perdarahan
Nyeri perut hebat Syok
Perut kembung / cairan bebas intra abdominal
Kontur uterus abnormal
Abdomen nyeri
Bagian – bagian janin teraba
Denyut nadi bu cepat Rupture uteri
Gerakan janin berkurang atau hilang
DJJ abnormal(<100/menit atau >140/ menit) Cairan ketuban bercampur mekonium Gawat janin
Gerakan janin / DJJ hilang Tanda – tanda kehamilan berhenti
Tinggi fundus uteri berkurang
Pembesaran uterus berkurang Kematian janin
F. PENILAIAN KLINIK
 Pertumbuhan janin (-),bahkan jiniin mengecil sehingga TFU menurun.
 Bunyi DJJ tidak terdengar dengan stetoskop dan pastikan dengan Doppler.
 Keluhan ibu n.
 Berat badan ibu menurun.
 Tulang kepala kolaps.
 USG : untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda kehidupan.
 Pemeriksaan HCG urin menjadi negatif.
 Komplikasi :
 Trauma emosional yang berat menjadi bila watuu antara kematian janin dan persalinan cukup lama.
 Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah.
 Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.

G. JENIS – JENIS PERSALINAN UNTUK JANIN MATI
Kematian janin dapat di bagi menjadi 4 golongan:
Golongan l : Kematian sebelum masa hamil mencapai 20 minggu penuh.
Golongan ll : Kematian sesudah ibu hamil 20 minggu hingga 28 minggu.
Golongan lll :Kematian sesudah kehamilan lebih dari 28 minggu (Late Fetal Death).
Golongan lV : Kematian yang tidak dapat di golongkan pada kertiga golongan diatas.
 Jenis – jenis pertolongan persalinan untuk janin mati
1. Pertolongan persalinan dengan perforasi kronioklasi
Perforasi kronioklasi merupakan tindakan beruntun yang dilakukan pada bayi yang meninggal di dalam kandunagan untuk memperkecil kepala janin dengan perforation dan selanjutnya menarik kepala janin ( dengan kranioklasi) tindakan ini dapat dilakukan pada letak kepala oleh letak sungsang dengan kesulitan persalinan kepala.Dngan kemajuan pengawasan antenatal yang baik dan system rujukan ke tempat yang lebih baik , maka tindakan proferasi dan kraioklasi sudah jarang dilakukan.
Bahaya tindakan proferasi dan kraniioklasi adalah perdarahan infeki, trauma jalan lahir dan yang paling berat ruptira uteri( pecah robeknya jalan lahir).
2. Pertolongan persalinan dengn dekapitasi
Letak lintang mempunyai dan merupakan kedudukan yang sulit untuk dapat lahir normal pervaginam. Gegagalan pertolongan pada letak lintang menyebabkan kematian janin, oleh karena itu kematian janin tidak layak dilkukan dengan seksio sesaria kecuali pada keadaan khusus seperti plasenta previa totalis, kesempitan panggul absolute. Perslinan di lakukan dengan jalan dekapitasi yaitu dengan memotong leher janin sehingga badan dan kepala janin dapat di lahirkan,
3. Pertolongan persalinan dengan eviserasi
Eviserasi adalah tindakan operasi dengan mengeluarkan lebih dahulu isi perut dan paru (dada) sehingga volume janin kecil untuk selanjutnya di lahirkan.
Eviserasi adalah operasi berat yang berbahaya karena bekerja di ruang sempit untuk memperkecil volume janin bahaya yang selalu mengancam adalah perdarahan,infeksi dan trauma jalan lahir dengan pengawasan antalnatal yang baik, situasi kehamilan dengan letek lintang selalu dapat di atasi dengan versi luar atau seksio sesaria.
4. Pertolongan persalinan dengan kleidotomi
Kleidotomi adalah memotong tulang klavikula (tulang selangka) sehingga volume bahu mengecil untuk dapat melahirkan bahu. Kleidotomi masih dapat dilakukan pada anak hidup, bila diperlukan pada keadaan gangguan persalinan bahu pada anak yan besar.

H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
2. Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
3. Palpasi
Tinggi fundus > rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakanan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
4. Auskultasi
Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan Deptone akan terdengar DJJ.
5. Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
6. Rontgen Foto Abdomen
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin
Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin.
Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin
Tanda Spalding : overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin
Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak
Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.
7. Ultrasonografi
8. Tidak terlihat DJJ dan gerakan-gerakan janin.

I. PENANGANAN PERTOLONGAN PERTOLONGAN PERSALINAN IUFD
 Penangan umum
 Berikan dukungan emosional pada ibu
 Nilai DJJ
 Nilai ibu mendapa sedative, tungg hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.
 Bila DJJ tidak terdengar minta beberapa orang mendengarkan menggunakan setetoskop dopler.
 Penanganan pada masa persalinan
 Kematian janin
Kematian dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak terobati.
Jika pemeriksaan radiologic tersedia, konfirmasi kematian janin setelah lima hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang engkorak, hiperfleksi kolumna, vertebralis, gelembung udara didlam jantung dan edema scalp.
 USG adalah sarana penunjang diagnostic yang baik untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda hidup: tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.
 Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat jhir per vaginal.
Pilihlah cra persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputsan diambil.
Bila pilihan penangasalinan nan adlah akspetif:
o Tunggu persalinan spontan hingg dua minggu
o Yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.
o Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan,lakukan penaganan aktif
o Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks:
o Jika serviks matang, lakukann induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
o Jika serviks belum mtang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin atau kateter foley.
Catatan: janagan lakukan amniotomi Karena beresiko infeksi.
Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternative terakhir
Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol:
 Tempatkan misoprostol 25mcg di puncak vagina, dapat di ulani sesudah 6 jam
 Jika tidak ada respon sesudah 2x25mcg misoprotol, naikan dosis menjadi 50mcgmenjadi setiap 6 jam.
Catatan: jangan biarkan lebih dari 50mcg setiap kali dan jangan melebihi 4 dosis
 Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotic untuk metritis
 Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspadai koagulopati
Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan berbagai kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
Pemerikasaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengertian
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998)
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005)
2. Etiologi
Penyebab iufd antara lain:
Faktor plasenta
Factor ibu
Factor intra partum
Factor janin
Factor tali pusat
Factor predisposisi
Factor ibu
Factor bayi
Factor yang berhubungan dengan kehamilan
Tanda dan gejala
Ibu tidak merasakan gerakan janin
Gerakan janin tidak di rasakan lagi.
Kematian janin dapat di bagi menjadi 4 golongan:
Golongan l : Kematian sebelum masa hamil mencapai 20 minggu penuh.
Golongan ll : Kematian sesudah ibu hamil 20 minggu hingga 28 minggu.
Golongan lll :Kematian sesudah kehamilan lebih dari 28 minggu (Late Fetal Death).
Golongan lV : Kematian yang tidak dapat di golongkan pada kertiga golongan
diatas
3. Penatalaksanaan IUFD
Observasi dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnosa
Biasanya selama menunggu, 70-90 % akan terjadi persalinan spontan
Bila belum partus, indikasi untuk induksi persalinan
Induksi dan pemberian estrogen untuk mengurangi efek progesterone atau dengan oksitosin drip atau dengan amniotomi

B. SARAN
Sebagai tenaga kesehatan dalam hal ini penolong persalinan alangkah lebih baiknya apabila melaksanakan tugas harus sesuai dendan protaps atau standar pelayanan yang berlaku
Mengingatkan kepada keluarga apabila terjadi hal-hal yang tidak normal pada kehamilannya segera memeriksakan kepelayanan kesehatan yang terdekat
Sebagai penolong persalinan agar selalu siap dalam menghadapi situasi apapun

DAFTAR PUSTAKA
http://nisaulya.blog.friendster.com/
http://info.g-excess.com/id/Askeb_%28Asuhan_Kebidanan%29/IUFD_%28Intrauterin_Fetal_Death%29_Dalam_Kehamilan.info
http://74.125.153.132/search?q=cache:wQKIw67n4gUJ:dokterrosfanty.blogspot.com/2009/07/kematian-janin-dalam-kandungan-iufd.html+tanda+dan+gejala+iufd&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id
http://ade86.wordpress.com/2009/03/20/pre-neklampsi-episiotomiiufdpost-partum-spontan/
Abdul,Bari saifudin,dkk.2006.pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.jakarta:yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Abdul,Bari saifudin,dkk.2002. Ilmu kebidanan.jakarta:yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.
askeb IUFD
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar belakang
Kematian bayi dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death)dapat dikarenakan berbagai hal seperti terkena lilitan tali pusat, pendarahan serta akibat tekanan darah tinggi si ibu yang mengandung. Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan cara memeriksakan kandungan secara teratur ke dokter. Kalaupun terjadi kelainan pada masa kehamilan, bisa ditanggulangi sedini mungkin.
Bayi yang ada dalam kandungan selalu bergerak dan sebagian besar kasus bayi mati dalam kandungan karena kesalahan aktivitas yang dilakukan seperti berolahraga dengan gerakan-gerakan yang cukup giat/berlebihan. Karena itu dianjurkan selama masa kehamilan sebaiknya mengurangi aktivitas yang membahayakan janin dalam kandungan. Hal ini untuk mengantisipasi bayi yang dililit lehernya.Ibu hamil hendaknya selalu berhati-hati jika beraktivitas dan berkonsultasi dengan dokter secara teratur.

B. Tujuan
 Untuk memenuhi salah satu tugas ASKEB IV.
 Untuk memberikan informasi tentang IUFD pada masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya.
 Untuk menambah referensi perpustakaan








BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998)
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005)
IUFD atau stilbirth adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr)
IUFD Adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu
Sebelum 20 minggu :
 Kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion.
Sesudah 20 minggu :
 Biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian dalam rahim.

B. ETIOLOGI
Penyebab IUFD antara lain:
1. Faktor plasenta
a. Insufisiensi plasenta
b. Infark plasenta
c. Solusio plasenta
d. Plasenta previa
2. Faktor ibu
a. Diabetes mellitus
b. Preeklampsi dan eklampsi
c. Nefritis kronis
d. Polihidramnion dan oligohidramnion
e. Shipilis
f. Penyakit jantung
g. Hipertensi
h. Penyakit paru atau TBC
i. Inkompatability rhesus
j. AIDS
3. Faktor intrapartum
a. Perdarahan antepartum
b. Partus lama
c. Anastesi
d. Partus macet
e. Persalinan presipitatus
f. Persalinan sungsang
g. Obat-obatan
4. Faktor janin
a. Prematuritas
b. Postmaturitas
c. Kelainan bawaan
d. Perdarahan otak
5. Faktor tali pusat
a. Prolapsus tali pusat
b. Lilitan tali pusat
c. Vassa praevia
d. Tali pusat pendek

Kecuali itu, ada berbagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin di kandungan, diantaranya:
 Ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin.
Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara bapak rhesus positif. Sehingga anak akan mengikuti yang dominan; menjadi rhesus positif. "Akibatnya antara ibu dan janin mengalami ketidakcocokan rhesus."
Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya, dapat terjadi hidrops fetalis; suatu reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada janin, antara lain pembengkakan pada perut akibat terbentuknya cairan berlebih dalam rongga perut (asites), pembengkakan kulit janin, penumpukan cairan di dalam rongga dada atau rongga jantung, dan lain-lain. Akibat penimbunan cairan yang berlebihan tersebut, maka tubuh janin akan membengkak. "Bahkan darahnya pun bisa tercampur air." Biasanya kalau sudah demikian, janin tak akan tertolong lagi.
Sebenarnya, terang Nasdaldy, hidrops fetalis merupakan manifestasi dari bermacam penyakit. Bisa karena kelainan darah, rhesus, atau kelainan genetik. "Biasanya bila kasusnya hidrops fetalis, maka tak ada manfaatnya kehamilan dipertahankan. Karena memang janinnya pasti mati." Sayangnya, seringkali tidak dilakukan otopsi pada janin yang mati tersebut, sehingga tidak bisa diketahui penyebab hidrops fetalis. "Padahal dengan mengetahui penyebabnya bisa untuk tindakan pencegahan pada kehamilan berikutnya."
 Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin.
Terutama pada golongan darah A,B,O. "Yang kerap terjadi antara golongan darah anak A atau B dengan ibu bergolongan O atau sebaliknya." Sebab, pada saat masih dalam kandungan, darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan membentuk zat antibodinya.
 Gerakan sangat "liar".
Gerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama jika terjadi gerakan satu arah saja. karena gerakannya berlebihan, terlebih satu arah saja, maka tali pusat yang menghubungkan janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir, maka pembuluh darah yang mengalirkan plasenta ke bayi jadi tersumbat." Kalau janin sampai memberontak, yang ditandai gerakan "liar", biasanya karena kebutuhannya ada yang tidak terpenuhi, entah itu karena kekurangan oksigen, atau makanan. Karena itu, harus segera dilakukan tindakan yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan janin. Misalnya, apakah oksigen dan gizinya cukup? Kalau ibu punya riwayat sebelumnya dengan janin meninggal, maka sebaiknya aktivitas ibu jangan berlebihan. "Sebab, dengan aktivitas berlebihan, maka gizi dan zat makanan hanya dikonsumsi ibunya sendiri, sehingga janin relatif kekurangan."
 Berbagai penyakit pada ibu hamil.
Salah satu contohnya preeklampsia dan diabetes. Itulah mengapa pada ibu hamil perlu dilakukan cardiotopografi (CTG) untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.
 Kelainan kromosom.
Bisa disebut penyakit bawaan, misalnya, kelainan genetik berat trisomy. "Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian udah terjadi, yaitu dari otopsi bayi." Sebab, ungkap Nasdaldy, jarang sekali dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. "Selain biayanya mahal, risikonya juga tinggi. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko besar terinfeksi, juga bisa lahir prematur. Kecuali kalau memang ada keganjilan dalam kehamilan tersebut yang dicurigai sebagai kelainan kromosom."
 Trauma saat hamil.
Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasentae atau plasenta terlepas. Trauma terjadi, misalnya, karena benturan pada perut, entah karena kecelakaan atau pemukulan. "Benturan ini bisa saja mengenai pembuluh darah di plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta atau plasenta lepas sebagian. Akhirnya aliran darah ke bayi pun jadi tak ada."
 Infeksi pada ibu hamil.
Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti infeksi akibat bakteri maupun virus. "Bahkan demam tinggi pada ibu hamil bisa menyebabkan janin tak tahan akan panas tubuh ibunya."
 Kelainan bawaan bayi.
Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-paru, bisa engakibatkan kematian di kandungan.

C. PATOFISIOLOGI
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR)

D. FAKTOR PREDISPOISISI
1. factor ibu (High Risk Mothers)
a. status social ekonomi yang rendah
b. tingkat pendidikan ibu yang rendah
c. umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun
d. paritas pertama atau paritas kelima atau lebih
e. tinggi dan BB ibu tidak proporsional
f. kehamilan di luar perkawinan
g. kehamilan tanpa pengawasan antenatal
h. ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
i. ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati
j. riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
2. factor Bayi (High Risk Infants)
a. bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
b. bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
c. bayi dalam keluarga yang mempunyai problema social
3. factor yang berhubungan dengan kehamilan
a. abrupsio plasenta
b. plasenta previa
c. pre eklamsi / eklamsi
d. polihidramnion
e. inkompatibilitas golongan darah
f. kehamilan lama
g. kehamilan ganda
h. infeksi
i. diabetes
j. genitourinaria

E. TANDA DAN GEJALA
1. Ibu tidak merasakan gerakan janin
Diagnosis :
 Nilai DJJ.
 Bila ibu mendaptkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.
 Bila DJJ abnormal,lihat penatalaksanaan DJJ abnormal.
 Bila DJJ tidak terdengar, pastikan adanya kematian janin dengan stetoskop ( Doppler).
 Bila DJJ baik,berarti bayi tidur.
 Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) attau dengan menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai dengan gerakan janin, maka janin dapat dikatakan normal.
 Bila DJJ cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat disimpulkan adanya gawat janin.

2. Gerakan janin tidak dirasakan lagi
Diagnosis :
Gejala dan tannda selau ada Gejala dan tanda kadang – kadang ada Diagnosis kemungkinan
Gerakan janinberkurang atau hilang.
Nyeri perut hilang timbul atau menetap
Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu. Syok

Uterus tegang / kaku.

Gawat janin atau DJJ tidak terdengar. Solusio plasenta
Gerakan janin dan DJJ tidak ada
Perdarahan
Nyeri perut hebat Syok
Perut kembung / cairan bebas intra abdominal
Kontur uterus abnormal
Abdomen nyeri
Bagian – bagian janin teraba
Denyut nadi bu cepat Rupture uteri
Gerakan janin berkurang atau hilang
DJJ abnormal(<100/menit atau >140/ menit) Cairan ketuban bercampur mekonium Gawat janin
Gerakan janin / DJJ hilang Tanda – tanda kehamilan berhenti
Tinggi fundus uteri berkurang
Pembesaran uterus berkurang Kematian janin
F. PENILAIAN KLINIK
 Pertumbuhan janin (-),bahkan jiniin mengecil sehingga TFU menurun.
 Bunyi DJJ tidak terdengar dengan stetoskop dan pastikan dengan Doppler.
 Keluhan ibu n.
 Berat badan ibu menurun.
 Tulang kepala kolaps.
 USG : untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda kehidupan.
 Pemeriksaan HCG urin menjadi negatif.
 Komplikasi :
 Trauma emosional yang berat menjadi bila watuu antara kematian janin dan persalinan cukup lama.
 Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah.
 Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.

G. JENIS – JENIS PERSALINAN UNTUK JANIN MATI
Kematian janin dapat di bagi menjadi 4 golongan:
Golongan l : Kematian sebelum masa hamil mencapai 20 minggu penuh.
Golongan ll : Kematian sesudah ibu hamil 20 minggu hingga 28 minggu.
Golongan lll :Kematian sesudah kehamilan lebih dari 28 minggu (Late Fetal Death).
Golongan lV : Kematian yang tidak dapat di golongkan pada kertiga golongan diatas.
 Jenis – jenis pertolongan persalinan untuk janin mati
1. Pertolongan persalinan dengan perforasi kronioklasi
Perforasi kronioklasi merupakan tindakan beruntun yang dilakukan pada bayi yang meninggal di dalam kandunagan untuk memperkecil kepala janin dengan perforation dan selanjutnya menarik kepala janin ( dengan kranioklasi) tindakan ini dapat dilakukan pada letak kepala oleh letak sungsang dengan kesulitan persalinan kepala.Dngan kemajuan pengawasan antenatal yang baik dan system rujukan ke tempat yang lebih baik , maka tindakan proferasi dan kraioklasi sudah jarang dilakukan.
Bahaya tindakan proferasi dan kraniioklasi adalah perdarahan infeki, trauma jalan lahir dan yang paling berat ruptira uteri( pecah robeknya jalan lahir).
2. Pertolongan persalinan dengn dekapitasi
Letak lintang mempunyai dan merupakan kedudukan yang sulit untuk dapat lahir normal pervaginam. Gegagalan pertolongan pada letak lintang menyebabkan kematian janin, oleh karena itu kematian janin tidak layak dilkukan dengan seksio sesaria kecuali pada keadaan khusus seperti plasenta previa totalis, kesempitan panggul absolute. Perslinan di lakukan dengan jalan dekapitasi yaitu dengan memotong leher janin sehingga badan dan kepala janin dapat di lahirkan,
3. Pertolongan persalinan dengan eviserasi
Eviserasi adalah tindakan operasi dengan mengeluarkan lebih dahulu isi perut dan paru (dada) sehingga volume janin kecil untuk selanjutnya di lahirkan.
Eviserasi adalah operasi berat yang berbahaya karena bekerja di ruang sempit untuk memperkecil volume janin bahaya yang selalu mengancam adalah perdarahan,infeksi dan trauma jalan lahir dengan pengawasan antalnatal yang baik, situasi kehamilan dengan letek lintang selalu dapat di atasi dengan versi luar atau seksio sesaria.
4. Pertolongan persalinan dengan kleidotomi
Kleidotomi adalah memotong tulang klavikula (tulang selangka) sehingga volume bahu mengecil untuk dapat melahirkan bahu. Kleidotomi masih dapat dilakukan pada anak hidup, bila diperlukan pada keadaan gangguan persalinan bahu pada anak yan besar.

H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
2. Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
3. Palpasi
Tinggi fundus > rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakanan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
4. Auskultasi
Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan Deptone akan terdengar DJJ.
5. Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
6. Rontgen Foto Abdomen
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin
Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin.
Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin
Tanda Spalding : overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin
Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak
Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.
7. Ultrasonografi
8. Tidak terlihat DJJ dan gerakan-gerakan janin.

I. PENANGANAN PERTOLONGAN PERTOLONGAN PERSALINAN IUFD
 Penangan umum
 Berikan dukungan emosional pada ibu
 Nilai DJJ
 Nilai ibu mendapa sedative, tungg hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang.
 Bila DJJ tidak terdengar minta beberapa orang mendengarkan menggunakan setetoskop dopler.
 Penanganan pada masa persalinan
 Kematian janin
Kematian dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak terobati.
Jika pemeriksaan radiologic tersedia, konfirmasi kematian janin setelah lima hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang engkorak, hiperfleksi kolumna, vertebralis, gelembung udara didlam jantung dan edema scalp.
 USG adalah sarana penunjang diagnostic yang baik untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda hidup: tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.
 Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat jhir per vaginal.
Pilihlah cra persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputsan diambil.
Bila pilihan penangasalinan nan adlah akspetif:
o Tunggu persalinan spontan hingg dua minggu
o Yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.
o Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan,lakukan penaganan aktif
o Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks:
o Jika serviks matang, lakukann induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
o Jika serviks belum mtang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin atau kateter foley.
Catatan: janagan lakukan amniotomi Karena beresiko infeksi.
Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternative terakhir
Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol:
 Tempatkan misoprostol 25mcg di puncak vagina, dapat di ulani sesudah 6 jam
 Jika tidak ada respon sesudah 2x25mcg misoprotol, naikan dosis menjadi 50mcgmenjadi setiap 6 jam.
Catatan: jangan biarkan lebih dari 50mcg setiap kali dan jangan melebihi 4 dosis
 Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotic untuk metritis
 Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspadai koagulopati
Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan berbagai kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
Pemerikasaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengertian
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998)
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005)
2. Etiologi
Penyebab iufd antara lain:
Faktor plasenta
Factor ibu
Factor intra partum
Factor janin
Factor tali pusat
Factor predisposisi
Factor ibu
Factor bayi
Factor yang berhubungan dengan kehamilan
Tanda dan gejala
Ibu tidak merasakan gerakan janin
Gerakan janin tidak di rasakan lagi.
Kematian janin dapat di bagi menjadi 4 golongan:
Golongan l : Kematian sebelum masa hamil mencapai 20 minggu penuh.
Golongan ll : Kematian sesudah ibu hamil 20 minggu hingga 28 minggu.
Golongan lll :Kematian sesudah kehamilan lebih dari 28 minggu (Late Fetal Death).
Golongan lV : Kematian yang tidak dapat di golongkan pada kertiga golongan
diatas
3. Penatalaksanaan IUFD
Observasi dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnosa
Biasanya selama menunggu, 70-90 % akan terjadi persalinan spontan
Bila belum partus, indikasi untuk induksi persalinan
Induksi dan pemberian estrogen untuk mengurangi efek progesterone atau dengan oksitosin drip atau dengan amniotomi

B. SARAN
Sebagai tenaga kesehatan dalam hal ini penolong persalinan alangkah lebih baiknya apabila melaksanakan tugas harus sesuai dendan protaps atau standar pelayanan yang berlaku
Mengingatkan kepada keluarga apabila terjadi hal-hal yang tidak normal pada kehamilannya segera memeriksakan kepelayanan kesehatan yang terdekat
Sebagai penolong persalinan agar selalu siap dalam menghadapi situasi apapun

DAFTAR PUSTAKA
http://nisaulya.blog.friendster.com/
http://info.g-excess.com/id/Askeb_%28Asuhan_Kebidanan%29/IUFD_%28Intrauterin_Fetal_Death%29_Dalam_Kehamilan.info
http://74.125.153.132/search?q=cache:wQKIw67n4gUJ:dokterrosfanty.blogspot.com/2009/07/kematian-janin-dalam-kandungan-iufd.html+tanda+dan+gejala+iufd&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id
http://ade86.wordpress.com/2009/03/20/pre-neklampsi-episiotomiiufdpost-partum-spontan/
Abdul,Bari saifudin,dkk.2006.pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.jakarta:yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Abdul,Bari saifudin,dkk.2002. Ilmu kebidanan.jakarta:yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN IUFD

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN IUFD

NY. ”S” G1P0Ab0Ah 0 UK 32 MINGGU

DI RSUD SLEMAN



Pengkajian ( Tanggal 27 Oktober 2008, jam 20:30 WIB)

1. IDENTITAS
Ibu Suami
Nama Ny. S Tn. AD
Umur 22 tahun 22 tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan D1 SMA
Pekerjaan Ibu rumah tangga Swasta
Alamat Temulawak, Triharjo, Sleman



2. ANAMNESA (Data Subyektif)

a. Keluhan Utama

Ibu mengatakan hamil 8 bulan, ibu merasa gerakan janinnya berkurang sejak 3 hari yang lalu.

b. Riwayat Perkawinan

Ibu kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 21 tahun, dengan suami sekarang sudah 1 tahun.





c. Riwayat Haid

Menarche umur 12 tahun, siklus 30 hari, lama 7 hari, teratur, encer, tidak sakit, bau khas darah. Mengganti softek 4-5 kali/hari pada hari pertama dan kedua, hari berikutnya 3-4 kali/hari. Keluhan : tidak ada

HPMT 18 Maret 2008, HPL 25 Januari 2009. Umur kehamilan saat pengkajian 32 minggu.

d. Riwayat Obstetri : G1P0Ab0Ah 0

e. Riwayat KB

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.

f. Riwayat Kesehatan

1) Menurun : Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit seperti DM, hipertensi, asma, epilepsi, jiwa dari pihak keluarga ibu maupun suami.

2) Menular : Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit seperti TBC, Hepatitis, Herpes, cacar maupun penyakit kelamin baik dari keluarga ibu maupun dari keluarga suami.

3) Melahirkan kembar/cacat : Ibu mengatakan dari keluarga ibu maupun suami tidak ada yang pernah melahirkan kembar maupun cacat.

g. Riwayat Kehamilan Sekarang

1) Selama hamil ibu periksa di bidan di Puskesmas

2) Mulai periksa sejak UK 13 minggu

3) Frekuensi periksa; Trimester I: 2 kali, Trimester II: 3 kali.

4) TT I : 27 Agustus 2008, TT II : 29 September 2008

5) Obat yang diminum: B6, Vit C, Kalk, Tablet Fe.

6) Selama hamil ibu tidak pernah minum jamu

7) Keluhan/masalah yang dirasakan ibu: Selama hamil ibu mengatakan sering mual. Saat periksa ibu diberi obat dan KIE. Masalah dapat teratasi.

h. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

1) Nutrisi

Porsi makan per hari : 3 kali, porsi sedang

Jenis makanan : nasi, sayur, lauk

Makanan pantang : tidak ada

Keluhan : tidak ada

2) Eliminasi

BAK BAB

Frekuensi 4-5 kali 1 kali

Konsistensi cair lunak

Warna dan Bau khas urin khas feses

Keluhan tidak ada tidak ada

3) Istirahat

Tidur siang : jarang, kadang-kadang 1 jam

Tidur Malam : 8 jam per hari

Keluhan : tidak ada, ibu mengatakan tidak biasa tidur siang

4) Aktifitas

Di luar rumah : tidak ada aktivitas rutin.

Di dalam rumah : mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti biasa

Aktivitas terakhir 3 hari yang lalu : ibu mengatakan semenjak 3 hari yang lalu tidak ada aktivitas khusus yang ibu lakukan. Tidak ada perbedaan aktivitas sebelum ibu merasakan gerakan janinnya berkurang sampai datang ke rumah sakit.











5) Personal Hygiene

ü Membersihkan alat kelamin : setiap mandi, setelah BAB dan BAK.

ü Mengganti pakaian dalam : saat mandi, tiap kali kotor dan lembab

ü Jenis pakaian yang dipakai : katun

6) Seksualitas : 1-2 x/ minggu

i. Data Psikososial-spiritual

a) Tanggapan ibu terhadap keadaan dirinya: Ibu merasa takut atas kedaan yang terjadi pada dirinya

b) Tanggapan ibu terhadap kehamilannya: Ibu dan keluarga sangat mengharapkan kehamilannya

c) Ibu semakin taat beribadah sejak tahu ibu hamil, mengerjakan sholat 5 waktu.

d) Pemecahan masalah dari ibu selalu dibicarakan dengan suami

j. Pengetahuan ibu tentang kehamilannya: Ibu cukup tahu tentang kehamilannya. Ibu mengerti saat ini kehamilannya sudah 32 minggu. Ibu belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada kehamilannya.

k. Lingkungan yang berpengaruh : Ibu tinggal bersama suami.Di dalam rumah tidak mempunyai hewan peliharaan. Tetangga ada yang memelihara kucing dan ibu mengatakan kucing tersebut sering buang kotoran di samping rumahnya.


O

Pemeriksaan Umum

K/U : sedang BB Sebelum hamil : 47 kg

Kesadaran : composmentis BB setelah hamil : 54,5 kg

TD : 150/90 mmHg Kenaikan BB : 7,5 kg

Nadi : 82 x/menit Status Gizi : baik

Suhu : 36,80C TB : 156 cm

Respirasi : 24 x/menit Lila : 24 cm

IMT :

: 22,43

Pemeriksaan Khusus

- Inspeksi

Kepala : mesochepal, kulit dan rambut bersih, tidak ada kerontokan

Muka : tak oedema, tidak ada cloasma, bibir sedikit pucat

Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih, bersih

Leher : tidak ada peninggian vena jugularis

Dada : mamae membesar, tegang, hiperpigmentasi areola, puting susu menonjol, bersih

Perut : pembesarn memanjang, tidak ada bekas luka

Genetalis : tidak odem, tidak varises

Ekstremitas : gerakan aktif, tidak oedema, tidak ada varises

- Palpasi

Leopold I : TFU 3 jari diatas pusat. Terba bulat, lunak (bokong)

Leopold II : lateral kanan teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas)

lateral kiri terba keras dan datar (punggung)

Leopold III : teraba keras dan bulat (kepala)

Leopold IV : kepala belum masuk panggul

Mc. Donald : TFU 23 cm

TBJ : (23-12) x 155=1705 gram

- Auskultasi : DJJ tidak ditemukan

- PD : v/u tenang, dinding vagina licin, serviks tebal, pembukaan belum ada, selaput ketuban belum dapat dinilai, STLD (-)

Pemeriksaan Penunjang

a) USG (tanggal 27 Oktober 2008 oleh dr. Ryo)

Hasil : Janin tunggal, intrauterin, gerak negatif, DJJ negatif

b) Laboratorium (tanggal 28 Oktober 2008)

hemoglobin : 11,9 gr%

protein urin : negatif




A

Primigravida umur 22 tahun, hamil 32 minggu, dengan IUFD

Masalah : ibu dan keluarga belum mengetahui janinnya meninggal

Kebutuhan : memberitahu ibu dan keluarga secara hati-hatibahwa janinnya sudah meninggal
P



tanggal 27 Oktober 2008, jam 20:40 WIB)

1. Memberitahu ibu dan keluarga dengan hati-hati bahwa dari

hasil pemeriksaan, didapatkan bahwa janin yang dikandungnya sudah meninggal. Ibu menangis, suami tampak sedih dan keluarga terilahat menenangkan

Memberitahu keluarga bahwa janin harus segera dilahirkan. Menjelaskan mengenai pilihan untuk mengeluarkan janin, yaitu dengan menunggu janin lahir sendiri, dengan kemungkinan akan menunggu dalam waktu lama dan tidak dapat ditentukan serta dapat menjadikan adanya risiko gangguan pada proses pembekuan darah atau pilihan kedua dengan dipacu (diinduksi) menggunakan obat.

Keluarga sepakat memilih proses kelahiran dengan induksi.

Membuat kesepakatan terhadap pihak keluarga atas tindakan yang akan dilakukan. Keluarga menyetujui tindakan dengan induksi misoprostol misoprostol 200 mg per oral/12 jam yang akan dimulai tanggal 28 Oktober 2008 jam 15:00 WIB sambil menunggu kesiapan mental dan ketenangan hati ibu untuk menerima kenyataan..
Memberi dukungan mental agar ibu dan keluarga bersabar dan menerima apa yang terjadi. Ibu dapat menerima dan lebih tenang.
Mengobservasi KU dan VS ibu.

KU lebih baik dari sewaktu datang, TD : 140/80 mmHg, Suhu : 37,10C, Nadi 80 x/menit, respirasi 20x/menit.























RIWAYAT PERKEMBANGAN

s

(tanggal 28 Oktober 2008, jam 19.55 WIB)

Ibu mengatakan kenceng-kenceng belum dirasakan
O

KU ibu : baik, his belum ada

N : 80 x/mnt, R : 20x/mnt, TD : 140/90 mmHg
A

misoprostol 200 mg per oral pertama jam 15:00 WIB telah diminum

Primigravida berumur 22 tahun, hamil 32 minggu dengan IUFD telah diberikan induksi misoprostol 200 mg oral per 12 jam


P

(28 Oktober 2008, jam 20:00 WIB)

1. Menjelaskan pada ibu rencana induksi misoprostol 200 mg oral yang kedua pada nanti malam tanggal 29 Oktober 2008 jam 03:00 WIB.

2. Memotivasi ibu untuk beristirahat sambil menunggu kemajuan induksi. Ibu mengatakan akan mencoba istirahat. Ibu terlihat dapat tidur sampai dengan pukul 02:00 WIB.

3. Mengobservasi kemajuan induksi. Kemajuan induksi tidak dapat dikaji karena ibu tertidur.
s

(tanggal 29 Oktober 2008, jam 02.55 WIB)

Ibu mengatakan kenceng-kenceng sudah dirasakan
O

KU ibu : baik, his : 2x/10 menit lamanya 25 detik

N : 88 x/mnt, R : 20x/mnt, TD : 130/80 mmHg
A



Primigravida berumur 22 tahun, hamil 32 minggu dengan IUFD telah diberikan induksi misoprostol 200 mg oral per 12 jam


P

(29 Oktober 2008, jam 03.00 WIB)

1. Memberi ibu misoprostol 200 mg oral. Misoprostol 200 mg oral yang kedua telah diterima dan ibu meminumnya langsung dengan air putih.

2. Mengobservasi kemajuan induksi dan keadaan ibu. Menjelaskan pada ibu jika ibu merasa sakit karena kenceng-kenceng, membimbing ibu untuk menarik nafas dalam melalui hidung dan membuangnya melalui mulut. Ibu terlihat kesakitan dan dapat mengatasi rasa sakitnya.

3. (29 Oktober 2008, jam 03:00 WIB)

Ibu mengatakan ingin mengejan. Membantu ibu melahirkan bayi dengan memimpin persalinan.Bayi lahir secara spontan, jenis kelamin laki-laki, berat 950 gram, keadaan bayi sudah meninggal. Delapan menit setelahnya, plasenta lahir lengkap. Membersihkan dan merapikan ibu. Ibu sudah dalam keadaan bersih dan rapi.

4. Memberitahu ibu dan keluarga mengenai bayi yang ibu lahirkan dan menyerahkannya pada pihak keluarga untuk dilakukan perawatan selanjutnya.




s

(tanggal 29 Oktober 2008, jam 07.30 WIB)

Ibu mengatakan sudah lega atas lahirnya bayi. Ibu dapat menerima kematian bayi dan terlihat tabah
O

Ku ibu baik

N : 80 x/mnt, R : 20x/mnt, TD : 130/80 mmHg

Ibu sudah makan setengah porsi makanan dari RS
A



Primipara umur 22 tahun, postpartum normal dengan riwayat IUFD membutuhkan dukungan dan pendampingan




P

(29 Oktober 2008, jam 07:30 WIB)

1. Menjelaskan pada ibu bahwa secara umum dari hasil pemeriksaan ibu dalam keadaan baik. Ibu mengatakan lebih baik keadaannya.

2. Memberi dukungan dan pendampingan pada ibu untuk tetap tabah dan menyerahkan segalanya pada yang lebih berkuasa, yaitu Tuhan. Ibu mengatakan sudah dapat menerima kematian bayinya dan mengatakan ikhlas atas hal tersebut.

3. Menganjurkan pada ibu dan suami untuk memikirkan tentang pemeriksaan kesehatan secara keseluruhan guna mempersiapkan kehamilan yang berikutnya agar penyebab kematian bayinya dapat diketahui dan kejadian yang sama tidak akan terulang kembali. Menjelaskan pada ibu bahwa di RSUD Sleman tidak ada fasilitas pemeriksaan kesehatan yang dimaksud sehingga menganjurkan ibu untuk memeriksakan di RSUP Sardjito. Ibu bersedia namun akan membicarakannya terlebih dahulu dengan suami.

4. Memberikan alternatif alat kontrasepsi sebelum ibu merencanakan hamil lagi. Ibu mengatakan akan membicarakan hal tersebut dengan suami.

5. Tanggal 29 Oktober 2008 jam 08:05 WIB ibu telah dipindahkan ke ruang nifas di Bangsal Melati RSUD Sleman.

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan
Kode Mata Kuliah : BD.
SKS : 2 SKS (T:2 ; P:1)
Waktu Pertemuan : 2 x 50 menit
Pertemuan ke :

A. Tujuan
1. TIU : Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa Kebidanan Universitas
Batam diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan pada perempuan sepanjang
siklus kehidupan berdasarkan evidence based dalam perspektif gender dan HAM
dengan menggunakan ilmu terkini dan teknologi tepat guna

2. TIK : Pada akhir kegiatan pembelajaran mahasiswa diharapkan mampu
melaksanakan asuhan intranatal berdasarkan avidence based dalam prespektif gender
dan HAM dengan menggunakan ilmu terkini dan teknologi tepat guna

B. Pokok Bahasan : asuhan intranatal berdasarkan avidence based dalam prespektif gender
dan HAM

C. Sub Pokok Bahasan :
• Asuhan intranatal berdasarkan avidence based
- Dukungan persalinan (fisik dan psikologis)
- Pemeriksaan dalam acara asptic, sesuai indikasi dengan memperhatikan hak dan
privasi klien
- Penggunaan patograf dan deteksi tanda-tanda bahaya (kala I, II, III, IV)
- Posisi gerakan yang aman dan nyaman selama persalinan
- Pemenuhan nutrisi dan hidrasi dalam persalinan
- Pengatiran nafas dalam kala II persalinan
- Episiotomi sesuai indikasi
- Penggunaan oksitosiksika pada kala III
- Penjahitan perineum tingkat I dan II
• Support sistem dalam asuhan intranatal
• Implementasi hak ibu dan bayi pada masa persalinan

D. Kegiatan Belajar Mengajar
Tahap Kegiatan Kegiatan Mahasiswa Media & alat
penyajian
Pendahuluan 1. Deskripsi :
Mata kuliah ini membahas tentang
asuhan intranatal berdasarkan
avidence based dalam prespektif
gender dan HAM
2. Relevansi :
Setelah mendapatkan mata kuliah
ini mahasiswa mampu menjelaskan
asuhan intranatal berdasarkan
evidence based, support sistem
dalam asuhan intranatal,
implementasi hak ibu dan bayi pada
masa persalinan
3. TIK :
Pada akhir kegiatan pembelajaran
mahasiswa diharapkan mampu
melaksanakan asuhan intranatal
berdasarkan avidence based dalam
Mendengarkan prespektif gender dan HAM dengan
menggunakan ilmu terkini dan
teknologi tepat guna
Penyajian - Uraian :
Menjelaskan tentang asuhan
intranatal berdasarkan evidence
based, support sistem dalam asuhan
intranatal, implementasi hak ibu
dan bayi pada masa persalinan

- Contoh :
Memberikan contoh tentang asuhan
intranatal berdasarkan evidence
based, support sistem dalam asuhan
intranatal, implementasi hak ibu
dan bayi pada masa persalinan

- Latihan :
Quiz
Tanya jawab
- Mendengarkan
- Mencatat
- Diskusi
kelompok
- Bertanya
LCD
Power point
White board
Penutup - Test :
Evaluasi langsung

- Umpan balik :
Mahasiswa merespon materi yang
diberikan

- Tindak lanjut :
Quiz
- Menjawab
pertanyaan
- Mencatat
- Berdiskusi
- Mendengarkan


E. Evaluasi:
Materi ini akan diujikan pada UTS, bentuk soal adalah Esay, dengan jumlah 1 soal

F. Daftar Pustaka
1. Varney H, 1997. Varney’s Midwifery trird edition, Jhons dan Barlet, England
2. Enkin, 2002. A guide for effective care
3. Depkes, 2002. SPK buku catatan perkembangan kebidanan
4. YPKP, 2004. Gender dalam kesehatan reproduksi
5. Jurnal-jurnal tentang issue kebidanan terkini
6. Website www.Midwifery today.com dll
7. Sweet B.R, 2000. Mayes midwifery a text book for midwives edisi 12
8. Saifudin A.B 2000, buku acuan nasional palayanan kesehatan maternal dan neonatal,
Jakarta
9. Depkes, 2002 Makingh prgnanc, Jakarta
10. Depkes, 2000. Safe motherhood, Jakarta
11. Depkes RI, 2005 buku catatan tentang perkembangan dalam praktik kebidanan,
Jakarta, PP IBI

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Berat Badan Lahir Rendah

Pengertian BBLR

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir.

BBLR dibedakan menjadi :

1. Prematuritas murni

Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan sesuai.

2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)

Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan.
askep-bblrEtiologi BBLR

Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang berhubungan, yaitu :

1. Faktor ibu

Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok

2. Faktor kehamilan

Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini

3. Faktor janin

Cacat bawaan, infeksi dalam rahim

4. Faktor yang masih belum diketahui
Pengkajian Keperawatan

Prematuritas murni

BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
Masa gestasi < 37 minggu
Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin
Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar
Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.
Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah
Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea, otot masih hipotonik
Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna

Dismaturitas

Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,
Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis
Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
Tali pusat berwarna kuning kehijauan

Komplikasi BBLR

Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin
Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah
Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

Penatalaksanaan Medis BBLR

Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan BBLR

1. Diagnosa Keperawatan : Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru

Tujuan : Pola nafas yang efektif

Kriteria :

Kebutuhan oksigen menurun
Nafas spontan, adekuat
Tidak sesak.
Tidak ada retraksi dada

Rencana Tindakan :

Berikan posisi kepala sedikit ekstensi
Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan

2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan

Tujuan : Pertukaran gas adekuat

Kriteria :

Tidak sianosis.
Analisa gas darah normal
Saturasi oksigen normal.

Rencana Tindakan :

Lakukan isap lendir kalau perlu
Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
Observasi warna kulit
Ukur saturasi oksigen
Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan
Lapor dokter apabila terdapat tanda-tanda perburukan pernafasan
Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah
Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan

3. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Tujuan : Hidrasi baik

Kriteria:

Turgor kulit elastik
Tidak ada edema
Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
Elektrolit darah dalam batas normal

Rencana Tindakan :

Observasi turgor kulit.
Catat intake dan output
Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolit
Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah

4. Diagnosa Keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat

Tujuan : Nutrisi adekuat

Kriteria :

Berat badan naik 10-30 gram / hari
Tidak ada edema
Protein dan albumin darah dalam batas normal

Rencana Tindakan :

Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat
Observasi dan catat toleransi minum
Timbang berat badan setiap hari
Catat intake dan output
Kolaborasi dalam pemberian total parenteral nutrition kalau perlu

5. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan

Tujuan : Suhu bayi stabil

Kriteria :

Suhu 36,5 0C -37,2 0C
Akral hangat

Rencana Tindakan :

Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai
Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas
Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu
Ganti popok bila basah

6. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terjadi gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas fungsi kardiovaskuler

Tujuan : Perfusi jaringan baik

Kriteria :

Tekanan darah normal
Pengisian kembali kapiler <2 detik
Akral hangat dan tidak sianosis
Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
Kesadaran composmentis

Rencana Tindakan :

Ukur tekanan darah kalau perlu
Observasi warna dan suhu kulit
Observasi pengisian kembali kapiler
Observasi adanya edema perifer
Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium
Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan

7. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi injuri susunan saraf pusat b/d hipoksia

Tujuan : Tidak ada injuri

Kriteria :

Kesadaran composmentis
Gerakan aktif dan terkoordinasi
Tidak ada kejang ataupun twitching
Tidak ada tangisan melengking
Hasil USG kepala dalam batas normal

Rencana Tindakan :

Cegah terjadinya hipoksia
Ukur saturasi oksigen
Observasi kesadaran dan aktifitas bayi
Observasi tangisan bayi
Observasi adanya kejang
Lapor dokter apabila ditemukan kelainan pada saat observasi
Ukur lingkar kepala kalau perlu
Kolaborasi dalam pemeriksaan USG kepala

8. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik

Tujuan : Bayi tidak terinfeksi

Kriteria :

Suhu 36,5 0C -37,2 0C
Darah rutin normal

Rencana Tindakan :

Hindari bayi dari orang-orang yang terinfeksi kalau perlu rawat dalam inkubator
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik bila melakukan prosedur invasif
Lakukan perawatan tali pusat
Observasi tanda-tanda vital
Kolaborasi pemeriksaan darah rutin
Kolaborasi pemberian antibiotika

9. Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit

Tujuan : Integritas kulit baik

Kriteria :

Tidak ada rash
Tidak ada iritasi
Tidak plebitis

Rencana Tindakan :

Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet pada daerah yang tertekan
Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin
Ubah posisi bayi dan pemasangan elektrode atau sensor

10. Diagnosa Keperawatan : Gangguan persepsi-sensori : penglihatan, pendengaran, penciuman, taktil b/d stimulus yang kurang atau berlebihan dari lingkungan perawatan intensif

Tujuan : Persepsi dan sensori baik

Kriteria :

Bayi berespon terhadap stimulus

Rencana Tindakan :

Membelai bayi sebelum malakukan tindakan
Mengajak bayi berbicara atau merangsang pendengaran bayi dengan memutarkan lagu-lagu yang lembut
Memberikan rangsang cahaya pada mata
Kurangi suara monitor jika memungkinkan
Lakukan stimulas untuk refleks menghisap dan menelan dengan memasang dot

11. Diagnosa Keperawatan : Koping keluarga tidak efektif b/d kondisi kritis pada bayinya, perawatan yang lama dan takut untuk merawat bayinya setelah pulang dari RS

Tujuan : Koping keluarga efektif

Kriteria :

Ortu kooperatif dg perawatan bayinya.
Pengetahuan ortu bertambah
Orang tua dapat merawat bayi di rumah

Rencana Tindakan :

Memberikan kesempatan pada ortu berkonsultasi dengan dokter
Rujuk ke ahli psikologi jika perlu
Berikan pendidikan kesehatan cara perawatan bayi BBLR di rumah termasuk pijat bayi, metode kanguru, cara memandikan
Lakukan home visit jika bayi pulang dari RS untuk menilai kemampuan orang tua merawat bayinya

Kamis, 21 April 2011

Panduan Senam Hamil

Senam hamil adalah latihan-latihan olahraga bagi Ibu hamil yang bertujuan untuk


* Penguatan otot -otot tungkai, mengingat tungkai akan menopang berat tubuh ibu yang makin lama makin berat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.

* Mencegah varises, yaitu pelebaran pembuluh darah balik (vena) secara segmental yang tak jarang terjadi pada ibu hamil.

* Memperpanjang nafas, karena seiring bertambah besarnya janin maka dia akan mendesak isi perut ke arah dada. hal ini akan membuat rongga dada lebih sempit dan nafas ibu tidak bisa optimal. dengan senam hamil maka ibu akan dajak berlatih agar nafasnya lebih panjang dan tetap relax.

* Latihan pernafasan khusus yang disebut panting quick breathing terutama dilakukan setiap saat perut terasa kencang.

* Latihan mengejan, latihan ini khusus utuk menghadapi persalinan, agar mengejan secara benar sehingga bayi dapat lancar keluar dan tidak tertahan di jalan lahir.

* Yang terpenting, konsultasikan kepada Dokter Kandungan anda sebelum melakukan senam hamil.


Senam hamil ini terdiri dari 4 bagian yaitu:


1. Latihan umum. Yang boleh dilakukan oleh ibu hamil yang usia kehamilannya lebih dari 22 minggu dan diijinkan oleh Dokter Kandungan untuk senam hamil.

2. Latihan khusus untuk usia kehamilan 22-30 minggu.

3. Latihan khusus untuk usia kehamilan 30-36 minggu.

4. Latihan khusus untuk usia kehamilan 36-40 minggu.


SENAM HAMIL

Latihan Umum

1. Latihan Pernafasan Dada

Ibu telentang dengan lutut ditekuk dan tangan terjalin di atas dada. Tiupkan nafas dari mulut sepanjang mungkin sambil kedua tangan menekan dada pada hitungan 5-6-7-8. Kemudian tarik nafas dalam dengan mengembungkan dada pada hitungan 1-2-3-4. Ulangi sampai 8 X 8 hitungan.

2. Latihan Pernafasan Diafragma

Posisi seperti di atas dan tangan di atas perut, lakukan hal yang sama dan dimulai pada hitungan yang sama. Ulangi sampai 8 X 8 hitungan.

3. Latihan Penguatan Dan Perlemasan Otot Dasar Panggul

Ibu telentang dengan lutut ditekuk dan tangan di samping badan. Kerutkan otot-otot yang ada dikedua paha hingga dengan sendirinya pantat terlepas dari alat tidur. Jangan melakukan gerakan mengangkat paha dengan sengaja agar latihan ini efektif. Kemudian lepaskan kerutan pelan-pelan sehingga pantat kembali menyentuh alas tidur (1-2). Ulangi sampai 8 X 8 hitungan.

4. Latihan Penguatan Dan Perlemasan Otot Tungkai

Ibu telentang dengan lutut kiri ditekuk dengan tungkai kanan lurus, tangan di samping badan. Angkat lurus tungkai kanan kemudian gerakkan pergelangan kaki ke depan dan ke belakang kemudian luruskan kembali dalam hitungan 1-2-3-4. Ulangi sampai 8 X 8 hitungan. Lakukan hal yang sama pada tungkai kiri dengan lutut kanan ditekuk.

5. Latihan Penguluran Danperlemasan Otot Pinggang,Perut Paha

Gerakan 1 :

Ibu telentang dengan lutut kiri ditekuk dan tungkai kanan lurus, tangana di samping badan. Gerakkan tungkai secara rata dengan alas tidur, ke arah pantat (sehingga tungkai seperti pendek) dan ke arah mata kaki (sehingga tungkai seperti panjang) dalam hitungan 8 X 8 hitungan.

Lakukan hal yang sama pada tungkai kiri dengan menekuk lutut kanan.

Gerakan 2 :

Ibu telentang lutut kanan ditekuk dan tungkai kiri lururs serta tangan di samping badan. Dengan menjinjitkan telapak kaki kanan, gerakan lutut ke arah kaki (sehingga paha seperti memanjang) kemudian tapakkan lagi kaki kanan dan lutut tetap lurus. Dalam hitungan 1-2.

Ulangi sampi 8 X 8 hitungan.

Gerakan 3 :

Ibu telentang dengan kedua lutut ditekuk dan kedua lengan membuka di samping badan (seperti sayap pesawat terbang) kemudian gulingkan kedua lutut ke kanan dengan menjaga badan tetap pada posisinya, kemudian gulingkan ke kiri dalam hitungan 1-2.

Ulangi sampai 8 X 8 hitungan.

Gerakan 4 :

Ibu duduk dengan tangan bertelekan di belakang badan, kedua tungkai lurus terbuka selebar bahu. Gerakan pergelangan kaki ke depan dan ke belakang bergantian, dalam hitungan 1-2.

Ulangi sampai 8 X 8 hitungan.

Gerakan 5 :

Posisi ibu seperti di atas hanya gerakan pergelangan kaki ke samping luar dan ke dalam. Dalam hitungan 1-2.

Ulangi sampai 8 X 8 hitungan.

6. Latihan Sendi Bahu Dan Payudara

Ibu duduk bersila, kedua tangan memgang bahu sisi yang sama. Gerakan bahu memutar ke arah dalam dengan mempertemukan kedua siku ke depan dada dan dengan menekankan lengan atas ke payudara dan bahu diputar dengan putaran penuh (sampai ketiak terbuka) : satu kali putaran penuh dalam satu hitungan. Ulangi sampai 8 X 8 hitungan. Kemudian lakukan hal yang sama dengan memutar bahiu ke arah luar.

7. Latihan Koreksi Sikap

Latihan ini bertujuan untuk mengurangi beban yang harus disangga pinggang selama ibu mengandung.

Ibu berdiri dengan kedua kaki lurus namun rileks. Agar posisi ibu tidak terlalu tegak maka aturlah agar dada dan perut agak terdorong ke belakang dan pantat agak terdorong ke depan. Pertahankanlah posisi ini samampu mungkin setiap saat.

8. Latihan Rileksasi Umum

Gerakan-gerakan ini dilakukan saat ibu beristirahat agar tercapai rileksasi bagi otot-otot perut dan tungkai yang merupakan otot-otot yang sangat berperan selama ibu mengandung. Gerakan-gerakan di bawah ini bisa menjadi pilihan ibu di saat beristirahat.

Gerakan 1 :

Tidur telentang kepala disangga bantal, dan kedua tungkai disangga guling hampir ke arah pantat.

Gerakan 2 :

Tidur miring kepala disangga bantal, tungkai yang sisi atas disangga bantal (baik tertumpang di atas tungkai sebelah bawah maupun bertumpu pada alas tidur). Bila perut sudah cukup besar pada sisi antara perut dan alas tidur diganjal bantal tipis atau selimut yang terlipat.

Gerakan 3 :

Posisi duduk pada kursi yang ada sandaran punggungnya namun muka menghadap ke arah sandaran kursi. Kedua tungkai ada di samping-samping kursi, kedua lengan terlipat di atas puncak sandaran kursi untuk tempat menyandarkan kepala.

LATIHAN KHUSUS

Usia Kehamilan 22 – 30 Minggu

1. Latihan Umum Diulang

2. Latihan-Latihan Untuk Penguatan – Perlemasan Otot Tungkai Pinggang Dan Perut.

Gerakan 1 :

Posisi ibu merangkak, lengan dan tungkai atas tegak lurus dengan lantai. Cembungkan punggung bawah sambil menundukkan kepala, kemudian cekungkan punggung bawah sambil menengadahkan kepala dengan hitungan 1 – 2 . ulangi sampai 8 X 8 hitungan.

Gerakan 2 :

Posisi ibu merangkak, lengan dan tungkai atas tegak lurus dengan lantai.

Angkat lengan kiri, kemudian belokkan tubuh ke kanan dan kembali lagi ke posisi semula. Hitungan 1 – 2.

Angkat lengan kanan, kemudian belokkan tubuh ke kiri dan kembali lagi ke posisi semula. Hitungan 3 – 4. ulangi sampai 8 X 8 hitungan.

Gerakan 3 :

Posisi ibu berdiri atau duduk (di kursi atau di tempat tidur), keduan tangan di pinggang, angkat lengan kiri ke atas, belokkan badan ke kanan, kembali lagi ke posisi semula. Hitungan 1 – 2.

Angkat lengan kanan ke atas dan belokkan badan ke kiri. Hitungan 3 – 4. ulangi sampai 8 X 8 hitungan.

3. Latihan Otot Pinggang (Pelvic Tilting Laterally)

Posisi ibu berdiri lengan lurus di samping badan dan tangan membuka ke samping.

Gerakan panggul kanan ke atas dengan tungkai tetap lurus sehingga telapak kaki kanan lebih tinggi dari telapak kaki kiri, kemudian kembali ke posisi semula.

Hitungan 1 – 2.

Lakukan gerakan yang sama untuk panggul kiri, dengan hitungan 3 – 4.

Ulangi sampai 8 X 8 hitungan.

4. Latihan otot perut – otot dasar panggul – otot punggung dan penguluran Otot paha

bagian dalam serta peningkatan gerakan sendi pangkal paha (pelvic rocking forward and backward).

Ibu berdiri tungkai dibuka selebar bahu dan lutut sedikit ditekuk. Letakkan tangan memegang tulang panggul (SIAS) dengan jari-jari di sisi depan dan ibu jari di sisi belakang. Gerakkan panggul ke depan dan ke belakang dengan hitungan 1 – 2 – …Ulangi sampai 8 X 8 hitungan.

5. Latihan Rotasi Tubuh

Ibu berdiri dan tungkai dibuka selebar bahu, tangan di pinggang. Putar badan ke kanan dan pandangan tetap lurus ke depan serta tungkai tetap lurus, kembali ke posisi semula dengan hitungan 1 – 2. Lakukan gerakan yang sama ke arah kiri dengan hitungan 3 – 4. Ulangi sampai 8 X 8 hitugan.

6. Latihan Pernafasan

Gerakan 1 :

Latuihan pernafasan pada saat latihan umum diulang.

Gerakan 2 (panting quick breathing) :

Tiupkan nafas dengan cepat dan keras lewat mulut kemudian tariknafas dalam lewat hidungdengan mulut terkatup, hitungan 1 – 2. ulangi sampai 8 X 8 hitungan.

LATIHAN KHUSUS

Usia Kehamilan 30 – 36 Minggu


1. Latihan umum diulang.

2. Gerkan pada usia 22 – 30 minggu diulang sampai 4 X 8 hitungan.

3. Mengatasi keluhan :


Nyeri punggung bawah

a. Infra merah

b. Meratakan kurva tulang belakang 4 X 5.

Bengkak kedua tungkai

a. Penguluran otot betis

b. Meninggikan kedua tungkai pada saat istirahat.

LATIHAN KHUSUS

Usia kehamilan 36 – 40 minggu

1. Duduk bersila kedua tumit bertemu sedekat mungkin dengan selangkangan. Dengan bantuan berat badan tekan kedua lutut dengan telapak tanagan 4 X 8 hitungan.

2. Berpegangan pada sesuatu yang berat (meja, dll) kemudian berjongkok samapi ke tumit tanpa mengangkat tumit kemudian kembali ke posisi berdiri, lakukan 4 X 8 hitungan.

3. Latihan nafas saat mulai terjadi pembukaan jalan lahir (mulas-mulas) diulangi lagi (panting quick breathing) 4 X 8 hitungan.

4. Latihan meneran/ mengejan (valsava).

Ibu tidur telentang dengan bantal agar tinggi. Sebelum melakukan gerakan mengejan tarik nafas dulu, ditahan di daerah dada, diikuti lutut ditekuk dibuka ke samping dan kedua tangan memegang pergelangan kaki, angkat kepala dengan mendorong kepala ke arah jalan lahir. Gerakan ini dipertahankan samapi tidak kuat lagi. Kemudian nafas dikeluarkan lewat mulut secara tiba-tiba.

5. MengMassage payudara 1 X sehari.

6. Kurangi nyeri punggung bawah dengan kompres hangat.

gambar senam hamil

30 - 36 minggu, 36 - 40 minggu, Latihan, Panduan, senam hamil, usia kehamilan 22 - 30 minggu
You might also like:
Bapepam-LK siap terbitkan aturan kesehatan asuransi
Vegetarian Berisiko Alami Gangguan Otak Dini
Askeb Nifas dengan Kesedihan
Agung Laksono: Sasaran MDGs Baru Tercapai 25 Persen
Cara Langsing Paling Romantis
LinkWithin
Diposkan oleh admin di 4:45 PM
Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Google Buzz
Label: Asuhan Kebidanan, Kebidanan Fisiologis, Kesehatan Ibu Hamil (untuk UMUM)
0 komentar:

Post a Comment
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Jangan Buru2 Pindah Channel Lihat Artikel yang berhubungan:

* 12 HAL TAK DIANJURKAN SELAMA HAMIL
* Kondisi Psikologi Ibu Hamil
* Persalinan dengan induksi
* Hipertensi dalam kehamilan
* ASKEB Bayi Baru Lahir
* ADAPTASI FISIK DAN PSIKIS POST PARTUM
* Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu dalam Masa Persalinan
* Asuhan Kebidanan dengan Episiotomi
* Tali Pusat Menumbung
* Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Kardiovaskuler
* PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
* Infeksi Nifas
* Persalinan Normal
* Persalinan dengan Teknik ILA
* Pengetahuan dan Motivasi Ibu Hamil dalam Pelaksanaan Antenatal Care (ANC)
* Pelaksanaan “7T” di Puskesmas
* Intervensi dalam Antenatal Care
* Pentingnya Antenatal Care bagi Ibu Hamil
* Kontak Pertama Kali denganTenaga Kesehatan (K1)


Lebih lengkap disini: Panduan Senam Hamil | kumpulan askep askeb | download KTI Skripsi | asuhan keperawatan kebidanan
http://terselubung.cz.cc/