Laporan Pendahuluan Kebutuhan cairan dan Elektrolit
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. Pengertian Cairan
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air.
Air tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna perbandingan osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal. Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume cairan intrasel tidak dapat diukur secara langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat dalam cairan intrasel. Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi jumlah cairan ekternal, terdiri dari cairan tubuh total.
Cairan eksternal terdiri dari cairan tubuh total :
- Cairan interstitiel: bagian cairan ekstra sel yang ada diluar pembulu darah.
- Plasma darah
- Cairan transeluler, cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam pleura, perikardium, cairan sendi, cairan serebrospinalis.
☻ Pertukaran cairan tubuh
1. Pemasukan :
Cairan tubuh sebagian besar berasal dari makanan dan minuman setiap hari dan sebagian kecil berasal dari proses oksidasi H2 dalam makanan.
2. Pengeluaran :
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti;
a. Ginjal
- Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk disaring setiap hari.
- Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam.
- Pada orang dewasa produksi urine sekitaar 1,5 liter/hari.
- Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
b. Kulit
- Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktivitas kelenjar keringat.
- Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan meningkat dan demam.
c. Paru-paru
Meningkatnya cairan hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.
d. Gastrointestinal
Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar 100 – 1200 ml.
☻ Gangguan keseimbangan cairan pada defisit cairan yaitu :
a Isotonis
Bila sel dimasukan kedalam suatu larutan tanpa menyebabkan sel membengkak atau mengkerut disebut larutan isotonis.
b Hipotonis
Larutan yang bila dimasukan kedalamnya akan menyebabkan sel menjadi bengkak.
c Hipertonis
Larutan yang menyebabkan sel mengkerut jika dimasukan kedalam larutan tadi.
☻ Pengaturan keseimbangan cairan
a. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga :
1. Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipothalamus untuk melepaskaan substrat neural yang bertanggung jawab terhadap sensasi haus.
2. Osmoreseptor dihipothalamus mendeteksi peningkatan osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga.
b. Antidiuretik Hormon
ADH dibentuk dihipofisis dan disimpan didalam neuro hipofisis dari hipofisis posterior stimulasi utaama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolalitas dan penurunan cairan ekstra sel. Hormon ini meningkatkan reabsorbsi air pada ductus koligentes, dengan demikin dapat menghemat air.
c. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjaar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absorbsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium natrium serum dan sistem angiotensin renin dan sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
B. Pengertian Elektrolit
Elektrolit adalah substansi yanag menyebabkan ion kation (+) dan anion (-). Ada tiga cairan elektrolit yang paling esensial yaitu :
1. Kation (K ) fungsinya;
- Untuk transmisi dan konduksi impuls saraf.
- Kontraksi otot rangka, otot polos dan otot jantung.
2. Natrium (Na )
Kation utama dari pada cairan ekstra seluler juga dijumpai dalam pada dan jaringan.
- Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan ekstra sel.
- Natrium mempengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot.
- Sosdium diatur intake garam., aldosteron dan pengeluaran urine normalnya sekitar 135 dan 148 mEq / 1 liter
3. Kalsium (Ca ), fungsinya :
- Membanu aktifitas saraf dan otot normal.
- Meningkatkan kontrasi otot jantung.
- Berguna untuk integritas kulit dan sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta pembentukan tulang-tulang dan gigi.
☻ Gejala klinis kekurangan elektrolit:
- Haus
- Anoreksia
- Perubahan tanda-tanda vital
- Lemas atau pucat
- Anak rewel
- Kejang-kejang
- Kulit dingin
- Rasa malas
☻ Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan elektrolit :
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat badan.
2. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat mengalami kehilangan NaCl sebanyak 15 – 30 gr/hr.
3. Diet
Pada saat nutrisi kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini akan menimbulkan pegerakan cairan dari intertistial keintra seluler.
4. Keadaan sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan menganggu keseimbangan cairan.
5. Situasi stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metaabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
Penatalaksanaan :
1. Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan penyakit dasar. Obat-obatan tersebut misalnya; prednison yang dapat mengurangi beratnya diare dan penyakit.
2. Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral serta larutan elektrolit dapat diberikan untuk rehydrasi pasien.
3. Untuk diare sedang, akibat sumber non infeksius, obat-obatan tidak spesifik seperti defenosiklat (lomotil) dan loperamit (imodium) juga diberikan untuk menurunkan motilitas.
4. Preparat anti mikrobial diberikan bila preparat infeksius telah teridentifiksi atau bila diare sangat berat.
5. Terapi cairan intra vena mungkin diperlukan untuk hydrasi cepat, khususnya untuk anak kecil dan lansia.
TINJAUAN KASUS
I. Identitas
A. Data Biografi
1. Nama : An.” J “
2. Umur : 4 bulan
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jl. Dangko No. 125
5. Agama : Islam
6. Suku/bangsa : Makassar / Indonesia
7. Pendidikan : -
8. Status perkawinan : Belum kawin
9. Tanggal masuk : 09 Agustus 2005
10. Tanggal pengkajian : 09 Agustus 2005
11. Diagnosa medik : Diare
12. No. medikal record : 07 99 25
B. Data Penanggung Jawab
1. Nama : Ny.” S “
2. Umur : 26 tahun
3. Alamat : Jl. Dangko No. 125
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Hubungan dengan klien : Ibu kandung
II. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : Berak-berak
Riwayat keluhan utama :
Ibu klien mengatakan bahwa klien mengalami berak-berak lebih dari 5 kali sehari disertai dengan muntah sejak hari senin pagi tanggal 8 agustus 2005. Keadaan ini dialami tanpa diketahui apa penyebabnya sampai klien dibawa ke RS. Menurut ibu klien, belum ada pengobatan yang diberikan kepada anaknya, dan klien akan merasa enak bila diteteki.
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
Menurut ibu klien, penyakit ini baru dialami pertama kali. Sebelumnya klien pernah menderita flu dan batuk ringan tetapi tidak sampai dirawat di RS. Klien juga mempunyai riwayat alergi terhadap keringat dan telah mendapat imunisasi BCG dan hepatitis I dan II.
3. Informasi Kesehatan Sekarang :
Klien tidak alergi terhadap obat-obatan dan klien juga tidak punya kebiasaan tertentu.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Genogram 3 generasi
G 1
G 11 ? ? 27 26 20 16 9
G111 6 3 4
Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal serumah
: Perempuan X : Meninggal
: Klien ? : Tidak diketahui
G 1 : Kakek dan nenek klien baik dari pihak ayah dan ibu masih hidup tetapi tidak tinggal serumah dengan klien, hanya kakek dari pihak ayah yang tinggal serumah dengan klien.
G 11 : Ayah dan ibu klien tidak pernah menderita penyakit yang sama dengan klien dan berbadan sehat.
Hubungan orang tua klien dengan anggota keluarga yang lain harmonis.
G111 : Klien adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Kedua saudara kandung klien tidak pernah menderita penyakit yang sama dengan klien.
III. Keadaan Umum
A. Penampilan
Klien nampak lemah dan pucat.
B. Kesadaran
Klien dalam keadaan sadar dan bisa diajak bermain tapi kadang-kadang klien menangis.
C. Tanda-tanda vital :
N : 130 x/mnt
S : 38,4 º C
P : 46 x/menit
Atropometri :
BB : 6,2 kg
PB : 62 cm
LLA : 16 cm
LLB : 14 cm
LK : 42 cm
LP : 43 cm
IV. Pemeriksaan Fisik
A. Kepala
Inspeksi :
- Kulit kepala bersih tidak ada luka, dan berbentuk mesocepalus.
- Rambut baru mulai tumbuh.
Palpasi :
- Tidak ada massa.
- Rambut tidak mudah tercabut.
B. Mata
Inspeksi :
- Mata nampak cekung.
- Konjungtiva nampak anemis.
- Sklera mata putih.
- Bola mata mengikuti arah telunjuk.
Palpasi :
- Tidak ada penonjolan bola mata.
C. Kulit
Inspeksi :
- Warna kulit sawo matang.
Palpasi :
- Turgor kulit jelek.
D. Telinga
Inspeksi :
- Pendengaran klien baik dan tidak menggunakan alat bantu.
- Bentuk telinga simetris kiri dan kanan.
- Tidak nampak cairan.
E. Hidung
Inspeksi :
- Bentuk hidung simetris kiri dan kanan.
- Klien tidak menggunakan pernapasan cuping hidung.
- Lubang hidung nampak kotor.
Palpasi :
- Tidak ditemukan benjolan
F. Mulut
Inspeksi :
- Bibir klien tidak nampak kering.
- Gigi belum tumbuh.
- Tidak ada perdarahan pada gusi.
G. Leher
Inspeksi :
- Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid.
Palpasi :
- Tidak ada massa.
H. Dada dan Paru
Inspeksi :
- Bentuk dada simetris kiri dan kanan.
- Gerakan dada mengikuti pernapasan.
- Retraksi subcostal tidak nampak.
- Frekuensi pernapasan 46 x/menit.
- Tidak terjadi retraksi dinding dada.
Palpasi :
- Tidak teraba massa.
Auskultasi :
- Tidak ada bunyi napas tambahan.
I. Abdomen
Inspeksi :
- Bentuk abdomen simtris kiri dan kanan.
- Gerakan perut mengikuti gerakan napas.
- Warna kulit abdomen sawo matang.
Palpasi :
- Tidak teraba adanya masa.
Auskultasi :
- Peristaltik ↑ 17 x/menit.
Perkusi :
- Terdengar bunyi timpani.
J. Genitalia
Inspeksi :
- Nampak kemerahaan disekitar anus dan alat kelamin.
- Turgor kulit disekitar genitalia jelek.
K. Ekstremitas
1) Ekstremitas atas
Inspeksi :
- Tidak terdat kelainan.
- Keadaan jari-jari dan kuku normal.
- Nampak terpasang infus KAEN – 3B 36 tetes/menit.
2) Ekstremitas bawah
Inspeksi :
- Tidak terdapat kelainan.
- Tidak ada edema.
- Kekuatan otot-otot untuk menggerakan baik.
Pola Aktivitas Sehari-hari
A. Nutrisi
No. Jenis Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit
1
2. Makan
Napsu makan
Porsi makan
Frekuensi makan
Menu
Minum
Jenis air minum
Sumber air
Frekuensi
Jumlah
Baik
Dihabiskan
3 kali sehari
SUN beras merah
ASI, air putih
Ledeng
Tidak tentu
¼ gelas
Kurang
Tidak dihabiskan
2 kali sehari
SUN beras merah
ASI, air putih
Ledeng
Tidak tentu
¼ gelas
b. Eliminasi
No Jenis kegiatan Sebelum sakit Saat sakit
1.
2. BAB
Tempat
Frekuensi
Konsistensi
Warna
BAK
Tempat
Frekuensi
Warna
Celana
2 kali sehari
Lembek
Kuning
Celana
Tidak tentu
Kuning
Celana
Lebih dari 5 x/hari
Cair / encer
Kuning kehijau-hijauan
Celana
Tidak tentu
Kuning
Istirahat dan Tidur
No Jenis kegiatan Sebelum sakit Saat sakit
1.
2.
Siang
Waktu
Kebiasaan sebelum tidur
Tempat
Malam
Waktu
Kebiasaan sebelum tidur
Tempat
Pkl. 13.00
Menetek dan dinina-bobokan
Ayunan
19.00
Menetek dan dinina-bobokan
Ayunan
Tidak tentu
Menetek dan dinina-bobokan
Kasur
Tidak tentu
Menetek dan dinina-bobokan
Kasur
PENGKAJIAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Riwayat kebutuhan cairan dan elektrolit;
a. Riwayat kesehatan masa lalu
1. Pola intake cairan dan makanan yang dikonsumsi dalam 24 jam
Jenis air minum : ASI
2. Pola pengeluaran cairan
Banyak mengeluarkan cairan melalui BAB
3. Pernah menderita penyakit flu dan batuk ringan.
b. Riwayat kesehatan saat ini
1. Ada tanda-tanda dehidrasi;
- Klien nampak lemah
- Klien nampak pucat
- Mata cekung
- BAB 5 kali / hari dengan konsistensi cair / encer.
- Turgor kulit jelek.
2. Pengobatan / cairan yang diberikan;
- Cairan infus KAEN – 3B 36 tetes / menit.
- Obatnya : Vomitrol 3 x ¼
3.Pengukuran tanda-tanda vital
Nadi : 130 x/mnt
Suhu : 38,4 º C
Pernapasan: 46 x/mnt.
DATA FOKUS
Ruangan : P. Anak RSU. Haji Makassar
Data Subyektif Data Obyektif
-Ibu klien mengatakan anaknya BAB > 5 kali / hari disertai muntah
-Ibu klien mengatakan anaknya merasa lemas.
-Ibu klien mengatakan anaknya tidak seceria sebelum ia sakit. - Klien tampak lemah.
-Klien nampak pucat.
-Mata cekung.
-Turgor kulit jelek.
-BAB > 5 x/hr dengan konsistensi BAB cair / encer.
-TTV :
N : 130 x/mnt
S : 38,4 ºC
P : 46 x/mnt
BB : 6,2 kg
- Tampak terpasang infus KAEN – 3B 36 tetes / menit.
ANALISA DATA
Nama : An. “J”
No. Med. Rec : 07 99 25
Ruangan : P. Anak RSU. Haji Makassar
Data Etiologi Masalah
DS :
- Ibu klien mengatakan anaknya BAB > 5 kali / hari disertai muntah.
- Ibu klien mengatakan anaknya merasa lemas.
- Ibu klien mengatakan anaknya tidak seceria sebelum ia sakit.
DO :
- Klien tampak lemah.
- Klien nampak pucat.
- Mata cekung.
- Turgor kulit jelek.
- BAB > 5 x/hr dengan konsistensi BAB cair / encer.
- TTV :
N : 130 x/mnt
S : 38,4 ºC
P : 46 x/mnt
BB : 6,2 kg
- Tampak terpasang infus KAEN – 3B 36 tetes / menit. Invasi bakteri kedalam saluran intestinal
Mengiritasi usus
Peristaltik usus meningkat
Transit chyme untuk absorbsi terganggu
Sari-sari makanan sulit diserap
air dan garam mineral terbawa kedalam usus
cairan dan elektrolit terbuang melalui feces
gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit Gangguan keseimbangan
cairan elektrolit.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi
Gangguan keseimbangan
cairan elektrolit berhubungan dengan diare. 09 Agustus 2005 -
Ruangan : P. Anak RSU. Haji Makassar
NDx dan Data Tujuan Intervensi Rasional
Gangguan keseim-bangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare., yang ditandai dengan :
DS :
-Ibu klien menga-takan anaknya BAB > 5 kali/hari disertai muntah.
-Ibu klien menga-takan anaknya merasa lemas.
-Ibu klien menga-takan anaknya tidak seceria sebelum ia sakit.
DO :
-Klien tampak lemah.
-Klien nampak pucat.
-Mata cekung.
-Turgor kulit jelek.
-BAB > 5 x/hr cair / encer.
-TTV :
N : 130 x/mnt
S : 38,4 ºC
P : 46 x/mnt
BB : 6,2 kg
-Tampak terpasang infus KAEN – 3B 36 tetes / menit. Kebutuhan cairan dan elektrolit klien terpenuhi, dengan kriteria hasil :
-BAB 1 x/hr.
-Klien ceria.
-Keadaan umum baik.
-Mata tidak cekung
-BAB dengan konsistensi lembek.
-Turgor kulit baik.
1.Observasi TTV, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa.
2.Pantau input dan out put cairan, catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
3.Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menen-tukan jadwal pemberian.
4.Timbang BB klien secara teratur / sesuai jadwal.
5.Anjurkan ibu klien untuk meni-ngkatkan masu-kan oral bila mampu.
6.Berikan cairan tambahan infus sesuai indikasi.
7.Observasi tetesan infus.
8.Penatalaksanaan pemberian obat sesuai instruksi
Merupakan indikator adanya dehidrasi / hipovolemia dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
Untuk mengidentifi-kasi tingkat dehi-drasi dan pedoman untuk penggantian cairan.
Pemberian cairan yang teratur dapat membantu memper-tahankan keseim-bangan cairan dan elektrolit klien.
Penurunan BB menunjukan adanya kehilangan cairan yang berlebihan.
Memungkinkan penghentian tindakan dukungan cairan invasif dan membantu mengem-balikan fungsi usus normal.
Menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan
Memberikan infor-masi tentang status cairan. Kecenderu-ngan keseimbangan cairan negatif dapat menunjukan terjadi-nya defisit.
Mempercepat proses penyembuhan dan berguna untuk meminimalkan kehilangan cairan.
1.Observasi TTV, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa.
Hasil: N ; 130 x/mnt, P; 46 x/mnt, S; 38,4 ºC. Turgor kulit jelek, membran mukosa tampak kering.
2. Pantau input dan out put cairan, catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
Hasil: Klien minum air putih ½ gelas sehari dan infus RL. Klien BAB > 5 x/hr.
3. Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal pemberian.
Hasil: Klien minum ASI ditambah air putih dengan waktu yang tidak tentu. Terpasang infus Kaen-3B dengan kecepatan 36 tetes / menit.
4. Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila mampu.
Hasil: Klien minum rata-rata ½ gelas air putih/hr ditambah ASI.
5. Berikan cairan tambahan infus sesuai indikasi.
Hasil: Terpasang infus Kaen-3B dengan kecepatan 36 tetes / menit.
6. Observasi tetesan infus.
Hasil: Infus Kaen-3B berjalan lancar dengan kecepatan 36 tetes / menit.
7. Penatalaksanaan pemberian obat sesuai instruksi
Hasil: Klien diberi obat .
1. Timbang BB klien secara teratur / sesuai jadwal.
Hasil: BB klien 6,2 kg.
2. Observasi TTV, catat perubahan TD, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa.
Hasil: N ; 130 x/mnt, P; 46 x/mnt, S; 38,4 ºC. Turgor kulit jelek, membran mukosa tampak kering.
3. Pantau input dan out put cairan, catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
Hasil: Klien minum air putih ½ gelas sehari dan infus RL. Klien BAB > 5 x/hr.
4. Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal pemberian.
Hasil: Klien minum ASI ditambah air putih dengan waktu yang tidak tentu. Terpasang infus Kaen-3B dengan kecepatan 36 tetes / menit.
5. Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila mampu.
Hasil: Klien minum rata-rata ½ gelas air putih/hr ditambah ASI.
6. Penatalaksanaan pemberian obat sesuai instruksi
Hasil: Klien diberi obat.
1. Observasi TTV, catat perubahan TD, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa.
Hasil: N ; 130 x/mnt, P; 46 x/mnt, S; 38,4 ºC. Turgor kulit jelek, membran mukosa tampak kering.
2. Pantau input dan out put cairan, catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
Hasil: Klien minum air putih ½ gelas sehari dan infus RL. Klien BAB > 5 x/hr.
3. Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal pemberian.
Hasil: Klien minum ASI ditambah air putih dengan waktu yang tidak tentu. Terpasang infus Kaen-3B dengan kecepatan 36 tetes / menit.
4. Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila mampu.
Hasil: Klien minum rata-rata ½ gelas air putih/hr ditambah ASI.
S : Ibu klien mengatakan anaknya BAB > 5 kali sehari disertai muntah.
O : Klien nampak pucat, mata cekung, turgor kulit jelek. Keadaan umum klien tampak lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1 s/d 8
S : Ibu klien mengatakan anaknya BAB 3 kali sehari.
O : Klien nampak pucat, mata cekung, turgor kulit mulai membaik. Keadaan umum klien masih lemah
A : Masalah sebagian teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi TTV, turgor kulit dan kelembaban membran mukosa.
2. Pantau input dan out put cairan, catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
3. Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal pemberian.
5. Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila mampu.
8. Penatalaksanaan pemberian obat sesuai instruksi.
S : Ibu klien mengatakan anaknya BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek.
O : Klien nampak, mata tidak cekung, turgor kulit baik, keadaan umum baik, BAB dengan konsistensi lembek.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar