Rabu, 06 Juni 2012

LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT KUSTA

LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT KUSTA

1. Pengertian
Penyakit kusta adalah infeksi kronik pada manusia yang disebabkan oleh mycobacterium leprae, yang merupakan penyakit tropis menular yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia, khususnya di negara-negara sedang berkembang. Selain menimbulkan dampak psikologis penyakit inij uga mengakibatkan dampak sosial dan ekonomi ,yang disebabkan oleh sejenis kuman yang diberi nama Mycobacterium leprae, dan terutama menyerang syaraf tepi yang dapat menyebar ke kulit dan juga jaringan lainnya, seperti pada mata, selaput lendir saluran pernapasan bagian atas, otot, tulang dan kelenjar kelamin.

2. Patofisiologi
Walaupun penyebab penyakit ini sudah diketahui pada tahun 1873 (lebih dari 100 tahun lalu), namun cara penularannya masih belum diketahui secara pasti. Teori yang paling banyak dianut adalah penularan melalui kontak/sentuhan yang berlangsung lama; namun berbagai penelitian mutakhir mengarah pada droplet infection yaitu penularan melalui selaput lendir pada saluran napas. Mycobacterium leprae tidak dapat bergerak sendiri (karena tidak mempunyai alat gerak) dan tidak menghasilkan racun yang dapat merusak kulit, sedangkan ukuran fisiknya lebih besar daripada pori-pori kulit. Oleh karena itu, Mycobacterium leprae yang karena sesuatu hal dapat menempel pada kulit kita, tidak akan dapat menembus kulit kalau tidak ada luka pada kulit kita.
Seandainya Mycobacterium leprae tersebut dapat menembus kulit, maka sel-sel darah putih yang merupakan bagian dari sistim pertahanan tubuh akan segera memakannya.

3. Penyebab
Penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Myobacterium leprae yang ditemukan pada tahun 1874, oleh GA Hansen . Kuman ini berbentuk batang, gram positip, berukuran 0.34 x 2 mikron dan berkelompok membentuk globus. Kuman Myohacterium leprae hidup pada sel Schwann dan sistim retikuloendotelial, dengan masa generasi 12­24 hari, dan termasuk kuman yang tidak ganas serta lambat berkembangnya.
Kuman-kuman kusta berbentuk batang, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu dengan ukuran panjang 1-8 mic, lebar 0,2-0,5 mic yang bersifat tahan asam.
Sampai saat ini kuman tersebut belum dapat dibiakkan dalam medium buatan, dan manusia merupakan satu-satunya sumber penularan. Berbagai usaha telah dilakukan untuk membiakkan kuman tersebut yaitu melalui: telapak kaki tikus, tikus yang diradiasi, armadillo, kultur jaringan syaraf manusia dan pada media buatan.
Diagnosis penyakit lepra melalui usapan sekret hidung dan melalui kerokan kulit penderita. Kuman yang berada di sekret hidung yang kering, dapat bertahan hidup sampai 9 hari di luar tubuh, sedangkan di tanah yang lembab dan suhu kamar, kuman ini dapat bertahan sampai 46 hari.

4. Jenis penyakit kusta.
Ada dua jenis penyakit kusta, yaitu tipe basah dan kering. :
o Tipe basah disebut Multi Basiler (MB),
o Tipe kering disebut Poli Basiler (PB).
Jenis manifestasinya tergantung dari derajat kekebalan tubuh penderita (Cell mediated immunity) yaitu dari Kusta yang terbatas (Jenis Tuberculoid) sampai yang menyebar( jenis Lepromatosa) dan Jenis pertengahan yang disebut Kusta Borderline.
Secara awam, dikenal sebagai kusta kering dan kusta basah.Jika kusta terlambat diobati maka akan timbul kerusakan saraf dengan akibat berupa: mati rasa (tidak dapat merasakan panas, dingin, nyeri), kelumpuhan otot, buta, dan akibat lain yang disebabkan oleh proses immunologis yang disebut "reaksi kusta".

5. Gejala
Gejala penyakit kusta adalah muncul bercak pada kulit seperti panu, tetapi mati rasa. Untuk kusta jenis PB, jumlah bercaknya adalah lima ke bawah dan kurang menular. Sedangkan untuk jenis MB, lebih dari lima buah, basah, dan menular.
Permukaan bercak kering dan kasar dan tidak berkeringat, pinggi bercak jelas dan sering ada bintil-bintil kecil. Sementara itu, untuk kusta jenis basah, tanda-tandanya terdapat bercak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merasa di seluruh kulit badan. Terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak itu. Termasuk pada permukaan bercak masih ada rasa bila disentuh dengan kapas. Pada awalnya, tanda kusta basah, sering terdapat pada telinga dan muka. Jenis ini dapat menular pada orang lain.

6. Prevalensi
Ada 20 juta penderita kusta didunia, namun yang mendapatkan pengobatan secara teratur kurang dari separuhnya. Kebanyakan mereka berada di Afrika tengah, Asia Selatan dan Tenggara, Amerika Tengah dan Selatan. Di Indonesia tercacat 71.000 pada tahun 1992 dengan prevalensi 3.8/10.000 penduduk (angka sesungguhnya diperkirakan 3 sampai 4 kali jumlah diatas); angka ini diproyeksikan akan terus menurun sampai dibawah 1/10.000 pada tahun 2000 (dikenal sebagai program EKT 2000, atau Eradikasi Kusta Tahun 2000 Jumlah penderita kusta di dunia pada saat ini diperkirakan 12 juta orang lebih, 80% di antaranya berasal dari daerah tropis. Di-perkirakan 1,6 milyar penduduk dunia tinggal di daerah endemis berkembang.

7. Diagnosis
Diagnosa pasti ditegakkan : bila didapatkan kuman kusta pada kerokan kulit didaerah khas dan pada daerah kuping. Pengobatan penyakit kusta berlangsung 6 – 36 bulan dan bisa gratis di Puskesmas. Pencegahannya dengan menjaga kebersihan pribadi, mandi teratur 2 x sehari dengan sabun, makan 4 sehat 5 sempurna secara seimbang.

8. Pengobatan
Sejak tahun 1941, digunakan DDS (Diethyl-Diphenyl-Sulphone) yang dikenal juga sebagai Dapson dengan lama pengobatan seumur hidup. Sejak 1982 WHO memperkenalkan MDT (multiple drug therapy), yang di Indonesia dimulai sejak 1983 dengan menggunakan Rifampicin dan DDS (untuk kusta kering, dengan lama pengobatan 6 bulan). Untuk kusta basah, masih ditambah dengan Lamprene dengan lama pengobatan 2 tahun. Panduan terbaru dari WHO (1998) menyatakan bahwa untuk pengobatan kusta basah, cukup 1 tahun saja. Dengan pengobatan MDT, Mycobacterium leprae didalam tubuh penderita akan mati dalam waktu 2 X 24 jam. Masa pengobatan yang cukup lama (6 bulan atau 1 tahun) dimaksudkan untuk mematikan kuman yang "bangun dari tidurnya". Pada beberapa keadaan, ada Mycobacterium leprae yang "tidur" (istilah asingnya adalah dormant), dimana metabolismenya praktis nol (mirip dengan binatang berdarah panas yang tidur sepanjang musim dingin) sehingga walaupun ada obat yang mematikan, namun kuman tidak mengambilnya karena memang tidak mengambil bahan makanan sama sekali sehingga tetap hidup.
Diharapkan, selama masa pengobatan tersebut kuman-kuman terbangun sedikit demi sedikit sehingga pada saat masa pengobatan selesai, seluruh kuman telah musnah. Kebijaksanaan umum yang berlaku pada saat ini, sesuai dengan pedoman dari WHO adalah rawat jalan, artinya para penderita kusta yang berobat tidak perlu dirawat di Rumah Sakit kecuali ada keadaan-keadaan khusus yang memang memerlukan perawatan di Rumah Sakit.
Pengobatan yang dapat diberikan kepada penderita, waktunya antara enam sampai 12 bulan. Sebab, sesuai dengan jenis penyakit kusta (ada yang kusta kering dan kusta basah). "Selama pengobatan, penderita harus secara rutin sehingga secara teratur dan tidak boleh berhenti-berhenti, sampai sembuh,"

DAFTAR PUSTAKA

1. Doungels. 1999.” Rencana Asuhan Keperawatan “. EGC, Jakarta
2. Sandra M.Nettina. 2001 “ Pedoman Praktek Keperawatan “. EGC. Jakarta.
3. Mubin Halim, Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
4. Junadi Purnawan. Edisi Kedua. Kapita Selecta Kedokteran. FK UI. 1982
5. Brunner. Keperawatan Medical Bedah. EGC
6. Jurnal Internat WWW. GOEGLE.Com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar