Rabu, 08 Februari 2012

askep perdarahan kala III



BAB I
KONSEP DASAR
A. Definisi
Perdarahan kala tiga adalah perdarahan yang terjadi ketika plasenta telah terlepas sebagian atau sepenuhnya tetapi belum dikeeluarkan 4-5 menit setelah bayi lahir.

B. Insiden
Pelepasan plasenta secara spontan pada ibu yang melahirkan hanya mencapai 20%, selebihnya dibantu dengan sedikit tekanan pada fundus uteri agar plasenta dapat dapat lepas dan segera dilahirkan.

Tanda-tanda pelepasan plasenta :
• Rahim naik,disebabkan karena plasenta yang telah lepas jatuh kedalam segmen bawah rahim atau bagian atas vagina dan mengangkat rahim
• Bagian tali pusat yang lahir menjadi lebih panjang
• Rahim menjadi lebih bundar bentuknya dan lebih keras
• Keluarnya darah dengan tiba-tiba
• Dengan perasat kusner : tali pusat diregangkan dengan satu tangan, tangan lainnya menekan perut di atas symphysis. Perhatian : bila tali pusat masuk, maka plasenta belum lepas. Bila tetap atau keluar, maka plasenta sudah lepas.
Bila indikasi ini sudah ada, segerahlah melahirkan plasenta sebelum perdarahan.

C. Etiologi
Penyebab umum perdarahan kala tiga adalah :
• Atonia Uteri
• Retensio plasenta
• Sisa plasenta dan selaput ketuban
• Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia

D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis umum :
• Kehilangan darah dalam jumlah yang banyak ( > 500ml )
• Nadi lemah
• Pucat
• Haus
• Pusing
• Gelisah
• Letih

• Syok hipovopolemik
• Tekana darah rendah
• Ekstremitas dingin
• Nausea
Gejala klinis berdasarkan penyebabnya :
a. Atonia uteri
• Gejala yang selalu ada : uterus tidak berkontraksi dan lembek,perdarahan segera setelah bayi lahir ( perdarahan postpartum primer)
• Gejala yang kadang-kadang timbul : syok ( tekanan darah rendah,denyut nadi cepat dan kecil,ekstremitas dingin,nausea dll )
b. Retensio plasenta
• Gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik
• Gejala yang kadang-kadang timbul : tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inverse uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
c. Tertinggalnya plasenta ( sisa plasenta )
• Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap (mengandung pembuluh darah ), perdarahan segera.
• Gejala yang kadang-kadang timbul : uterus berkontraksi baik tetapi fundus uteri tidak berkurang

E. Patofisiologi
 Perdarahan akibat atonia uteri jadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan mendorong rahim kebawah sementara plasenta belum lepas dari rahim.
Perdarahan akibat retensio plasenta terjadi dimana plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atonia uteri atau adanya lingkaran kontriksi pada bagian bawah rahim, yang akan menghalangi plasenta keluar.
Penyakit darah pada ibu,misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia dimana perdarahan terjadi karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah.



F. Pemeriksaan Diagnostic
• Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang.
• Profil koagulasi : kadar produk fibrin.
• Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.

G. Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan konservatif : pemberian oksitosin secara IV , untuk merangsang uterus berkontrakrsi guna mempercepat pelepasan plasenta, dan mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta.
• Mengeluarkan plasenta dengan cara Credee ( 1-2 kali).
• Mengeluarkan plasenta dengan tangan.
• Pengeluaran plasenta dengan tangan segera sesudah janin lahir dilakukan bila :
- Menyangka akan terjadi perdarahan postpartum
- Perdarahan banyak ( lebih 500 cc )
- Retensio plasenta


BAB. II

KONSEP KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pengkajian terhadap klien perdarahan kala III meliputi :
 Riwayat kesehatan dahulu
 Kaji tempat implantasi plasenta, apakah ada riwayat plasenta previa atau solusio plasenta.

 Riwayat kesehatan sekarang :
 Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu : kehilangan darah dalam jumlah banyak (250 – 300 ml), nadi lemah, pucat, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, esktremitas dingin.

 Riwayat obsetrik :
 Riwayat menstruasi, meliputi : menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya, keluhan waktu haid, HPHT.
 Riwayat perkawinan, meliputi : usia kawin, kawin yang ke berapa, usia mulai hamil.
 Riwayat antenatal care : dimana tempat pelayanan, berapa kali perawatan serta pengobatan yang di dapat.

B. Diagnosa
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan secara tidak disadari, laserasi jalan lahir.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.
3. Resiko tinggi terhadap cedera (maternal) berhubungan dengan posisi selama melahirkan
atau pemindahan , kesulitan denganpelepasan plasenta, profil darah abnormal.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan proses keluaraga berhubungan dengan terjadinya transisi (penambahan jumlah anggota keluarga), krisis situasi (perubahan pada peran / tanggung jawab.
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pencetusan persalinan, pola kontraksi hipertonik, janin besar, pemakaian forsep, remaja.






C. Intervensi
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan secara tidak disadari, laserasi jalan lahir.

Tujuan : Terhindar dari resiko kekurangan volume cairan setelah mendapatkan tindakan keperawatan selama tiga hari.
Intervensi :
 Instruksikan klien untuk mendorong pada kontraksi, bantu mengarahkan perhatiannya untuk mengejan.
Rasional : Mengejan membantu pelepasan dan pengeluaran, menurunkan kehilangan darahm dan meningkatkan kontraksi uterus.
 Palpasi uterus ; perhatikan ”ballooning”.
Rasional : Menunjukkan relaksasi uterus dengan perdarahan ke dalam rongga uterus.
 Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan berlebihan atau syock.
Rasional : Hemoragi dihubungkan dengan kehilangan cairan lebih besar dari 500 ml dapat dimanifestasikan oleh peningkatan nadi, penurunan TD, sianosis, disorientasi, peka rangsangan, dan penurunan kesadaran.
 Tempatkan bayi di payudara klien bila ia merencanakanuntuk memberi ASI.
Rasional : Penghisapan merangsang pelepasan oksitoksin dari hipofisis posterior, meningkatkan kontraksi miometrik dan menurunkan kehilangan darah.
 Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta ; misalnya mekanisme Duncan versus mekanisme Schulze.
Rasional : Lebih banyak waktu diperlukan bagi plasenta untuk lepas, dan lebih banyak waktu di mana miometrium tetap rileks, lebih banyak darah hilang.
 Dapatkan dan catat informasi yang berhubungan dengan inspeksi uterus dan plasenta untuk fragmen plasenta yang tertahan.
Rasional : Jaringan plasenta yang tertahan dapat menimbulkan infeksi pascapartum dan hemoragi segera atau lambat.



 Hindari menarik tali pusat secara berkebihan.
Rasional : Kekuatan dapat menimbulkan putusnya tali pusat dan retensi fragmen plasenta, meningkatkan kehilangan darah.
 Berikan cairan melalui rute parenteral.
Rasional : Bila kehilangan cairan berlebihan, penggantian secara parenteral membantu memperbaiki volume sirkulasi dan oksigenasi dari organ vital.
 Berikan oksitoksin melalui rute IM atau IV drip diencerkan dakam karutan elektrolit, sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan efek vasokonstriksi dalam uterus untuk mengontrol perdarahan pascapartum setelah pengeluaran plasenta.
 Berikan oksitoksin melalui rute IM atau IV drip diencerkan dakam karutan elektrolit, sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan efek vasokonstriksi dalam uterus untuk mengontrol perdarahan pascapartum setelah pengeluaran plasenta.

2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.

Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi :
 Bantu dengan penggunaan teknik pernapasan selama perbaikkan pembedahan bila tepat.
Rasional : Pernapasan membantu mengalihkan perhatian langsung dari ketidaknyamanan, meningkatkan relaksasi.
 Berikan kompres pada perineum setelah melahirkan .
Rasional : Mengkonstriksikan pembuluh darah, menurunkan edema, dan memberikan kenyamanan dan anastesi lokal.
 Ganti pakaian dan linen basah.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan, hangat, dan kebersihan.
 Berikan selimut penghangat.
Rasional : Kehangatan meningkatkan relaksasi otot dan meningkatkan perfusi jaringan, menurunkan kelelahan dan meningkatkan rasa nyaman.

 Bantu dalam perbaikan episiotomi bila perlu.
Rasional : Penyambungan tepi-tepi memudahakan penyembuhan.

3. Resiko tinggi cedera maternal berhubungan dengan posisi selama melahirkan atau pemindahan , kesulitan dengan pelepasan plasenta, profil darah abnormal.

Tujuan : Pencegahan terjadinya cedera / tidak terjadi cedera
Intervensi :
 Palpasi fundus dan masase dengan perlahan.
Rasional : Memudahkan pelepasan plasenta.
 Masase fundus dengan perlahan setelah pengeluaran plasenta.
Rasional : Mengurangi rangsangan/ trauma berlebihan pada fundus.
 Kaji irama pernafasan dan pengembangan .
Rasional : Pada pelepasan plasenta, bahaya ada berupa emboli cairan amnion dapat masuk ke sirkulasi maternal, menyebabkan emboli paru, atau perubahan cairan dapat mengakibatkan mobilisasi emboli.
 Bersihkan vulva dan perineum dengan air dan larutan antiseptik steril ; berikan pembalut perineal steril.
Rasional : Menghilangkan kemungkinan kontaminan yang dapat mengakibatkan infeksi saluran asenden selama periode pascapartum.
 Kaji perilaku klien, perhatikan perubahan SSP.
Rasional : Peningkatan tekanan intrakranial selama mendorong dan peningkatan curah jantung yang cepat membuat klien dengan aneurisma serebral sebelumnya beresiko terhadap ruptur.
 Rendahkan kaki klien secara simultan dari pijakan kaki.
Rasional : Membantu menghindari rengangan otot.







4. Resiko tinggi terhadap perubahan proses keluaraga berhubungan dengan terjadinya transisi (penambahan jumlah anggota keluarga), krisis situasi (perubahan pada peran / tanggung jawab).

Tujuan : Tidak terjadi perubahan dalam proses keluarga.
Intervensi :
 Fasilitasi interaksi antara klien atau pasangan dan bayi baru lahir sesegera mungkin setelah melahirkan.
Rasional : Membantu mengembankan ikatan emosi sepanjang hidup di antara anggota keluarga.
 Berikan klien dan ayah kesempatan untuk menggendong bayi dengan sesegera setelah kelahiran bila kondisi bayi stabil.
Rasional : Kontak fisik dini membantu mengembangkan kedekatan.
 Tunda pengetesan salep profilaksis mata, sampai klien / pasangan dan bayi telah berinteraksi.
Rasional : Memungkinkan bayi untuk membuat kontak mata dengan orang tua dan secara aktif berpartisipasi dalam interaksi.

5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pencetusan persalinan, pola kontraksi hipertonik, janin besar, pemakaian forsep, remaja.

Tujuan : Klien terjadi perubahan dalam proses keluarga..
Intervensi :
 Diskusikan atau tinjau ulang proses manual dari persalinan tahap III.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan atau memperjelas kesalahan konsep.
 Jelaskan alasan untuk respon perilaku tertentu seperti mengigil dan tremor.
Rasional : Pemahaman membantu klien menerima perubahan tersebut tanpa ansietas atau perhatian yang tidak perlu.
 Diskusikan rutinitas periode pemulihan selama 4 jam pertama setelah melahirkan.
Rasional : Memberikan kesempatan perawatan dan penenangan.

D. Implementasi
Implementasi keperawatan dalh pengelolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan jenis tindakan yang dilalukan . Pelaksanaan tindakan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan koien secara optimal.






E. Evaluasi
1. Terhindar dari resiko kekurangan volume cairan setelah mendapatkan tindakan keperawatan selama tiga hari.
2. Nyeri berkurang atau hilang.
3. Tidak ditemukan adanya cidera.
4. Tidak terjadi perubahan dalam proses keluarga.
5. Terjadi perubahan dalam proses keluarga..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar