BAB I
PENDAHULUAN
Herpes zoster adalah infeksi virus pada kulit. Herpes simpleks virus merupakan salah satu virus yang menyebabkan penyakit herpes pada manusia. Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit herpes pada manusia yaitu, herpes simpleks, Varizolla zoster (VZV), Cytomegalovirus (CMV), Epstein Barr (EBV), dan human herpes virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7 (HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi yang sama dan semuanya melakukan replikasi pada inti sel. Herpes simpleks terdiri dari 2 tipe yaitu, Herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) yang menyebabkan infeksi pada mulut, mata, dan wajah sedangkan Herpes simpleks tipe 2 (HSV-2) yang menyebabkan infeksi pada alat kelamin (genetalia). Tetapi, bagaimanapun kedua tipe virus ini dapat menyebabkan penyakit dibagian tubuh manapun. HSV-1 menyebabkan munculnya gelombung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan seksual da menyebabkan gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada membran mukosa alat kelamin. Infeksi pada vagina terlihat seperti bercak dengan luka. Pada pasien mungkin muncul dengan iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada kulit (jaudince) dan kesulitan bernafas atau kejang. Lesi biasanya hilang dalam dua minggu, infeksi. Episode pertama (infeksi pertama) dari infeksi HSV adalah yang paling berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4 – 6 hari. Gejala yang timbul, melipti nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema) dan diikuti dengan pembentukan gelembung – gelembung yang berisi cairan. Cairan bening tersebut selanjutnya dapat berkembang menjadi nanah, diikuti dengan pembentukan keropeng atau kerak (scab). Stelah infeksi pertama, HSV memiliki kemampuan yang unik untuk bermigrasi sampai pada saraf sensorik tepi menuju spinal ganglia, dan berdormansi sampai diaktifasi kembali. Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut dapat disebabkan penurunan daya tahan tubuh, stress, depresi, alergi pada makanan, demam, trauma pada mukosa genital, menstruasi, kurang tidur, dan sinar ultraviolet.
BAB II
TINJAUAN TEORI
HERPES ZOSTER
A. Definisi
Herpes zoster adalah peradangan akut pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus varicella zoster.
B. ETIOLOGI
Herpes zoster terjadi karena reaktivasi dari virus varicella (cacar air).
Frekuensi meningkat pada pasien dengan imunitas yang lemah dan menderita malignitas;seperti leukemia dan limfoma.
Cara penularan :
Kontak langsung dengan lesi aktif
Sekresi pernafasan.
Umur:
Dewasa lebih sering dibanding anak-anak.
Jenis kelamin : pria = wanita
Musim/iklim : tidak tergantung musim.
C. PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK
Gejala prodromal (80%) : nyeri, demam.
Kelainan kulit:
Lesi : Eritema papula dan vesikula bula.
Isi lesi : jernih keruh dapat bercampur darah.
Lokasi : bisa di semua tempat, paling sering unilateral pada servikal IV dan lumbal II.
MANIFESTASI KLINIK
Bila menyerang wajah, yang dipersarafi N.V disebut herpes zoster frontalis.
Bila menyerang cabang optalmikus disebut herpes zoster oftalmik.
Bila menyerang saraf interkostal disebut herpes zoster torakalis.
Bila menyerang daerah lumbal disebut herpes zoster lumbalis.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tzanck’s smear dan punch biopsy: adanya sel raksasa berinti banyak dan sel epitel mangandung badan inklusi eosinofilik, yang tidak terdapat pada lesi yang lain, kecuali virus herpes simpleks.
Isolasi virus: cairan vesikel, darah, cairan serebrospinalis, jaringan terinfeksi, antigen VVZ.
E. KOMPLIKASI
Sikatriks
Neuralgia pascaherpetik
F. PENATALAKSANAAN MEDIK
- Istirahat
- Analgetik
- Asiklovir, famsiklovir, valasiklovir:
5 x 800 mg/hari selama 7 hari, paling
lambat 72 jam setelah lesi muncul.
Kriteria:
- umur > 60 thn.
- umur < 60 thn, lesi luas dan akut.
- segala umur, lesi oftalmikus.
- aktif menyerang leher, alat gerak
dan perineum (lumbal-sakral).
Nursing Intervention
Berikan dan kaji keefektifan obat yang
diberikan.
Kompres dingin, gunakan antipruritus
dingin.
Jaga agar vesikel tidak pecah,
dengan bedak salisil 2%.
Ajarkan pasien dan keluarga tentang
cara penularan dan pencegahan.
Ajarkan tentang pencegahan infeksi sekunder
Berikan suport emosional tentang intervensi yang berkelanjutan.
Pemeriksaan Mata
• Vision acuity test
• Slit lamp
• Ophthalmoscope
• Tonometry
Ada 3 jenis utama katarak berdasarkan lokasi yang terkena.
– Cortical
– Nuclear
– Posterior subcapsular
Cortical cataract
Paling sering, berhubungan dengan usia.
Terdiri dari 4 tahap:
- Incipient stage
• Perubahan korteks pada bagian perifer.
• Pola kekeruhan radical.
- Intumescent stage
Lensa menyerap air, menjadi bengkak
Anterior chamber menjadi dangkal
- Mature stage
• Cairan keluar dan lensa mengkerut.
• Seluruh protein lensa menjadi keruh
- Hypermature Stage
• Suatu katarak yang sangat matur bisa menyebabkan pencairan pada korteks lensa. Cairan ini bisa keluar dari kapsul yang utuh, sehingga lensa dan kapsul mengkerut.
Nuclear cataract
• Terjadi saat dini (setelah middle age)
• Gejala paling awal adalah rabun jauh
• Gejala lain adalah sukar membedakan warna atau monocular diplopia.
- Posterior subcapsular cataract
• Lokasi pada korteks, dekat dengan kapsul posterior bagian tengah.
• Gejala yang paling sering adalah silau dan penurunan penglihatan pada kondisi cahaya terang.
- Congenital Cataract
Sudah terjadi pada saat lahir atau beberapa waktu setelah lahir.
G. Etiology
• Intra-uterine
infeksi virus
Maternal ingestion of Thalidomide, steroids.
• Hereditary
autosomal dominant
recessive X-linked
Pengobatan Cataract
• Surgery merupakan jalan satu-satunya untuk mengatasi katarak. Akan tetapi, bila gejala katarak ringan, bisa dibantu dengan menggunakan kacamata..
• Pembedahan dilakukan bila katarak sudah menyebabkan gangguan penglihatan dalam melakukan akivitas sehari-hari.
- ECCE+IOL
• Extracapsular cataract extraction merupakan metode yang paling dianjurkan pada pembedahan katarak.
• Kapsul lensa bagian belakang tidak diangkat.
• Intra Ocular Lens ditanam di kantong kapsul.
Intraocular Lens
• IOL adalah lensa yang tipis, transparan, convex yang terbuat dari polimer yang diselipkan pada saat pembedahan
Keuntungan IOL
• Pasien tidak menggunakan kacamata untuk melihat jauh.
• Bayangan jernih tanpa distorsi
• Dapat segera melihat setelah pembedahan.
Phacoemulsification
• Phacoemulsification or phaco berarti getaran ultra-sonic yang menyebabkan lensa menjadi larut dan diaspirasi melalui insisi yang hanya 3mm.
• small-incision cataract surgery.
H. Komplikasi
• Kekeruhan pada kapsul posterior
• Cystoid macular edema
• Glaucoma
• Hyphema
• Ptosis
• Infeksi
• Retinal detachment
• Dislokasi lensa
I. Diagnosa Keperawatan
• Perubahan sensori perseptual: visual b/d kekeruhan pd lensa d/d pupil tampak putih, pasien mengeluhkan pandangan kabur, berkabut, atau pandangan ganda dan gangguan penglihatan.
• Ketakutan/ ansietas b/d kerusakan sensori dan kurang pemahaman mengenai perawatan pasca operasi, pemberian obat.
• Resiko cedera b/d penurunan visus atau berada di lingkungan yang kurang dikenal.
• Resiko cedera b/d komplikasi pasca operasi spt; pendarahan atau peningkatan tekanan intra okuler.
• Defisit perawatan diri b/d kelemahan visual dan perawatan mata pasca operasi.
• Resiko tinggi infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak)
• Kurang pengetahuan ttg kondisi pengobatan dan perawatan pasca operasi b/d terbatasnya informasi atau kesalahan interpretasi informasi.
• Perubahan sensori perseptual: visual b/d kekeruhan pd lensa d/d pupil tampak putih, pasien mengeluhkan pandangan kabur, berkabut, atau pandangan ganda dan gangguan penglihatan.
J. Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan : Pasien mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk memproses rangsangan visual dan mengkomunikasikan pembatasan pandangan.
Kriteria Hasil:
– Visus meningkat
– Respon verbal peningkatan penglihatan
Intervensi
Mandiri: 1. kaji ketajaman penglihatan klien
2. berikan pencahayaan yg plg sesuai dgn klien
3. cegah glare atau sinar yg menyilaukan
4. letakkan brg2 pd tempat yang konsisten
5. gunakan materi dgn tulisan besar dan kontras
Kolaborasi : pembedahan
c. Resiko cedera b/d penurunan visus atau berada di lingkungan yang kurang dikenal.
Tujuan: Klien tidak mengalami cedera akibat jatuh.
Kriteria Hasil:
- Pasien mengenal lingkungan
- Pasien tidak jatuh selama perawatan
Intervensi:
• kurangi resiko bahaya dari lingkungan klien.
• beritahu klien utk mengubah posisi secara perlahan.
• beritahu klien utk tdk meraih benda untuk stabilitas saat ambulasi.
• dorong klien utk menggunakan peralatan adaftif (tongkat atau walker) untuk ambulasi sesuai kebutuhan.
• tekankan pentingnya utk menggunakan pelindung mata saat melakukan aktifitas beresiko tinggi.
g.Kurang pengetahuan ttg kondisi pengobatan dan perawatan pasca operasi b/d terbatasnya informasi atau kesalahan interpretasi informasi.
Tujuan : menyatakan pemahaman kondisi/ proses penyakit dan pengobatan.
Kriteria Hasil:
- Respon verbal memahami proses penyakit dan pengobatan
- Menunjukkan tindakan yang kooperatif
Intervensi :
• kaji informasi ttg kondisi individu, prognosis, tipe prosedur atau lensa.
• tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin.
• informasikan pasien utk menghindari tetes mata yg dijual bebas.
• diskusikan kemungkinan efek/interaksi antara obat, mata dan masalah medis pasien.
• dorong pemasukan cairan adekuat, makanan berserat/kasar, gunakan pelunak feses yg dijual bebas, bila diindikasikan.
• identifikasi tanda/gejala yg memerlukan upaya evaluasi medis.
Warning Signs
• Reduction in visual acuity
• Photophobia
• Purulent discharge
• ‘Red Eye’
• Pain vs. ‘Picking’
Post Operative Requirements
• Discharge with eyedrops
– Dexamethasone
– Topical steroid – reduces post-op inflammation
• Do not lift weights of over 10kg for at least 6 weeks
• Do not bend from the waist for prolonged periods
• Wear an eye shield at night for the first 14 days to prevent inadvertent rubbing of the eye when asleep
VERUNKA VULGARIS
A. Pengertian
Virus alami dari genital warts, Venereal warts, verruca vulgaris, jengger ayam, kutil kelamin pertama kali dikenal tahun 1907 oleh Ciuffo. Dengan berkembangnya teknik biologi molekuler, Human Papillomavirus (HPV) diidentifikasi sebangai penyebab kondiloma akuminata.
Kondiloma adalah kutil yang berlokasi diarea genital (uretra, genital dan rektum). Kondiloma merupakan penyakit menular seksual dan berpengaruh buruk bagi kedua pasangan. Masa inkubasi dapat terjadi sampai beberapa bulan tanpa tanda dan gejala penyakit. Biasanya lebbih banyak selama masa kehamilan dan ketika terjadi pengeluaran cairan yang berlebihan dari vagina. Meskipun sedikit, kumpulan bunga kol bisa berkembang dan sebagai akibatnya adalah akumulasi bahan – bahan purulen pada belahan – belahan, biasanya berbau tidak sedap warnanya abu – abu, kuning pucat atau merah muda.
Kondiloma akuminata merupakan tonjolan – tonjolan yang berbentuk bunga kol atau kutil yang meruncing kecil yang bertumbuh kembang sampai membentuk kelompok yang berkembang terus ditularkan secara seksual. Kondiloma akumuminata dijumpai pada berbagai bagian penis atau biasanya didapatkan melalui hubungan seksual melewati liang rectal disekitar anus, pada wanita dijumpai pada permukaan mukosa pada vulva, serviks, pada perineum atau sekitar anus.
Kondiloma sering tampak rapuh atau mudah terpecah, bila tersebar multifokal dan meluas yang bervariasi baik dalam jumlah maupun ukurannya. Lesinya bisa sangat meluas sehingga dapat menguasai penampakan normal dan anatomi pada genetalia. Daerah tubuh yang paling umum adalah frenulum, korona, glans pada pria dan daerah introitus posterior pada wanita.
B. Tanda dan Gejala
- Kondiloma akuminata sering muncul didaerah yang lembab, biasanya pada penis, vulva, dinding vagina dan dinding serviks dan dapat menyebar sampai daerah perinatal.
- Berbau busuk
- Warts/kutil memberi gambaran merah muda, flat, gambaran bunga kol.
- Pada pria dapat menyerang penis, uretra, dan daerah rektal. Infeksi pada dormant atau tidak dapat dideteksi, karena sebagian lesi tersembunyi didalam folikel rambut atau didalam lingkaran dalam penis yang tidak disirkumsisi.
- Pada wanita kondiloma akuminata menyerang daerah yang lembab dari labia minora dan vagina. Sebagian besar lesi timbul tanpa simptom. Pada sebagian kasus biasanya terjadi perdarahan setelah cioitus, gatal atau vagina discharge.
- Ukuran tiap kutil biasanya 1 – 2 mm, namun bila berkumpul sampai bersiameter 10, 2 cm dan bertangkai. Dan biasanya ada sangat kecil sampai tidak diperhatikan. Terkadang muncul lebih dari satu daerah.
- Pada kasus yang jarang, perdarahan dan obstruksi saluran kemih jika virus mencapai saluran uretra.
- Memiliki riwayat kehidupan seksual aktif dengan banyak pasangan 1,4,5,6.
C. Etiologi
Kutil kelamin atau kondiloma disebabkan oleh infeksi pada epidermis oleh Human Papiloma Virus yang spesifik pada sebagian besar lesi yang terjadi akibat HPV 6 dan 11 yang dijumpai, namun terkadang HPV 16 atau jenis lain juga dijumpai hubungan antara kutil kelamin dengan kutil kulit biasanya telah banyak dibahas sebelumnya namun tidak ada bukti hubungan klinis atau virologis antara keduanya meskipun demikian sejumlah kecil pasien dengan kutil kulit biasanya juga mengalami kutil yang pada bagian genital autoinokulasi dengan HIV 1,2 atau 4 tampaknya merupakan penjelasan yang paling mungkin, karena jenis – jenis tersebut telah diidentifikasi pada beberapa material kutil.
D. Patofisiologi
HPV merupakan kelompok virus DNA double – strand. Sekitar 30 jenis HPV dapat menginfeksi traktus anogenital virus ini menyebabkan lokal infeksi dan muncul sebagai lesi kondiloma papilomatous. Infeksi HPV menular melalui aktivitas seksual.
HPV yang berhubungan dengan traktus genital dibagi dalam kelompok resko rendah dan resiko tinggi yang didasarkan atas genetipe masing – masing. Sebagian besar kondiloma genital diidentifikasi oleh tipe HPV-6 atau HPV-11. Sementara tipe 16,18,31,33,45,51,52,56,68,,89 merupakan resiko tunggi.
E. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
F. Penatalaksanaan
Kutil seringkali menghilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. Beberapa kali kutil bersifat menetap selama bertahun – tahun dan ada juga kutil yang hilang timbul. Pengobatan tergantung kepada lokasi, jenis, berat dan sudah beberapa lama kutil berada.
Veruka vulgaris biasanya akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 2 tahun. Untuk mempercepat hilangnya kutil bisa dioleskan larutan atau plester yang mengandung asam salisilat an asam laktat. Kutil juga bisa dibekukan dengan cairan nitrogen dan pembekuan ini biasanya dilakukan berulang – ulang agar seluruh kutil hilang. Elektroindikasi (pengobatan dengan arus listrik) atau bedah sinar laser bisa menghancurkan kutil, tetapi bisa menyebabkan terbentuknya jaringa parut.
Kutil juga bisa diatasi dengan bahan kimia seperti asam tricholoroacetat atau kantaridin, tetapi kutil yang baru bisa tumbuh dipinggiran bekas kutil yang terdahulu. Apapun jenis pengobatannya, sekitar sepertiga kasus mengalami kekambuhan.
Veruka plantaris biasanya bisa dihaluskan dengan larutan atau plester yang mengandung asam salisilat yang kuat. Lalu kutil diangkat dengan menggunakan pisau bedah, pembekuan atau pemberian asam lainnya. Atau suatu zat kimia juga bisa disuntikkan langsung kedalam kutil. Veruka plantaris sulit disembuhkan. Kutil datar seringkali diobati dengan pemberian zat pengelupas, misalnya asam retinoat atau asam salisilat.
HERPES SIMPLEKS
A. Definisi
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I atau tipe II yang ditandai adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan merah. Vesikel ini paling sering terdapat di sekitar mulut, hidung, daerah genital dan bokong, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh lain.
B. Epidemiologi
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan menyerang baik pria dan wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi virus herpes simpleks tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan infeksi virus herpes simpleks tipe II biasanya terjadi pada usia dewasa dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual.
C. Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I dan tipe II. Virus herpes simpleks tipe 1 berperan dalam kelainan di sekitar mulut sedangkan virus herpes simpleks tipe II berperan dalam kelainan di sekitar genital. Daerah yang terkena ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti oral-genital, sehingga herpes yang terdapat di daerah genital kadang-kadang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I sedangkan di daerah mulut dan rongga mulut dapat disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe II.
D. Gejala
Gejala herpes simpleks dapat bervariasi dari satu individu ke individu lain. Infeksi pertama berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala lain seperti demam, lemas, nyeri di sekitar mulut, tidak mau makan dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala utamanya berupa vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan merah, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi keruh, terkadang gatal dan dapat menjadi krusta. Krusta ini kemudian akan lepas dari kulit dan memperlihatkan kulit yang berwarna merah jambu yang akan sembuh tanpa bekas luka. Vesikel ini dapat timbul di tubuh bagian mana saja, namun paling sering timbul di daerah sekitar mulut, hidung, daerah genital dan bokong. Setelah itu, penderita masuk dalam fase laten, karena virus tersebut sebenarnya masih terdapat di dalam tubuh penderita dalam keadaan tidak aktif di dalam ganglion (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi. Pada fase ini tidak ditemukan gejala klinis.
Gambar 1. Herpes Simpleks di sekitar mulut
Gambar 2. Herpes Simpleks di daerah genital
Infeksi rekuren (berulang) dapat terjadi bila virus herpes simpleks pada ganglion yang dalam keadaan tidak aktif dengan sebuah mekanisme menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala. Mekanisme itu dapat berupa demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual, gangguan emosional, menstruasi dan sebagainya. Gejala yang timbul lebih ringan daripada infeksi pertama dan berlangsung kira-kira 7 sampai 10 hari. Selain itu terkadang timbul rasa panas, gatal dan nyeri sebelum vesikel timbul.
Bila pada kehamilan timbul herpes genitalis, perlu mendapat perhatian yang serius, karena virus dapat sampai ke sirkulasi darah janin melalui plasenta (ari-ari) serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa ensefalitis (radang selaput otak), keratokonjungtivitis (radang di mata) atau hepatitis (radang di hati).
E. Pengobatan
Untuk mengobati herpes simpleks, dokter dapat memberikan pengobatan antivirus dalam bentuk krim atau pil. Pengobatan ini tidak dapat menyembuhkan herpes simpleks, namun dapat mengurangi durasi terjadinya penyakit dan mengurangi beratnya penyakit. Antivirus yang diakui oleh FDA (badan pengawas obat-obatan Amerika Serikat) antara lain: Acyclovir, Valacyclovir dan Famcyclovir. Jika seseorang sedang mendapat pengobatan untuk herpes simpleks, maka pasangan seksualnya disarankan untuk diperiksa, dan bila perlu, diobati juga walaupun tidak ada gejala. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya komplikasi yang serius pada infeksi herpes simpleks yang tidak terdiagnosis atau mencegah penyebaran infeksi ini ke orang lain. Mereka juga disarankan untuk tidak berhubungan seksual sampai selesai pengobatan.
E. Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran herpes simpleks antara lain:
- Hindari berhubungan seksual dengan orang lain bila masih terdapat vesikel
- Hindari pinjam meminjam barang pribadi seperti handuk
- Hindari pencetus terjadinya episode rekuren seperti kurang tidur, stress berlebihan.
BAB III
PENUTUP
Herpes dapat menyebar dari suatu area kelainnya, yang disebut “autoinoculation”, Contohnya, menyentuh cold sore pada bibir dapat menyebabkan herpes dari jari tangan (herpetic whitlow). Autoincolation terjadi paling umum pada saat infeksi primer, ketika penumpahan virus tinggi dan sistem imun masih sedang dicocokkan untuk menahannya. Antibodi – antibodi yang dibuat setelah infeksi primer biasanya namub tidak selalu berhasil dalam mencegah autoincolation selama serangan – serangan yang berulang.
Komplikasi yang lebih serius adalah ocular herpes, yang dikarakteristikkan oleh luka – luka dan nyeri yang parah sekitar mata. Ocular haerpes juga disebabkan oleh autoincolation. Jika tidak dirawat, oculat herpes dapat menjurus pada kerusakan yang serius atau bahakan kebutaan.
Jarang, herpes simpleks mungkin menginfeksi otak, menyebabkan enchephalitis. Infeksi ini memerlukan rawat inap dan obat – obatan antivirus intravena.
Pada orang – orang yang imunnya dikompromikan, seperti yang menerima kemoterapi, penjangkitan – penjangkitan yang parah dari herpes mungkin terjadi. Colds sores mungkin menyebar ke bagian – bagian yang lebih besar dari muka bagian bawah atau meneyrang organ – organ. Terapi antivirus digunakan untuk mencegah atau mengurangi serangan – serang seperti itu.
DAFTAR PUSTAKA
• Handoko R.P.(2005). Herpes Simpleks dalam ilmu penyakit kulit dan kelami. Djuanda Adhi, Hamzah M, Aisah S (ed).ed cat.4. Jakarta:Balai Penerbit FK UI, p359 – 361.
• Zitalal.(2010).Internet. Kumpulan asuhan keperawatan terdahsyat.Mataram. www.duta4diagnosa.blogspot.com
• Hartadi, Sumaryo, S.(2000).herpes simpleks dalam ilmu penyakit kulit, Hipokrates.Jakarta:EGC
Di sini kami mempunyai angan2 untuk membantu teman2 se profesi agar bisa mempermudah dalam mencari bahan dlm tugas kuliah. Berbagai judul ASKEB/ASKEP insyaallah dapat membantu,, Ide tersebut pertama muncul karena seorang istri yang menjadi mahasiswi keperawatan di suatu Sekolah Tinggi Swasta yang ada di Kab Jombang, yang setiap waktu mengerjakan tugas untuk membuat ASKEP Semoga Bermanfaat kawan semoga sukses jazakumulloh khairon khatsiron wassalam wr wb.
Rabu, 08 Februari 2012
Asuhan keperawatan pada herpes zoster, veruka dan herpes simpleks
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar