Selasa, 31 Januari 2012

ASKEP BRONCHOPNEUMONIA


BRONCHOPNEUMONIA

I. KONSEP MEDIK

A. Pengertian
Bronchopneumonea adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran berbecak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru (Brunner dan Suddarth, 2001).

B. Etiologi
1. Bakteri contohnya : Diplococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia.
2. Virus contohnya : Virus Influenza, Virus Parainfluenza.
3. Jamur contihnya : Histoplasma cospulatum, Caudida, Kriptococcus dan blastomises.

C. Patofisiologi
Bakteri, virus ataupun jamur menyerang ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi influenza yang terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen dan karbondioksida, sel-sel darah putih, neotrofil juga bermigrasi ke alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya berisi udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi edema mukosa dan broncospasme menyebabkan okulusi partial bronki atau alveoli yang mengakibatkan penurunan tekanan oksigen alveoli. Keadaan demikian mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen sehingga tubuh harus meningkatkan frekuensi ke dalam bernapasnya.





Penyimpangan KDM
Virus / Bakteri / Jamur
¯
Infeksi saluran pernapasan
¯
Peradangan pada sel pernapasan (Paru-paru)
¯
Migrasi lekosit, netrofil dan eksudat ke daeraj radang
¯
Peningkatan permeabilitas kapiler dan edema mukosa
¯
Peningkatan produksi mukus
¯
Akumulasi lendir di dalam napas
¯
Peningkatan frekuensi napas ¬ Obstrubsi saluran napas ® perubahan irama dan
jumlah pernapasan
¯ ¯ ¯
sesak bersihan jalan napas pola
tidak efektif pernapasan tidak efektif
gangguan pertukaran gas





¯ perubahan status kesehatan
perubahan fungsi ¯
pernapasan
kurang informasi
¯ tentang penyakit
kebutuhan energi ¯
meningkat
stessor meningkat
¯ ¯
intake tidak adekuat
koping tidak adekuat


kecemasan
¯ ¯
kelemahan


intoleransi aktivitas
¯

D. Manifestasi klinik
v Demam dan menggigil karena proses peradangan.
v Nyeri dada yang terasa tertusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk.
v Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi, whezing.
v Napas sesak dan cepat
v Tampak pernapasan cuping hidung
v Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
v Mungkin timbul tanda-tanda sianosis.
v Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang menyebabkan atelektasis absorbsi.

E. Komplikasi
v Hipotensi dan syok
v Atelektasis
v Efusi pleura
v Deliriu
v Superinfeksi
F. Perangkat Diagnostik
v Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau beberapa lobus yang berbercak-bercak infiltrat
v Pemeriksaan laboraturium di dadapati lekositosit antara 15000 sampai 40000 /mm3.
v Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien mengalami imunodefiensi
G. Penatalaksanan
v Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin, gentamisin.
v Inhalasi lembab dan hangat dapat menghilangkan iritasi broncia
v Istirahat adekuat sampai klien menunjukan tanda-tandapenyembuhan.
v Jika terjadi hipokscornia,berikan O2.
v Teknik bernapas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan mengurangi resiko atelektasis.

II. PROSES KEPERAWATAN.
1. Pengkajian
Pada pengkajian dengan pasien Bronkopnemonia maka harus diidentifikasi akan adanya demam, mengigil, dan adanya nyeri dada yang dicetuskan pada saat bernapas dan batuk,kaji akan adanya bunyi napas tambahan seperti ronchi, whezzing, apakah napasnya sesak dan cepat, apakah dalambernapas tampak pernapasan kuping hidung.Identifikasi akan adanya rasa lelah akibat peradeangan dan hipoksia periksa atau tanda-tanda sianosis yang mungkin timbul.
2. Diagnosa Keperawatan
v Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi lendir di jalan napas.
v Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan fungsi pernapasan
v Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran pernapasan
v Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi saluran pernapasan
v Kecemasan berhubung dengan kurangnya pengetahuan dengan penyakit yang terjadi
3. Interfensi Keperawatan
1) Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi lendir di jalan napas.
Tujuannya : menunjukan jalan napas yang efektif atau bersih
Intervensi :
v Kaji atau pantau pernapasan klien
Rasionalnya: Mengetahui frekuensi pernapasan klien sebagai indikasi dasar gangguan pernapasan.
v Auskultasi bunyi napas tambahan
Rasionalnya: adanya bunyi napas tambahan yang menandakan gangguan pernapasan.
v Berikan posisi yang nyaman misalnya posisi semi fowler
Rasionalnya : posisi semi fowler memungkinkan ekspansi paru lebih maksimal
v Terapi inhalasi dan latihan napas dalam dan batuk efektif
Rasionalnya : mengeluarkan sekret.
v Lakukan program pengobatan
Rasionalnya : memperbaiki pernapasan.
2) Diagnosa keperawatan : pola napas tidak efektif berhubung dengan obstruksi saluran pernapasan.
Tujuannya : pola napas efektif
Interfensinya :
v Berikan O2 sesuai program.
Rasionalnya : mempertahankan O2 arteri.
v Kaji atau pantau frekuensi pernapasan
Rasionalnya : indikasi adanya gangguan pernapasan.
v Berikan posisi semi fowler
Rasionalnya : meningkatkan pengembangan paru.
v Bantu dalam terapi inhalasi
Rasionalnya : kemungkinan terjadi kesulitan bernapas akut.



3) Diagnosa keperawatan : gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi saluran pernapasan.
Tujuannya : pertukaran gas menjadi adekuat.
Interfensi :
v Monitor / kaji tanda-tanda vital, kesulitan bernapas, retraksi stomal.
Rasionalnya : data dasar untuk pengkajian lebih lanjut.
v Alat emergensi harus tersedia dengan baik.
Rasionalnya : persiapan emergensi terjadinya masalah akut pernapasan.
v Suction jika ada indikasi
Rasionalnya : meningkatkan pertukaran gas.
v Berikan terapi inhalasi.
Rasionalnya : melonggarkan saluran pernapasan.
4) Diagnosa keperawatan : intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan fungsi pernapasan.
Tujuannya : intoleransi aktivitas tertasi.
Interfensi :
v Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat beraktivitas.
Rasionalnya : merencanakan intervensi yang tepat.
v Bantu pasien dalam melakukan aktivitas.
Rasionalnya : ADL-nya dapat terpenuhi.
v Lakukan istirahat yang adekuat setelah beraktivitas.
Rasionalnya : membantu mengembalikan energi.
v Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet.
Rasionalnya : metabolisme membutuhkan energi.
5) Diagnosa keperawatan : kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang terjadi.
Tujuannya : kecemasannya teratasi.
Interfensi :
v Kaji tingkat kecemasan.
Rasionalnya : mengetahui sejauh mana kecemasan yang di alalmi.
v Berikan penjelasan tentang prosedur pengobatan dan penyakit yang sedang terjadi.
Rasionalnya : menghilangkan kecemasan karena ketidaktahuan.
v Berikan ketenangan dengan memberikan lingkungan yang nyaman.
Rasionalnya: lingkungan yang nyaman membantu memfokuskan pikiran.
v Lakukan hubungan yang lebih akrab dengan pasien.
Rasionalnya: menimbulkan kepercayaan dan pasien merasa nyaman.
v Membantu pasien dalam kemampuan koping.
Rasionalnya : koping yang positif dapat menurunkan kecemasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar