LAPORAN PENDAHULUAN
SKIZOFHRENIA
I. Landasan Teori Medis
A. Definisi
Scizofhrenia adalah kelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian,distorsi kas, prosaes pikir, kadang-kadang mempunyai perasaaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya,waham yang kadang-kadang aneh,gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan stimulus nyata atau sebenarnya dan autisme, meskipun demikian kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu.
Berdasarkan perjalannan sakitnya, scizofhrenia dibagi dalam 3 fase yaitu :
1. Fase prodormal
Fase ini merupakan suatu dasar permulaan dalam fungsi
2. Fase aktif
Fase ini menunjukkan seseorang mengalami gejala psikosis penting
3. Fase residual
Fase ini adalah peningkatan pengubahan yang masih meninggalkan beka-bekas yang sangat menonjol dari scizofhrenia yaitu : kepribadaian schizoid.
B. ETIOLOGI
Banyak para ahli berpendapat bahwa scizofhrenia disebabkan oleh beberapa hal, salah satu teori menganggap scizofhrenia sebagai sindrom yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab antara lain : keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.
Menurut “F .W. MARAMIS 1988 “bahwa hingga sekarang mengetahui dasar sebab masalah scizofhrenia dapat dikatakan factor keturunan menpunyai pengaruh. Faktor yang mempercepat terjadinya factor pencetus adalah penyakit badaniah atau stress psikologis biasanya tidak menyebabkan scizofhrenia walaupun pengaruhnya terhadap suatu penyakit scizofhrenia yang sudah ada tidak dapat di sangkal.
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala scizofhrenia dapat dibagi menjadi 2 kelompok menurut”Bleuler”yaitu :
1. Gejala primer
ü Gangguan proses berfikir
ü Gangguan
ü Emosi
ü Gangguan kemauan
ü Autisme
2. Gejala sekunder
ü Waham
ü Halusinasi
ü Gejala katatonik atau gangguan psikomotor yang lain.
D. KLASIFIKASI
Menurut “Kraepelin “ scizofhrenia dibagi beberapa jenis antara lain :
1. Scizofhrenia simpleks
Adalah scizofhrenia yang timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama jenis simpleks adalah kadang kala emosi dan terjadi kemunduran dan kemauan gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan, juga waham dan halusinasi jarang sekali ditemukan. Jenis ini timbul perlahan-lahan pada permulaan, mungkin penderita kurang diperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan . makin lama makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya mulai terjadi gangguan, bila tidak ada orang yang menolongnya, penderita akan menjadi pengemis atau pelacur dan jahat.
2. Scizofhrenia hibefrenik
Permulaannya perlahan-lahan/subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara umur 15 sampai 25 tahun. Gejala menyolok adalah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau dootie personality, gangguan psikomotor seperti monerisme, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan, waham dan halusinasi banyak sekali
3. Scizofhrenia episode akut
Gejala scizofhrenia yang timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi, kesadaran mungkin berkabut, merasa semua ikut berubah dengan keadaannya (keadaan aneroid).
4. Scizofhrenia residual
Yaitu scizofhrenia dengan gejala-gejala primer tetapi tidak ada gejala-gejala sekunder.
5. Scizofhrenia afektif
Yaitu scizofhrenia disamping gejala-gejala depresi atau gejala-gejala maniak
6. Scizofhrenia katatonik
Yaitu scizofhrenia yang timbul pertama kali pada umur 15 sampai 30 tahun, biasanya terjadi secara akut serta di dahului oleh stres emosional, mungkin terjadi gaduh gelisah, stupor katatonik, yaitu :
- Stupor katatonik
Klien sama sekali tidak menunjukkan perhatian terhadap lingkungannya, emosinya sangat dangkal, gejala yang penting ialah psikomotor seperti mutisme, mimic muka tampak seperti topeng, stupor, penderita tidak bergerak sama sekali oleh waktu yang lama bila diganti posisinya penderita menentang, negatifisme, makanan ditolak, air ludah ditelan sehingga terkumpul dalam mulut dan meleleh keluar, air seni dan feses ditahan, terdapat glimas dan katelepsi.
- Gaduh gelisah
Hiper aktivitas motorik, tidak disertai dengan emosi dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar, penderita terus berbicara atau bergerak menunjukkan stereotipi, manerisme, grimas dan neorologisme, tidak dapat tidur, tidak makan dan minum, sehingga terjadi dehidrasi atau kolaps.
7. Scizofhrenia paranoid
Scizofhrenia paranoid agak berlainan dari jenis scizofhrenia yang lain dalam hal perjalanan penyakit. Scizofhrenia paranoid perjalanannya agak menyolok, gejala yang menyolok adalah waham primer disertai sekunder dan halusinasi, adanya gangguan proses berfikir, efek emosi dan kemauan. Jenis ini sering timbul sesudah umur 30 tahun. Permulaannya subakut atau akut. Kepribadian penderita sebelum sakit sering digolongkan schizoid, sering tersinggung, sering menyendiri, agak congkak dan kurang percaya pada orang lain. Perilaku yang timbul pada paranoid yaitu : tidak percaya, curiga, delusi, halusinasi pendengaran, permusuhan.
Tingkah laku paranoid mungkin disebabkan karena pengalaman kehilangan yang cepat, nyeri atau sering dikecewakan, curiga pada paranoid yang digunakan sebagai koping untuk melindunginya dari perasaannya. Pada beberapa klien akan menampakkan perilaku minder (HDR), perasaan tidak berdaya, klien merasa orang memimpin agama, politik, dan lain-lain. Perilaku yang lain adalah perasaan takut, menolak makan, isolasi social, menolak pengobatan, percobaan bunuh diri dan ketidakmampuan melakukan aktivitas sendiri atau sehari-hari.
E. DIAGNOSA
“Kurt Scheiner 1939”, menyusun II gejala rengking pertama dan berpendapat bahwa diagnose Scizofhrenia sudah dapat dibuat bila terdapat 1 gejala dari kelompok A dan 1 gejala dari kelompok B dengan syarat bahwa kesadaran klien tidak menurun.
Gejala-gejala pertama menurut Kurt Scheiner:
1. Halusinasi pendengaran
- Pikirannya dapat didengar sendiri
- Suara-suara yang sedang bertengkar
- Suara-suara yang mengomentari prilaku klien
2. Gangguan batas ego
- Tubuh dan gerakan-gerakan klien dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan dari luar
- Pikirannya diambil atau di sedot ke luar
F. PENGOBATAN
Pengobatan harus secepat mungkin karena keadaan psikotik yang lama dapat menimbulkan kemungkinan yang lebih besar bahwa klien menuju kemunduran mental.
Pengobatan yang sering dilakukan dirumah sakit biasanya meliputi Farmakoterphy, Teraphy Elektro konvulsi, Theraphy Kemoinsulin, Psikotherapy serta rehabilitasi.
Tujuan umum perawatan dirumah sakit adalah ikatan afektif antara pasien dan system pendukung masyarakat.
II. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN
HALUSINASI
1. Definisi
Halusinasi adalah keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola diri stimulus yang mendekat yang diperkasai secara internal atau eksternal disertai dengan suatu pengurangan berlebihan distarsi/ kelainan berespon terhadap stimulus. (Mary C.T, 1998)
Halusinasi adalah gangguan sensori/persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. (Maramis, 1998).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara. (buku ajar keperawatan : 105, farida kusmawati dkk, 2010)
2. Penyebab
a. Factor predisposisi
ü Genetika
ü Neurobiology
ü Neurotransmitter
ü Abnormal perkembangan saraf
ü psikologis
b. Factor presipitasi
ü Proses pengolahan informasi yang berlebihan
ü Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
ü Adanya gejala pemicu
3. Proses halusinasi
Halusinasi berkembang melalui 4 fase menurut farida kusmawati dkk, 106. 2010 yaitu sebagai berikut :
a. Fase Pertama.
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini masuk pada golongan non psikotik. Karakteristik : klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan dan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakkan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya,dan suka menyendiri.
b. Fase Kedua
Disebut dengan fase kondemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikan. Termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik : pengalaman sensorik menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tada-tanda system saraf otonom seperti penigkatan denyut jantung dan tekanan darah.klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
c. Fasa Ketiga
Adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa termasuk dalam gangguan psikotik. Karakeristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai danmengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase Keempat
Adalah fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik : halusinasinya berubah jadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien.klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dilingkungan.
Perilaku klien : perilaku terror akibat panikj, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
4. Tanda dan Gejala
Menurut farida kusmawati dkk, 107. 2010 tanda dan gejala halusinasi adalah :
a. Menarik diri
b. Tersenyum sendiri
c. Duduk terpaku
d. Bicara sendiri
e. Memandang satu arah
f. Menyerang
g. Tiba-tiba marah
h. Gelisah
5. Jenis-jenis halusinasi
1) Halusinasi Pendengaran
Mendengarkan suara-suara/ kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien, disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
2) Halusinasi Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks, bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3) Halusinasi Penghidu/Penghirup
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghirup sering akibat stroke, tumor, kejang atau demensta.
4) Halusinasi Pengecapan
Merasa mengecap seperti rasa darah, urine atau feses.
5) Halusinasi Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati, atau orang lain.
6) Halusinasi Chenestetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine.
7) Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
6. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (efek)
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan (core problem)
Isolasi social : menarik diri (cause)
7. Proses keperawatan
Pengkajian
a) Factor predisposisi
ü Genetika
ü Neurobiology
ü Neurotransmitter
ü Abnormal perkembangan saraf
ü psikologis
b) Factor presipitasi
ü Proses pengolahan informasi yang berlebihan
ü Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
ü Adanya gejala pemicu
c) Mekanisme koping
ü Regresi
ü Proyeksi
ü Menarik diri
d) Perilaku halusinasi
ü Isi halusinasi
ü Waktu terjadinya
ü Frekuensi
ü Situasi pencetus
ü Respons klien saat halusinasi
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko menciderai diri.
2. PSP : halusinasi penglihatan.
3. Isolasi social : menarik diri.
8. Rencana Keperawatan
Diagnose keperawatan “halusinasi’’
Tujuan :
ü Membantu klien mengenal halusinasinya
ü Menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi
ü Mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
SP I P
Menghardik halusinasi
Intervensi
ü Mengidentifikasi jenis halusinansi
ü Mengidentifikasi isi halusinansi
ü Mengidentifikasi waktu halusinansi
ü Mengidentifikasi frekuensi halusinansi
ü Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinansi
ü Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinansi
ü Mengidentifikasi halusinansi
ü Mengajarkan klien menghardik halusinasi
ü Menganjurkan klien memasukkan jadwal kegiatan sehari-hari
SP 2 P
Bercakap-cakap dengan orang lain
Intervensi :
ü Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
ü Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
ü Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
SP3P
Melakukan kegiatan atau aktivitas
Intervensi :
ü Mengevaluasi jadawal kegiatan klien
ü Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan/aktivitas
ü Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
SP4P
Minum obat secara teratur
Intervensi :
ü Mengevaluasi jadwal kegiatan klien
ü Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan/minum obat secara teratur
ü Membantu klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
SP1K
Intervensi :
ü Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
ü Menjelaskan pengertian halusinasi tanda dan gejala halusinasi, jenis halusinasi serta proses terjadinya halusinasi
ü Menjelaskan cara merawat klien halusinasi
SP2K
Intervensi :
ü Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan halusinasi
ü Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien halusinasi
SP3K
Intervensi :
ü Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat(discharge planning)
ü Menjelaskan follow up klien setelah pulang
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. T. S
DENGAN HALUSINASI PENGLIHATAN
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn. T. S
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama :
Alamat : Batu gantung
Pekerjaan : _
Pendidikan : SMA
Tgl dirawat : 16-11-2010
Tgl pengkajian : 30-11-2010
No. RM : 01-27-72
Ruangan : Akut Wanita
Diagnose medis : scizofhrenia afektif
II. FAKTOR PREDISPOSISI (penyakit masa lalu)
ü Keluarga mengatakan dirumah Pasien kadang suka tertawa dan bicara sendiri dan kadang marah tanpa sebab, dan pasien mengamuk.
ü Sudah beberapa kali masuk RSKD dan mendapat pengobatan
ü Tidak ada anggota klien yang mengalami gangguan jiwa.
Masalah keperawatan : Resiko tinggi mencederai diri/orang lain
III. FAKTOR PRESIPITASI (penyakit sekarang)
ü Pasien mengatakan sering melihat potho laki-laki dan kadang kalau bercermin melihat ular di cermin.
Masalah keperawatan : halusinasi penglihatan
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. TTV
- TD : 110/80 mmhg
- S : 36 °C
- N : 80 x/mnt
- R : 20 x/mnt
2. Ukuran
- BB : 45 kg
- TB : 160 cm
3. Keluhan Fisik
- Tidak ada keluhan fisik yang dialami klien
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
2. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Pasien merasa tubuhnya baik-baik saja tidak ada kekeurangan apapun dan tidak cacat.
b. Identitas diri :
Pasien mengetahui tentang dirinya, dia adalah seorang wanita dengan 6 bersaudara dan memiliki saudara kembar.
c. Peran diri :
Pasien mengatakan di rumah adalah anak ketiga sedang merawat ibunya yang sakit stroke. Pasien menginginkan mempunyai banyak teman.
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan di masyarakat susah untuk bergaul karena sering dibilangi orang gila, sehingga merasa minder.
e. Harga diri :
Klien kurang berinteraksi dengan pasien lainnya, klien sering menyendiri, klien sering murung, tatapan kosong, satu arah
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri harga diri rendah.
3. Hubungan social
a. Orang terdekat :
Ibu dan saudara kembar.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Pasien kurang berperan dalam kegiatan masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Ada, karena pasien lebih suka di rumah dan merasa malu karena sering dibilangi orang gila sama orang lain.
Masalah keperawatan : kerusakan interaksi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Pasien mengatakan menganut agama Kristen protestan.
b. Kegiatan ibadah :
Pasien kadang-kdang melaksanakan ibadah dengan cara berdoa
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan :
Pasien rapi dalam berpakaian, rambutnya tertata rapi, mengganti pakaian setiap kali mandi.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
2. Pembicaraan :
Pasien lambat dalam berbicara, lebih memilih diam, kurang berespon saat berkomunikasi.
Masalah keperawatan : kerusakan interaksi sosial
3. Aktivitas motorik :
Dalam beraktivitas klien mau bekerja ketika disuruh
4. Alam perasaan :
Pasien kadang-kadang murung, sedih ketakutan, menatap pada satu arah.
Masalah keperawatan : halusinasi penglihatan
5. Afek :
Tumpul, karena pasien berinteraksi apabila ada stimulus/rangsangan.
6. Interaksi selama wawancara :
Tidak kooperatif dan kontak mata kurang, sering berbicara sendiri.
Masalah keperawatan : kerusakan interaksi sosial
7. Persepsi-sensorik :
Halusinasi penglihatan, karena pasien sering melihat bayangan berupa poto laki-laki di depan matanya, ketika bercermin sering melihat ular di kaca.
Masalah keperawatan : halusinasi penglihatan
8. Proses pikir :
Koheren, karena pada saat berkomunikasi dengan pasien kalimat atau bicaranya dapat dipahami dengan baik.
9. Tingkat kesadaran :
Bingung
10. Memori :
Jangka panjang : klien masih mengingat masa lalunya ketika ia pertama kali masuk rumah sakit tahun tahun 2007
Jangka pendek : klien masih mengingat dengan baik tentang apa yang baru saja di sampaikan seperti nama perawat.
11. Tingkat konsentrasi :
Ketika diajak berbicara pasien mudah mengalihkan perhatian ke tempat lain.
12. Kemampuan penilaian :
Gangguan ringan, pasien bisa memilih mana yang bisa dilakukan terlebih dahulu
13. Daya tilik diri :
Pasien tidak menyadari bahwa dirinya sakit, dan pasien mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.
Masalah keperawatan :perubahan proses pikir
VII. MEKANISME KOPING
Maladaptife ; pada saat wawancara reaksi pasien terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan sangat lambat. Dan mau mengikuti perintah dari perawat misal ; mandi, makan, dan minum obat.
VIII. ASPEK MEDIK
Tgl 16 – 18 nopember 2010
- Inj. Govotil 3x1amp
- Inj. Diazepam 3×1 amp
Tgl 19 – 29 nopember 2010
- Haloperidol 5 mg 3x1tab
- Trihexyphenidil ( THP ) 2 mg 3x1tab
- Chlorpromazine ( CPZ ) 100 mg 1x1tab
Tgl 30 – 1 nopember 2010
- Haloperidol 3x1tab
- Trihexypenidil ( THP ) 2mg 3x1tab
IX. POHON MASALAH
Resiko tinggi menciderai diri/orang lain(efek)
Kerusakan interaksi social
Perubahan proses pikir
Perubahan sensori persepsi: Halusinasi penglihatan (core problem)
Isolasi social; menarik diri
Gangguan konsep diri/HDR (causa)
X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
ü Gangguan konsep diri harga diri rendah
ü Resiko tinggi menciderai diri/orang lain
ü Kerusakan interaksi sosial
ü Halusinasi penglihatan
ü Isolasi social; menarik diri
ü Perubahan proses pikir
XI. KLASIFIKASI DATA
Data subyektif :
ü Klien mengatakan ia sering melihat poto laki-laki di depannya, dan kalau becermin sering melihat ular di cermin
ü Keluarga mengatakan dirumah Pasien kadang suka tertawa dan bicara sendiri dan kadang marah tanpa sebab, dan pasien mengamuk.
ü Sudah beberapa kali dirawat di RSKD
ü Pasien mengatakan di masyarakat susah untuk bergaul karena sering dibilangi orang gila, sehingga merasa minder.
ü klien mengatakan sebagai anggota masyarakat tetapi jarang megikuti kegiatan masyarakat karena pasien merasa malu dibilangi orang gila.
ü pasien mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.
Data obyektif :
ü Klien kurang berinteraksi dengan pasien lainnya
ü klien sering menyendiri
ü tatapan kosong, satu arah
ü melamun
ü Pasien lambat dalam berbicara, lebih memilih diam,kurang berespon dan sering menunduk saat berkomunikasi.
ü Dalam beraktivitas klien mau bekerja ketika disuruh
ü Pasien kadang-kadang murung
ü Sedih, ketakutan
ü afek Tumpul
ü Tidak kooperatif
ü kontak mata kurang
ü sering berbicara sendiri
ü Pasien sering mengikuti bayangan ke kamar mandi
ü Bingung
ü Ketika diajak berbicara pasien mudah mengalihkan perhatian ke tempat lain.
ANALISA DATA
No | Data | Masalah keperawatan |
1. | Ds : keluarga mengatakan |
ü dirumah Pasien marah – marah, merusak dan melempar barang, sering memukul anaknya sendiri
Do:
-
Resiko tinggi mencederai diri/orang lain
2.
Ds :
ü Klien mengatakan ia sering melihat bayangan bergantungan di kamar mandi
ü Klien mengatakan ia sering diikuti bayangan itu
Do :
ü Klien sering bicara sendirian
ü Tatapan kosong, satu arah
ü klien sering menyendiri
ü melamun
ü Pasien kadang-kadang murung
ü Sedih, ketakutan
ü Ketika diajak berbicara pasien mudah mengalihkan perhatian ke tempat lain.
ü Pasien sering mengikuti bayangan ke kamar mandi
ü afek Tumpul
Halusinasi penglihatan
3.
Ds : pasien mengatakan
ü dirinya baik-baik saja.
Do :
ü afek Tumpul
ü Ketika diajak berbicara pasien mudah mengalihkan perhatian ke tempat lain.Perubahan proses pikir
4.
Ds : pasien mengatakan
ü Tidak tahu tentang peranya dalam keluarga dan merasa tidak memiliki kemampuan.
Do :
ü afek Tumpul
ü kontak mata kurang
ü Bingung
ü melamun
ü Klien kurang berinteraksi dengan pasien lainnya
ü klien sering menyendiri
ü Pasien lambat dalam berbicara, lebih memilih diam,kurang berespon dan sering menunduk saat berkomunikasi.
ü Pasien kadang-kadang murung
ü Sedih, ketakutan
Gangguan konsep diri/HDR
5.
Ds :
ü klien mengatakan sebagai anggota masyarakat tetapi jarang megikuti kegiatan masyarakat karena pasien merasa kurang di perdulikan oleh masyarakat
Do :
ü Klien kurang berinteraksi dengan pasien lainnya
ü klien sering menyendiri
ü Tidak kooperatif
ü Dalam beraktivitas klien mau bekerja ketika disuruh
ü Pasien lambat dalam berbicara, lebih memilih diam,kurang berespon dan sering menunduk saat berkomunikasi.Kerusakan interaksi sosial
RENCANA KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny. L L no. RM : 01-27-72
Jenis kelamin : Perempuan
Ruangan : Akut wanita
No | DIAGNOSA KEPERAWATAN | TUJUAN | INTERVENSI |
1 | Perubahan persepsi sensori Halusinasi penglihatan | ü Klien dapat mengenal halusinasi.ü Klien dapat mengendalikan/mengontrol halusinasi. ü Klien dapat mengendalikan/mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. ü Membantu klien dalam berinteraksi dengan klien lain ü Meningkatkan kepercayaan diri klien ü Meningkatkan harga diri klien dalam bergaul. ü Klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri ü Klien dapat melupakan halusinasi dengan beraktivitas ü Klien dapat meminum obat secara teratur ü Tidak terjadi kekambuhan pada klien | ü Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan komunikasi terapetikü Sapa klien baik dengan verbal dan non verbal ü Perkenalkan diri dengan sopan ü Tanyakan nama klien,serta nama panggilan yang di sukainya ü Jelaskan tujuan pertemuan ü Pertahankan kontak mata selama berkomunikasi ü Tunjukan sikap empati SP IP. ü .Mengidentifikasi jenis halusinsi ü Mengidentifikasi isi halusinsi ü Mengidentifikasi saat datangnya halusinasi ü frekuensi halusinsi ü Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinsi ü Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinsi ü Mengajarkan klien menghardik halusinasi ü Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan SP II P. ü Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien ü Melatih klien mengndalikan halusinasi dengan cara bercakap cakap dengan orang lain ü Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian SP III P ü Mengevaluasi jadwal kegiatan klien ü Melatih klien mengndalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan/aktivitas ü Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian SP IV P ü Mengevaluasi jadwal kegiatan klien ü Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan/minum obat secara teratur. ü Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian |
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari Pertama
Selasa Tgl 30-11-2010
- Proses keperawatan
1. Kondisi klien
- Klien sering melamun
- Klien sering tidur
2. Diagnosa keperawatan
Resiko tinggi mencederai diri/orang lain
3. Tujuan keperawatan
ü Klien dapat mengenal halusinasi.
ü Klien dapat mengendalikan/mengontrol halusinasi.
ü Klien dapat mengendalikan/mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
4. SP1P
Menghardik halusinasi
5. Tindakan keperawatan
ü Mengidentifikasi jenis halusinansi
ü Mengidentifikasi isi halusinansi
ü Mengidentifikasi waktu halusinansi
ü Mengidentifikasi frekuensi halusinansi
ü Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinansi
ü Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinansi
ü Mengidentifikasi halusinansi
ü Mengajarkan klien menghardik halusinasi
ü Menganjurkan klien memasukkan jadwal kegiatan sehari-hari
- Strategi komunikasi dalam pelaksanaan
1. Fase awal/Orientasi
ü Salam teraupetik disertai perkenalan
- Selamat pagi ma?
- Mengulurkan tangan untuk bersalaman
- Nama saya mantri ali, saya mahasiswa Akper Kesdam yang bertugas selama 4 hari disini.
- Kalau boleh tahu, nama mama siapa?
- Mama senang dipanggil siapa?
ü Validasi
- Bagaimana tidurnya semalam ma?
- Bagaimana perasaan mama hari ini?
ü Kontrak
- Topic
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap sebentar mengenai perasaan mama pagi ini?
- Tempat
Gimana kalau kita bercakap-cakap diruangan ini saja?
- Waktu
Kita berbicara 20 menit saja, gimana ma?
2. Fase kerja
ü Apakah mama sering melihat bayangan-bayangan yang mengganggu ketenangan mama?
ü Mama melihat bayangan apa di kamar mandi?
ü Apakah bayangan itu terus-menerus mengganggu mama?
ü Pada keadaan apa mama mellihat bayangan itu?
ü Apakah pada saat mama sendirian?
ü Apa yang mama lakukan bila melihat bayangan-bayangan itu?
ü Bagaimana kalau kita belajar tentang cara menghilangkan bayangan-bayangan itu dari penglihatan mama, yaitu dengan cara menghardik haliusinasi.
Caranya seperti ini :
Bila bayangan-bayangan itu muncul lagi mama lakukan dengan cara ini, tutup kedua mata mama, kemudian katakana “saya tidak mau lihat, kamu palsu”katakan secara berulang sampai bayangan itu hilang dari pandangan mata mama, bisa lakukan, bagus…coba mama lakukan sekali lagi, bagus….berarti mama sudah bisa lakukan sendiri.
3. Terminasi
ü Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan mama setelah becakap-cakap?
ü Evaluasi subyektif
Coba mama sebutkan penyebab sehingga mama dapat mendengar bayangan-bayangan itu?
ü Rencana tindak lanjut (RTL)
Baiklah, waktu kita sudah habis, saya harap mama dapat mengenal saya dan kita bisa melanjutkan pembicaraan ini. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk belajar”bercakap-cakap dengan orang lain”agar bisa mengalihkan perhatian mama untuk tidak melihat bayangan-bayangan itu lagi.
ü Kontrak yang akan datang
- Topic
Mama bagaimana kalau besok kita ketemu lagi untuk melanjutkan percakapan tentang cara mengontrol/mengendalikan halusinasi itu lagi?
- Waktu
Kira-kira jam berapa ma? bagaimana kalau besok jam 10.00 WIT atau seperti jam begini?
- Tempat
Mama, mau dimana kita bicara? Apakah disini lagi atau ditempat lain supaya suasananya lebih baik?
Baik mama, terimakasih untuk hari ini, sampai ketemu besok di waktu yang sama, selamat siang ma.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari Kedua
Rabu Tgl 01-12-2010
- Proses keperawatan
1. Kondisi klien
- Klien sering melamun
- Klien sering tidur
2. Diagnose keperawatan
Resiko tinggi mencederai diri/orang lain.
Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendenglihatan
3. Tujuan keperawatan
ü Membantu klien dalam berinteraksi dengan klien lain
ü Meningkatkan kepercayaan diri klien
ü Meningkatkan harga diri klien dalam bergaul.
4. SP2P
Bercakap-cakap dengan orang lain
5. Tindakan keperawatan
ü Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
ü Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
ü Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
- Strategi komunikasi dalam pelaksanaan
a. Fase awal/Orientasi
ü Salam teraupetik disertai perkenalan
- Selamat pagi ma?
- Mengulurkan tangan untuk bersalaman
- Masih ingat saya tidak ma?
ü Validasi
- Mama, masih ingat sama saya tidak?
- Gimana tidurnya semalam?
- Apakah mama masih ingat dengan apa yang kita bicarakan kemarin?
ü Kontrak
- Topic
Mama, bagaimana kalau hari ini kita berbicara tentang bayangan-bayangan yang sering mama lihat?
- Waktu
Pagi ini, kita hanya berbicara selama 25 menit saja, gimana?
- Tempat
Sesuai dengan perjanjian kita kemarin, bahwa kita akan bercakap-cakap diruangan ini saja?
b. Fase kerja
- Selamat pagi ma?
- Mengulurkan tangan untuk bersalaman
- Mama masih ingat saya atau tidak?
- Mama mampu melakukan kegiatan apa hari ini?
- Apakah mama masih sering melihat bayangan-bayangan itu?
- Apakah dengan cara yang pertama itu sudah hilang?
- Bagaimana kalau kita belajar cara mengendalikan/mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain(klien/perawat)
Caranya seperti ini.
Bila bayangan-bayangan itu muncul mama lakukan dengan cara menghindar dan segera pergi tinggalkan bayangan itu kemudian cari klien/perawat kemudian mama berceritatentang apa yang mama lihat tadi, begitu seterusnya apa bila mama lihat bayangan itu, bisa lakukan, bagus…..coba mama lakukan sekali lagi, bagus….berarti mama sudah bisa melakukan sendiri.
c. Terminasi
ü Evaluasi subyektif
Apakah mama mengerti apa yang baru saja kita bicarakan?
ü Evaluasi obyektif
coba mama sebutkan apa yang mama lakukan bila mama melihat bayangan-bayangan itu lagi?
ü Rencana tindak lanjut (RTL)
Baiklah, waktu kita sudah habis, saya harap mama dapat mengingat apa yang telah kita bicarakan tadi dan kita bisa melanjutkan pembicaraan ini. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk belajar”melakukan kegiatan/aktivitas”agar bisa mengalihkan perhatian mama untuk tidak melihat bayangan-bayangan itu lagi.
ü Kontrak yang akan datang
ü Topic
Mama bagaimana kalau besok kita ketemu lagi untuk melanjutkan percakapan tentang menghadapi bayangan-bayangan itu lagi?
ü Waktu
Kira-kira jam berapa ma? bagaimana kalau besok jam 10.00 WIT atau seperti jam begini?
ü Tempat
Mama, mau dimana kita bicara? Apakah disini lagi atau ditempat lain supaya suasananya lebih baik dari yang sekarang?
Baik mama, terima kasih untuk hari ini, sampai ketemu besok di waktu yang sama, selamat siang ma.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari Ketiga
Kamis Tgl 2-12-2010
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
- Klien sering melamun
- Klien mnegatakan masih sering melihat bayangan-bayangan yang membuat dia marah
- Klien sering tidur
2. Diagnose keperawatan
- Perubahan persepsi sensori: Halusinasi penglihatan
- Isolasi social menarik diri.
3. Tujuan keperawatan
Klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri
Klien dapat dapat melupakan halusinasi dengan beraktivitas
4. SP3P
Melakukan kegiatan/aktivitas
5. Tindakan keperawatan
ü Mengevaluasi kegiatan klien
ü Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan/aktivitas
ü Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan
1. Fase awal/Orientasi
ü Salam teraupetik disertai perkenalan
- Selamat pagi ma?
- Mengulurkan tangan untuk bersalaman
- Mama masih ingatkan dengan saya?
ü Validasi
- Bagaimana tidurnya semalam ma?
- Bagaimana perasaan mama pagi ini?
- Apakah mama masih ingat dengan apa yang kita bicarakan kemarin?
- Bagus, ternyata mama masih ingat dengan apa yang kita bicarakan kemarin.
ü Kontrak
- Topic
Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang yang kemarin?
- Tempat
Gimana kalau kita bercakap-cakap diruangan ini saja?
- Waktu
Pagi ini gimana kalau kita bercakap-cakap 20 menit saja?
2. Fase kerja
ü Selamat pagi ma?
ü Mengulurkan tangan untuk bersalaman
ü Mama masih ingat saya atau tidak?
ü Mama hari ini kegiatannya apa?
ü Apakah mama masih sering melihat bayangan-bayangan itu?
ü Apakah dengan cara yang pertama itu sudah hilang?
ü Bagaimana kalau kita belajar cara yang ketiga yaitu mengendalikan/mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas dengan orang lain(klien/perawat)
Caranya seperti ini.
Bila bayangan-bayangan itu muncul mama panggil perawat kemudian mama bercerita tentang apa yang mama lihat tadi, trus mama minta ijin keluar untuk berolah raga sama-sama,begitu seterusnya apa bila mama lihat bayangan itu, bisa lakukan, bagus…..coba mama lakukan sekali lagi, bagus….berarti mama sudah bisa melakukan sendiri
ü Mama hari ini kita olah raga volley di lapangan?.
3. Terminasi
ü Evaluasi subyektif
Apakah mama mengerti apa yang sedang kita bicarakan tadi?
ü Evaluasi subyektif
Coba mama sebutkan, apa yang mama ketahui tentang halusinasi? Apa saja yang mama lakukan jika melihat bayangan-bayangan itu?
ü Rencana tindak lanjut (RTL)
Baiklah, waktu kita sudah habis, saya harap mama dapat mengingat apa yang telah kita bicarakan tadi dan kita bisa melanjutkan pembicaraan ini. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk belajar”minum obat secara teratur”agar bisa mengalihkan bayangan-bayangan itu lagi dan mama segera sembuh.
ü Kontrak yang akan datang
- Topic
Mama bagaimana kalau besok kita ketemu lagi untuk melanjutkan percakapan ini lagi?
- Waktu
Kira-kira jam berapa ma? bagaimana kalau besok jam 10.00 WIT atau seperti jam begini?
- Tempat
Mama, mau dimana kita bicara? Apakah disini lagi atau ditempat lain supaya suasananya lebih baik dari yang sekarang?
Baik mama, terima kasih untuk hari ini, sampai ketemu besok di waktu yang sama, selamat siang ma.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari Keempat
Jum’at Tgl 3-12-2010
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
- Klien sering melamun
- Klien mengatakan masih sering melihat bayangan-bayangan yang membuat dia marah
- Klien sering tidur
2. Diagnose keperawatan
Perubahan sensori persepsi: Halusinasi penglihatan
3. Tujuan keperawatan
Klien dapat meminum obat secara teratur
Tidak terjadi kekambuhan pada klien
4. SP4P
Meminum obat secara teratur
5. Tindakan keperawatan
ü Mengevaluasi jadwal kegiatan klien
ü Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan/minum obat secara teratur
ü Membantu klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan
1. Fase awal/Orientasi
ü Salam teraupetik disertai perkenalan
- Selamat pagi ma?
- Mengulurkan tangan untuk bersalaman
ü Validasi
- Bagaimana tidurnya semalam ma?
- Apakah mama masih ingat tentang pembicaraan kemarin?
- Bagus, ternyata mama masih ingat apa yang kita bicarakan kemarin.
ü Kontrak
- Topic
Bagaimana kalau siang ini kita bercakap-cakap tentang bagaimana mengontrol/mengendalikan halusinasinya mama?
- Tempat
Gimana kalau kita bercakap-cakap ditaman sebelah sini saja?
- Waktu
Siang ini kita berbicara 20 menit saja, gimana ma?
2. Fase kerja
- Selamat siang ma?
- Mengulurkan tangan untuk bersalaman
- Mama hari ini sesaui dengan perjanjian kemarin, kita akan berbicara bagaimana cara minum obat yang benar.
- Mulai sekarang mama harus rajin minum obat supaya mama cepat sembuh
- Mama obat itu sangat penting untuk kesembuhan mama, kalau mama minum dengan teratur dan tidak putus obat maka mama dapat sembuh dengan cepat.
- Kalau waktunya mama minum obat terus mama belum minum segera panggil suster?
- Mama mengerti tidak apa yang saya bilang?
3. Terminasi
ü Evaluasi subyektif
Apakah mama mengerti apa yang baru saja kita bicarakan?
ü Evaluasi subyektif
Coba mama sebutkan apa yang mama lakukan jika melihat bayangan-bayangan itu?
ü Rencana tindak lanjut (RTL)
Baiklah, waktu kita sudah habis, saya harap mama akan selalu ingat dengan apa yang kita bicarakan hari ini dan kemarin-kemarin dan mama jangan lupa sama saya ya ma?
ü Kontrak yang akan datang
- Topic
Mama bagaimana kalau besok kita ketemu lagi untuk melanjutkan tentang pembicaraan ini?
- Waktu
Kira-kira besok jam berapa ma?
- Tempat
Mama, maunya dimana kita berbincang-bincang, bagaimana kalau di taman sini saja?
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
IMPLEMENTASI | EVALUASI |
Tanggal 30-11-2010 |
Pukul : 10 00wit
ü Salam teraupetik disertai perkenalan
- Selamat siang ma? Sambil Mengulurkan tangan untuk bersalaman
- Boleh kita berkenalan…..? perkenalkan …Nama saya ali, biasa di panggil yani … saya mahasiswa Akper kesdam xvi/pattimura yang bertugas selama 4 hari disini
- Kalau boleh tahu, nama mama siapa?
- Mama senang dipanggil siapa?
- Bagaimana perasaan mama hari ini?
- Bagaimana kalau kita bercakap-cakap sebentar mengenai perasaan mama siang ini?
- Gimana kalau kita bercakap-cakap diruangan ini saja?
- Kita berbicara 20 menit saja, gimana ma?
ü Apakah mama sering melihat bayangan-bayangan yang mengganggu ketenangan mama?
ü Mama melihat bayangan apa di kamar mandi?
ü Apakah bayangan itu terus-menerus mengganggu mama?
ü Pada keadaan apa mama melihat bayangan itu?
ü Apakah pada saat mama sendirian?
ü Apa yang mama lakukan bila melihat bayangan-bayangan itu?
ü Bagaimana kalau kita belajar tentang cara menghilangkan bayangan-bayangan itu dari penglihatan mama, yaitu dengan cara menghardik haliusinasi.
Caranya seperti ini :
Bila bayangan-bayangan itu muncul lagi mama lakukan dengan cara ini, tutup kedua mata mama, kemudian katakana “saya tidak mau lihat, kamu palsu”katakan secara berulang sampai bayangan itu hilang dari pandangan mata mama, bisa lakukan, bagus…coba mama lakukan sekali lagi, bagus….berarti mama sudah bisa lakukan sendiri.
ü Rencana tindak lanjut (RTL)
Baiklah, waktu kita sudah habis, saya harap mama dapat mengenal saya dan kita bisa melanjutkan pembicaraan ini. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk belajar”bercakap-cakap dengan orang lain”agar bisa mengalihkan perhatian mama untuk tidak melihat bayangan-bayangan itu lagi.
ü Kontrak yang akan datang
- Mama bagaimana kalau besok kita ketemu lagi untuk melanjutkan percakapan tentang cara mengontrol/mengendalikan halusinasi itu lagi?
- Kira-kira jam berapa ma? bagaimana kalau besok jam 10.00 WIT atau seperti jam begini?
- Mama, mau dimana kita bicara? Apakah disini lagi atau ditempat lain supaya suasananya lebih baik?
- Baik mama, terimakasih untuk hari ini, sampai ketemu besok di waktu yang sama, selamat siang ma.
Tanggal 30-11-2010
Pukul : 10 40wit
S : pasien mengatakan :
ü Selamat siang.. boleh..( sambil mengulurkan tangan) nama saya Lussy… panggil saja lussy,… saya tinggal di bentas…
ü Perasaan hari ini baik saja….
ü Iya di tempat ini saja……..
ü Iya saya sering melihat bayagan-bayangan…
ü Bayangan itu muncul diwaktu-waktu siang hari sekitar jam 10 keatas
ü Pada saat saya melihat bayangan itu saya selalu berteriak sambil mengikuti bayangan itu
O:
ü Mama lussy mampu menyebutkan namanya
ü Kontak mata kurang
ü Terkadang tampak diam
ü Sering menatap kea rah lain
ü Mama lussy menerima kontrak pebincangan untuk hari esok
A :
Hubungan saling percaya di tingkatkan
SP1P teratasi
P :
lanjutkan SP2P
IMPLEMENTASI | EVALUASI |
Hari ke2 tanggal 1-12- 2010 |
Pukul 10.00wit
ü Salam teraupetik disertai bersalaman
- Selamat pagi ma?
- Mengulurkan tangan untuk bersalaman
- Mama, masih ingat sama saya tidak?
- Gimana tidurnya semalam?
- Apakah mama masih ingat dengan apa yang kita bicarakan kemarin?
- Mama, bagaimana kalau hari ini kita berbicara tentang bayangan-bayangan yang sering mama lihat?
- Pagi ini, kita hanya berbicara selama 25 menit saja, gimana ma?
- Sesuai dengan perjanjian kita kemarin, bahwa kita akan bercakap-cakap diruangan ini saja?
ü Apakah mama masih sering melihat bayangan-bayangan itu?
ü Apakah dengan cara yang pertama itu sudah hilang?
ü Bagaimana kalau kita belajar cara mengendalikan/mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain(klien/perawat)
Caranya seperti ini.
Bila bayangan-bayangan itu muncul mama lakukan dengan cara menghindar dan segera pergi tinggalkan bayangan itu kemudian cari klien/perawat kemudian mama berceritatentang apa yang mama lihat tadi, begitu seterusnya apa bila mama lihat bayangan itu, bisa lakukan, bagus…..coba mama lakukan sekali lagi, bagus….berarti mama sudah bisa melakukan sendiri.
ü Rencana tindak lanjut (RTL)
Baiklah, waktu kita sudah habis, saya harap mama dapat mengingat apa yang telah kita bicarakan tadi dan kita bisa melanjutkan pembicaraan ini. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk belajar”melakukan kegiatan/aktivitas”agar bisa mengalihkan perhatian mama untuk tidak melihat bayangan-bayangan itu lagi.
ü Kontrak yang akan datang
ü Topic
Mama bagaimana kalau besok kita ketemu lagi untuk melanjutkan percakapan tentang menghadapi bayangan-bayangan itu lagi?
ü Waktu
Kira-kira jam berapa ma? bagaimana kalau besok jam 10.00 WIT atau seperti jam begini?
ü Tempat
Mama, mau dimana kita bicara? Apakah disini lagi atau ditempat lain supaya suasananya lebih baik dari yang sekarang?
ü Baik mama, terima kasih untuk hari ini, sampai ketemu besok di waktu yang sama, selamat siang ma.Hari ke2 tanggal 1-12- 2010
Pukul 10.35wit
S : pasien mengatakan :
ü Pagi juga……..
ü Iya saya masih ingat… nama ali to….?
ü Boleh…….
ü Saya masih sering melihat bayangan – bayangan itu
ü Kalau dengan cara yang pertama belum bisa….. saya masih melihat
ü Klien mengatakan mengerti dengan perbincangan tadi
ü Klien mengatakan akan melakukan cara yang di ajarkan tadi bila muncul bayangan.
O:
ü Kontak mata masih kurang
ü Kadang tampak diam
ü Klien tampak tidak tenang
ü Klien tampak memahami cara bercakap cakap dengan orang lain seperti yang sudah di ajarkan.
ü A :
bercakap – cakap dengan orang lain di tingkatkan SP2P teratasi
ü P :
Lanjutkan SP3P
IMPLEMENTASI | EVALUASI |
Hari ke 3 tanggal 2-12- 2010 |
Pukul 10.00wit
ü Selamat pagi ma? Sambil Mengulurkan tangan untuk bersalaman…….
- Mama masih ingat saya atau tidak?
- Mama hari ini kegiatannya apa?
- Apakah mama masih sering melihat bayangan-bayangan itu?
- Apakah dengan cara yang kedua itu sudah hilang?
ü Bagaimana kalau kita belajar cara yang ketiga yaitu mengendalikan/mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas dengan orang lain(klien/perawat)
Caranya seperti ini.
Bila bayangan-bayangan itu muncul mama panggil perawat kemudian mama bercerita tentang apa yang mama lihat tadi, trus mama minta ijin keluar untuk berolah raga sama-sama,begitu seterusnya apa bila mama lihat bayangan itu, bisa lakukan, bagus…..coba mama lakukan sekali lagi, bagus….berarti mama sudah bisa melakukan sendiri
ü Rencana tindak lanjut (RTL)
Baiklah, waktu kita sudah habis, saya harap mama dapat mengingat apa yang telah kita bicarakan tadi dan kita bisa melanjutkan pembicaraan ini. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk belajar”minum obat secara teratur”agar bisa mengalihkan bayangan-bayangan itu lagi dan mama segera sembuh.
ü Kontrak yang akan datang
Mama bagaimana kalau besok kita ketemu lagi untuk melanjutkan percakapan ini lagi?
ü Kira-kira jam berapa ma? bagaimana kalau besok jam 10.00 WIT atau seperti jam begini?
ü Mama, mau dimana kita bicara? Apakah disini lagi atau ditempat lain supaya suasananya lebih baik dari yang sekarang?
ü Baik mama, terima kasih untuk hari ini, sampai ketemu besok di waktu yang sama, selamat siang ma.ü Hari ke 3 tanggal 2-12- 2010
ü Pukul 10.25wit
S : pasien mengatakan :
ü Selamat pagi…
ü Iya masih ingat….
ü Sudah sedikit membantu kalau pakai cara yang kedua…
ü Iya…. Boleh kita lanjut ke cara yang lain
O:
ü Pasien tampak mengerti dengan cara ketiga yang di ajarkan
ü Interaksi pasien sudah membaik
ü Kontak mata sudah bisa di pertahankan
ü Pasien tampak nyambung saat berbicara
A :
ü Hubungan saling percaya di tingkatkan SP3P teratasi
P :
ü Lanjutkan SP4P
IMPLEMENTASI
EVALUASI
Hari ke 4 tanggal 3-12- 2010
Pukul 10.00wit
ü Selamat siang ma?
ü Mengulurkan tangan untuk bersalaman
ü Mama hari ini sesaui dengan perjanjian kemarin, kita akan berbicara bagaimana cara minum obat yang benar.
ü Mulai sekarang mama harus rajin minum obat supaya mama cepat sembuh
ü Mama obat itu sangat penting untuk kesembuhan mama, kalau mama minum dengan teratur dan tidak putus obat maka mama dapat sembuh dengan cepat.
ü Kalau waktunya mama minum obat terus mama belum minum segera panggil suster?
ü Mama mengerti tidak apa yang saya bilang?
ü Rencana tindak lanjut (RTL)
Baiklah, waktu kita sudah habis, saya harap mama akan selalu ingat dengan apa yang kita bicarakan hari ini dan kemarin-kemarin dan mama jangan lupa sama saya ya ma?
ü Kontrak yang akan datang
ü Topic
Mama bagaimana kalau besok kita ketemu lagi untuk melanjutkan tentang pembicaraan ini?
ü Waktu
Kira-kira besok jam berapa ma?
ü Tempat
Mama, maunya dimana kita berbincang-bincang, bagaimana kalau di taman sini saja?Hari ke 4 tanggal 3-12- 2010
Pukul 10.45wit
S : pasien mengatakan :
ü Selamat siang….
ü Iya saya akan mengikuti apa yang tadi di sampaikan…..
O:
ü Klien tersenyum
ü Klien tampak mengerti dengan perbincangan tadi
A :
ü minum obat secara teratur di tingkatkan
P :
ü SP4P di dipertahankan
ü
Daftar pustaka
Kusumawati Farida & Hartono Yudi, “Buku Ajar Keperawatan Jiwa” Jakarata : Salemba Medika, 2010
Stuart & Sudden “Buku Saku Keperawatan Jiwa”
Budiana Keliat (1999), “Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa”, Jakarta, EGC
Kaplan & Sadock (1998), “Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat”, Jakarta, Widya Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar