Minggu, 29 Januari 2012

ASKEP PADA KLIEN DENGAN CEPHALGIA

CEPHALGIA

BAB 1
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Cephalgia (nyeri kepala) adalah nyeri yang berlokasi di atas garis orbitomeatal.Nyeri kepala biasanya merupakan suatu gejala dari penyakit dan dapat terjadi dengan atau tanpa adanya gangguan organik. Ada pendapat yang mengatakan bahwa nyeri wajah/nyeri fasialis dan nyeri kepala berbeda, namun pendapat lain ada yang menganggap wajah itu sebagai bagian depan kepala yang tidak ditutupi rambut kepala.

B. DAN GEJALA
1. Nyeri kepala dapat unilateral atau bilateral.
2. Nyeri terasa di bagian dalam mata atau pada sudut mata bagian dalam, lebih sering didaerah fronto temporal .
3. Nyeri dapat menjalar di oksiput dan leher bagian atas atau bahkan leher bagian bawah.
4. Ada sebagian kasus dimulai dengan nyeri yang terasa tumpul mulai di leher bagian atas menjalar ke depan.
5. Kadang pada di seluruh kepala dan menjalar ke bawah sampai muka.
6. Nyeri tumpul dapat menjadi berdenyut-denyut yang semakin bertambah sesuai dengan pulsasi dan selanjutnya konstan.
7. Penderita pucat, wajah lebih gelap dan bengkak di bawah mata.
8. Muka merah dan bengkak pada daerah yang sakit.
9. Kaki atau tangan berkeringat dan dingin.
10. Biasanya oliguria sebelum serangan dan poliuria setelah serangan.
11. Gangguan gastrointestinal berupa mual, muntah, dan lain-lain.
12. Kadang-kadang terdapat kelainan neurologik yang menyertai, timbul kemudian atau mendahului serangan.

C. PATOFISIOLOGI
Nyeri kepala timbul karena perangsangan terhadap bangunan-bangunan di daerah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri, dan nyeri wajah biasanya karena perangsangan terhadap serabut-serabut sensible nervus trigeminus. Bangunan –bangunan ekstrakranial yang peka terhadap nyeri adalah kulit kepala, periosteum,otot – otot, pembuluh-pembuluh darah dan saraf. Bangun-bangunan intracranial yang peka terhadap nyeri adalah : meninges, bagian proksimal atau basal arteri-arteri serebri, vana-vena otak disekitar sinus-sinus dan saraf-saraf ( n. trigemenus, n. fasialis, n. glosofaringeus, n. fagus radiks –radiks servikal dua, tiga dan cabang-cabangnya).
Perangsangan bangunan-bangunan ekstrakranial akan dirasakan pada umumnya sebagai nyeri pada daerah yang terangsang. Sedangkan nyeri kepala sebagai akibat perangsangan bangunan intracranial akan diproyeksikan ke permukaan dan dirasakan didaerah distribusu saraf yang bersangkutan. Perangsanga bangunan supra tentorial akan dirasakan sebagai nyeri didaerah frontal, di dalam atau belakang bola mata, dan didaerah temporal bawah. Sedangkan perangsangan bangunan – bangunan infratentorial dan fosaposterior akan dirasakan didaerah retroaurikuler dan oksipitonukhal.
Rasa nyeri yang mulai dihidung, gigi geligi, sinus-sinus, faring dan mata dapat diproyeksikan keseluruh daerah distribusi n. trigemenus yang bersangkutan bahakan rasa nyeri dapat menjalar kedaerah yang dilayani oleh cabang-cabang lain bila perangsangan cukup kuat. Nyeri yang dirasakan didaerah lain dari tempat nyerri dibaangkitkan dinamakan nyeri acuan ( refered pain). Sering kali terdapat nyeria acuan didaerah sensoris cabang mandibularis dengan proses patologik yang merupakan perangsangan terhadap cabang maksilaris dari n. trigemenus. Nyeri acuan dapat berasal dari daerah mata , sinus, dasar tengkorak, gigi geligi, dan dari daerah leher. Disamping itu, nyeri wajah juga sering dikaburkan oleh adanya pembauran antara daerah persarafan n.trigemenus dan n. glosofaringeus juga faktor-faktor vaskuler dan muscular akan dapat menambah unsure-unsur nyeri yang lain.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontgen kepala : mendeteksi fraktur dan penyimpangan struktur.
2. Rontgen sinus : Mengkonfirmasi diagnosa sinusitis dan mengidentifikasi masalah-masalah struktur, malformasi rahang.
3. Pemeriksaan visual : ketajaman, lapang pandang, refraksi, membantu dalam menentukan diagnosa banding.
4. CT scan Otak : Mendeteksi masa intracranial, perpindahan ventrikuler atau hemoragi Intracranial.
5. Sinus : Mendeteksi adanya infeksi pada daerah sfenoldal dan etmoidal
6. MRI : Mendeteksi lesi/ abnormalitas jaringan, memberikan informasi tentang biokimia, fisiologis dan struktur anatomi.
7. Ekoensefalografi : mencatat perpindahan struktur otak akibat trauma, CSV atau space occupaying lesion.
8. Elektroensefalografi : mencatat aktivitas otak selama berbagai aktivitas saat episode sakit kepala.
9. Angeografi serebral : Mengidentifikasi lesivaskuler.
10. HSD : leukositosis menunjukkan infeksi, anemia dapat menstimulasi migren.
11. Laju sedimentasi : Mungkin normal, menetapkan ateritis temporal, meningkat pada inflamasi.
12. Elektrolit : tidak seimbang , hiperkalsemia dapat menstimulasi migren.
13. Pungsilumbal : Untuk mengevaluasi/mencatat peningkatan tekanan CSS, adanya sel-sel abnormal dan infeksi.



E. MENEJEMEN TERAPI
1. Istirahat total, mengurangi/menghindari factor pencetus.
2. Simptomatik
3. Abortif
4. Preventif, bil aserangan lebih dua kali sebulan, atau bila serangan berat
5. Latihan pengendoran otot, misalnya : relaksasi, psikoterapi, yoga, manipulasi servikal.



BAB II
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
CHEPALGIA

A. MASALAH YANG LAZIM MUNCUL (Diagnosa)
1. Nyeri akut
2. Cemas
3. Kurang pengetahuan
(Keterangan diagnosa lihat lampiran 1)

B. RENCANA KEPERAWATAN (NIC)
(Lihat lampiran 2)


DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperwatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit buku
Kedokteran EGC, Jakarta

Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Harsono, 1999, Buku Ajar Neurologi Klinis, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta

McCloskey, J.C, Bulechek, G.M, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC ),Mosby, St. Louis

Nanda, 2001, Nursing Diagnosis : Definitions and Classification 2001-2002,
Philadelphia

Underwood, J.C.E, 2000, Patologi Umum dan Sistemik, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta

5 komentar: