Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
- 1. Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistimatis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan, dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap keluarga (Effendy 1998).
Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk menganalisa masalah pasien secara sistematik, menentukan cara pemecahannya, melaksanakan tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan (Effendy, 1995).
- 2. Tahap-tahap dalam proses keperawatan keluarga
Tahap-tahap dalam proses keperawatan bergantung satu sama Yang lainnya dan bersifat dinamis, dan disusun secara sistematis untuk mengambarkan dari tahap yang satu ke tahap yang lain, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
- a. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan tahapan terpenting dalam proses keperawatan, mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga (Setiawati, 2008)
Yang termasuk dalam tahap ini adalah:
1) Pengumpulan data
Proses pengumpulan data diperoleh melalui, proses wawancara/anamnese, pengamatan/observasi, pemeriksaan fisik dengan cara: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (Effendy, 1998).
2) Analisa data
Analisa data merupakan kegiatan pemilahan data dalam rangka proses klarifikasi dan validasi informasi untuk mendukung penegakkan diagnosa keperawatan keluarga yang akurat.
3) Perumusan masalah
Rumusan masalah kesehatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan keluarga dan status keluarga, karena merupakan hasil dari pemikiran dan pertimbangan yang akurat tentang situasi kesehatan lingkungan, norma, nilai, kultur, yang dianut oleh keluarga tersebut yang diambil berdasarkan hasil analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum mengambil keputusan tentang masalah kesehatan keluarga, yang mengacu kepada tipologi masalah kesehatan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas dalam bidang kesehatan (Effendy, 1995).
- b. Diagnosa keperawatan keluarga, dan prioritas diagnosa keperawatan keluarga.
1) Diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan kumpulan pernyataan dari uraian hasil wawancara, pengamatan langsung dan pengukuran menggunakan status kesehataan mulai dari potensial, resiko tinggi, sampai masalah aktual. Masalah keperawatan aktual memberikan gambaran tanda dan gejala yang jelas yang mendukung bahwa masalah benar-benar terjadi, masalah resiko ditunjukkan dengan data yang mengarah pada timbulnya masalah kesehatan bila tidak segera ditangani, dan masalah potensial/sejahtera adalah merupakan status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin meningkatkan lebih optimal (Setiawati, 2008).
Diagnosa keperawatan ditegakkan menurut Setiawati (2008) adalah:
Untuk penyebab atau etiologi dalam perumusan diagnosa keperawatan model single diangkat dari 5 tugas keluarga antara lain :
- Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
- Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
- Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
- Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
- Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
- Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah lingkungan
- Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
- Resiko terhadap cedera/ketidakmampuan keluaga merawat anggota keluarga
- Resiko terjadi infeksi
- Diagnosa keperawatan keluarga dengan masalah struktur komunikasi
- Komunikasi keluarga disfungsional
- Diagnosa keperawatan keluarga dengan masalah struktur peran
- Berduka dan antisipasi
- Berduka disfungsional
- Isolasi sosial
- Perubahan dalam proses keluarga (dampak orang sakit terhadap keluarga)
- Potensial peningkatan menjadi orang tua
- Perubhan mnjadi orang tua
- Perubahan penampilan peran
- Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
- Gangguan citra tubuh
- Dianosa keperawatan keluraga pada masalah afektif
- Peubahan proses kelurga
- Perubahan menjadi orang tua
- Potensial peningkatan menjadi orang tua
- Koping keluarga tidak efektif, menurun
- Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan
- Resiko terhadap tindak kekerasan
- Diagnosa keperawtan keluarga dengan masalah fungsi sosial
- Perubahan proses keluarga
- Perilaku mencari bantuan kesehatan
- Konflik peran orang tua
- Perubahan menjadi orang tua
- Potensial peningkatan menjadi orang tua
- Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
- Perubahan pemeliharaan kesehatan
- Kurang pengetahuan
- Isolasi sosial
- Kerusakan interaksi sosial
- Resiko terhadap tindakan kekerasan
- Gangguan identitas diri
- Diagnosa keperawatan dengan masalah fungsi perawatan kesehatan
- Perubahan pemeliharaan kesehatan
- Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
- Perilaku mencari pertologan kesehatan
- Keyidakefektifan penatalaksaan aturan teraupetik atau pengobatan
- Resiko trhadap penularan penyakit
- Diagnosa keperawtan keluarga dengan masalah koping
a.Potensial peningkatan koping
b.Koping keluarga tidak efektif, menurun, dan ketidakampuan
c.Resiko terhadap tindak kekerasan
2) Prioritas diagnosa keperawatan keluarga
Menurut Setiawati (2008), prioritas masalah didasarkan atas tiga komponen:
a) Kriteria penilaian
Kriteria masalah terdiri atas:
(1) Sifat masalah yang terdiri dari:
(a) Aktual dengan nilai 3
(b) Resiko tinggi dengan nilai 2
(c) Potensial dengan nilai 1
Pembenaran mengacu pada masalah yang sedang baru terjadi, baru menunjukan tanda dan gejala atau bahkan dalam kondisi sehat.
(2) Kemungkinan masalah untuk diubah
(a) Mudah dengan nilai 2
(b) Sebagian dengan nilai 1
(c) Tidak dapat dengan nilai 0
Pembenaran mengacu pada: masalah, sumber daya keluarga, sumber daya perawat dan sumber daya lingkungan.
(3) Potensial masalah untuk dicegah:
(a) Tinggi dengan nilai 3
(b) Cukup dengan nilai 2
(c) Rendah dengan nilai 1
Pembenaran mengacu pada berat ringannya masalah, jangka waktu terjadi masalah, tindakan yang akan dilakukan, kelompok resiko tinggi yang bisa dicegah.
(4) Menonjolnya masalah
(a) Segera diatasi dengan nilai 2
(b) Tidak segera diatasi dengan nilai 1
(c) Tidak dirasakan ada masalah dengan nilai 0.
Pembenaran mengacu kepada: kurang pengetahuan keluarga terhadap masalah.
b) Bobot
(1) Sifat masalah dengan bobot 1
(2) Kemungkinan masalah untuk diubah dengan bobot 2
(3) Potensial masalah untuk dicegah dengan bobot 1
(4) Menonjolnya masalah dengan bobot 1.
c) Pembenaran
(1) Alasan untuk menentukan sub kriteria
(2) Dampak terhadap kesehatan keluarga
(3) Ditunjang dari data hasil pengkajian.
Caranya dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2
Sistim Skoring
NO | KRITERIA | NILAI | BOBOT | PEMBENARAN |
1. | Sifat Masalah Skala: - Aktual - Resiko tinggi - Potensial | 3 2 1 | 1 | Mengacu pada masalah yang sedang terjadi dengan menunjukan tanda dan gejala atau bahkan dalam kondisi sehat. |
2. | Kemungkinan masalah dapat diubah Skala: - Mudah - Sebagian - Tidak dapat | 2 1 0 | 2 | Mengacu pada masalah, sumberdaya keluarga, semberdaya perawat dan sumberdaya lingkungan. |
3. | Potensi masalah untuk dicegah Skala : - Tinggi - Cukup - Rendah | 3 2 1 | 1 | Mengacu pada berat ringannya masalah, jangka waktu terjadinya masalah, tindakan yang akan dilakukan, kelompok resiko tinggi yang bisa dicegah. |
4. | Menonjol masalah Skala: - Segera diatasi - Tidak segera diatasi - Tidak dirasakan ada masalah | 2 1 0 | 1 | Mengacu pada kurang pegetahun keluarga terhadap masalah. |
Sumber : Santun Setiawati (2008).
3) Skoring
Menurut Effendy (1998), system scoring untuk menentukan prioritas masalah sebagai berikut:
(a) Tentukan skor untuk setiap kriteria
(b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan
Skor x bobot Angka tertinggi |
Jumlahkan skor untuk semua kriteria
(c) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk semua bobot
4) Berdasarkan masalah yang diangkat oleh peneliti dalam karya tulis ilmiah ini, maka diagnosa keperawatan yang diprioritaskan adalah ketidaktahuan keluarga tentang masalah kesehatan yang terjadi dalam keluarga.
- c. Perencanaan / Intervensi Keperawatan Keluarga
Menurut Association Nursing American (ANA) yang dikutip oleh (Setiawati, 2008). Mendefenisikan intervensi sebagai rencana tindakan perawat untuk kepentingan klien atau keluarga.
Tujuan umum dalam perencanaan intervensi adalah: untuk meningkatkan pengetahuan keluarga yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan keluarga. Implementasi
Menurut Setiawati (2008), implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun oleh perawat sebelumnya. Prinsip yang mendasari implementasi keperawatan keluarga antara lain:
1) Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang dibuat.
2) Implementasi dilakukan dengan tepat memperhatikan prioritas masalah.
3) Kekuatan-kekuatan keluarga berupa finasial, motivasi, dan sumber-sumber pendukung lainnya jangan diabaikan.
4) Pendokumentasian implementasi keperawatan keluarga jangan terlupakan dengan menyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab profesi.
- d. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan keluarga. Evaluasi merupakan tahap terakhir yang menentukan apakah tujuan tercapai sesuai dengan yang ditetapkan dalam tujuan di rencana keperawatan (Setiawati, 2008).
Macam-macam evaluasi:
1) Evaluasi Struktur
Evaluasi struktur berhubungan erat dengan bahan, tenaga, maupun dana yang diperlukan dalam suatu kegiatan (Setiawati, 2008).
2) Evaluasi Proses
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilakukan selama proses kegiatan berlangsung, untuk mencapai kualitas dalam hal penyuluhan kesehatan yang diberikan kepada keluarga dalam upaya mengatasi masalah dalam keluarga.
3) Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil merupakan hasil akhir dari pemberian asuhan keperawatan (Setiawati, 2008). Evaluasi yang diharapkan pada keluarga dalam upaya mengatasi masalah dalam keluarga.
- e. Catatan perkembangan
Catatan perkembangan kesehatan keluarga merupakan indikator keberhasilan tindakan keperawatan keluarga, yang diberikan pada keluarga oleh petugas kesehatan, karakteristik evaluasi dengan pedoman SOAP (Subjek, Objek, Analisa, dan Perencanaan).
KONSEP KELUARGA A. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan komunitas terkecil dalam kehidupan bermasyarakat. terdapat beberapa konsep keluarga. beberapa ahli mengatakan keluarga merupakan sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan dan ahli lain mengungkapkan bahwa keluarga adalah dua individu atau lebih yang hidup dalam satu rumah tangga.
Menurut Duvall dan Logan (1986), dikutip oleh Mubarak, 2006. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
Ciri-ciri keluarga menurut Stanhope dan Lancaster (1995), dikutip oleh Mubarak, 2006.
a. Diikat dalam suatu tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikata batin
d. Ada tanggung jawab masing-masing anggota
e. Ada pengambilan keputusan
f. Kerjasama diantara anggota keluarga
g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
h. Tinggal dalam satu rumah
B. Tujuan keluarga
Tujuan utama keluarga adalah memenuhi kebutuhan dan kepentingan setiap anggota individu dalam keluarga.
Williams dan Leman (Friedmen 1998) menyatakan bahwa tujuan keluarga adalah menyiapkan anak-anak untuk menerima peran-peran dalam mesyarakat.
C. Struktur Keluarga
a. Patrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu berasal dari jalur ayah
b. Matrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi , dimana hubungan itu berasal dari jalur ibu
c. Matrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah istri
d. Patrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah suami
e. Keluarga kawinan, hubungan Suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan sanak saudara baik dari pihak suami dan istri
D. Pemegang Kekuasaan
a. Patriakal, dominan dipihak ayah
b. Matriakal, dominan di pihak ibu
c. Equalitarian , ayah dan ibu
E. Peranan Keluarga :
- Peranan ayah, pencari nafkah, pendidik, pelindung, rasa aman, sebagai kpepala keluarga.
b. Peranan ibu, mengurus rumah tangga, pengasuh/pendidik anak, pencari nafkah tambahan.
c. Peran anak, peran psikososial sesuai tumbuh kembang. Baik mental, fisik, sosial dan spiritual.
F. Type Keluarga (Mubarak dkk. 2006)
- Keluarga inti (nuclear family) terdiri: ayah , ibu dan anaknya dari keturunannya atau adopsi
b. Keluarga besar (extended family) keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yg masih ada hubungan darah. (kakek, nenek , paman, bibi).
c. Keluarga berantai (serial family)
Yaitu : keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda / janda (single family)
Yaitu : keluarga yang terbentuk karena perceraian/kematian.
e. Keluarga berkomposisi (composite familiy)yaitu keluarga perkawinan yang berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
f. Keluarga kabitas (kahabitation familiy)
Yaitu : dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
G. Tugas Perkembangan Sesuai Dengan Tahap perkembangan (Supartini, 2004) :
Keluarga dengan anak usia prasekolah 3-5 tahun memenuhi kebutuhan Anggota keluarga : rumah, rasa aman,membantu anak untuk bersosialisasi, mempertahankan hubungan yang sehat keluarga intern dan luar, pembagian tanggung jawab, kegiatan untuk stimulasi perkembangan Anak
H. Fungsi keluarga menurut Friedman (1988), dikutip oleh Mubarak, 2006. adalah: Fungsi fisik/ pemeliharaan kesehatan, Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.
I. Bentuk – bentuk keluarga
1) Menurut Sussman (1974) dan Maclin (1988) yang dikutip dari Setiawati & Dermawan (2008)” bentuk-bentuk keluarga adalah sebagai berikut :
a) Keluarga tradisional
(1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak.
(2) Pasangan inti adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri saja.
(3) Keluarga dengan orang tua tunggal.
(4) Bujangan yang tinggal sendirian.
(5) Keluarga besar tiga generasi.
(6) Pasangan usia pertengahan atau pasangan lansia.
(7) Jaringan keluarga besar.
b) Keluarga non tradisional
(1) Keluarga dengan orang tua yang memiliki anak tanpa menikah.
(2) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo).
(3) Keluarga gay.
(4) Keluarga lesbi.
(5) Keluarga komuni.
2) Menurut Carter yang dikutip dari buku “Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga, Setiawati & Dermawan (2008)” bentuk-bentuk keluarga adalah sebagai berikut :
a) Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak.
b) Keluarga besar (extended family)
Keluarga ini ditambah dengan sanak saudara, nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c) Keluarga berantai (serial family)
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d) Keluarga duda atau janda (single family)
Keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e) Keluarga berkomposisi
Keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
f) Keluarga kabitas
Dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
J. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1986) yang dikutip dari Setiawati & Dermawan (2008) fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
1) Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Di dalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antar anggota keluarga.
2) Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.
3) Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
4) Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya yaitu sandang, pangan dan papan.
5) Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
K. Tugas keluarga di bidang kesehatan
Menurut suprajitno (2004) sesuai fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan meliputi:
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan, segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah terkadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis sehingga orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.
2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tempat tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali keluarga mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga sendiri. Dengan demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjut atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
LANDASAN TEORI MEDIS KONJUNGTIVITIS
A. Definisi
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan.
Konjungtivitis dapat mengenai pada usia bayi maupun dewasa. Konjungtivitis pada bayi baru lahir, bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bisa menyebabkan konjungtivitis gonokokal. Pada usia dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata). Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata. Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik.
B.Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari thga bagian:
1. konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
2. konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).
3. forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan bola mata).
Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea.
C.Histologi Konjungtiva:
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa.
Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel superficial dan di dekat linbus dapat mengandung pigmen.
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.13
Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan wolfring), yang struktur dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar krause berada di forniks atas, dan sedikit ada diforniks bawah. Kelenjar wolfring terletak ditepi atas tarsus atas. (Gambar )
D.Epidemiologi
Konjungtivitis bakteri adalah kondisi umum di kalangan kaum muda dan orang dewasa di seluruh Amerika Serikat. Menurut Ferri’s Clinical Advisor, beberapa bentuk konjungtivitis, bakteri dan virus, dapat ditemukan pada 1,6 persen menjadi 12 persen dari semua bayi yang baru lahir di Amerika Serikat. Mata bayi kadang-kadang mungkin bisa terkena beberapa bakteri selama proses kelahiran. Konjungtivitis bakteri juga dapat mempengaruhi bayi yang hanya beberapa minggu. Konjungtivitis bakteri dapat terjadi pada semua ras dan jenis kelamin.
Ada kemungkinan morbiditas okular yang signifikan dalam hal kemerahan di mata, okular pelepasan dan ketidaknyamanan bagi anak-anak yang menderita konjungtivitis bakteri. Kebanyakan orang Amerika gagal untuk mengenali dan mengobati penyakit ini. Ini serius dapat menyebabkan meningitis dan sepsis dan dapat mengancam nyawa.
E.Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :
infeksi oleh virus atau bakteri.
reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet
dari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.
pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan konjungtivitis.
Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:
entropion atau ektropion.
kelainan saluran air mata.
kepekaan terhadap bahan kimia.
pemaparan oleh iritan.
infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia).
Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala alergi lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk bunga, hewan dan debu.
Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan timbulnya konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan udara (seperti asap dan cairan fumigasi).
F.Manifestasi Klinis
1 Tanda
Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:
konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
produksi air mata berlebihan (epifora).
kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.
pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik peradangan.
pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).
dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah).
2 Gejala
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi.
Gejala lainnya adalah:
mata berair
mata terasa nyeri
mata terasa gatal
pandangan kabur
peka terhadap cahaya
terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.
G.Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
glaukoma
katarak
ablasi retina
komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis
komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta
komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan
H.Penatalaksanaan
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien.
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %). Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan.
Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa adanya kontraindikasi.
Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea, diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin sebelum tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga efektif. Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan doxycycline 100 mg TID atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2 sampai 4 minggu. Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk menyingkirkan tuberkulosis.
I.Prognosis
Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain, kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan.
Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.
PRE PLANNING
PENGKAJIAN DI KELUARGA Ny .W.H PADA Anak J DENGAN PENYAKIT KONJUNGTIVITIS
DI KELURAHAN NUSANIWE RT/RW 003/05
HARI/TGL : 05-01-2011
WAKTU : 120 Menit
TOPIK KEGIATAN : Pengkajian
TEMPAT : Rumah keluarga Tn M di kelurahan Nusaniwe RT/RW 003/05
- Latar Belakang
Keluarga merupakan komunitas terkecil dalam kehidupan bermasyarakat. terdapat beberapa konsep keluarga. beberapa ahli mengatakan keluarga merupakan sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan dan ahli lain mengungkapkan bahwa keluarga adalah dua individu atau lebih yang hidup dalam satu rumah tangga.
Data adalah bahan mentah dengan symbol-simbol tertentu yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan.Data terdiri dari dua tipe yaitu:
- Data subjektif adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.
- Data objektif adalah data yang didapatkan dari pasien dengan cara observasi dan dapat diukur.
Data diperoleh dari pasien,orang terdekat,riwayat penyakit,catatan perkembangan,konsultasi,hasil pemeriksaan,perawat lain dan kepustakaan. Pengkajian adalah merupakan tahapan terpenting dalam proses keperawatan, mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga.
- Tujuan
- Umum
Setelah melakukan penkajian selama kira-kira 60 menit,diharapkan data yang diperoleh dari keluarga yang dapat menunjang timbulnya masalah kesehatan pada keluarga.
- Khusus
Setelah melakukan penkajian diharapkan keluarga dapat memberikan informasi tentang :
- Data umum.
- Generasi keluarga.
- Riwayat tahap perkembangan.
- Karakteristik rumah.
- Struktur keluarga.
- Fungsi keuarga.
- Stress dan koping keluarga.
- Pemeriksaan fisik keluarga.
- Harapan keluarga.
- Perserta
Anggota keluarga Tn A.B
- Setting waktu
NO | WAKTU | KEGIATAN | PENANGGUNG JAWAB |
1 2 3 | 5 Menit 110 Menit 5 Menit | Perkenalan Pengkajian Kontrak waktu | CI Institusi CI Institusi CI Institusi |
- Rencana Evaluasi
- Evaluasi struktur
- Keluarga dapat bekerja sama dengan mahasiswa.
- Format pengkajian telah disampaikan sebelumya.
- Evaluasi proses
- Keluarga dapat terlibat aktif dalam kegiatan pengumpulan data dan dapat memberikan respon verbal dan non verbal dengan baik.
- Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu dan strategi pelaksanaan.
- Evaluasi hasil
- Didapatkan dat umum lingkungan,fungsi keluarga,harapan keluarga dan pemeriksaan fisik.
- Teridentifikasi masalah kesehatan keluarga.
ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA NY W.H PADA ANAK. J DENGAN PENYAKIT KONJUNGTIVITIS
DI KELURAHAN NUSANIWE RT/RW 003/05
Pengkajian tanggal : 05-01-2011
- Data Umum
- Nama KK : Ny . W.H
- Usia : 40 tahun
- Pendidikan : SD
- Pekerjaan : Buruh Cuci
- Alamat : Air Salobar
- Komposisi :
NO | NAMA |
Jenis Kelamin
| Hub KK | Umur | Pendidikan | Pekerjaan |
1
2
3 4 | Ny. W.H Tn. A Anak. K Anak. J | Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan | Ibu Anak Anak Anak | 40 thn 19 thn 10 thn 6 thn | SD SMK SD - | Buruh Cuci
Pegawai Toko
-
-
|
Genogram 3 Generasi
- Type Keluarga
Keluarga Ny.W.H.M merupakan keluarga single family (janda) yang terdiri dari ibu dan anak-anak,di mana suami dari Ny.W.H telah meninggal dunia.
- Suku
Ny.W.H berasal dari suku Buton
- Agama
Ny.W.H dan keluarga beragama islam dan keluarga sering terlibat dalam pengajian-pengajian yang dilakukan di lingkungannya.
- Status social ekonomi
Pendapatan keluarga tiap bulan sekitar Rp.500.000 di dapatkan dari hasil menjadi buruh cuci dan pendapatan anaknya sebagai pegawai toko sebesar Rp. 600.000. Dengan pendapatan yang keluarga miliki keluarga merasa cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.
- Aktivitas dan rekreasi
Keluarga tidak pernah berekreasi ke tempat manapun karena tempat rekreasi jauh dari tempat tinggal ,namun keluarga hanya bisa berkumpul di rumah bersama-sama anggota keluarga untuk berbincang-bincang dan bercanda gurau bersama-sama.
- Riwayat tahap perkembangan
- Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Ny W.H berperan sebagai kepala keluaraga yang bertugas untuk mencari nafkah setelah suaminya yang meninggal satu tahun lalu. Selain itu anak Ny W.H setelah lulus SMK bekerja sebagai pegawai toko untuk mencari nfkah tambahan. Anak Ny. W.H yaitu anak K berperan sesuai perkembangannya yaitu sebagai pelajar dan sekarang duduk di kelas 2 SD dan anak bungsu yaitu anak J belum sekolah.
- Tahap perkembangan keluarga yang tidak terpenuhi
Tahapan keluarga inti ini merasa sudah dapat memenuhi kebutuhan keluarga dengan baik dari segi ekonomi maupun kesehatan
- Riwayat keluarga sebelumnya
Riwayat orang tua dan pihak almarhum suami maupun Ny.W.H tidak mempunyai kebiasaan kawin cerai,pemabuk atau pun judi.
NO | NAMA | Umur | Keadaan Kesehatan | Imunisasi | Masalah Kes | Tindakan yang dilakukan |
1
2
3
4 | Ny.W.H Tn.A Anak K Anak J | 40 thn 19 thn 10 thn 6 thn | Sehat Sehat Sehat Kurang sehat | Tidak tahu Lengkap Lengkap Lengkap | - - - Konjungtivitis | - - - Berobat ke puskesmas |
- Riwayat penyakit keturunan
Keluarga dari Ny. W.H tidak ada yang mengidap penyakit menular sebelumnya maupun keturunan begitu pula keluarga almarhum suaminya
III. Karakteristik Rumah
- Riwayat rumah yang di tempati
Keluarga Ny.W.H menempati sebuah rumah yang merupakan rumah pribadi yang berukuran 8×7 m yang terdiri dari ruang tamu,tiga kamar,satu dapur,satu WC dan kamar mandi.Lantai rumah tampak bersih,hal ini terlihat dari tidak adanya kotoran dilantai.Lantai rumah terbuat dari tehel/keramik,sumber air bersih yangberasal dari PAM yang digunakan untuk air minum dan keperluan lain.Keadaan air tidak terasa,tidak berbau,tidak berwarna dan dalam keadaan bersih.
- Karakteristik tetangga dan komunitas
Lingkungan sekitar keluarga Ny.W. H pada umumnya mayoritas beragama Islam dan hubungan social antara keluarga Ny.W. H dan tetangganya baik,pekerjaan tetangga pada umumnya adalah pedagang dan mayoritas suku adalah suku Ambon.lingkungan fisik tetangga bersih.Tidak ada budaya tetangga (minum minuman keras, judi) yang mempengaruhi kesehatan.
- Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Ny.W.H mempunyai jarak antara rumah yang cukup berdekatan karena pada umumnya jarak rumah satu dengan lainnya hampir berdekatan.anak-anak dari Ny.W.H yang lainnya berada di luar kota, Keluarga Ny.W.H tinggal menetap sejak kerusuhan di Air Salobar.
- Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ny.W.H sering mengikuti pengajian yang biasanya diadakan seminggu sekali.dan keluarga sering berkumpul dengan keluarga lainnya dalam menjalankan ibadah.
- System pendukung keluarga
Kebutuhan keluarga Ny.W.H untuk hidup setiap hari dapat terpenuhi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan hidup tidak bergantung pada keluarga yang lain dan penghasilan yang di dapat per bulan keluarga merasa cukup untuk kebutuhan keluarga.
IV. Struktur Keluarga
- Pola Komunikasi Keluarga
Pola komunikasi yang digunakan adalah pola komunikasi terbuka,apabila ada masalah selalu didiskusikan bersama dan setiap anggota keluarga selalu bebas untuk mengungkapkan pendapatnya tanpa ditutup-tutupi.Bahasa yang di gunakan adalah bahasa Ambon.
- Struktur Kekuatan Keluarga
Pemegang keputusan dikeluarga adalah Ny.W.H namun sebelum mengambil keputusan Ny.W. H terlebih dahulu mendiskusikan dengan anggota keluarga.
- Struktur Peran
Ny.W.H adalah kepala keluarga,Tn.A, anak K dan Anak J berperan sebagai anak-anak.
- Nilai dan Norma budaya keluarga
Fungsi nilai dan budaya yang dianut keluarga adalah saling menghormati antara anggota keluarga satu dengan yang lainnya dan menghormati orang lebih tua.
Keluarga Ny.W.H menerapkan aturan sesuai dengan ajaran agama Islam saling menghargai dn menyayangi
- Fungsi Keluarga
- Fungsi Afektif
Semua anggota keluarga Ny.W.H saling menyayangi satu sama lain,saling perhatian,setiap anggota merasa akrab dengan keluarganya.
- Fungsi Sosialisasi
Keluarga Ny.W.H mempunyai hubungan yang baik dengan tetangga dan siapapun yang berhubungan dengan keluarga Ny.W.H
- Fungsi Perawatan Keluarga
Keluarga Ny.W.H mempunyai kebiasaan menggunakan fasilitas kesehatan. Apabila mereka merasa perlu misalnya ada keluarga yang sakit biasanya langsung di bawah ke puskesmas yang tidak terlalu jauh dengan rumah. Anak Ny.W. H telah menderita penyakit konjungtivitis selama dua hari dan keluarga kurang tahu cara untuk mencegah penularan dari penyakit anak J.Pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dideritapun kurang terbukti dari pola hidup yang tidak terkontrol dengan baik,pengetahuan tentang pencegahan penularan konjungtivitis tidak di ketahui.
- Fungsi Reproduksi
Ny.W.H belum menopause.
VI. Stres Dan Koping Keluarga
- Stressor Jangka Pendek
Ny.W. H mengatakan anaknya J yang menderita penyakit konjungtivitis sejak dua hari yang lalu dan sudah dibawa ke puskesmas.Sekarang Anak J sudah mulai membaik setelah mendapat obat dari puskesmas.Ny.W.H merasa takut jika penyakit anaknya tertular ke anggota keluarga yang lain.
- Stressor Jangka Panjang
Ny. W H mengatakan takut dengan keadaan penyakit anaknya dapat menular ke anggota keluarga yang lain
Keluarga tidak tahu dan tidak mengerti tentang penyakit yang di derita oleh anaknya.
- Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah
Jika ada anggota keluarga yang sakit langsung dibawa ke puskesmas terdekat,agar tidak menjadi beban pikiran.Dan jika ada masalah dalam keluarga,biasanya masalah itu didiskusikan bersama-sama untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
- Strategi Koping Yang Digunakan
Biasanya kalau ada masalah didalam keluarga, ditanganni atau dihadapi secara bersama-sama den berusaha mencari jalan keluar bersama-sama.
- Strategi Adaptasi Disfungsional
Tidak telihat adaptasi disfungsional.
Pemeriksaan fisik
NO |
Komponen |
Ny.W. H |
Tn. A |
Anak K |
Anak J |
1 | Kepala | Rambut panjang dan bersih. | Rambut hitam, pendek dan agak kotor | Rambut hitam, pendek dan agak kotor | Rambut hitam, pendek dan bersih |
2 | Mata | Sclera tidak ikterus,konjungtiva tidak anemis,tidak ada peradangan,visus normal. | Sclera tidak ikterus,konjungtiva tidak anemis,tidak ada peradangan,visus normal. | Sclera tidak ikterus,konjungtiva tidak anemis,tidak ada peradangan,visus normal. | Kedua mata merah, lengket dan berlendir ,terlihat puncak yang mengeluarkan rambut Bengkak meluas ke kedua kelopak mata, tidak ada penurunan tajam penglihatan dan silau terhadap cahaya dan air mata sering keluar dan secret kental
|
3 | Telinga | Bersih,tidak ada serumen dan tidak ada luka. | Bersih,tidak ada serumen dan tidak ada luka. | Bersih,tidak ada serumen dan tidak ada luka. | Bersih,tidak ada serumen dan tidak ada luka. |
4 | Hidung | Bersih tidak ada skret,dan tidak ada kelainan. | Bersih tidak ada skret,dan tidak ada kelainan. | Bersih tidak ada skret,dan tidak ada kelainan. | Bersih tidak ada skret,dan tidak ada kelainan. |
5 | Mulut | Tidak ada stomatitis dan tidak ada karang gigi. | Tidak ada stomatitis dan tidak ada karang gigi. | Tidak ada stomatitis dan tidak ada karang gigi. | Tidak ada stomatitis dan tidak ada karang gigi. |
6 | Leher dan Tenggorokan | Nyeri tekan (-),tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,limfe dan tidak ada kesulitan menelan. | Nyeri tekan (-),tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,limfe dan tidak ada kesulitan menelan. | Nyeri tekan (-),tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,limfe dan tidak ada kesulitan menelan. | Nyeri tekan (-),tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,limfe dan tidak ada kesulitan menelan |
7 | Dada dan Paru | Pergerakan dada simetris,vesikuler dan tidak ada kelainan. | Pergerakan dada simetris,vesikuler dan tidak ada kelainan. | Pergerakan dada simetris,vesikuler dan tidak ada kelainan. | Pergerakan dada simetris,vesikuler dan tidak ada kelainan. |
8 | Abdomen | Tidak kembung dan tidak ada keluhan. | Tidak kembung dan tidak ada keluhan. | Tidak kembung dan tidak ada keluhan. | Tidak kembung dan tidak ada keluhan. |
9 | Ekstremitas | Tidak ada kelainan,pergerakan bebas. | Tidak ada kelainan,pergerakan bebas. | Tidak ada kelainan,pergerakan bebas. | Tidak ada kelainan,pergerakan bebas. |
10 | Kulit | Tidak ada kelainan | Tidak ada kelainan. | Tidak ada kelainan | Tidak ada kelainan |
11 | Kuku | Pendek dan bersih | Pendek dan bersih | Pendek dan bersih | Pendek dan bersih |
12 | Tanda-Tanda Vital | TD : 120/80 mmhg N : 80 x/m S : 360c R : 18x/m | TD : 110/80 mmhg N : 80 x/m S : 360c R : 18 x/m | TD : - N : 90 x/m S : 360c R : 20 x/m | TD : - N : 90 x/m S : 360c R : 20 x/m |
Ket. : tulisan miring menandakan data maladaptif
- Pola Kegiatan Keluarga Sehari-Hari
NO
| Pola Kebiasaan | Ny W.H | Tn. A | Anak K | Aanak J |
1
| Minum | 9-10 gelas/hari,air putih,dan the gula. | 5-6 gelas/hari,air putih dan teh gula. | 5-6 gelas/hari,air putih dan teh gula. | 5-6 gelas/hari,air putih dan teh gula. |
2 | Makan | 2x sehari,nasi,ikan dan sayur. | 2x sehari,nasi,ikan dan sayur. | 2x sehari,nasi,ikan dan sayur. | 2x sehari,nasi,ikan dan sayur. |
3 | Mandi | 2-3x sehari. | 2-3x sehari. | 2-3x sehari. | 2-3x sehari. |
4 | Aktitivitas | Pekerja sebagai buruh cuci | Pekerja sebagai pegawai toko | - | - |
5 | Istirahat dan Tidur | Tidur siang tidak pernah tidur malam 6-7 jam. | Tidur siang 2 jam,malam 8-10 jam. | Tidur siang 2 jam,malam 8-10 jam. | Tidur siang 2 jam,malam 8-10 jam. |
6 | Personal Hygiene | Cuci rambut 2x seminggu,gosok gigi 2x sehari,menggunakan pasta gigi (pepsodent). | Cuci rambut setiap hari tanpa menggunakan sampo ,gosok gigi 3x sehari,mengunakan pasta gigi (pepsodent). | Cuci rambut tiap hari tanpa menggunakan sampo,gosok gigi 3x sehari,mengunakan pasta gigi (pepsodent). | Cuci rambut aetiap hari tanpa menggunakan sampo ,gosok gigi 3x sehari,mengunakan pasta gigi (pepsodent). |
- Harapan Keluarga
Ny W H berharap agar penyakit yang diderita Anak J dapat sembuh dan tidak lagi menderita penyakit konjungtivitis.
Klasifikasi Data
Data subjektif :
- Ny.W. H mengatakan anaknya J yang menderita penyakit konjungtivitis sejak dua hari yang lalu
- Keluarga Ny. W H takut dengan keadaan penyakit anaknya dapat menular ke anggota keluarga yang lain karena keluarga tidak tahu dan tidak mengerti tentang penyakit yang di derita oleh istrinya.
- Ny. W. H mengatakan anaknya kurang nafsu makan. Dari porsi yang dihabiskan hanya 2-3 sendok makan yang dihabiskan.
- Keluarga Ny W H berharap agar penyakit yang diderita Anak J dapat sembuh dan tidak lagi menderita penyakit konjungtivitis.
Data Objektif
- Keluarga tidak tahu dan tidak mengerti tentang penyakit yang di derita oleh anaknya.
- Pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dideritapun kurang terbukti dari pola hidup yang tidak terkontrol dengan baik,pengetahuan tentang pencegahan penularan konjungtivitis tidak di ketahui.
- Kedua mata anak J dari hasil pemeriksaan fisik : merah, lengket dan berlendir ,terlihat puncak yang mengeluarkan rambut. Bengkak meluas ke kedua kelopak mata, tidak ada penurunan tajam penglihatan dan silau terhadap cahaya dan air mata sering keluar dan adanya secret kental
Analisa Data
No | DATA | ETIOLOGI | MASALAH |
1. | Data subjektif :
Data Objektif
| Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan |
Kurangnya pengetahuan
|
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
No | Kriteria | Skala | Bobot | Scoring | Pembenaran |
1 2 3 4 | Sifat masalah tidak /kurang sehat Kemungkinan masalah dapat di ubah : mudah Potensial masalah untuk di cegah : tinggi Meninjolnya masalah : Masalah berat , segera sulit di tangani | 3
2
3
2 | 1
2
1
1 | 3/3×1= 1
2/2×2=1
3/3×1=1
2/2×1=1 | Penyakit konjungtivitis yang di derita anak J membuat keluarga resah Resiko penulalaran terhadap anggota keluarga yang lain dapat dicegah dengan memberikan penyuluhan mengenai bagaimana penularan penyakit anak J Keluarga Ny W.H cukup mampu untuk melaksanakan Keadaan keluarga Keluarga Ny. W. H kurang mampuh sehingga apabila masalah muncul langsung segera di tangani dengan membawa pasien ke puskesmas |
INTERVENSI
NO | DIAGNOSA | TUJUAN |
SASARAN | EVALUASI | INTERVENSI | ||
Umum | Khusus | Kriteria | Standar | ||||
1 | Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi | Setelah di lakukan 2 kali kunjungan, diharapkan agar Pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit , bagaimana merawat dan pencegahan penularan penyakit konjungtivitis menjadi bertambah. | TUK 1 Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan selama 1 x 45 menit diharapkan keluarga mampu : 1 Menjelaskan kembali pengertian konjungtivitis 2 Menyebutkan kembali penyebab konjungtivitis 3 Menyebutkan kembali tanda dan gejala konjungtivitis 4 Menjelaskan kembali cara merawat penderita konjungtivitis 5 Menjelaskan kembali pencegahan penularan konjungtivitis ke anggota keluarga yang lain TUK II Setelah dilakukan observasi selama 1 x 45 menit diharapkan keluarga mampu :
| Anggota Keluarga Ny. W.H Anggota Keluarga Ny. W.H | Respon verbal dan non verbal Respon verbal dan non verbal |
1.Menjelaskan kembali pengertian konjungtivitis 2.Menyebutkan kembali penyebab konjungtivitis 3.Menyebutkan kembali tanda dan gejala konjungtivitis 4.Menjelaskan kembali cara merawat penderita konjungtivitis 5.Menjelaskan kembali pencegahan penularan konjungtivitis ke anggota keluarga yang lain |
|
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DI KELUARGA Ny. W. H
DI KELURAHAN NUSANIWE RT/RW 003/05
Hari/ tanggal : 06-01-2011
Waktu : 1×50 menit
Topik Kegiatan : Penyuluhan kesehatan tentang penyakit konjungtivitis
Tempat : Rumah keluarga Ny W. H di kelurahan nusaniwe Rt/Rw 003/05
- Latar Belakang
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan.
Konjungtivitis dapat mengenai pada usia bayi maupun dewasa. Konjungtivitis pada bayi baru lahir, bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bisa menyebabkan konjungtivitis gonokokal. Pada usia dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata). Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata. Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik.
- Tujuan
- Tujuan Umum
Setelah di lakukan penyuluhan kesehatan sebanyak 2 kali kunjungan, diharapkan agar keluarga mampu megerti tentang penyakit asma .
- Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan selama 1 x 50 menit diharapkan:
- Menjelaskan kembali pengertian konjungtivitis
- Menyebutkan kembali penyebab konjungtivitis
- Menyebutkan kembali tanda dan gejala konjungtivitis
- Menjelaskan kembali cara merawat konjungtivitis
- Menjelaskan kembali cara mencegah penularan konjungtivitis
- Peserta
Anggota keluarga Ny W.H
- Setting Waktu
NO | WAKTU | KEGIATAN | PENANGGUNG JAWAB |
1 2 3 4 | 2 menit 30 menit 15 menit 3 menit | Pembukaan Penyampaian materi Tanya jawab/diskusi Penutup dan kontrak yang akan datang. | CI Institusi |
- Metode
- Ceramah
- Diskusi atau tanya jawab
- Media
Leaflet tentang penyakit konjungtivitis
- Rencana Evaluasi
- Evaluasi struktur
- Keluarga Ny. W H terlihat kooperatif dan aktif dalam beriteraksi dengan mahasiswa.
- Evaluasi proses
- Keluarga Ny. W H yang terlihat aktif dalam penyuluhan.
- Kelurga dapat memberikan respon verbal/non verbal
- Evaluasi struktur
- Evaluasi hasil
- Keluarga dapat menjelaskan kembali pengertian konjungtivitis
- Keluarga dapat menyebutkankan kembali penyebab konjungtivitis
- Keluarga dapat menyebutkankan kembali tanda dan gejala konjungtivitis
- Keluarga dapat menjelaskan kembali cara merawat konjungtivitis
- Keluarga dapat menjelaskan kembali pencegah penularan konjungtivitis
Materi Penyuluhan
A.Pengertian Konjungtivitis
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata
B.Penyebab
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :
infeksi oleh virus atau bakteri.
reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
C.Tanda
Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:
konjungtiva berwarna merah dan membengkak.
produksi air mata berlebihan
dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah).
D.Gejala
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi.
Gejala lainnya adalah:
- mata berair
- mata terasa nyeri
- mata terasa gatal
- pandangan kabur
- peka terhadap cahaya
E.Pencegahan:
- Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah dibersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
- Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit.
- Jangan menggunakan handuk dan lap bersama-sama dengan penghuni rumah lainnya.
F.Penatalaksanaan
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (chlorampenicol 0,5 %).
PRE PLANNING
ASUHAN KEPERAATAN DI KELUARGA Ny. W. H
DI KELURAHAN NUSANIWE RT/RW 003/05
Hari/ tanggal : 06-01-2011
Waktu : 1×50 menit
Topik Kegiatan : Implementasi TUK I
Tempat : Rumah keluarga Ny W. H di kelurahan nusaniwe Rt/Rw 003/05
- Latar Belakang
Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun oleh perawat sebelumnya. Prinsip yang mendasari implementasi keperawatan keluarga antara lain:
a. Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang dibuat.
b.Implementasi dilakukan dengan tepat memperhatikan prioritas masalah.
c. Kekuatan-kekuatan keluarga berupa finasial, motivasi, dan sumber-sumber pendukung lainnya jangan diabaikan.
- Pendokumentasian implementasi keperawatan keluarga jangan terlupakan dengan menyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab profesi.
- Tujuan
Tujuan Umum
Setelah di lakukan penyuluhan kesehatan sebanyak 2 kali kunjungan, diharapkan agar keluarga mampu megerti tentang penyakit konjungtivitis
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan observasi selama 1 x 45 menit diharapkan keluarga dapat :
- Menjelaskan kembali pengertian konjungtivitis
- Menyebutkan kembali penyebab konjungtivitis
- Menyebutkan kembali tanda dan gejala konjungtivitis
- Menjelaskan kembali cara merawat konjungtivitis
- Menjelaskan kembali cara mencegah penularan konjungtivitis
- Peserta
Anggota keluarga Ny W.H
- Setting Waktu
NO | WAKTU | KEGIATAN | PENANGGUNG JAWAB |
1 2 3 4 | 2 menit 30 menit 15menit 3 menit | Pembukaan Penyampaian materi Tanya jawab/diskusi Penutup dan kontrak yang akan datang. | CI Institusi |
- Metode
- Ceramah
- Diskusi atau tanya jawab
- Media
Leaflet tentang konjungtivitis
- Rencana Evaluasi
1.Evaluasi struktur
- Keluarga Ny. W.H terlihat kooperatif dan aktif dalam beriteraksi dengan mahasiswa.
2.Evaluasi proses
- Keluarga Ny. W.H terlihat aktif dalam penyuluhan.
- Kelurga dapat memberikan respon verbal/non verbal
3.Evaluasi hasil
- Keluarga dapat menjelaskan kembali pengertian konjungtivitis
- Keluarga dapat menyebutkankan kembali penyebab konjungtivitis
- Keluarga dapat menyebutkankan kembali tanda dan gejala konjungtivitis
- Keluarga dapat menjelaskan kembali cara merawat konjungtivitis
- Keluarga dapat menjelaskan kembali pencegah penularan konjungtivitis
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO | Hari/Tanggal/Jam
| Diagnosa Keperawatan | Implemantasi | Evaluasi |
1 | Kamis,06-01-2011 Jam 16.00 Wit | Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan | TUK I : Memberi penyuluhan kepada keluarga tentang :
|
|
PRE PLANNING
ASUHAN KEPERAATAN DI KELUARGA Ny. W. H
DI KELURAHAN NUSANIWE RT/RW 003/05
Hari/ tanggal : 06-01-2011
Waktu : 1×50 menit
Topik Kegiatan : Implementasi TUK II
Tempat : Rumah keluarga Ny W. H di kelurahan nusaniwe Rt/Rw 003/05
- Latar Belakang
Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun oleh perawat sebelumnya. Prinsip yang mendasari implementasi keperawatan keluarga antara lain:
e. Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang dibuat.
f. Implementasi dilakukan dengan tepat memperhatikan prioritas masalah.
g.Kekuatan-kekuatan keluarga berupa finasial, motivasi, dan sumber-sumber pendukung lainnya jangan diabaikan.
h.Pendokumentasian implementasi keperawat`n keluarga jangan terlupakan dengan menyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab profesi.
- Tujuan
Tujuan Umum
Setelah di lakukan penyuluhan kesehatan sebanyak 2 kali kunjungan, diharapkan agar keluarga mampu megerti tentang penyakit konjungtivitis
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan observasi selama 1 x 45 menit diharapkan keluarga dapat :
- Menjelaskan kembali pengertian konjungtivitis
- Menyebutkan kembali penyebab konjungtivitis
- Menyebutkan kembali tanda dan gejala konjungtivitis
- Menjelaskan kembali cara merawat konjungtivitis
- Menjelaskan kembali cara mencegah penularan konjungtivitis
- Peserta
Anggota keluarga Ny W.H
- Setting Waktu
NO | WAKTU | KEGIATAN | PENANGGUNG JAWAB |
1 2 3 4 | 2 menit 30 menit 15menit 3 menit | Pembukaan Penyampaian materi Tanya jawab/diskusi Penutup dan kontrak yang akan datang. | CI Institusi |
- Metode
- Ceramah
- Diskusi atau tanya jawab
- Media
Leaflet tentang konjungtivitis
- Rencana Evaluasi
4.Evaluasi struktur
- Keluarga Ny. W.H terlihat kooperatif dan aktif dalam beriteraksi dengan mahasiswa.
5.Evaluasi proses
- Keluarga Ny. W.H terlihat aktif dalam penyuluhan.
- Kelurga dapat memberikan respon verbal/non verbal
6.Evaluasi hasil
- Keluarga dapat menjelaskan kembali pengertian konjungtivitis
- Keluarga dapat menyebutkankan kembali penyebab konjungtivitis
- Keluarga dapat menyebutkankan kembali tanda dan gejala konjungtivitis
- Keluarga dapat menjelaskan kembali cara merawat konjungtivitis
- Keluarga dapat menjelaskan kembali pencegah penularan konjungtivitis
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO | Hari/Tanggal/Jam
| Diagnosa Keperawatan | Implemantasi | Evaluasi |
1 | Kamis,06-01-2011 Jam 16.0 0 Wit | Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan | TUK II : Memberi penyuluhan kepada keluarga tentang :
|
2.Proses
3.Hasil
|
PRE PLANNING
ASUHAN KEPERAATAN DI KELUARGA Ny. W. H
DI KELURAHAN NUSANIWE RT/RW 003/05
Hari/ tanggal : 07-01-2011
Waktu : 1×50 menit
Topik Kegiatan : Kegiatan Evaluasi
Tempat : Rumah keluarga Ny W. H di kelurahan nusaniwe Rt/Rw 003/05
- Latar Belakang
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan antara hasil implemantasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Evaluasi ini dilakukan dalam rangka untuk melihat kembali tujuan keperawatan yang telah dilakukan pada keluarga Ny. W.H dengan kurang pengetahuan berhubunangan dengan ketidakmampuan keluarga mngenal masalah kesehatan
- Tujuan
- Umum
Setelah dilakukan evaluasi diharapkan keluarga Ny W.H ,sudah mempunyai pengetahuan tentang penyakit Konjungtivitis
- Khusus
Setelah dilakukan evaluasi diharapkan keluarga Ny W.H dapat menjelaskan kembali isi materi penyuluhan yang telah diberikan yang dimulai dari pengertian,penyebab,tanda dan gejala,cara merawat dan pencegahan penyakit konjungtivitis
3.Perserta
Anggota keluarga Ny W.H
- Setting waktu
NO
| WAKTU | KEGIATAN | PENANGGUNG JAWAB |
1 2 3 | 5 Menit 15 Menit 10 Menit | Pembukaan Evaluasi Penutup | CI Institusi CI Institusi CI Institusi |
- Rencana Evaluasi
- Evaluasi struktur
- Keluarga dapat bekerja sama dengan mahasiswa.
- Evaluasi proses
- Keluarga dapat terlibat aktif dalam kegiatan evaluasi.
Keluarga dapat memberikan respon verbal dan non verbal.
- Evaluasi hasil
- Keluarga dapat menjelaskan kembali yang telah disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Ed 3. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2009
Ilyas, Sidarta, Tanzil, Muzakkir, Salamun, Azhar, Zainal. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 2000.
Media Aesculapius. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1
Setiawati Santun. 2002. Asuhan Keperawatan Keluarga. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta
Voughan, Daniel G, Asbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum (General Ophthalmology). Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000.
Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993. 42-50.14. Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003, hal 2, 134.15. Putz, R. & Pabst R. Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar