BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk membahas tentang Defisit Perawatan Diri
2. Untuk Pengetahuan Dasar Praktek Lapangan
3. Untuk membahas Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Defisit Perawatan Diri
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini menggunakan penulisan metode studi pustaka, diskusi kelompok dan browsing internet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).
Defisit Perawatan Diri adalah Suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.
B. Jenis–jenis Perawatan Diri
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).
C. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik.
2. Penurunan kesadaran.
Menurut Depkes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak–anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain–lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
D. Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor.
d. Gigi kotor disertai mulut bau.
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang .
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :
1. Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya.
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawat
E. Mekanisme Koping
1. Regresi
2. Penyangkalan
3. Isolasi diri, menarik diri
4. Intelektualisasi
F. Rentang Respon Kognitif
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri adalah :
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar mandi yang dekat dan tertutup.
G. Pohon Masalah
Resiko tinggi isolasi
Harga diri rendah Kronis
H. Diagnosa Keperawatan
Menurut Depkes (2000: 32) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien defisit perawatan diri sesuai dengan bagan 1.1 yaitu:
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Defisit perawatan diri.
3. Isolasi Sosial.
I. Data yang perlu Dikaji
Masalah Perawatan Data yang perlu Dikaji
Defisit perawatan diri Subjektif
• Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin atau di RS tidak tersedia alat mandi.
• Klien mengatakan dirinya malas berdandan.
• Klien mengatakan ingin di suapi makan.
• Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK atau BAB.
Objektif
• Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor.
• Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (wanita).
• Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan sendiri…….
• Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK
J. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Tujuan
Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK
2. Tindakan Keperawatan untuk Klien
a. Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri yang meliputi mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK secara mandiri.
b. Memberikan latihan cara melakukan mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK secara mandiri.
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan diri.
3. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Klien
Keluarga dapat meneruskan melatih klien dan mendukung agar kemampuan klien dalam perawatan dirinya meningkat. Serangkaian intervensi ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh klien agar dapat menjaga kebersihan diri.
b. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan membantu klien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah disepakati)
c. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam merawat diri.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kasus
An.Cinta umur 15 tahun dibawa ke RSJ Magelang karena menurut keluarga An.Cinta sudah 1 bulan ini tidak mau makan, tidak mau mandi, gosok gigi, dan menata rambut. Hal ini dialami An.Cinta sejak diputuskan oleh pacarnya.
B. Analisa Kasus
Pada kasus An.Cinta masalah dimulai sejak An.Cinta diputuskan oleh pacarnya. Hal tersebut membuat An.Cinta mengalami harga diri rendah kronis dengan kata lain putus cinta merupakan faktor pencetus atau presipitasi dari masalah harga diri rendah kronis. Dari kasus tidak kami temukan faktor predisposisi, sehingga kami mengambil bahwa tidak adanya dukungan keluarga sebagai faktor predisposisi. Jika di lapangan ditemukan kasus seperti An.Cinta kami perlu pengkajian lebih lanjut menemukan faktor predisposisi.
Pokok masalah dari kasus An.Cinta yang dapat kami diskusikan, sebagai berikut :
Resiko Tinggi Isolasi Sosial
Tidak mau makan, mandi, gosok gigi,
menata rambut.
Harga diri rendah kronis putus cinta
Kesimpulan masalah keperawatan yang mungkin muncul :
1. Harga diri rendah kronis.
2. Defisit perawatan diri.
3. Resiko tinggi isolasi sosial.
Dari ketiga masalah keperawatan tersebut, kami mengambil diagnosa keperawatan defisit perawatan diri masalah utama An.Cinta, yang kemudian dibuat strategi pelaksanaan .
Tanda dan Gejala
a. Mandi/Higiene
An.Cinta mengalami ketidaksamaan dalam membersihkan badan, dan memperoleh perlengkapan untuk mandi.
b. Berhias
An.Cinta mempunyai kelemahan dalam mengenakan atau melepaskan pakaian atau berhias (menyisir rambut).
c. Makan
An.Cinta mempunyai ketidakmampuan dalam keinginan untuk makan
Faktor presipitasi : diputus pacarnya.
Faktor presdisposisi : tidak ada dukungan keluarga.
Masalah Defisit perawatan diri yang mungkin muncul :
Tidak mau makan
Masalah Higiene (tidak mau mandi dan gosok gigi).
Tidak mau berhias
Pohon Masalah
Resiko Tinggi Isolasi Sosial
Defisit Perawatan Diri
Harga Diri Rendah (diputus pacarnya)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Masalah : Defisit Perawatan Diri
Pertemuan : Ke – I (pertama)
A. Proses Keperawatam.
1. Kondisi klien :
Klien sudah satu bulan tidak mau makan, tidak mau mandi dan tidak mau menata rambut.
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri.
3. Tujuan khusus/SP I.
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteri sebagai berikut :
1. Ekspresi wajah bersahabat
2. Menunujukan rasa senang
3. Klien bersedia berjabat tangan
4. Klien bersedia menyebutkan nama
5. Ada kontak Mata
6. Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
7. Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya
b. Mengidentifikasi kebersihan diri, berdandan, dan makan.
c. Menjelaskan pentingya kebersihan diri.
d. Menjelaskan peralatan yang digunakan untuk menjaga kebersihan diri dan cara melakukan kebersihan diri.
e. Memasukkan dalam jadwal kegiatan klien.
4. Rencana tindakan keperawatan.
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
4. Jelaskan tujuan peremuan
5. jujur dan menempati janji
6. tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7. Beri perhatian pada pemenuhan kebutuhan dasar klien
b. Identifikasi kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri, berdandan, dan makan.
c. Jelaskan pentingnya kebersihan diri dengan cara memberikan penjelasan terhadap pentingnya kebersihan diri, selanjutnya minta klien menjelaskan kembali pentingnya kebersihan diri.
d. Jelaskan peralatan yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri, dengan tahapan tindakan berikut.
1. Jelaskan alat yang dibutuhkan dan cara membersihkan diri
2. peragakan cara membersihkan diri dan mempergunakan alat untuk membersihkan diri
3. Minta klien untuk memperagakan ulang alat dan cara kebersihan diri
e. Memasukkan dalam jadwal kegiatan klien.
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik.
“Assalamualaikum … Boleh saya kenalan dengan adik?
Nama saya … adik boleh panggil saya … saya mahasiswa keperawatan … saya sedang praktek disini. Kalau boleh saya tahu nama adik siapa, dan senangnya dipanggil dengan sebutan apa?”
b. Evaluasi/Validasi
c. Kontrak
2. Topik : “Apakah adik tidak keberatan untuk mengobrol dengan saya? Menurut adik sebaiknya kita ngobrol tentang apa? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang kebersihan diri?”
3. Waktu : “Berapa lama kira-kira bisa ngobrol? Adik maunya berapa menit?bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
4. Tempat : “Dimana kita duduk? Diteras, dikursi panjang itu, atau dimana?”
2. Kerja
“Berapa kali adik membersihkan diri dalam sehari?”
“Apakah adik suka berdandan?”
“Alat apa yang adik gunakan pada saat makan, menggunakan sendok atau tangan?”
“Apakah adik tahu pentingya kebersihan diri?”
“Bagaimana cara adik menjaga kebersihan diri?”
“Apakah adik tahu tentang alat-alat yang digunakan untuk membersihkan diri?”
“Bagaimana cara adik membersihkan diri?”
“Pertama lepaskan seluruh baju yang dikenakan, lalu siramkan pada seluruh bagian tubuh dan bilas sampai bersih. Setelah itu menggosok gigi, keringkan badan dengan handuk dan ganti pakaian dengan pakaian bersih.”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan adik dengan obrolan kita tadi? Adik merasa senang tidak dengan latihan tadi?”
b. Evaluasi Objektif
“Setelah kita berdiskusi panjang lebar, sekarang coba adik simpulkan pembicaraan kita tadi? Coba sebutkan cara menjaga kebersihan diri?”
c. Rencana tindak lanjut
“kalau adik sudah tahu cara membersihkan diri, nanti saat jam 10.00 coba adik praktek penjelasan saya tadi?”
d. Kontrak yang akan datang :
1. Topik : “Adik, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang bagaimana cara menjaga kebersihan mulut?”
2. Waktu : “Kira-kira waktuya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30 WIB, bisa?”
3. Tempat : “Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok dimana ya, apa masih disini atau cari tempat lain? Sampai jumpa.”
Masalah : Defisit Perawatan Diri
Pertemuan : Ke -2 (dua)
Hari/tanggal :
Waktu :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
Klien sudah satu bulan tidak mau makan, tidak mau mandi dan tidak mau menata rambut.
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus/SP 2
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Menjelaskan cara mandi yang benar
c. Membantu pasien mempraktekan cara makan yang baik
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan
a. Jelaskan cara mempersiapkan mandi
b. Jelaskan cara mandi yang benar
c. Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari yang sudah dilatih
d. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam terupeutik
“Assalamualaikum Cinta, sesuai janji saya kemarin sekarang saya datang lagi.”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan cinta hari ini?”Apakah cinta masih ingat tanda-tandanya bersih?”Apakah sudah dipakai yang telah kita latih kemarin? Bagaimana hasilnya?”
c. Kontrak
1. Topik : “sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berdiskusi tentang cara mandi yang benar.”
2. Waktu : ”Mau berapa lama kita berbincang-bincang? 15 menit saja cukup?”
3. Tempat : “Tempatnya mau dimana cinta? Baiklah disini saja.”
2. Fase Kerja
“Menurut cinta kalau mandi itu kita harus gimana? Sebelum mandi apa yang perlu kita persiapkan? Benar sekali. Cinta perlu menyiapkan pekaian ganti, handuk, sikat gigi, sampo, sabun dan sisir. Bagaimana kalau sekarang kita kekamar mandi. Saya akan membimbing cinta melakukannya. Sekarang cinta siram seluruh tubuh cinta termasuk rambut lalu ambil sampo dan gosokan pada kepala cinta sampai berbusa, setelah itu bilas sampai bersih. Bagus sekali. Selanjutnya ambil sabun, gosokan diseluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol. Gosok seluruh gigi. Giginya disikat mulai dari depan sampai belakang, dan arahnya dari arah atas ke bawah. Lalu kumur-kumur sampai bersih, terakhir siram lagi seluruh tubuh, sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Cinta bagus sekali melakukannya. Selanjutnya cinta pakai baju dan sisir rambutnya dengan baik.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan cinta setelah mandi dan mengganti pakaian?”
b. Evaluasi Objektif
“Coba cinta sebutkan lagi bagaimana cara-cara mandi yang baik seperti yang sudah cinta lakukan tadi.”
c. Rencana tindak lanjut
“Nanti cinta lakukan secara mandiri, sesuai jadwal yang sudah kita buat.”
d. Kontrak
1. Topik : “Besok kita ketemu untuk mendiskusikan jadwal kegiatan cinta terkait dengan kemampuan cinta dalam merawat diri”
2. Waktu : “Cinta mau ketemu jam berapa?”
3. Tempat : “Kira-kira cinta mau ketemu dimana?
Masalah : Defisit Perawatan Diri
Pertemuan : Ke – 3 (tiga)
Hari/tanggal :
Waktu :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien sudah satu bulan tidak mau makan, tidak mau mandi dan tidak mau menata rambut.
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus/SP 3
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Menjelaskan cara makan yang baik
c. Membantu pasien mempraktekan cara makan yang baik
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan
a. Jelaskan cara mempersiapkan makan
b. Jelaskan cara makan yang tertib
c. Jelaskan merapikan peralatan makan setealah makan
d. Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
e. Menyusun Jadwal aktivitas sehari – hari, sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih
f. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam terupeutik
“Assalamualaikum Cinta, sesuai janji saya kemarin sekarang saya datang lagi.”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan Cinta hari ini?” Apakah berdandan sudah dilakukan tiap hari?”
c. Kontrak
1. Topik : “Hari ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik”
2. Waktu : “Kita latihan selama satu jam”
3. Tempat : “Langsung di ruang makan ya Cinta…!”
2. Fase Kerja
“ Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setalah makan ? Dimana Cinta makan ?”. “Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktikkan” . “Bagus”
Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu. “ Silakan Cinta yang pimpin. Bagus…”. “ Mari kita makan… saat makan kita harus menyuap makanan dengan pelan – pelan. Ya, mari kita makan…”.
“ Setelah makan kita bereskan piring dan gelas yang kotor. Ya betul… dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana Cinta setelah kita makan bersama – sama.”
b. Evaluasi Objektif
“Ayo, coba sebutkan lagi cara – cara makan yang benar.” Bagus.
c. Rencana Tindak Lanjut
“Setelah makan apa yang sebaiknya kita lakukan.” “Hari–hari berikutnya saya berharap Cinta melakukan cara tadi dengan baik.”
d. Kontrak
1. Topik : “Besok kita ketemu untuk mendiskusikan jadwal kegiatan dalam kemampuan berdandan.”
2. Waktu : “Cinta mau ketemu jam berapa?”
3. Tempat : “Kira – kira Cinta mau ketemu dimana ?”
Masalah : Defisit Perawatan Diri
Pertemuan : Ke – 4 (empat)
Hari/tanggal :
Waktu :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien sudah satu bulan tidak mau makan, tidak mau mandi dan tidak mau menata rambut.
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit perawatan diri
3. Tujuan Khusus / SP 4
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Menjelaskan cara berdandan
c. Membantu pasien mempraktekkan dalam jadwal
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
4. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Jelaskan cara berdandan
c. Bantu pasien mempraktekkan cara berdandan
d. Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Teraupeutik
“Assalamualaikum, adik…. masih ingat saya? adik masih senang dipanggil dengan sebutan …?”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan adik saat ini? Bagaimana, apakah jadwal kegiatan yang kemarin dilakukan?”
c. Kontrak
1) Topik : “Sesuai janji kita hari ini kita akan latihan berdandan agar adik tampak rapih dan cantik”
2) Waktu : “Berapa lama kira-kira kita bisa latihan berdandan? Adik maunya berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?”
3) Tempat : “Dimana kita bisa latihan berdandan? Bagaimana kalau dikamar saja?”
2. Kerja
“Bagaimana cara adik berdandan? Apakah dengan menyisir rambut? Bagaimana cara adik menyisir rambut ?”
“Apa kebiasaan adik dalam berdandan?”
“Apakah adik biasa memakai bedak?”
“Nah, sekarang kita praktikan ya, mulai dengan mengganti pakaian, bagus. Sekarang menyisir rambut ya… bagus sekali … , selanjutnya merias muka, ya bagus. Adik sekarang sudah nampak cantik.”
“Saya jelaskan bahwa ganti baju sebaiknya dilakukan dua kali dalam sehari, menyisir rambut setelah mandi, memakai bedak dilakukan setelah mandi.”
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan adik setelah belajar berdandan?”
b. Evaluasi objektif
“Untuk berdandan caranya bagaimana?”
c. Rencana tindak lanjut
“Hari-hari berikutnya, saya harap ibu sudah bisa berdandan dengan baik”
d. Kontrak yang akan datang
“Baik, besok kita bertemu lagi. Adik mau kita bertemu dimana? jam berapa?”
SP KELUARGA
Masalah : Defisit Perawatan Diri
Pertemuan : Ke – 1 (pertama)
Hari/tanggal :
Waktu :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien tidak mau makan, tidak mau mandi, gosok gigi dan menata rambut.
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus / SPK1
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
b. Menjelaskan pengertian tanda dan gejala defisit perawatan diri, dan jenis defisit perawatan diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
c. Menjelaskan cara – cara merawat pasien defisit perawatan diri.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga.
b. Menjelaskan :
1) Pengertian defisit perawatan diri
2) Tanda dan gejala defisit perawatan diri
3) Jenis – jenis perawatan diri
4) Jenis defisit perawatan diri yang dialami oleh pasien
c. Menjelaskan cara –cara merawat pasien defisit perawatan diri
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi bapak.” Saya perawat … yang merawat anak bapak.”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ?” apa pendapat bapak tentang anak bapak Cinta?”
c. Kontrak
1) Topik : “Hari ini kita akan berdiskusi tentang masalah yang Cinta alami dan bantuan apa yang bisa bapak berikan”
2) Waktu : “Waktunya 15 menit cukupkan?”
3) Tempat : “Tempatnya di sini saja ya pak?”
2. Fase Kerja
“Selama ini apa yang dilakukan oleh Cinta dalam merawat diri?”
“Perilaku yang ditunjukkan oleh Cinta itu dikarenakan gangguan jiwanya yang membuat klien tidak mempunyai minat untuk mengurus diri sendiri.”
“Bapak, apakah selama ini dalam merawat Cinta, bapak menemukan kesulitan?”kalau ada apa saja pak?”….
“Pada dasarnya Cinta mengalami masalah defisit perawatan diri.”
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan, kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri, seperti mandi, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toiletting)
Tanda dan gejala defisit perawatan diri antara lain :
a. Mandi : Seseorang dikatakan mengalami DPD jika mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan.
b. Berpakaian / Berhias : Seseorang dikatakan mengalami DPD jika tidak memiliki kemampuan untuk memakai pakaian, memilih pakaian, mempertahankan, penampilan pada tingkat yang memuaskan
c. Makan : Seseorang dikatakan mengalami DPD jika tidak mempunyai kemampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan makanan, mengunyah makanan, mendapatkan makanan / dengan kata lain tidak ada kemauan untuk makan.
d. BAB/BAK (Toileting) : Seseorang dikatakan mengalami DPD jika memiliki keterbatasan/ketidakmampuan dalam mendapatkan kamar kecil, duduk/bangkit dari jamban, membersihkan diri setelah BAB/BAK secara tepat dan menyiram toilet/kamar mandi.
Jenis-jenis defisit perawatan diri seperti yang telah saya sebutkan tadi, yaitu : Mandi, berpakaian/berhias, makan, BAB/BAK (Toiletting)
Dari tanda-tanda yang dialami anak bapak, anak bapak mengalami DPD dalam tiga hal yaitu : mandi, berpakaian, makan.
“Kalau Cinta Kurang motivasi dalam merawat diri apa yang bapak lakukan ?” Bapak perlu juga memperhatikan alat – alat kebersihan diri yang dibutuhkan oleh Cinta seperti handuk, baju ganti, sikat gigi, sampo, dan alat kebersihan lainnya. Bapak juga perlu mendampinginya saat merawat diri sehingga dapat diketahui apakah Cinta sudah bisa mandiri / mengalami hambatan dalam melakukannya.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap – cakap?”
b. Evaluasi Objektif
Coba bapak sebutkan lagi apa saja yang harus diperhatikan dalam membantu Cinta dalam merawat diri
c. Rencana Tindak Lanjut ( RTL )
“Mulai sekarang cobalah bapak mendampingi dan membantu Cinta saat membersihkan diri”
d. Kontak
Topik : “Baiklah bapak tiga (3) hari lagi saya akan datang lagi. Kita akan mendiskusikan tentang hasil yang sudah dicapai Cinta dan saya akan melatih bapak dalam mempraktikan cara merawat Cinta.
Waktu : “Mau jam berapa kita mau bertemu bapak?” ya baiklah jam 09.00 WIB saja
Tempat : “ Tempatnya disini saja ya pak”.
Masalah : Defisit Perawatan Diri
Pertemuan : Ke – 2 (kedua)
Hari/tanggal :
Waktu :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien tidak mau makan, tidak mau mandi, gosok gigi dan menata rambut.
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri
3. Tujuan khusus / SPK2
a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien defisit perawatan diri
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien defisit perawatan diri
4. Tindakan keperawatan
Mempraktekan cara merawat pasien defisit perawatan diri langsung terhadap pasien
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalmualaikum, bapak” sesuai janji saya tiga hari yang lalu sekarang saya datang lagi”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? apakah bapak sudah membantu dan mendampingi Cinta saat membersihkan diri?”
c. Kontrak
1) Topik : “Hari ini kita akan berlatih cara merawat anak bapak dan mempraktekan secara langsung”
2) Waktu : “Waktunya 30 menit ya pak?”
3) Tempat : “Tempatnya di sini saja ya pak?”
2. Fase Kerja
“Sekarang kita akan berlatih cara menyuap anak bapak, merapikan dan memandikan”
“ Caranya seperti ini pak ……”
“ Bagaimana bapak, apakah sudah paham ?”
“ Coba bapak pratekkan !”
“ Betul pak seperti itu, bapak sudah bisa”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berlatih tadi?”
b. Evaluasi Objektif
“Coba bapak praktekkan lagi !”
“Bagus sekali bapak sudah bisa”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Mulai sekarang bapak praktekkan cara merawat Cinta seperti yang saya ajarkan tadi”
d. Kontrak
1. Topik : “Baiklah bapak, tiga hari lagi saya akan datang, kita akan berbincang – bincang tentang cara menyusun jadwal kegiatan Cinta di rumah termasuk minum obat dan apa yang harus bapak lakukan setelah Cinta pulang”
2. Waktu : “Mau jam berapa pak kita ketemu?”
3. Baiklah kita ketemu jam 09.00 ?
4. Tempat : “Tempatnya mau dimana pak?” Bagaimana kalau di sini saja?”“ Baiklah bapak, 3 hari lagi saya akan datang”
“ Senang bisa membantu bapak”
Masalah : Defisit Perawatan Diri
Pertemuan : Ke – 3 (ketiga)
Hari/tanggal :
Waktu :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien tidak mau makan, tidak mau mandi, gosok gigi dan menata rambut.
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri
3. Tujuan Khusus / SPK 3
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
4. Tindakan Keperawatan
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
b. Membantu keluarga membuat jadwal minum obat
c. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi bapak, sesuai janji saya. Sekarang saya datang lagi.”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?” apakah bapak sudah mempraktekkan cara – cara yang kita berlatih 3 hari yang lalu?”
c. Kontrak
1. Topik : “Hari ini kita akan berbincang-bincang tentang jadwal aktivitas di rumah dan jadwal minum obat untuk Cinta serta tindakan untuk Cinta setelah pulang”
2. Waktu : “Waktunya 30 menit ya pak”
3. Tempat : “Tempatnya di sini saja pak”
2. Fase Kerja
“Baiklah bapak sekarang kita akan membuat jadwal aktivitas Cinta di rumah dimulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, termasuk jadwal minum obat Cinta.
Nah, berarti bapak harus menulis semua aktivitas Cinta secara terjadwal.
Setelah di rumah nanti bapak harus selalu mengawasi Cinta dan apabila ada hal-hal yang tidak bapak ketahui, bapak bisa hubungi petugas kesehatan terdekat. Jangan lupa juga sebelum obat habis, bapak sudah kontrol agar petugas kesehatan nantinya bisa membantu bapak apakah Cinta masih memerlukan obat atau tidak.
Bagaimana bapak? Apakah bapak sudah paham?
Coba bapak simpulkan yang telah kita bicarakan tadi!
Betul sekali pak, bapak sudah paham.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?
b. Evaluasi Objektif
Coba bapak buat contoh jadwal aktivitas Cinta termasuk minum obat.
Bagaimana kalau bapak Cinta sudah pulang? Apa yang perlu bapak lakukan?
Bagus bapak sudah paham
c. Rencana Tindak Lanjut
“Nah mulai sekarang bapak buat jadwal untuk aktivitas Cinta agar setelah pulang bisa langsung dipraktekkan”
Kalau ada kesulitan bapak bisa hubungan perawat.
Terimakasih bapak, senang bisa membantu bapak
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar