Jumat, 27 April 2012

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) MENIERE

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis bernama Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada tahun 1861. Definisi penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga bagian dalam yang bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang berkurang, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan dari endolimph pada telinga dalam.

Dari penelitian yang dilakukan didapat data sekitar 200 kasus dari 100.000 orang di dunia menderita penyakit Meniere. Kebanyakan penderita adalah yang berumur 40 tahun keatas dan tidak ada perbedaan yang berarti antara antara jumlah penderita pria dan wanita. Prevalensi penyakit Meniere di beberapa negara berbeda-beda, di Amerika terdapat 218 penderita dari 100.000 penduduk, di Jepang terdapat 36 penderita dari 100.000 penduduk, dan 8 penderita dari 100.000 penduduk terdapat di Italia.

Kelompok akan berusaha menjelaskan tentang sindrom meniere beserta asuhan keperawatan yang diharapkan dapat berguna untuk mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.

1.2 Rumusan Masalah

Apa konsep teori dari Sindrom Meniere dan bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Sindrom Meniere?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien dengan sindrom meniere.

1.3.2 Tujuan Khusus

  1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari sindrom meniere
  2. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari sindrom meniere
  3. Mahasiswa mampu memahami Manifestasi klinis dari sindrom meniere
  4. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari sindrom meniere
  5. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari sindrom meniere
  6. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari sindrom meniere, meliputi:
    1. Pengkajian
    2. Diagnosa Keperawatan
    3. Intervensi keperawatan
    4. WOC

1.4 Manfaat

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada klien dengan sindrom meniere, serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis bernama Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada tahun 1861. Definisi penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga dalam yang bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang berkurang ssecara progresif, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan dari endolimfe pada telinga dalam.

Endolimph atau cairan Scarpa adalah cairan yang berada di dalam labirin telinga dalam. Kation utama yang berada di cairan ekstraselular ini adalah kalium. Ion yang terdapat di dalam endolimfe lebih banyak dari perilimfe. Sedangkan perilimfe adalah cairan ekstraseluler yang terletak di koklea, tepatnya pada bagian skala timpani dan skala vestibuli. Komposisi ionik perimlife seperti pada plasma dan cairan serebrospinal. Kation terbanyak adalah natrium. Perilimfe dan endolimfe memiliki komposisi ionik yang unik yang sesuai untuk menjalankan fungsinya yaitu mengatur rangsangan elektrokimiawi dari sel-sel rambut di indera pendengaran. Potensoal listrik dari endolimfe ~80-90 mV lebih positif dari perilimfe.

Canalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran), merupakan suatu struktur yang terdiri dari 3 buah saluran setengah lingkaran yang tersusun menjadi satu kesatuan dengan posisi yang berlainan, yaitu: canalis semisirkularis horizontal, canalis semisirkularis vertikal superior, canalis semisirkularis vertikal posterior. Masing-masing canalis semisirkularis berisi cairan endolympha dan pada salah satu ujungnya yang membesar disebut ampula, berisi reseptor keseimbangan yang disebut cristac ampularis. Masing-masing cristac terdiri dari sel-sel bercillia dan sel-sel penyangga yang keseluruhannya ditutupi oleh suatu selaput yang disebut cupula. Karena kelembamannya, maka endolymph yang terdapat di dalam canalis semisirkularis akan bergerak ke arah yang berlawanan dengan arah putaran. Aliran endolymph akan mendorong cupula melengkungkan cillia-cillia dari sel-sel rambut, dengan demikian maka sel bercillia tersebut terangsang dan merubahnya menjadi impuls sensori yang untuk selanjutnya ditransmisikan ke pusat keseimbangan di otak. Canalis semisirkularis merupakan organ keseimbangan dinamis yaitu memberikan respons terhadap pemutaran tubuh.

2.2 Etiologi

Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum diketahui secara pasti, banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda. Sampai saat ini dianggap penyebab dari penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan dalam fisiologi sistem endolimfe yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan dimana jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga mengakibakan dilatasi dari skala media. Tetapi, penyebab hidrops endolimfe sampai saat ini belum dapat dipastikan. Ada beberapa anggapan mengenai penyebab terjadinya hidrops, antara lain :

  1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri
  2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler
  3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler
  4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan endolimfa
  5. Infeksi telinga tengah
  6. Infeksi traktus respiratorius bagian atas
  7. Trauma kepala
  8. Konsumsi kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi
  9. Konsumsi aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan
  10. Infeksi virus golongan herpesviridae
  11. Herediter

Berikut akan dijelaskan mengenai penyebab yang dianggap dapat mencetuskan penyakit Meniere:

  1. Virus Herpes (HSV)

Herpes virus banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah ada laporan bahwa 12 dari 16 pasien Meniere terdapat DNA virus herpes simpleks pada sakus endolimfatikusnya. Selain itu pernah dilaporkan juga pada pasien Meniere yang diberi terapi antivirus terdapat perbaikan. Tetapi anggapan ini belum dapat dibuktikan seluruhnya karena masih perlu penelitian yang lebih lanjut.

  1. Herediter

Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang tua yang menderita penyakit Meniere juga. Predisposisi herediter dianggap mempunyai hubungan dengan kelainan anatomis saluran endolimfatikus atau kelainan dalam sistem imunnya.

  1. Alergi

Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya mempunyai alergi terhadap makanan. Hubungan antara alergi dengan panyakit Meniere adalah sebagai berikut :

  • Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari mediator yang dilepaskan pada saat tubuh mengadakan reaksi terhadap makanan tertentu.
  • Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari kemampuan filtrasi dari sakus endolimfatikus
  • Ada hubungan antara alergi dan infeksi virus yang menyebabkan hidrops dari sakus endolimfatikus
  1. Trauma kepala

Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat menggangu aliran hidrodinamik dari endolimfatikus. Anggapan ini diperkuat dengan adanya pasien Meniere yang mempunyai riwayat fraktur tulang temporal.

  1. Autoimun

Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops endolimfe bukan merupakan penyebab dari penyakit Meniere. Ini dikatakan oleh Honrubia pada tahun 1999 dan Rauch pada tahun 2001 bahwa pada penelitian otopsi ditemukan hidrops endolimfe pada 6% dari orang yang tidak menderita penyakit Meniere. Penelitian yang banyak dilakukan sekarang difokuskan pada fungsi imunologik pada sakus endolimfatikus. Beberapa ahli berpendapat penyakit Meniere diakibatkan oleh gangguan autoimun. Brenner yang melakukan penelitian pada tahun 2004 mengatakan bahwa pada sekitar 25 % penderita penyakit Meniere didapatkan juga penyakit autoimun terhadap tiroid. Selain itu Ruckenstein pada tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar 40 % pasien penderita penyakit Meniere didapatkan hasil yang positif pada pemeriksaan autoimun darah seperti Rheumatoid factor, Antibodi antiphospholipid dan Anti Sjoegren.

2.3 Manifestasi Klinis

Sifat yang khas pada penyakit Meniere adalah terdapatnya periode aktif/serangan yang bervariasi lamanya yang diselingi dengan periode remisi yang lebih panjang dan juga bervariasi lamanya. Pola serangan dan remisi pada individu tidak dapat diramalkan, walaupun gejala berkurang setelah beberapa tahun. Pada saat serangan biasanya terdapat trias Meniere yaitu vertigo, tinitus, dan gangguan pendengaran. Biasanya terdapat adanya suatu periode rasa penuh atau tertekan pada telinga yang dirasakan penderita selama berjam-jam, berhari-hari, atau berminggu-minggu. Namun sensasi ini terlupakan karena adanya serangan vertigo yang hebat yang timbul tiba-tiba disertai mual dan muntah. Terdapat adanya kurang pendengaran yang hampir tidak dirasakan pada telinga yang bersangkutan karena genuruh tinitus yang timbul bersamaan dengan vertigo. Episode awal biasanya berlangsung selama 2-4 jam, setelah itu vertigo mereda, meskipun pusing (dizziness) pada gerakan kepala menetap selama beberapa jam. Pendengaran membaik dan titnitus berkurang, tetapi tidak menghilang dengan redanya vertigo.

Kemudian ada periode bebas vertigo. Selama periode ini penderita mungkin hanya merasakan tinitus yang bergemuruh. Gejala-gejala ini kemudian diselingi oleh episode vertigo spontan lain yang mirip dengan yang pertama dengan derajat yang lebih ringan. Frekuensi serangan ini bervariasi, tetapi biasanya timbul sebanyak satu atau dua kali dalam seminggu, atau sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan. Pada kasus-kasus berat dapat timbul serangan setiap hari. Biasanya setelah periode tersebut, yang dapat berlangsung beberapa minggu, terjadi remisi spontan atau akibat pengobatan, yang pada waktu itu gejala hilang sama sekali, kecuali gangguan pada pendengaran pada telinga yang bersangkutan. Namun fase remisi tersebut ternyata tidak permanen, dapat terjadi pengulangan fase akut seperti sebelumnya yang timbul dalam beberapa bulan. Sementara pola aktif dan remisi berjalan, gejala pada periode akut melemah oleh karena hilangnya secra bertahap kemampuan organ akhir dalam memberikan respon akibat degenerasi elemen-elemen sensorik.

Variasi dalam simtomatologi telah di uraikan dan kadang-kadang dapat ditemukan. Sindrom Lermoyes merupakan satu contoh dimana gangguan pendengaran terjadi berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelum timbulnya serangan vertigo pertama.

Ada 3 tingkat derajat keparahan penyakit Meniere :

  1. Derajat I, gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah. Gangguan vagal seperti pucat dan berkeringat dapat terjadi. Sebelum gejala vertigo menyerang, pasien dapat merasakan sensasi di telinga yang berlangsung selama 20 menit hingga beberapa jam. Diantara serangan, pasien sama sekali normal.
  2. Derajat II, gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi. Muncul gejala tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah.
  3. Derajat III, gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif memburuk. Kali ini mengenai kedua telinga sehingga pasien seolah mengalami tuli total. Vertigo mulai berkurang atau menghilang.

2.4 Patofisiologi

Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal didapatkan pelebaran dan perubahan pada morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama di daerah apeks koklea (helikotrema). Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimulai dari apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal koklea.

Secara patologis, penyakit Meniere disebabkan oleh pembengkakan pada kompartemen endolimfatik, bila proses ini berlanjut dapat terjadi ruptur membran Reissner sehingga endolimfe bercampur dengan perilimfe. Hal ini meyebabkan gangguan pendengaran sementara yang kembali pulih setelah membrana kembali menutup dan cairan endolimfe dan perilimfe kembali normal. Hal ini yang menyebabkan terjadinya ketulian yang dapat sembuh bila tidak terjadinya serangan.

Terjadinya Low tone Hearing Loss pada gejala awal yang reversibel disebabkan oleh distorsi yang besar pada daerah yang luas dari membrana basiler pada saat duktus koklear membesar ke arah skala vestibuli dan skala timpani.

Mekanisme terjadinya serangan yang tiba-tiba dari vertigo kemungkinan disebabkan terjadinya penonjolan-penonjolan keluar dari labirin membranasea pada kanal ampula. Penonjolan kanal ampula secara mekanis akan memberikan gangguan terhadap krista. Tinitus dan perasaan penuh di dalam telinga pada saat serangan mungkin disebabkan tingginya tekanan endolimfatikus.

2.5 Penatalaksanaan

Terapi

a. Terapi Medis Profilaksis

Terapi medis diarahkan untuk mengatasi proses penyakit yang mendasarinya atau mengontrol serangan vertigo selama eksaserbasi penyakit.

- Vasodilator

Vasidilator yang sering digunakan adalah Betahistin HCl 8 mg 3 kali sehari, jika tidak terdapat ulkus peptikum. Alternatif lain adalah asam nikotinat, histamine dan siklandelat. Vasodilator digunakan akibat gangguan pada endolimfe oleh kelainan vaskuler.

- Antikolinergik

Probantin telah digunakan sebagai terapi meniere karena teori bahwa hidrops endolimfatik disebabkan oleh disfungsi susunan saraf autonom di telinga dalam.

- Penggunaan Hormon Tiroid

Penggunan hormone tiroid didasrkan atas teori bahwa hipotiroidisme ringan adalah termasuk penyebab hidrops endolimfatik.

- Pemberian Vitamin

Pemberian vitamin berdasarkan atas teori bahwa penyakit meniere akibat defisiensi vitamin. Vitamin yang biasa diberikan adalah vitamin B kompleks, asam askorbat dan senyawa sitrus bio-flavonoid (Lipoflavonoid).

- Diet rendah garam dan Pemberian diuretic

Diet rendah garam dan pemberian diuretic dimaksudkan adalah agar menurunkan jumlah cairan tubuh dengan harapan juga menurunkan cairan endolimfe.

- Program pantang makanan

Terapi ini kadang digunakan pada meniere yang bias disebabkan akibat terjadinya suatu alergi makanan.

b. Terapi Simtomatik

Terapi simtomatik ditujukan untukl menghentikan atau mengurangi hebatnya serangan vertigo dan tanpa berdalih berusaha mengoreksi sebab dasar penyakit Meniere.

- Sedative

Sedative dalam dosis ringan seperti fenobirtal atau trankulizer seperti diazepam (Valium) sering menolong pasien rileks dan menurunkan frekuensi serangan vertigo.

- Antihistamine dan antiemetik

Antihistamin dan antiemetic tertentu efektif menghentikan atau mengurangi keparahn seringan vertigo pada pasien Meniere. Antihistamin yang sering diberikan adalah dimenhidrinat (dramamine) dan siklizin (Marezine). Sedangkan antiemetic yang biasa digunakan adalah antiemetic diferidol.

- Depresan vestibuler

Depresan vestibuler digunakan unruk mencegah atau mengurangi keparahan serangan vertigo dan untuk terapi pasien selama eksaserbasi penyakit ini sampai terjadi remisi spontan.

Pembedahan

Pembedahan dianjurkan jika gejalanya tidak dapat diatasi dengan terapi. Prosedur pembedahan konservatif, misalnya operasi dekompresi salus endolimfatikus, ditujukan untuk mempertahankan pendengaran pad telinga yang mengalami gangguan. Tindakan ini mengandung sedikit resiko menyebabkan kerusakan pendengaran dan betujuab ubtuk mengatasi serangan vertigo, serta dapat mencegah penyakit Meniere. Pembedahan dibagi menjadi 3 kelompok : bedah destruktif, bedah destruktif sebagian dan bedah nondestruktif.

Labirinektomi

Labirinektomi atau destruksi total pada labirintus membranaseus, merupakan jaminan pasti untuk menyembuhkan vertigo pada penyakit Meniere, tetapi terpaksa harus mengorbankan pendengaran secar total pada telinga yang bersangkutan. Tindakan ini boleh dipertimbangkan bila kehilangan pendengaran pada salah satu telinga sudah demikian berat sedang telinga yang satu lagi masih mampu mempertahankan fungsi normalnya

2.6 Asuhan Keperawatan

2.6.1 Pengkajian

Identitas Klien

Nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,umur, pekerjaan, nama ayah/ ibu, pekerjaan, alamat, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir.

Riwayat Sakit dan Kesehatan

Keluhan Utama : vertigo, tinitus, dan penurunan pendengaran

Riwayat Penyakit Sekarang : tidak diketahui dengas jelas

Riwayat Penyakit dahulu

Riwayat Keluarga

Riwayat Pengobatan

Observasi Dan Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

2. Tanda-Tanda Vital :

Suhu, nadi, tekanan darah, dan respiratory rate (RR).

3. Pemeriksaan pendengaran

  1. Tes Weber
  2. Tes Rinne
  3. Tes Swabach

4. Pemeriksaan per sistem :

B1 : Breathing (Sistem Pernapasan)

Bentuk dada

Pola nafas : normal

Suara napas : normal

Retraksi otot bantu napas : tidak ada

Alat bantu pernapasan : tidak ada

B2 : Blood (Sistem Kardiovaskular)

Irama jantung : regular; S1,S2 tunggal.

Akral : normal

Tekanan darah : hipotensi

B3 : Brain (Sistem Persyarafan)

Tinitus, penurunan pendengaran, vertigo

B4 : Bladder (Sistem Perkemihan)

Normal

B5 : Bowell (Sistem Pencernaan)

Asupan nutrisi : terganggu akibat mual, muntah dan anoreksia

B6 : Bone (Sistem Integumen dan Muskuloskeletal)

Turgor kulit : menurun

Mobilitas fisik : lemah, malaise

5. Pemeriksaan Penunjang

  1. Pneumo-otoskopi untuk melihat ada tidaknya nistagmus
    1. Romberg test
    2. Fukuda marching step test
    3. Dix-Hallpike test atau tes kalori bitermal
  1. Audiogram
  2. Tes gliserin

Pasien diberi minum gliserin 1,2 ml/ kg BB setelah diperiksa kalori dan audiogram. Setelah 2 jam diperiksa kembali dan dibandingkan. Perbedaan bermakna menunjukkan adanya hidrops endolimfatikus.

  1. Transtimpanic Elektrokokleografi

Dapat menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang menderita penyakit meniere.

  1. Politom Elektronistagmogram

bisa normal atau menunjukkan penurunan respons vestibuler.

  1. CT scan atau MRI kepala
  2. Elektroensefalografi
  3. Stimulasi kalorik
  4. Videonistagmography


2.6.2 Diagnosa Keperawatan

  1. Gangguan persepsi sensori berkaitan dengan gangguan pendengaran
  2. Resiko tinggi cedera berkaitan dengan perubahan mobilitas karena gangguan cara berjalan dan vertigo.
  3. Ansietas berkaitan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan dan kehilangan pendengaran
  4. Resiko terhadap trauma berkaitan dengan kesulitan keseimbangan

Resiko cedera no .1 intoleransi no.2 ansietas no.3

No.

Diagnosis

keperawatan

Tujuan

Kriteria

Hasil

Intervensi

Rasional

1.

Resiko tinggi cedera berkaitan dengan vertigo.

menghindari cedera fisik yang berkaitan dengan ketidakseim- bangan saat mobilisasi.

a. Klien dapat berjalan dengan normal / lancar.

b. Klien mampu menjaga keseimbangan tubuhnya saat melakukan mobilisasi

  1. Kaji vertigo yang meliputi riwayat, awitan, gambaran serangan, durasi, frekuensi, dan adanya gejala telinga yang terkait kehilangan pendengaran, tinitus, rasa penuh di telinga.
  2. Kaji luasnya ketidakmampu-an berkaitan dengan aktivitas rutin

  1. Ajarkan atau tekankan terapi vestibular/ keseimbangan sesuai indikasi

  1. Berikan atau ajari cara pemberian obat anti vertigo dan atau obat penenang vestibular serta beri petunjuk pada pasien mengenai efek sampingnya.
  2. Dorong pasien untuk berbaring / istirahat bila merasa pusing.

  1. Saat klien berbaring, Letakkan bantal pada kedua sisi kepala dan pagar tempat tidur dinaikkan
    1. Riwayat merupakan dasar pelaksanaan intervensi selanjutnya

  1. Luasnya ketidakmam-puan akan meningkatkan resiko cidera / jatuh.
  2. Latihan / terapi mempercepat kompensasi labirin yang dapat mengurangi vertigo dan gangguan cara jalan.
  3. Melatih kemandirian klien

  1. Mengurangi kemungkinan jatuh dan cedera sebab peningkatan

Gerak/ mobilitas akan memperberat vertigo.

  1. Untuk mengurangi mobilitas berlebih dan untuk keamanan klien.

2.

Gangguan persepsi sensori auditorius berkaitan dengan proses penyakit

Gangguan persepsi sensori dapat teratasi

a. Rasa berdenging dapat hilang / berkurang

b.Komunikasi efektif antara klien, keluarga, dan tenaga kesehatan.

  1. Monitor tingkat kelemahan persepsi klien

  1. Memperbaiki komunikasi : berbicara tegas dan jelas (tanpa berteriak)
  2. Ajarkan cara berkomunikasi yang tepat yatu

menggunakan tanda nonverbal (ekspresi wajah,menunjuk dan sikap tubuh)

  1. Mengusaha-kan mobilitas fisik yang sesuai dengan kebutuhan klien

b. Menjaga privasi klien dan keluarga

  1. Putuskan solusi bersama agar klien dan perawat dapat berkomunikasi efektif

3.

Ansietas berkaitan dengan ancaman, atau perubahan status kesehatan dan efek ketidakmam-puan akibat vertigo

  1. Mening-katkan koping klien
  2. Mengurangi atau menghilang-kan kecemasan klien
    1. Klien tidak mengalami kecemasan terhadap status kesehatannya
    2. Klien mampu meningkatkan koping diri
    3. Kaji tingkat ansietas.

  1. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.

  1. Beri upaya kenyamanan dan hindari aktivitas yang menyebebkan stress
  2. Ajarkan pasien teknik penatalaksanaan stress atau lakukan rujukan sesuai indikasi

  1. Dorong pasien mendiskusikan ansietas dan gali keprihatinan mengenai serangan vertigo.
  2. Berikan informasi mengenai vertigo dan penanganannya.
    1. Mampu mentukan metode komunikasi yang tepat untuk mengurangi kecemasan klien
    2. Memadukan intervensi terapeutik & partisipatif dalam perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu dapat

mengurangi ansietas.

  1. Situasi penuh stress dapat memperberat gejala kondisi ini.

  1. Memperbaiki manajemen stress, mengurangi frekuensi dan beratnya serangan vertigo.
  2. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman hubungan antara tingkat antietas dan perilaku.

  1. Meningkatkan pengetahuan membantu mengurangi ansietas

2.6.3 WOC

DOWNLOAD : WOC ASKEP MENIERE

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga dalam yang bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang berkurang ssecara progresif, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan dari endolimfe pada telinga dalam.

3.2 Saran

Diharapkan dengan hadirnya makalah ini maka mahasiswa maupun praktisi kesehatan dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan Sindrom Meniere dengan tepat

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. 2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC

Latief, abdul dkk. 2007. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : bagian ilmu kesahatan anak fakultas kedokteran universitas Indonesia

Putz R dan Pabst R. 1997. sobota. Jakarta : EGC

Arsyad, Efiaty, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan TELINGA, HIDUNG, TENGGOROKAN, KEPALA dan LEHER edisi keenam. Balai penerbit FKUI: Jakarta.


DI APLOAD DI RSUD VVIP UPAYA WALUYA JOMBANG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar