Selasa, 24 April 2012

JUDUL ASKEP ISOLASI SOSIAL


BAB I
PENDAHULUAN

Bidang kesehatan adalah aspek penting bagi pembangunan, salah satunya adalah kesehatan jiwa. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tuntutan dalam memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam sehingga individu mengalami problem kejiwaan.
Berdasarkan data statistic diperkirakan angka skizofrenia paranoid mencapai 0,5 % - 1 % per tahun dimana sekitar 15 % penderita yang dirawat di Rumah Sakit adalah tipe skizofrenia paranoid. Pria lebih banyak yang menderita skizofrenia dari pada wanita dan kebanyakan berusia kurang dari 30 tahun.
Proses keperawatan adalah metode yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan klien pada semua batasan pelayanan kesehatan. Melalui evaluasi dokumentasi keperawatan di Rumah Sakit Umum di temukan bahwa kemampuan menggunakan proses keperawatan rata-rata kurang dari 60 % yang memenuhi kriteria. Kondisi ini tidak mengurangi semangat perawat untuk membuktikan bahwa proses keperawatan meningkatkan mutu asuhan keperawatan, tanggung jawab perawat, otonomi perawat, dan kepuasan perawat.
Proses keperawatan di rumah sakit jiwa mengalami masalah yang sama dengan rumah sakit umum, yaitu ditemukan kurang dari 40 % proses keperawatan yang memenuhi kriteria. Ini karena melaksanakan proses keperawatan masih dianggap sebagai beban.
Perawat perlu menyadari bahwa klien adalah merupakan manusia yang unik dan utuh yang terdiri dari aspek bio-psiko, sosiokultural dan spiritual sehingga perawat yang berpedoman pada perawatan kesehatan jiwa secara umum dan menyeluruh. Sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab perawat psikiatri yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan jiwa dan mencegah terjadinya penyakit / gangguan jiwa, mengurangi, memulihkan dan serta melaksanakan program rehabilitasi. Oleh karena itu, penulis membuat studi kasus dengan judul “ Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. J Dengan Kasus Isolasi Sosial Menarik Diri di Ruang Sinabung Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara “.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseoarang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain sekitarnya.
Kesejahteraan manusia berorientasi secara sosial, dan untuk meningkatkan kepuasan hidup. Individu harus mampu menciptakan hubungan interpersonal yang sehat / positif. Hubungan interpersonal dikatakan sehat apabila individu dapat terlibat dalam suatu hubungan intim dengan orang lain, sementara ia tetap dapat mempertahankan identitasnya.
Untuk membina hubungan yang sehat adakalanya individu harus dapat menangguhkan kebutuhannya sendiri untuk memenuhi kebutuhan orang ataupun kebutuhan hubungan itu sendiri.

B. Tahap – Tahap Perkembangan
Pada dasarnya perkembangannya dalam berhubungan bersamaan dengan tahap tumbuh kembang individu mulai dari bayi sampai dewasa. Oleh karena itu, setiap tugas perkembangan dalam siklus tumbuh kembangnya harus dapat dilalui dengan baik. Agar kemampuan membina saling ketergantungan dan keintiman dalam berhubungan dapat memperoleh kepuasan.

  • Masa bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis maupun psikologinya. Konsistensi hubungan antara ibu dan anak akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar. Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan dikemudian hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain pada masa berikutnya.

  • Masa kanak-kanak
Anak mulai mengambangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi, atau terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak frustasi, kasih sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependent. Orang tua harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak mulai masuk sekolahh dimana ia harus berlajar cara berhubungan, berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.

  • Masa praremaja dan remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan teman sejenis, yang mana hubungannya ini akan mempengaruhi individu untuk mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan jenis, dan bisanya hubungan dengan lawan jenis akan terbina dengan baik, apabila hubungan dengan teman sejenis dapat dinilai dengan baik.

  • Masa dewasa muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta pertahankan hubungan interdependent antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai dengan kemampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerima perasaan orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda adalah saling memberi dan menerima (mutuality)

  • Masa dewasa pertengahan
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk mengembangkan sktivitas baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan yang interdependent antara orang tua dengan anak.

o Masa dewasa akhir
Idividu akan mengalami brebagai kehilangan,baik kehilangan keadaan fisik,kehilangan orang tua,pasangan hidup,teman maupun pekerjaan atau peran.Dengan adanya kehilangan tersebut ketergantungan kepada orang lain akan meningkat namun kemandirian yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan.

Contoh: Peran sebagai kakek atau nenek pada saat ini sangat berarti tinggi.
Dengan adanya berbagai kehilangan di atas dapat membuat individu menarik diri dan rendah diri – kemampuan individu dalam menerima berbagai kehilangan tersebut akan menghindarkan individu menjadi frustasi, namun perlu dukungan dari keluarga maupun lingkungan.

Rentang respon berhubungan dapat berfluktuasi dari respon berhubungan adaptif sampai maladatif.

Respon Adaptif Respon Maladatif




Menyendiri Merasa sendiri Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulasi
Bekerjasama Tergantung pada Mengembangkan
Saling tergantung Orang lain diri



Faktor Predis Posisi
Beberapa faktor pendukung yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :
1. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memeliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat di penuhi akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu / pengasuh kepada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.

2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan gangguan tingkah laku.
Sikap bermusuhan / hostilitas
Sikap mengancam dan menjelek – jelekkan anak.
Ekspresi emosi yang tinggi
Orang tua atau anggota keluarga sering berteriak, marah untuk persoalan kecil / spele, sering menggunakan kekerasan fisik untuk mengatasi masalah, selalu mengkritik, mengkhayalkan, anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tidak memberi pujian atas keberhasilan anak .

3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan.
Contoh : Individu yang berpenyakit kronis, terminal, menyandang cacat atau lanjut usia.
Demikianlah kebudayaan yang mengizinkan seseorang untuk tidak keluar ruman (pingit) dapat menyebabkan isolasi sosial.

4. Faktor biologi
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa, insiden tertinggi skizofrenia di temukan pada keluarganya yang anggota keluarga menderita skizofrenia.






Faktor Presipitas
Stresor presipitas terjadi isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor Internal maupun eksternal meliputi.
1. Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti : perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara .
2. Stressor Giokimic
Teori dopamin
Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta traktus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia
3. Stressor biologic dan lingkungan sosial.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan, maupun biologis.
4. Stressor psikologis
Kecemasan yang tertinggi akan menyebabkan menurunya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stres. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase sinibiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.
o Hubungan ibu dan anak
Ibu dengan kecemasan tinggi akan mengkomunikasikan kecemasannya pada anak, misalnya dengan tekanan suara yang tinggi, hal ini membuat anak bingung, karena belum dapat mengklasifikasikan dan mengartikan pasien tersebut
o Dependen versus Interdependen
Ibu yang sering membatasi kemandirian anak, dapat menimbulkan konflik, di satu sisi anak ingin mengembangkan kemandiriannya.



Strategi Koping
Strategi koping digunakan pasien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Strategi koping yang sering digunakan pada masing – masing tingkah laku adalah sebagai berikut:
1. Tingkah laku curiga : Proyeksi
2. Dependency : Reaksi formasi
3. Menarik diri : Regresi, represi, dan isolasi
4. Curiga, waham, halusinasi, proyeksi, denial
5. Manipulatif : Regresi, represi, dan isolasi
6. Ikizofrenia : Displacement, proyeksi, introjeksi, kondensasi, isolasi, represi dan regresi

C. Intervensi
Sp 1.
  1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial (teman yang disukai, teman yang tidak disukai)
  2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
  3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
  4. Mengajarkan px cara berkenalan dengan orang lain
  5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan catatan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
Sp 2
  1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
  2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
  3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai satu kegiatan harian
Sp 3
  1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
  2. Memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih
  3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian


BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama : Tn. J
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Rm. No : 028056
Suku : Karo
Agama : Islam
Diagnosa : Schyzoparanid
Ruangan : Sinabung
Tgl Pengkajian : 26 Oktober s/d November 2009

II. Alasan Masuk R. S
Keluhan utama klien yang menyebabkan klien sakit jiwa
ü Klien sering menyendiri dan melamun
ü Klien selalu murung dan sering duduk sendiri
ü Jika ditanya jawabannya selalu singkat
ü Klien sering mendengar suara – suara aneh yang menyuruh dia pergi

III. Faktor Predisposisi
1. Gangguan masa lalu
Klien pernah mengalami ganguan jiwa 3 tahun yang lalu
2. Keluarga tidak ada yang mengalami ganguan jiwa
Jadi tidak ada faktor endogen
3. Klien pernah menganiaya orang lain saat berusia 25 tahun
4. Kekerasan dalam keluarga
Klien tidak pernah mengalami adanya kekerasan dalam keluarga
5. Tindakan kriminal
Di dalam keluarga tidak ada masalalu kriminal.
Jelaskan :
ü 3 bulan yang lalu Os sering marah – marah, mengancam, bahkan memukul orang lain
ü Os pernah di rawat di R.S.J swasta di medan 2005
ü Os sudah berobat namun kurang berhasil
ü Os pernah memukul orang

Masalah Keperawatan :
Resiko tinggi terjadi kekerasan melukai diri sendiri dan orang lain

Ada anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa yaitu anak bibi klien dengan gejala riwayat suka ngelamun dan mengurung diri di kamar. Pengobatannya hanya berobat kampung pada orang tua dan dukun.

Masalah keperawatan : Kurangnya dukungan keluarga dalam pengobatan pasien

5. Pengalaman klien dimasa lalu yang tidak menyenangkan yaitu klien pernah di tolak cintanya oleh wanita 2 kali dengan diputuskan sama pacarnya selama 2 kali.
Masalah keperawatan : Kurangnya dukungan keluarga dalam pengobatan pasien


IV. Fisik
1. Tanda Vital TD : 120 / 80 P : 20 X/i
N : 80 X/i
2. Ukur TB : 165 cm
BB : 60 Kg
3. Keluhan Fisik
Klien mengalami gatal – gatal pada kulitnya
Masalah keperawatan : Gangguan rasa nyaman, Intergritas

V. Psikososial
1. Genogram














Keterangan :
: Laki – laki : Meninggal








: Perempuan : Klien

: Hidup dalam satu rumah



Masalah Keperawatan :
ü Bapak klien meninggal dunia
ü Klien adalah anak ke 5 dari 5 bersaudara
ü Klien tinggal 1 rumah dengan kakaknya
ü Pengambilan keputusan oleh keluarga
ü Komunikasi keluarga searah


2. Konsep Diri
1. Klien merasa senang dengan semua bentuk tubuhnya
2. Identitas
Identitas klien, klien adalah seorang laki – laki dan belum pernah menikah
3. Peran
Peran klien sebagai anak didalam keluarganya
4. Ideal diri
Klien ingin cepat sembuh dan kembali kerumah
5. Harga diri
Klien merasa malu karena tinggal di R.S.J dan jauh dari keluarga
Masalah keperawatan :
ü Harga diri rendah
ü Isolasi sosial menarik diri

3. Hubungan Sosial
1. Orang yang paling berarti
Orang yang paling berarti bagi kliennya adalah ibunya dan keluarganya
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok / sosial
Peran klien terganggu dalam masyarakat
3. Hambantan dalam berhubungan dengan orang lain.
Klien selalu dikucilkan orang sekitarnya.
Masalah Keperawatan :
ü Gangguan interaksi sosial
ü Menarik diri

4. Spritual
1. Nilai Keyakinan
Klien beragama Islam, dan klien percaya terhadap keyakinanya.
2. Kegiatan Ibadah
Klien terganggu semenjak dirawat di R.S.J
Masalah keperawatan : Gangguan spritual
VI. Status Mental
1. Penampilan
Penampilan klien tidak rapi dan klien tampak kotor, penampilan acak-acakan
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan lambat, klien merasa takut salah apabila menjawab pertanyaan dari orang lain
Masalah keperawatan : Gangguan komunikasi verbal
3. Aktifitas motorik
Klien kelihatan gelisah
Masalah keperawatan : Intoleransi aktifitas
4. Alam perasaan
Klien kelihatan sedih dan melamun bila mengingat keluarga
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
5. Afek
Klien berbicara datar ketika berkomunikasi dengan perawat
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Interaksi Selama wawancara
Kontak mata kurang klien tidak mau menatap wajah perawat saat berkomunikasi
Masalah keperawatan : Interaksi inefektif
7. Persepsi halusinasi
Penglihatan, klien pernah melihat kapur putih di atas selokan
Masalah keperawatan : Halusinasi penglihatan
8. Proses fikir
Flinght if ideas, proses pikir klien lambat
Masalah keperawatan : Gangguan proses fikir
9. Isi pikir
Klien tidak ada gangguan tidak menunjukkan dan tidak ada waham
10. Tingkat kesadaran
Bingung, klien kebingungan jika diajak berbicara
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
11. Disorientasi
Tidak ada masalah
12. Memory
Klien mampu mengingat kejadian dimasa lalu yang baru dialami
13. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berhitung sederhana dan memiliki konsentrasi berhitung
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
14. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan, klien mampu memberi keputusan pada saat di beri pilihan sederhana
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
15. Daya tarik diri
Klien menerima atau menyadari penyakit yang dideritanya
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


VII. Kebutuhan Personal
1. Makan → Bantuan minimal
2. BAB / BAK → bantuan minimal
3. Mandi → bantuan minimal
4. Istirahat tidur
Jelaskan → tidur siang lamanya 2 sampai dengan 3 jam
tidur malam lamanya 8 sampai dengan 10 jam
masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
5. Berpakaian berhias → bantuan minimal
6. Penggunaan obat → bantuan minimal
7. Pememliharaan kesehatan → keperawatan lanjut : klien sudah dirawat selama
3 bulan
8. Kegiatan di dalam rumah → tidak ada masalah keperawatan
9. Kegiatan di luar rumah → tidak ada masalah keperawatan

VIII. Mekanisme
Adaptif → teknik relaksasi : apabila klien melihat sesuatu anjurkan untuk
manarik nafas
Maladaktif → reaksi lambat

IX. Masalah Psikososial
a. Masalah dengan dukungan kelompok spesifik
Klien dikucilkan dimasyarakat dan teman-temannya di RSJ
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan spesifik
Klien sering merasa gatal-gatal pada seluruh tubuhnya
c. Masalah dengan pendidikan spesifik
Klien tamat pendidikan SMA dan sudah menjadi polisi selama 2 tahun
d. Masalah dengan pekerjaan
Klien selalu dikucilkan dengan teman-teman
e. Masalah dengan perumahan
Kamar klien yang tidak nyaman
f. Masalah dengan pengetahuan
Klien sebagai anak dan tidak mencari nafkah tetapi Ibu dan kakaknya yang
mencari nafkah
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Tidak ada masalah
h. Lainnya
Tidak ada masalah

X. Pegetahuan Kurang tentang
Penyakit fisik
Kllien sering merasa gatal-gatal diseluruh tubuhnya


XI. Aspek medik
a. Diagnosa medik : Skizo paranoid
b. Therapi medik

No
Nama Obat
Dosis
1


2


3
Noprenia


Thryhexil Phemidyl


Chlorpromazine
2 mg 2x1


2 mg 2x1


100 mg 1x1 (malam)


XII. Daftar Masalah Keperawatan
1. Kekerasan, resiko tinggi
2. Perubahan sensori perseptual : pendengaran
3. Interaksi sosial, kerusakan masalah keperawatan
4. Harga diri rendah kronis
5. Defisit perawatan diri
6. Intoleransi aktivitas
7. Ketegangan peran pemberi perawatan
8. Koping, keluarga inefektif : ketidak mampuan keluarga merawat klien dirumah


XIII. Daftar diagnosa keperawatan
Ø Perilaku menciderai diri sendiri dan orang lain
Ø Gangguan interaksi sosial menarik diri





B. Analisa Data

No
Data
Masalah
1
Ds : Melakukan aktivitas, merasa malas dan takut disalahkan keluarganya.
Do : Ekspresi wajah klien tampak datar dan sedih

intoleransi aktifitas
2
Ds : Klien mengatakan lebih memilih sendiri dari pada bergabung bersama rekan-rekannya
Do : Klien sering berdiam diri
Isolasi sosial menarik diri
3
Ds : Klien mengatakan cintanya pernah ditolak oleh wanita yang dicintainya
Do : Klien kelihtan gelisah
Koping individu inefektif
4
Ds : Klien mengatakan merasa sedih karena dirawat di RSJ
Do : Klien kelihatan murung
Regiment therapeutik inefektif
5
Ds : Keluarga tidak bisa merawat / memberi obat klien di rumah
Do : Klien kambuh kembali, klien tidak terkontrol
Koping keluarga inefektif












POHON MASALAH


Regiment Therapeutik inefektif


















Koping keluarga in-efektif : ketidak mampuan keluarga merawat klien di rumah














DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Isolasi sosial, menarik diri
  2. Resiko tinggi halusinasi pendengaran
  3. Harga diri rendah
  4. Intoleransi aktivitas
  5. Defisit perawatan diri

INTERVENSI
Sp 1.
  1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial (teman yang disukai, teman yang tidak disukai)
  2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
  3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
  4. Mengajarkan px cara berkenalan dengan orang lain
  5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan catatan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
Sp 2
  1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
  2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
  3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai satu kegiatan harian
Sp 3
  1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
  2. Memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih
  3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian


IMPLEMENTASI
Sp 1
Ø Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
Ø Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
Ø Mengajarkan px cara berkenalan dengan orang lain

Fase Orientasi
Perawat : Selamat pagi J.. perkenalkan nama saya Ns, panggil saja saya N. Saya perawat yang
dinas di ruang Sinabung pagi ini. Hari ini saya dinas dari pukul 08.00 – 14.00 wib saya yang akan merawat kamu selama di rumah sakit ini. Nama kamu siapa? Senangnya di panggil apa ? dan bagaimana perasaan kamu hari ini ? apa masih ada hal-hal yang membuat kamu tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain ?
Hari ini kita akan diskusi tentang apa yang menyebabkan J tidak mau bergaul dengan pasien lain di ruangan ini, keuntungan dan kerugian bila tidak mempunyai teman.
Klien : Pagi juga sus...
Nama saya JS. Panggil saja saya J. Perasaan saya sudah lebih baik hari ini tetapi saya masih malu kalau berbicara dengan teman-teman saya yang satu ruangan dengan saya. Karena saya merasa minder bila bergaul dengan teman-teman saya.
Kerja
Perawat : Menurut J, apa keuntungannya kalau kita mempunyai teman
Klien : Yang pastinya kita punya teman ngobrol. Teman yang bisa diajak berbincang-
bincang
Perawat : Wah....benar sekali. Ada teman yang bisa kita ajak berbincang-bincang. Kira-
kira apa lagi J ?
Klien : Ada teman yang bisa di ajak tertawa bercanda, curhat-curhat, pokoknya asiklah
sus..
Perawat : Nah,...kalau kerugiannya tidak mempunyai teman apa J ...?
Klien : Ya,..sunyilah sus...
Perawat : Truss... apalagi J ?
Klien : Ga’ ada teman ngobrol, teman curhat, teman tertawa bersama, teman bercanda,
teman tidur pun ngak ada sus…
Perawat : Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya J…?
Kalau begitu iginkah J bergaul dengan orang lain ?
Klien : Ya sus... akan saya coba.


Terminasi
Perawat : Bagaiman perasaan kamu setelah kita tahu untungnya bergaul dan ruginya tidak
bergaul kan J..?
Klien : Seperti yang saya bilang tadi sus...
Perawat : Ya ada 4 keuntungan. Seperti teman bercakap-cakap, bercanda, tertawa dan
curhat-curhatan dan ada 5 kerugiannya bila tidak bergaul. Coba nanti di ingat-ingat lagi apa untungnya bergaul dan ruginya tidak bergaul.
Baiklah bagaimana kalau besok pagi jam 10.00 wib kita bertemu lagi. Dan akan bicarakan cara bergaul dengan orang lain.
Selamat pagi dan sampai jumpa besok J ....?



Sp 2
Orientasi
Perawat : Selamat pagi J...masih ingatkan dengan saya suster Ns..
Klien : Oo...iya, iya ....... suster N kan...??
Perawat : Iya, bagaiman perasaan J hari ini ..?
Klien : Sudah lebih baik sus..
Perawat : Bagaimana dengan pelajaran kita kemarin. Pasti masih ingatkan J...? coba
sebutkan lagi..
Klien : Iya sus...tentang keuntungan dan kerugian apabila kita tidak bergaul dengan
orang lain, seperti merasa sunyi, tidak ada teman bercanda, tertawa, ngobrol dan curhat-curhatan sus...
Perawat : Bagus sekali kalau J masih ingat. Nah sepert janji saya kemarin, kita akan
bicarakan bagaimana cara bergaul dengan orang lain. Tidka lama kok...sekitar 10 menit.
Menurut J bagaimana cara bergaul / berkenalan dengan orang lain ?

Kerja
Begini lo J...untuk berkenalan dengan orang lain kita sebut kan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita sukai contohnya. Nama saya Jem Sirait. Senang dipanggil Jem. Selanjutnya J menanyakkan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini...nama kamu siapa ? senang di panggil apa ? ayo J dicoba..
Misalnya saya belum kenal dengan J. Coba berkenalan dengan saya.
Klien : Nama kamu siapa ? dan senangnya di panggil apa ??
Perawat : Suster N, ya....bagus sekali. Coba sekali lagi.
Klien : Nama kamu siapa ? N senangnya di panggil apa ?
Perawat : Bagus sekali, setelah J berkenalan dengan orang tersebut J bisa melanjutkan
percakapan tetang hal-hal yang menyenangkan J bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan, dsb.



Terminasi
Perawat : Bagaiman perasaan J setelah latihan berkenalan ini ?
Klien : Senang sekali suster ...
Perawat : Coba J peragakan lagi cara berkenalan dengan orang lain dalam seminggu ini,
coba J bercakap-cakap dengan pasien lain di ruangan ini yang selama ini belum J kenal. Mau bercakap-cakap dengan berapa orang ?
Klien : 3 orang ajalah sus...
Perawat : Mari kita buat jadwalnya J...
Besok saya akan kemari lagi, kita akan berbincang-bincang lagi tentang pengalaman J bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan bercakap-cakap dengan topik tertentu waktunya seperti sekarang ini saja ya dan tempatnya di sini saja J. Setujukan..??
Klien : Baiklah sus...



Sp 3
Orientasi
Perawat : Selamat pagi J. Bagaimana perasaan hari ini ?? masih ingat sayakan..?
Klien : Baik suster..saya ingat suster N kan..
Perawat : Bagaimana J...Perkembangan selama saya tinggal satu harian..
Klien : Baik sus...saya sudah mulai bisa bergaul dengan teman-teman saya dan saya
sudah mempunyai teman sus...
Perawat : Bagus sekali J...karena kamu sudah mempunyai temen di sini bagaimana
pengalaman J dalam bercakap-cakap dengan teman J kemarin...
Klien : Senang sekali sus... saya bisa ngobrol dengan teman saya, bisa curhat dengan
teman-teman saya sus...
Perawat : Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien
O. Seperti biasa kira-kira 10 menit. Mari kita temui dia di ruang makan..


Kerja
(Bersama suster N, pasien mendekati px lain)
Perawat : Selamt pagi .. ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. Baiklah J... sekarang J bisa berkenalan dengannya seperti



























BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis menerapkan asuhan keperawatan pada Tn. J dengan masalah utama isolasi sosial menarik diri klien di ruangan sinabung rumah sakit jiwa daerah sumatera utara. Maka, penulis mendapatkan kesenjangan antara landasan teoritis dan kasus.

  1. Tahap Pengkajian
Pada tahap ini penulis menemukan hambatan dalam menggali keterangan dari klien karena selam penulisan melakukan pengkajian, keluarga tidak pernah berkunjung sehingga penulis hanya memperoleh data-data dari ruangan catatan perawatan serta klien itu sendiri. Penulis melakukan pendekatan pada klien untuk membina hubungan saling percaya dan tetap menciptakan lingkaran terapeutik sehingga klien dapat mengungkapkan permasalahannya.

  1. Tahap Diagnosa Keperawatan
Pada tahap ini banyak ditemukan teori dan kasus dalam tinjauan teoritis di temukan beberapa diagnosa keperawatan
1. Gangguan interaksi sosial menarik diri
2. Gangguan spritual
3. Gangguan komunikasi verbal
4. Defisit perawat diri personal hygiene
5. Intoleransi aktivitas
6. Harga diri rendah

Sedangkan di dalam kasus ini di temukan beberapa diagnosa keperawatan adalah :
1. Kerusakan interaksi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
2. Regimen terapeutik inefektif berhubungan dengan koping keluarga inefektif
3. Perubahan persepsi halusinasi pendengaran berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri

  1. Perencanaan
Untuk suatu tindakan intervensi penulis memprioritaskan tidakan berdasarkan tiap-tiap diagnosa yang telah ditetapkan dengan tujuan yang mengurangi permasalahan yang akan dicapai sesuai dengan kriteria isolasi sosial menarik diri pada Tn. J tindakan tersebut harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dimiliki klien dan tindakan keperawatan harus mencakup berbagai aspek itu yaitu psikoterapeutik lingkungan dan terapi somatik.

  1. Tahap pelaksanaan
Dalam tahap implementasi penulis mampu menggali pada rencana yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan kondisi dan situasi kebutuhan klien saat ini.
Ø Tersedianya sarana dan ruangan perawatan yang baik
Ø Adanya bimbingan dan petunjuk dari petugas kesehatan RSJ sedangkan hambatan yang ditemukan penulis adalah klien masih kurang diajar berinteraksi dengan orang lain, maka upaya yang dilakukan adalah :
o Memberikan perhatian pada klien terutama asuhan keperawatan yang diberikan
o Klien diberikan pengertian dan pengarahan sehingga diharapkan klien dapat mengerti kegunaannya. Dengan demikian klien menyadari keadaan dirinya yang sakit dan klien akan turut serta dalam melaksanakan asuhan keperawatan dapat berjalann lancar.
Dalam tahap ini ada satu diagnosa regiment terapeutik in efektif berhubungan dengan koping keluarga in efektif, diagnosa ini dapat dilaksanakan karena selama penulisan mengkaji keluarga jarang datang.

  1. Tahap evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari pelaksanaan sesudah melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang ditulis, maka penulis melakukan penilaian terhadap klien dengan melihat hal-hal dari tindakan keperawatan yang dilakukan maka diagnosa yang belum teratasi adalah :
Ø Gangguan harga diri rendah
Ø Isolasi sosial menarik diri
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial menarik diri di ruang sinabung RSJ Daerah propinsi Sumatera Utara, maka panulis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :
  1. Dengan pengkajian yang penulis dapat maka kasus ini adalah klien sering timbul isolasi sosial menarik diri
  2. Setiap tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien selalu dengan pendekatan individu
  3. Kerjasama dengan baik sangat membantu dalam proses keperawatan
  4. Keterlibatan perhatian dan dukungan serta kepedulian terhadap untuk memenuhi kebutuhan psiko, bio, sosio dan spritual.

B. Saran-Saran
Adapun saran yang penulis berikan agar tercapai kesehatan jiwa optimal adalah :
  1. Diharapkan pada keluarga klien apabila sudah pulang maka keluarga tetap melakukan kontrol ke RSJ
  2. Diharapkan adanya kerja sama dengan baik antara dokter, perawat dan tim medis lainnya guna memperlancar proses keperawatan
  3. Diharapakan kepala keluarga harus sering mengunjungi klien ke RSJ karena dapa membantu proses penyembuhan.








DAFTAR PUSTAKA

Marlindawani, Jeney, 2002, Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah Psikososial dengan gangguan jiwa



























KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang mana karena berkat dan lindungannya, penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul ” Asuhan Keperawatan Jiwa Pasa Tn. J dengan Kasus Isolasi Sosial Menarik Diri di Ruangan Sinabung Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara ”.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan diploma III Akademi Keperawatan Medistra Lubuk Pakam. Dalam laoporan ini penulis banyak mendapatkan pengarahan dan bimbingan serta bantuan langsung maupun tidak langsung. Akhirnnya penulis menyelesaikan laporannya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepeda terhormat :
1. Bapak Dr. DF Sitompul, Spkj, selaku Direktur Rumah Sakit Jiwa Medan
2. Bapak Drs. Supriadi, S.Kep.,Ns, selaku pembimbing di RSJ Sumut
3. Ibu Lince S.Pd, S.Kep.,Ns, selaku koordinator kemahasiswaan di RSJ Provsu
4. Ibu Nuraida, S.Pd, SST, selaku pembimbing penulisan laporan kasus yang telah banyak membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulisan sampai selesainya
5. Ibu Tati Murni Karo-karo, S.Kep.,Ns. Selaku pembimbing di Kampus Medistra Lubuk Pakam.
6. Seluruh staf RSJ daerah Provsu Medan
7. Kepada teman-teman yang bersedia memberikan ide yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan laporan ini.
Penulis juga menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan ini.


2012


Penulis,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar