Selasa, 24 April 2012

Hubungan antara pola asuh gizi dengan status gizi anak pra sekolah usia 3 – 5 tahun di Kelurahan Klego Kota Pekalongan tahun 2010

HUBUNGAN POLA ASUH GIZI DENGAN STATUS GIZI ANAK PRA SEKOLAH DI KELURAHAN KLEGO KOTA PEKALONGAN
TAHUN 2010


Al Dila Indah Lestariningsih, Dwi Indryana, Nur Izzah Priyogo


Abstrak

Pola asuh gizi merupakan praktek rumah tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak. Status gizi anak pra sekolah merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh gizi dengan status gizi anak pra sekolah usia 3-5 tahun di Kelurahan Klego Kota Pekalongan Tahun 2010. Jenis penelitian bersifat explanatory reseach (penelitian penjelasan). Sifat penelitiannya adalah survey deskriptif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan Cross Sectional. Hipotesa ini ada hubungan antara pola asuh gizi dengan status gizi anak pra sekolah. Populasi 280 ibu yang mempunyai anak pra sekolah dan tersebar di 8 RW. Sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling dengan mengambil 25% dari 8 RW yaitu RW 3 dan RW 8 sebanyak 86 ibu yang mempunyai anak pra sekolah. Namun yang dijadikan sampel yaitu sebanyak 76 ibu yang mempunyai anak pra sekolah, karena 6 anak ibunya tidak mau anaknya dijadikan responden dan 4 anak tidak ditempat pada saat penelitian. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, menimbang anak dengan timbangan injak dan mengukur tinggi anak menggunakan mikrotoa. Analisa data menggunakan uji spearman rank dengan hasil nilai ρ value 0,000 yang berarti >0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola asuh gizi dengan status gizi anak pra sekolah di Kelurahan Klego Kota Pekalongan Tahun 2010. Hasil penelitian ini diharapakan agar bidan atau tenaga kesehatan dapat memberikan pengetahuan atau penyuluhan pada masyarakat tentang status gizi anak pra sekolah dengan memberi leaflet.


Kata Kunci : Pola Asuh Gizi, Status Gizi Anak Pra Sekolah
Kepustakaan : 15 Buku (1997 – 2007), 7 website
Jumlah : xv halaman/ 63 halaman, 11 tabel, 1 gambar, 17 lampiran.





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak Dasawarsa 1990-an, kata kunci pembangunan bangsa di Negara berkembang, termasuk di Indonesia adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam menciptakan SDM yang bermutu, perlu ditata sejak dini yaitu dengan memperhatikan kesehatan anak – anak, khususnya anak pra sekolah. Salah satu unsur penting dari kesehatan adalah masalah gizi, kekurangan gizi pada anak pra sekolah dapat menimbulkan efek negatife seperti otak mengecil, berat badan dan tinggi badan tidak sesuai dengan umur dan rawan terhadap penyakit. Berdasarkan susenas tahun 2006 prevalensi status gizi kurang pada balita 20,1% pada tahun 1999, 19,08% pada tahun 2000, namun terjadi peningkatan menjadi 21,1% pada tahun 2002, 20,59% pada tahun 2003 dan 21,5% pada tahun 2005 (Depkes RI. 2005). Kekurangan gizi pada anak akan mengakibatkan “Lost Generation” atau generasi yang hilang yaitu generasi dengan IQ yang relatife lebih rendah. Hal itu dikarenakan bahwa anak pra sekolah yang bergizi buruk beresiko tinggi kehilangan sebagian potensinya untuk menjadi Sumber Daya Manusia kelas satu karena menurunnya kemampuan intelektual anak (Soekirman, 2000, h : 19) .
Masalah gizi kurang (under nutrition) dan gizi lebih (over nutrition) saat ini di Indonesia merupakan masalah yang sama – sama berbahaya bagi Negara. Untuk masalah kelebihan gizi banyak terjadi di perkotaan yang tingkat ekonominya tinggi, penyakit yang timbul adalah degeneratif karena pola konsumsi makanannya kurang serat tetapi tinggi protein dan lemak. Sedangkan kekurangan gizi banyak terjadi di pedesaan dengan tingkat ekonomi rendah. Telah terungkap bahwa Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang yang masih didominasi oleh Kurang Energi Protein (KEP), Masalah Anemia Besi, Masalah gangguan akibat Kekurangan Yodim (GAKY), Masalah Kurang Vitamin A (KVA), dan masalah gizi lebih yaitu masalah Obesitas terutama di kota – kota besar (Supariasa, 2001, h : 1).
Status gizi anak pra sekolah merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu diantaranya mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat program makanan tambahan hanya 39 ribu anak. Status gizi ditinjau dari tinggi badan, sebanyak 25,8 persen anak balita Indonesia pendek (SKRT 2004). Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Padahal, otak tumbuh selama masa balita. Fase cepat tumbuh otak berlangsung mulai dari janin usia 30 minggu sampai bayi 18 bulan (Khomsan. 2009).
Hal yang perlu menjadi perhatian dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia saat ini adalah mempersiapkan generasi muda yang sehat melalui pembinaan gizi sejak dini, dimulai dari anak usia pra sekolah. Setiap keluarga baik di desa atau di kota berkewajiban mengasuh anak menuju kedewasaan dan kemandirian di masa depan. Pola asuh anak dalam setiap keluarga tidak selalu sama. Secara keseluruhan mutu asuhan dan perawatan anak yang kurang memadai disebabkan kurangnya pengetahuan dan perhatian ibu, merupakan pokok pangkal terjadinya malapetaka yang menimpa bayi dan anak – anak yang membawa mereka kejurang kematian (Moehji. 2000).
Pola asuh gizi merupakan praktek rumah tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak (Zeiten. 2000). Soekirman (2000, h : 19), menyatakan bahwa pola asuh gizi adalah berupa sikap dan perilaku ibu dalam hal kedekatannya dengan anak memberikan makan, merawat, keberhasilan, memberi kasih sayang dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kedekatan fisik dan mental, status gizi, pendidikan umum, pengetahuan tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga atau masyarakat dan sebagainya dari ibu atau pengasuh anak.
Data dari Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, di Kecamatan Pekalongan Timur pada bulan Januari 2010 prevalensi gizi buruk balita cukup tinggi yaitu 6,36%. Pada bulan Januari 2010, diperoleh data insidensi gizi buruk balita berdasarkan indikator BB/TB paling tinggi adalah di wilayah kerja Puskesmas Klego yaitu sebanyak 42,86%. (Depkes Pekalongan Kota, 2010). Berdasarkan hasil survey pendahuluan, rata – rata anak diasuh bukan oleh orang tuanya tetapi diasuh oleh saudara dan kakek neneknya. Hal ini disebabkan rata – rata ibu di daerah klego bekerja sebagai buruh.
Berdasarkan data di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Status Gizi Anak Pra Sekolah Usia 3 – 5 Tahun di Kelurahan Klego Kota Pekalongan tahun 2010”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui “Apakah ada hubungan pola asuh gizi dengan status gizi anak pra sekolah usia 3 – 5 tahun di Kelurahan Klego Kota Pekalongan Tahun 2010”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu :
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara pola asuh gizi dengan status gizi anak pra sekolah usia 3 – 5 tahun di Kelurahan Klego Kota Pekalongan tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran status gizi anak pra sekolah usia 3 – 5 tahun di Kelurahan Klego Kota Pekalongan Tahun 2010.
b. Mengetahui gambaran pola asuh gizi di Kelurahan Klego Kota Pekalongan Tahun 2010.
c. Mengetahui hubungan antara pola asuh gizi dengan status gizi anak pra sekolah usia 3 – 5 tahun di Kelurahan Klego Tahun 2010.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, peneliti dapat menambah pengetahuan tentang penelitian pola asuh gizi dengan status gizi anak pra sekolah usia 3 – 5 tahun serta meningkatnya keterampilan dan wawasan terhadap penelitian.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
a. Dapat menjadi masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang pola asuh gizi dengan status gizi anak pra sekolah usia 3 – 5 tahun agar menggali lebih dalam lagi faktor – faktor yang mempengaruhi penerapan pola asuh gizi dan status gizi anak pra sekolah usia 3 – 5 tahun.
b. Dapat dijadikan referensi di perpustakaan yang dapat digunakan oleh peneliti lain di bidang status gizi anak pra sekolah usia 3 – 5 tahun dan pola asuh gizi agar lebih mengembangkan penelitiannya.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai masukkan agar tenaga kesehatan khususnya bidan untuk lebih jeli lagi dalam menangani status gizi anak pra sekolah usia 3 – 5 tahun untuk menurunkan angka gizi buruk/gizi kurang pada balita di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar