Selasa, 24 April 2012

ASKEP LEUKIMIA TERBARU


BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum-sum tulang yang ditandai oleh proliforasi sel-sel darah putih dengan manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam pengaturan sel leukosit. Leuksit dalam darah berproliferasi secara tidak teratur dan tidak terkendali dan fungsinyapun menjadi normal. Oleh karena proses tersebut fungsi-fungsi lain dari sel darah merah normal terganggu hingga menimbulkan gejala leukemia yang dikenal dalam klinik.
(Bambang Permono, 2005: 2006)
Leukemia limfosit akut merupakan keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliforasi sel hemafosit muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dan membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lainnya.
(Arif Mansjoer, 2006: 468)
Leukemia akut pada masa kanak-kanak merupakan 30 – 40% dari keganasan, insiden rata-rata 4 – 4,5 kasus / tahun / 100.000 anak di bawah 15 tahun di negara berkembang, angka kejadian ALL mencapai 83%. Rasio laki-laki dan perempuan adalah 1 : 1,5.
(Bambang Permono, 2005: 2006)

B. Ruang Lingkup Penulisan
Mengingat keterbatasan waktu dan pengetahuan yang dimiliki penulis serta luasnya permasalahan maka penulis membatasi masalah hanya satu pasien saja yaitu: “Asuhan Keperawatan Pada Anak R Gangguan Sistem hematologi Akut Leukemia Lymposit (ALL) Di Ruangan RB4 Anak RSUP Haji Adam Malik Medan” pada tanggal 4 s/d 7 Februari 2008.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada An. R dengan gangguan sistem hematologi akut leukemia lymposit (ALL) di ruangan RB4 Anak RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada An. R dengan ALL (Akut Leukemia Lymposit)
2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada An. R dengan ALL (Akut Leukimia Lymposit)
3) Membuat / menyusun perencanaan pada An. R dengan ALL (Akut Leukimia Lymposit)
4) Melakukan evaluasi keperawatan pada An. R dengan ALL (Akut Leukimia Lymposit)

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan asuhan keperawatan ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan study kasus dimana bahan didapat dari study literatur, studi dokumentasi observasi dan wawancara dengan pasien, keluarga dan tim medis.

E. Sistematika Penulisan
Penulisan asuhan keperawatan ini terdapat 5 Bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
A. Latar Belakang Penulisan
B. Ruang Lingkup Penulisan
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
Bab II : Landasan Teoritis
A. Landasan Teoritis Medis
1. Definisi
2. Anatomi dan Fisiologi
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Tanda dan Gejala
6. Pemeriksaan
7. Penatalaksanaan
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Dx Keperawatan
3. Perencanaan
Bab III : Tinjauan Kasus
A. Pengkajian
B. Dx Keperawatan
C. Perencanaan
D. Implementasi
E. Evaluasi
Bab IV : Pembahasan
Membuat tentang kesenjangan antara teori dan kasus serta harus mengacu pada tujuan penulisan
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Terdiri dari kesimpulan yang merupakan inti dari Bab pembahasan dan saran merupakan masukan untuk pemecahan masalah dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien ALL.



BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Defenisi
Akut Leukimia limpositik akut adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa poliferasi patologis sel hemopeotik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lainnya.
(Arif Mansjoer, 2000: 495)

2. Anatomi Fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnanya merah. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap organ0organ tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jatung atau pembuluh darah.
Fungsi darah terdiri atas:
1) Sebagai alat pengangkut
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan membunuh tubuh dengan perantaraan leukosit, anti bodi / zat-zat anti racun
3) Menyebarkan panas ke seluruh tubuh

Bagian-bagian darah:
1. Air : 91%
2. Protein : 8% (albumin, globulin, protombi dan fibrinogen)
3. Mineral : 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam, Posphatt, Magnesium dan Asam Amino)

Darah terdiri dari 2 bagian yaitu:
1) Sel darah ada 3 macam yaitu:
a. Eritrosit (sel darah merah)
b. Leukosit (sel darah putih)
c. Trombosit (sel pembeku darah)
2) Plasma darah
a. Eritrosit
Ialah bentuknya seperti cakram / bikonkap dan tidak mempunyai inti. Ukurannya kira-kira 7,7 unit (0,007 mm) diameter tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm3 (4 ½ - 4 juta). Warnanya kuning kemerah-merahan, karena di dalamnya mengandug suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung O2.
Fungsinya mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh dikeluarkan melalui paru-paru.
Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa kira-kira 11,5 – 15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0%. Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila keduanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia, yang biasanya hal ini disebabkan oleh karena pendarahan yang hebat, hama-hama penyakit yang menghanyutkan eritrosit dan tempat pembuatan eritrosit sendiri terganggu.

b. Leukosit
Ialah keadaan bentuk dan sifat-sifat leukosit berlainan dengan eritrosit dan apabila kita periksa dan kita lihat bahwa di bawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya. Warnanya bening (tidak berwarna), banyaknya dalam 1 mm3 kira-kira 6.000 sampai 9.000

Fungsinya:
· Sebagai serdadu tubuh yaitu, membunuh dan memakan bibit penyakit / bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (System Retikulo Endotel), tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe.
· Sebagai pengangkut yaitu, mengangkut / membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa uterus ke pembuluh darah.
Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar di dalam darah untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan bibit penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10.000/mm3 disebut leukotosis dan kurang 5.000 / mm3 leukopenia.

Macam-macam leukosit meliputi:
1. Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang terdiri dari:
a. Limfosit
Macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan ada yang kecil, di dalam sitoplasmanya tidak terdapat granula dan intinya besar, banyaknya 20 – 25% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh.



b. Monosit
Terbanyak dibuat di sum-sum tulang merah, besarnya lebih besar dari limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 38%.
Di bawah mikroskop terlihat bahwa protoplasmanya lebar, warnanya biru sedikit abu-abu, mempunyai bintik-bintik sedikit kemerah-merahan. Inti selnya bulat dan panjang warnanya lembayung muda.

2. Granulosit
Disebut juga leukosit granular terdiri dari:
a. Neutrofil atau pulmor nuclear leukosit, mempunyai inti sel yang berangkai kadang-kadang seperti terpisahpisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik halus / granula, banyaknya 60 – 70%
b. Eosinofil, ukuran dan bentuknya hampir sama dengan netrofil tetapi granula dalam sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 2 – 4%
c. Basofil, sel inti kecil dan pada eosinifil tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-granula besar. Banyaknya ½ %. Dibuat di sum-sum merah, fungsinya tidak diketahui
d. Trombosit ialah merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat, ada yang lonjong, warnanya putih, banyaknya normal pada orang dewasa 200.000 – 300.000 mm3.
Fungsinya memegang peranan penting di dalam pembekuan darah. Jika banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku sehingga timbul pendarahan yang terus-menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia.
Terjadinya pembekuan darah di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah yaitu Ca2+ dan fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh medapat luka.

Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Jumlah hemoglobin dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap ml darah, dan ini jumlahnya biasa disebut 100 persen.
Plasma darah ialah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening kekuning-kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat lain yang terlarut di dalamnya.

Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah:
1. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
2. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotil
3. Protein darah (albumin, globulin) meninggalkan viskositosis darah dan juga menimbukan tekanan osmotic untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh
4. Zat makanan (asam amino, glukosa, mineral dan vitamin)
5. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh
6. Anti bodi / anti toksin
(Drs. Syaifuddin, B. Ac, 1992: 70)





3. Etiologi
Penyebab leukemia tidak diketahui. Ini dapat diakibatkan interaksi sejumlah faktor.
1) Neoplasia
Ada persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik lain, misalnya proliferasi sel yang tidak terkendali, abnormalitas morfologis sel dan infiltrasi organ. Lebih dari itu kelainan sum-sum kronis lain dapat berubah bentuk akhirnya menjadi leukemia akut, misalnya polisefemia vera, mielosklerosis atau anemia aplastik.

2) Infeksi
Leukemia pada tikus dan unggas dapat ditransnamsi oleh filtrate bebas sel. Partikel virus dapat ditunjukkan dengan mikroskop elektron. Pada manusia terdapat bukti kuat untuk etiologi baik pada satu jenis leukemia / limfoma sel T dan pada limfoma burkit.

3) Radiasi
Radiasi khususnya sum-sum tulang bersifat leukomogenik. Terdapat insiden leukemia tinggi pada orang yang tetap hidup. Setelah bom atom di Jepang, pada pasien ankylosing pandylitis yang telah menerima penyinaran sporal dan pada anak-anak yang ibunya menerima sinar x abdomen selama hamil.

4) Keturunan
Ada laporan beberapa kasus yang terjadi pada satu keluarga dan pada kembar identik ada insiden yang meningkat pada beberapa penyakit kerediter, khususnya sindroma down (dimana leukemia terjadi dengan peningkatan frekuensi 20 – 30 kali lipat) anemia panca sindroma down dan ataksia – talangiektasia.

5) Zat kimia
Terkena bensin kronis yang dapat menyebabkan displasma sum-sum tulang dan perubahan kromosom, merupakan penyebab leukemia yang tidak biasa.

6) Perubahan kromosom
(A. V. Hoffbrand MA Fracp FRC Path, 1979: 127)

4. Patofisiologi
Neoplasma
Infeksi usus
Radiasi
Keturunan
Zat kimia
Sel neoplasma berproliferasi di dalam sum-sum tulang
Kerusakan sum-sum tulang
Haematopoesi terhambat
Leukosit normal menurun eritrosit normal menurun
Trombosit normal menurun – leukosit imatur meningkat
Infiltrasi organ

Nyeri tulang dan Hipertopi dan Pucat, letargi Demam malaise Memar
Limfodenipaty diare ulsarasi dyspnea, infeksi mulut, respira
Dan kelainan karena anemia tenggorokan, kulit pendarahan pd
kulit pernafasan, gusi dan
soptikemia ponsironia
5. Tanda dan Gejala
1) Yang disebabkan kegagalan sum-sum tulang
a. Pucat, alergi, dispnea karena anemia
b. Demam, malaise, gambaran infeksi mulut, tenggorokan, kulit, pernafasan dan infeksi lain termasuk septikaemia biasa ditemukan. Organisme tersangkut dibicarakan terinci di bawah.
c. Memar, pendarahan gusi spontan dan pendarahan dari tempat fungsi vena yang disebabkan oleh trombositopeia biasa ditemukan kadang-kadang ada pendarahan internal yang banyak.

2) Yang disebabkan infiltrasi organ
a. Nyeri tulang, teristimewa pada anak-anak
b. Limfadenopati superficial pada ALL
c. Siplenomegali dan hepatomegali sedang khusus pada ALL
d. Hipertropi dan infiltrasi gusi, ulserasi rectum, kelainan kulit (khusus pada tipe mielomonosetik, M4 dan Monositik M5)
e. Sindroma meningeal (khusus pada ALL) sakit kepala, erek (neusia) dan muntah-muntah, penglihatan kabur dan diplopra. Pemeriksaan fundus menyingkap adanya uderma pupil dan kadang-kadang pendarahan.
(A. V. Hoffbrand MA FRACP FRC Path, 1979: 134)

6. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium
a. Darah tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sum-sum tulang berupa adanya pansitupenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi menonton dan terdapat sel blas. Terdapatnya sel blas dalam darah tepi merupakan gejala patonomenik untuk leukemia.
b. Kimia darah
Kolesterol mungkin rendah, asam urat dapat meningkat, hipogamaglobinemia.

c. Sum-sum tulang
Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan diketemukan gambaran yang menonton, yaitu hanya terdiri dari sel limfopuetik patologis sedangkan system lain terdesak (obplasia sekunder). Pada LMA selain gambaran yang menonton terlihat pula adanya liatus leukemia ialah keadaan yang diperlihatkan sel blas (mie blas), beberapa sel tua (segmen) dan sangat kurang bentuk pemotongan sel yang berada diantaranya (promielost, mielosil, metamielosit dan sel batang).

2) Biopsi limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliperasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limpa yang terdesak seperti: limposit mormal, RES, granulosit, pulp cell.

3) Cairan serebropinalis
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein, berarti suatu leukemia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan penyakit baik dalam keadaan remisi maupun keadaan kambuh. Untuk mencegahnya diberikan metroteksat (NAX) secara antratekal secara rutin pada setiap pasien yang meragukan gejala TIK meninggi.

4) Sistogenik
70 – 90% dari kasus menunjukkan kelainan kromosom, yaitu kromosom 21.
(Ngastiyah, 1987: 85)

7. Penatalaksanaan
1) Transfusi darah, biasanya jika kadar Hb kurang dari 6 gr% pada trombositopenia yang berat dan pendarahan massif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
2) Kortikosteroid (prednisone, kartison, deksametason, dan lain-lain).
Setelah dicapa remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
3) Sistostatika
Selain sitostatika yang lama (6 – merkaptopurin atau 6 – MP meotreksa atau MTX), rubidomisin (daunolubycine) dan berbagai nama obat lainnya. Pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih paten seperti vinkristein (ancovin).
Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednisone. Pada pemberian obat ini sering terdapat efek samping berupa alopsia (batuk), stomatit leukemia, infeksi, sekunder atau kandidiasis.
Bila jumlah leukosit kurang dari 200.000 / mm3 pemberiannya harus hati-hati.
4) Infeksi sekuner dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang suci hama).
5) Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang terbaru, setelah tercapai remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105 – 106).
Imunoterapi mulai diberikan (mengenai cara pengobatan yang terbaru yang masih dalam pengembangan).
(Dr. Rusepno Hassan, 1985: 474)


































BAB III
LAPORAN KASUS

A. Pengkajian
I. Identitas
a. Identitas anak
Nama anak : An. R
Umur : 3 tahun
Tanggal lahir : Sipispis, 15 Oktober 2004
Tanggal masuk RS : 13 November 2007
Tanggal pengkajian : 04 Februari 2008
No RM : 31 – 20 – 10
Ruangan : Rindu B4 Anak, Kamar III 9
Diagnosa medik : ALL

b. Penanggung jawab
Nama : Tn. R
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Sipispis, Simalungun
c. Kedudukan anak dalam keluarga dan keadaan saudara
No
Kehamilan
AB
Lahir Mati
Lahir Hidup
Jenis Kelamin
Umur (Thn)
Sehat
Sakit
1
Anak G
-
-
Hidup
Perempuan
5
Sehat
-
2
Anak R
-
-
Hidup
Laki-laki
3
-
Sakit
3
Anak K
-
-
Hidup
Laki-laki
2
Sehat
-

II. Alasan Masuk Rumah Sakit
a. Keluhan utama
Demam naik turun, os tidak bisa berjalan-jalan dan makin lama os tidak bisa mengangkat badan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien nampak pucat, keadaan fisik lemah, kulit tampak pucat, konjungtiva pucat, vital sign, pols: 90 x/I, RR: 26 x/I, suhu: 370C.

III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pada masa dalam kandungan pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh bidan. Ibu mendapat obat penambah darah dan ibu tidak pernah mengalami sakit pada waktu hamil, hanya mual-mual, muntah. Pada waktu trimester I, ibu mendapat suntikan imunisasi TT 2 kali.
Ibu melahirkan di Rumah Bersalin, ditolong oleh bidan, dengan partus spontan setelah bayi lahir, tangisannya kuat dan lancar seperti biasa bayi cukup bulan ( 9 bulan) BB lahir: 2,8 kg, PB: 50 cm dan bayi tidak ada kelainan bawaan.
Semenjak lahir, pasien tidak mengalami sakit, hanya demam setelah mendapat Imunisasi seperti Campak..
IV Riwayat Imunisasi
No
Imunisasi
Umur
Tanggal pemberian
Reaksi
1
BCG
1,5 bulan
-
Eritema
2
DPT 1
DPT 2
DPT 3
3 bulan
5 bulan
7 bulan
-
-
-
-
Demam
-
3
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4
4 bulan
6 bulan
8 bulan
12 bulan
-
-
-
-
-
-
-
-
4
Hepatitis B
Bayi baru lahir
-
-
5
Campak
6 bulan
-
Demam

V. Riwayat Tumbuh Kembang
Motorik
a. Kasar
Dapat naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju dengan bantuan, mulai bisa bersepeda roda dua.
b. Halus
Menggambar lingkaran, mencuci tangan sendiri.
Kognitif
Anak mulai memahami waktu dan berorientasi dengan waktu mis: tahu waktu bermain, tidur dan lain-lain.

VI Aspek Psikososial
Menurut keluarga hubungan klien dengan saudara-saudaranya bagus, tidak ada pertengkaran, tingkah laku klien di rumah mudah diatur, bila ada waktu senggang, klien bermain mobil-mobilan dengan adiknya.

VII Kebutuhan Spiritual
Anak masih diajari orang tuanya berdoa menurut kepercayaannya, waktu mau makan dan mau tidur. Anak menganut agama Islam.

VIII Pengetahuan Orang Tua Tentang Kondisi Anak
Pengetahuan orang tua tentang penyakit yang diderita anak sebelum masuk Rumah Sakit orang tua tidak mengetahui tentang penyakit yang diderita anaknya. Tetapi sesudah masuk ke RS dan mendapatkan pelayanan dari tim medis orang tua anak sudah mengetahui penyakit yang diderita anaknya karena sudah mendapatkan penjelasan dari tim dokter dan perawat ruangan.

IX. .Kebutuhan Sehari-hari
No
Kebutuhan sehari-hari
Sebelum masuk Rumah Sakit
Sesudah masuk Rumah Sakit
1
Nutrisi
a. Makan


b. Minum
Frekuensi:
3x sehari
Diet: nasi putih + lauk pauk
6 gelas sehari
Frekuensi:
3x sehari
Diet: makanan lunak

5 gelas sehari
2
Aktivitas dan istirahat
a. Tidur malam
b. Tidur siang


7-8 jam sehari
± 1 jam sehari


8-9 jam sehari
± 1 jam sehari
3
Personal hygiene dan eliminasi
a. Mandi
b. Gosok gigi
c. Pakaian

d. BAB
e. BAK


2x sehari
1x sehari
3x sehari ganti pakaian

1-2 x sehari
± 4x sehari


1x sehari
1x sehari
2x sehari ganti pakaian

1x sehari
3x sehari

X. Pemeriksaan fisik
Tanggal 4 Februari 2008
a. Keadaan umum
Keadaan anak lemah
HR: 96 x/i
RR: 26 x/i
Temp: 37,30C
b. Keadaan gizi
Anak makan dengan diit dari Rumah Sakit NGT terpasang.
c. TB: 95 cm
BB: 12 kg
d. Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, tonus baik dan tidak ada oedem.
e. Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut kurag bersih, warna rambut hitam dan lurus, keadaan rambut lemas, bentuk ubun-ubun datang.
f. Mata
Bentuk simetris, gerakan bola mata sering dengan kelopak mata, konjungtiva pucat, kornea jernih, sklera putih.
g. Hidung
Bentuk simetris, tidak ada kelainan, tidak dijumpai polip dan tidak dijumpai peradangan dan pendarahan.
h. Telinga
Bentuk simetris, serumen dalam batas normal, fungsi pendengaran baik.
i. Mulut
Bentuk simetris, bibir pucat, sudut bibir pecah-pecah.
j. Gigi
Jenis gigi susu, banyaknya 23 buah, kebersihan kurang.
k. Tenggorokan
Keadaan tonsil normal.
l. Leher
Tidak ada pembersaran kelenjar getah bening.
m. Thorax dan paru-paru
Bentuk dada simetris, irama pernafasan reguler, frekuensi 26 x/I, bunyi nafas vesikuler.
n. Jantung
Irama jantung reguler, denyut jantung 96 x/i.
o. Abdomen
Bentuk simetris, bising usus normal dengan bayi peristaltik, umbilikus normal.
p. Genetalia
Bentuk normal.
q. Ekstremitas superior
Bentuk Simetris, jari-jari 10, warna kuku pucat.
r. Ekstremitas inferior
Bentuk simetris, jari-jari 10, gaya berjalan lambat.

XI. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal 02 Februari 2008
HB 8,5 gr% N: 12 – 14 gr%
LED 55 mm/jam N: < 20 mm / jam
Leukosit 5,3. 103 / mm3 N: 5.103 – 9.103 / mm3
Trombosit 40.103 / mm3 N: 15.103 – 45.103 / mm3
Hematokrit 26% N: 37 – 45%
Hitung jenis :
Eosingtil 1% N: 2 – 4 %
Rasifil 0,1% N: 0,5 – 1%
Neutrofil staf 2% N: 2 – 6%
Neutrofil segmen 75% N: 50 – 70%
Lymfosit 20% N: 20 – 40%
Monosit 2% N: 3 – 8%
Retikulosit 0,3% N: 0,8 – 1%

EKG : Interpretation :
Sinus tachycardia with short PR
NonSpecific ST and T wave abnormality
Abnormal EKG
Kesan : Intracardiac Normal, EF 69 %

Ekokardiograf : Katub Mitral : Sinus Solitus AV – VA Confidance
Katub Aorta : Normal
Katub Trikuspidalis : Balanced Ventricles
Katup Pulmonal : VSD (-) ASD (-) PDA (-)
Kesan : Intracardiac Normal
BMP : Hb : 8,7 gr%
Leukosit : 3,20 /Ul
Trombosit : 435000/Ul
Metamielesit : 8 %
Batang Netrofil : 21 %
Segmen Netrofil : 16%
Eritrosit Basofil : 3 %
Eritrosit Polilkromatofil : 36%
Limfosit : 72%
Sel Atipik : 4%
Sediaan sumsum tulang : Normoseluler, pengecetan cukup
Granulopoiesis : Hipoplasia
Eritropoiesis : Relatif Hiperaktif
Perbandingan M/E : 1 : 1,5
Limfopoiesis : Aktif, ditemukan kelompokan jaringan ikat, retikulum, lemak
Sistem retikoloendotel : Aktif
Megakariosit : Aktif, banyak bentuk muda
Kesimpulan : Sumsum tulag menunjukkan Hipoplasia, semua sistem dengan sistem Eritropoltik Relatif Hiperaktif ( Serum ALL Remisi ).
XII. Therapi
Cotrimovazole : 2 x 120 mg
Dexamethason : 3 x 400 mg
Diet MB 1100 Kalori engan 20 gram protein
Fisiotherapy
Inj. B12 : 2cc/ 12 jam
Inj Leucoverin : 8,85 mg / 6 jam
Infus Dextrose 5% dan Nacl 0,45% : 40 gtt/i
O2 : 1 – 2 l/m ( K/P )


ANALISA DATA
No
Data
Etiologi
Masalah
1
DS: -

DO:
· Kulit pucat
· Hb 8,5 gr%
· Trombosit 40.103/mm3
· Conjungtiva pucat
· HR: 96 x/I, RR: 26 x/i
Proliferasi sel kanker
Trombositopenia
·
Perubahan perfusi jaringan
2
DS:
Ibu px mengatakan anaknya lemas

DO:
· Kulit pucat
· Bibir pucat
· Leukosit 5,7.103/mm3
· Keadaan fisik lemah
Leukosit imatur meningkat
Leukosit normal menurun
Daya tahan tubuh menurun
Resiko tinggi infeksi
Resiko tinggi terjadinya infeksi
3
DS:
Ibu mengatakan anaknya lemah


DO:
· Konjungtiva pucat
· Tubuh px tampak kurus
· Kebutuhan aktivitas px masih dibantu oleh keluarga
Infiltasi sel neoplasma
Kelemahan otot dan anggota gerak
Kelemahan umum
Gangguan aktivitas
Gangguan mobilitas fisik


Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan b/d proliferasi sel kanker d/d kulit px pucat, Hb 8,5 gr%, trombosit 40.103/mm, conjungtiva pucat, HR: 96 x/I, RR: 26 x/i.
2. Resiko tinggi terjadinya infeksi b/d leukosit imatur meningkat d/d kulit px pucat, bibir pucat, leukosit 5,7.103/mm3, keadaan fisik lemah.
3. Gangguan mobilitas fisik b/d infiltasi sel neoplasma d/d ibu mengatakan anaknya lemah, konjungtiva pucat, tubuh px tampak kurus, kebutuhan aktivitas px masih dibantu oleh keluarga dan perawat.












































CACATAN PERKEMBANGAN

Nama : Anak R Dx Medis : ALL
Umur : 3 tahun Ruang : III 9 RB4
No
Dx
Tgl/Jam
Implementasi
Evaluasi
1
I
5/2/08
09.00
Memantau tanda-tanda vital
TD: -
HR: 96 x/i
RR: 28 x/i
T: 36,80C
S:
Ibu mengatakan anak sudah mulai lincah

O:
Kulit anak pucat
Konjungtiva pucat
Hb: 8,5 gr%

A:
Masalah belum teratasi

P:
R/T dilanjutkan
· Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan yang menyebabkan penurunan perfusi jaringan otak
· Pantau tanda-tada vital
· Berikan transfusi darah
· Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

2
II
11.00


18.00
Memasang infus dengan tehnik aseptik

Memberikan diet M I
Memberi injeksi
S:
Anak mengatakan lemah badannya

O:
Anak pucat, diet habis ¾ porsi, Hb: 8,5 gr%, leukosit 5,7.103/mm

A:
Infeksi tidak terjadi

P:
R/T dilanjutkan
· Tempatkan px di kamar khusus
· Lakukan tindakan dengan tehnik aseptik dan aseptik yang tinggi
· Lakukan kebersihan mulut secara rutin
3
III
09.30
Mengajak px bercerita atau berkomunikasi

Membantu klie makan

Membantu px dalam latihan gerak secara perlahan-lahan
S:
Anak R masih kelihatan lemah

O:
Anak tampak pucat, konjungtiva pucat, bibir pucat
A:
Masalah belum teratasi

P:
R/T dilanjutkan
· Bantu anak R dalam aktifitas sehari-hari
· Evaluasi laporan kelamahn, perhatikan ketidak mampuan dalam beraktifitas
4
I
6/2/08
08.00




10.00


11.00
Memantau tanda vital
TD: -
HR: 96 x/i
RR: 26 x/i
T: 36,50C

Membantu anak dalam belajar

Membantu anak dalam makan buah
S:
Anak mengatakan transfusi darah ada gunanya

O:
Anak tampak tenang, konjungtiva pucat, HR: 96 x/I, RR: 26 x/I, T: 36,50C

A:
Masalah belum teratasi

P:
R/T dilanjutkan
· Pantau tanda vital
· Beri O2 sesuai indikasi
· Pantau infus

5
II
09.00

12.00

18.00

19.00

21.00
Perawatan infus

Memberi Diet M I

Memberi injeksi

Membersihkan gigi klien

Mengingat anak dalam kebersihan diri
Menjelaskan kepada anak dan keluarga dalam kebersihan diri
S:
Anak senang dalam membersihkan gigi

O:
Diet habis, gigi bersih

A:
Infeksi tidak terjadi

P:
R/T dilanjutkan
· Pasien ditempatkan di kamar isolasi
· Lakukan tindakan dengan tehnik septik dan aseptik
· Lakukan kebersihan mulut
6
III
09.30


12.30

14.30


18.00

20.00

21.00
Mengajak px dalam bercerita tentang penyakitnya

Membantu klien dalam BAK

Mendemonstrasikan latihan moblisasi

Memberikan diet M I

Membantu anak dalam BAB

Mengajari anak dalam berdoa sebelum tidur
S:
Anak bertanya tentang penyakit yang dideritanya

O:
Anak paham dalam latihan mobilisasi. Diet habis sesuai dengan porsi yang disediakan

A:
Masalah belum teratasi
P:
R/T dilanjutkan
Bantu anak dalam
7
I
7/2/08
08.00




10.00


12.00

13.00


14.00

18.00
Memantau tanda vital
TD: -
HR: 94 x/i
RR: 26 x/i
T: 36,50C

Membantu anak dalam bermain

Memberi diet M I

Mengambil spesimen darah arteri 3 cc

Perawatan infus

Mengoff infus
S:
Anak mengatakan sakit pada bagian tangan kiri (bagian daerah infus)

O:
Bengkak di daerah infus

A:
Masalah belum teratasi

P:
· Pantau vital sign
· Pasang infus dalam pemenuhan elektrolit dan cairan
8
II
09.00


10.30

11.00


13.30



16.00
Observasi pasien dalam ruangan

Pemberian injeksi

Bantu pasien dalam perawatan gigi

Memberikan penjelasan kepada anak cara-cara membersihkan diri

Membantu pasien dalam mandi dan menggosok gigi
S:
Anak mengatakan akan mulai belajar membersihkan diri secara mandiri

O:
Anak berminat dalam latihan kebersihan diri

A:
Masalah tidak terjadi

P:
R/T dilanjutkan

























BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis membahas asuhan keperawatan pada An. R penulis akan membandingkan dengan landasan teoritis keperawatan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, pembahasan ini meliputi permasalahan, faktor penghambat dan faktor pendukung dalam memberikan asuhan keperawatan.
Pada saat membahas asuhan keperawatan, penulis menemukan kesenjangan antara teoritis keperawatan dengan tinjauan kasus. Oleh sebab itu penulis membahas setiap tahap proses dari pengkajian sampai evaluasi.

1. Pengkajian
Pada pengkajian di dalam teoritis keperawatan terdapat kesenjangan antara teoritis dengan kasus. Di dalam pengkajian teoritis pola eliminasi terjadi diare, feses hitam sdangkan pada kasus tidak ada ditemukan. Pada pengkajian teoritis terdapat nyeri abdomen, nyeri tulang sendi sedangkan pada kasus tidak ada ditemukan. Dalam melakukan tahap pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan karena data yang tersedia lengkap dan orang tua pasien dapat diajak kerja sama.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berdasarkan teori asuhan keperawatan meliputi:
1) Resiko tinggi terjadinya infeksi b/d tidak adekuat pertahanan sekunder (granulosit) rendah.
2) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d penurunan pemasukan cairan.
3) Nyeri b/d pembesaran organ / nodus limfe.
4) Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
5) Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d kurang terpajan oleh sumber.
Sedangkan di lapangan hanya ditemukan 3 diagnosa saja yaitu:
1) Perubahan perfusi jaringan b/d proliferasi sel kanker d/d kulit px pucat, Hb 8,5 gr%, trombosit 40.103/mm, conjungtiva pucat, HR: 96 x/I, RR: 26 x/i.
2) Resiko tinggi terjadinya infeksi b/d leukosit imatur meningkat d/d kulit px pucat, bibir pucat, leukosit 5,7.108/mm3, keadaan fisik lemah.
3) Gangguan mobilitas fisik b/d infiltrasi sel neoplasma d/d ibu mengatakan anaknya lemah, konjungtiva pucat, tubuh px tampak kurus, kebutuhan aktivitas px masih dibantu oleh keluarga dan perawat.

3. Intervensi
Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus, maka intervensi dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien. Pada diagnosa pertama, penulis berkolaborasi dengan tim medis seperti pemberian injeksi dan obat sesuai dengan indikasi serta dilakukannya pemberian transfusi darah sebanyak 85 cc dan adanya pemantauan transfusi darah. Ini dilakukan karena ditakutkan aak alergi karena darah yang ditransfusi bukan berasal dari keluarga karena keluarga kurang paham tentang prosedurnya.
Dalam diagnosa kedua ada penempatan pasien di ruang isolasi serta adanya perlindungan dari sumber potensial phatogen / infeksi juga membatasi sumber infeksi agar tidak komplikasi.
Diagnosa ketiga lebih memprioritaskan ke masalah kebutuhan pasien dalam kebutuhan sehari-hari serta mobilitas.

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah dibuat dalam 24 jam selama 3 hari.
Implementasi lebih prioritas ke dalam tahap pengembangan karena anak sudah lama dirawat di ruangan, sehingga keluarga pun suah paham akan yang dilakukan sesuai rencana asuhan keperawatan.
Dalam implementasi tidak terlalu banyak hambatan dan anak mudah diatur sehingga dalam implementasi hanya terfokus dalam komunikasi serta tindakan tang terapeutik.

5. Evaluasi
Setelah dilakukan pengkajian sampai evaluasi dari hasil pemantauan langsung pada pasien tentang semua masalah yang ditemukan hanya satu masalah yang teratasi dan dua masalah yang belum teratasi.
Adapun masalah yang belum teratasi adalah yaitu:
1) Perubahan perfusi jaringan b/dproses terjadinya penyakit karena terjadi proliferasi sel kanker d/d anak rewel, pucat, Hb: 8,5 gr, trombosit 40.103/mm3 dengan keluhan utama lemah, pucat, vital sign, HR: 96 x/I, RR: 26 x/I, T: 37,30C, BB: 12 kg, TB: 95 cm dan anak kelihatan kurus.
2) Gangguan pola aktivitas yang b/d kelemahan fisik d/d lemah, anak pucat, konjungtiva pucat, bibir pucat, tubuh pasien tampak kurus, kebutuhan aktivitas pasien masih dibantu oleh keluarga dan perawat.

Adapun diagnosa tidak terjadi adalah:
1) Resiko terjadinya infeksi b/d peningkatan jumlah limfosit immatur, immunosupresi d/d anak lemah, konjungtiva pucat, bibir pucat, leukosit 5,7.103/mm3.









BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil kelompok dalam merencanakan tindakan keperawatan pada Anak R dengan gangguan haematologi: Akul Leukemia Limfositik di kamar III 9 RB4 Anak Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2008, maka penulis dapat mengambil kesimpulan antara lain yaitu:
1. Pada tahap pengkajian ditemukannya data subjektif, anak rewel, lemas, lemah sedangkan pada data objektif ditemukan anak pucat, bibir pucat, conjungtiva pucat, tubuh pasien tampak kurus.
2. Diagnosa keperawatan penulis temukan tiga diagnosa keperawatan yang terdiri dari dua masalah yang aktual sedangkan satu masalah resiko tinggi yang akan terjadi.
3. Pada tahap perencanaan dilakukan berdasarkan proses masalah yang ditemukan pada pasien yaitu: perubahan perfusi jaringan. Resiko terjadinya infeksi dan gangguan pola aktivitas.
4. Dalam tahap pelaksanaan dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang sudah dirumuskan.

B. Saran
Setelah mempelajari dan mengamati kasus pada Anak R maka penulis menyarankan:
1. Diharapkan kepada perawat supaya dapat bekerja dan melakukan segala tindakan keperawatan yang baik dan benar terutama dalam merawat pasien leukemia, perawat dituntut kecakapannya dalam melakukan proses perawat dan pegobatannya.
2. Dianjurkan kepada pasien agar tidak melakukan aktifitas yang terlalu berat.
3. Diharapkan kepada keluarga supaya ada kerja sama yang baik dalam melaksanakan perawatan leukemia, setiap pasien yang mengalami penyakit leukemia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar