Selasa, 24 April 2012

ASKEP HIV/AIDS TERBARU


BAB I
LANDASAN TEORITIS

A. Kosep Dasar
1. Defenisi
Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.
(Pedoman Nasional Perawat, Dukungan Dan Pengobatan Bagi ODHA, Jakarta, 2003, hal 1)
Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut T. Limfosit atau “sel T-4” atau disebut juga “sel CD – 4”.
(100 Pertanyaan Seputar HIV / AIDS Yang Perlu Anda Ketahui, Medan, 2006, hal 1)







2. Etiologi

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :

A. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.

B. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.

C. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.

D. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.

E. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

Ø Lelaki homoseksual atau biseks. 5. Bayi dari ibu/bapak
terinfeksi.
Ø Orang yang ketagian obat intravena
Ø Partner seks dari penderita AIDS
Ø Penerima darah atau produk darah (transfusi).

3. Anatomi fisiologi

HIV berbeda dalam struktur dengan retrovirus yang dijelaskan sebelumnya. Besarnya sekitar 120 nm dalam diameter (seper 120 milyar meter, kira-kira 60 kali lebih kecil dari sel darah merah) dan kasarnya "spherical"







4. Patofisiologi
HIV masuk ke dalam tubuh manusia
Menginfeksi sel yang mempunyai molekul CO4
(Limfosit T4, Monosit, Sel dendrit, Sel Langerhans)
Mengikat molekul CO4
Memiliki sel target dan memproduksi virus
Sel limfosit T4 hancur
Imunitas tubuh menurun
Infeksi opurtinistik
Sist pernafasan Sist Pencernaan Sist. Integumen Sist Neurologis
Peradangan pd Infeksi jamur Peristaltik Peradangan kulit Infeksi ssp
Jaringan paru
Peradangan mulut Diare kronis Timbul lesi/
Sesak, demam bercak putih Peningkatan
Sulit menelan Cairan output kesadaran, kejang
Tdk efektif Mual Gatal, nyeri Nyeri kepala
Ggn pertukaran Bibir kering Bersisik
gas Intake kurang Turgor kulit MK: perubahan
↑ suhu MK: Ggn rasa proses pikir
MK: Ggn pemenu MK: kekurang nyaman
Han nutrisi an vol cairan
Ggn eliminasi
BAB, diare




5. Manifestasi Klinis
Menurut WHO:
1) Gejala mayor
Ø Penurunan BB ≥ 10%
Ø Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan
Ø Diare kronis
Ø Tuberkulosis

2) Gejala minor
Ø Koordinasi orofaringeal
Ø Batuk menetap lebih dari 1 bulan
Ø Kelemahan tubuh
Ø Berkeringat malam
Ø Hilang nafsu makan
Ø Infeksi kulit generalisata
Ø Limfodenopati
Ø Herpes zoster
Ø Infeksi herpes simplek kronis
Ø Pneumonia
Ø Sarkoma kaposi

Manifestasi klinis
Ø Angiomatosis
Ø Kandidiosis orofaringeal
Ø Kandidiasis vulvovaginal
Ø Displasisa leher rahim
Ø Herpes zoster
Ø Purpura idiopatik trombositopenik
Ø Kandidiasis esophagus

Manifestasi Klinis
Stadium
Skala Aktivitas Gambaran Klinis
I
Asimptomatic, aktivitas normal
a. Asimptomatic
b. Limfodenopati generalisata
II
Simptomatic, aktivitas normal
a. BB menurun < 10%
b. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti: dermatitis, pruigo, ulkus oral, seboroik, onikomikosis yang rekuren dan kheilitis angularis
c. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
d. Infeksi saluran afas bagian atas seperti: sinusitis bakteriaslis
III
Pada umumnya lemah, aktivitas di tempat tidur kurang dari 50%
a. BB > 10%
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Kandidiasi orofaringeal
e. Oral hairy leukoplakia
f. TB Paru dalam tahun terakhir
g. Infeksi bacterial yang berat seperti: pneumonia dan piomiositish
IV
Pada umumnya sangat lemah, aktivitas di tempat tidur lebih dari 50%
a. HIV wasting syndrome seperti: yang didefenisikan oleh CDC
b. Pneumonia pneumocytis carinii
c. Toksoplasmosis otak
d. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan
e. Retinitis virus sitomegalo
f. Kriptokokosis extra pulmonal
g. Herpes simplex mukokutan > 1 bulan
h. Leukoensepalopati multifokal progresif
i. Mikosis disminata seperti histoplasmosis
j. Kandidiasis disofags, trakea, bronkus dan paru
k. Mikobakteriasis atipikal diseminata
l. Septisemia salmonelosis nontifoid
m. Tuberkulosis di luar paru
n. Limfoma
o. Sarkoma kaposi

6. Pemeriksaan Diagnostik


1.Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
-. ELISA
-. Western blot
-. P24 antigen test
-. Kultur HIV
2.Tes untuk deteksi gangguan system imun.
-. Hematokrit.
-. LED
-. CD4 limfosit
-. Rasio CD4/CD limfosit
-. Serum mikroglobulin B2
-. Hemoglobulin




7. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
- kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
- Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
-. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
- Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
- Pendengaran : otitis eksternal aku


7. Penatalaksanaan
Ø Respon biologis / aspek fisik
a. Universal precaution
1) Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3) Dekontaminasi cairan tubuh pasien
4) Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua alat kedokteran yang dipakai
5) Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan
6) Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar dan aman

b. Peran perawat dalam pemberian ARV
Tujuan terapi ARV:
1) Menghentikan replikasi HIV
2) Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi opurtunistik
3) Memperbaiki kualitas hidup
4) Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV


c. Pemberian nutrisi
Pasien dengan HIV – AIDS harus mengkonsumsi suplemen atau nutrisi tambahan bertujuan untuk beban HIV – AIDS tidak bertambah akibat defisiensi vitamin dan mineral

d. Aktivitas dan istirahat

Ø Respon adaptif psikologis
1) Pikiran positif tentang dirinya
2) Mengontrol diri sendiri
3) Rasionalisasi
4) Teknik perilaku

Ø Respon sosial
1) Dukungan emosional
2) Dukungan penghargaan
3) Dukungan instrumental
4) Dukungan informatif

Ø Respon spiritual
1) Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan
2) Padai mengambil hikmah
3) Kestabilan hati

Ø Resiko epidemiologis infeksi HIV sistomatik
1) Perilaku beresiko epidemiologis
i. Hubungan seksual dengan mitra seksual resiko tinggi tanpa menggunakan kondom
ii. Pecandu narkotik suntikan
iii. Hubungan seksual yang tidak aman
1. Memiliki banyak mitra seksual
2. Mitra seksual yang diketahui pasien HIV / AIDS
3. Mitra seksual di daerah dengan prevalensi HIV / AIDS yang tinggi
4. Homoseksual
ii. Pekerjaan dan pelanggan tempat hiburan seperti: panti pijat, diskotik, karaoke atau tempat prostitusi terselubung
iii. Mempunyai riwayat infeksi menular seksual (IMS)
iv. Riwayat menerima transfusi darah berulang
v. Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik atau sirkumsisi dengan alat yang tidak steril


BAB II
Asuhan Keperawatan

1. Dasar Data Pengkajian Pasien
Aktivitas / istirahat
Gejala:
a. Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelahan / malaise
b. Perubahan pola tidur

Tanda:
Ø Kelemahan otot, menurunnya massa otot
Ø Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernapasan
Sirkulasi
Gejala:
Ø Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi)

Tanda:
Ø Takikardia, perubahan TD postural
Ø Menurunnya volume nadi perifer
Ø Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler

Integritas ego
Gejala:
Ø Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan keluarga, hubungan dengan orang lain
Ø Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual
Ø Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB
Ø Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah
Ø Kehilangan kontrol diri dan depresi

Tanda:
Ø Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri
Ø Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata kurang
Ø Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama

Eliminasi
Gejala:
Ø Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal
Ø Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi

Tanda:
Ø Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan marah
Ø Diare pekat yang sering
Ø Nyeri tekan abdominal
Ø Lesi atau abses rectal, personal
Ø Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin

Makanan / cairan
Gejala:
Ø Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual / muntah
Ø Disfagia, nyeri retrostenal saat menelan
Ø Penurunan berat bada: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot
Ø Turgor kulit buruk
Ø Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan perubahan warna
Ø Kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal
Ø Edema (umum, dependen)

Higiene
Gejala:
Ø Tidak dapat menyelesaikan aktivitas

Tanda:
Ø Memperlihatkan penampila yang kurang rapi
Ø Kekurangan dalam banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri

Neurosensori
Gejala:
Ø Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental
Ø Kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun
Ø Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran
Ø Klemahan otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan
Ø Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan paling awal)



Tanda:
Ø Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor / respon melambat
Ø Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis
Ø Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan ataksia
Ø Tremor pada motorik kasar / halus, menurunnya motorik
Ø Vocalis: hemi paresis; kejang
Ø Hemoragi retina dan eksudat

Nyeri / kenyamanan
Gejala:
Ø Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki
Ø Sakit kepala (keterlibatan ssp)
Ø Nyeri dada pleuritis

Tanda:
Ø Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan
Ø Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang
Ø Gerak otot melindungi bagian yang sakit

Pernapasan
Gejala:
Ø Isksering, menetap
Ø Napas pendek yang progresif
Ø Batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodic saat napas dalam)
Ø Bendungan atau sesak dada

Tanda:
Ø Takipnea, distres pernapasan
Ø Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius
Ø Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)

Keamanan
Gejala:
Ø Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya
Ø Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis: hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis)
Ø Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut
Ø Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS
Ø Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten / memuncak; berkeringat malam

Tanda:
Ø Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan warna / ukuran mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
Ø Rektum, luka-luka perianal atau abses
Ø Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau lebih (mis: leher, ketiak, paha)
Ø Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan



Seksualitas
Gejala:
Ø Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung dan seks anal
Ø Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks
Ø Penggunaan kondom yang tidak konsisten
Ø Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang diperkirakan dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina)

Tanda:
Ø Kehamilan atau resiko terhadap hamil
Genetalia:
Ø Manifestasi kulit (mis: herpes, kulit); rabas

Interaksi sosial
Gejala:
Ø Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan kerabat / orang terdekat, teman, pendukung, rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan / kehilangan pendapatan
Ø Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal akibat AIDS
Ø Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana

Tanda:
Ø Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat
Ø Aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan

Penyuluhan / pembelajaran
Gejala:
Ø Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi (mis: seksual ataupun penggunaan obat-obatan IV)
Ø Penggunaan / penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok, penyalahgunaan alkohol

Pertimbangan rencana pemulangan:
Ø Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan / tindakan, perawatan kulit / luka, peralatan / bahan; trasportasi, belanja makanan dan persiapan perawatan diri, prosedur keperawatan teknis, tugas perawatan / pemeliharaan rumah, perawatan anak, perubahan fasilitas hidup.

2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem imunologis HIV / AIDS adalah:
1) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan primer tidak efektif
2) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat
3) Resiko tinggi terhadap tidak efektifnya pola nafas b/d ketidakseimbangan muscular
4) Resiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan b/d penurunan absorpsi Vitamin K
5) Perubahan nutrisi kurang dari tubuh b/d perubahan pada kemampuan untuk mencerna d/d penurunan berat badan
6) Nyeri kronik b/d inflamasi d/d keluhan nyeri
7) Kerusakan integritas kulit b/d defisit imunologi d/d lesi kulit
8) Perubahan membran mukosa oral b/d defisit imunologi d/d candidiasis
9) Kelelahan b/d perubahan produksi energi metabolisme d/d kekurangan energi
10) Perubahan proses pikir b/d hipoksemia d/d perubahan lapang perhatian
11) Ansietas b/d ancaman pada konsep pribadi d/d peningkatan tegangan
12) Isolasi sosial b/d perubahan status kesehatan d/d perasaan ditolak
13) Ketidakberdayaan b/d perubahan pada bentuk tubuh d/d bergantung pada orang lain untuk perawatan
14) Kurang pengetahuan mengenai penyakit b/d tidak mengenal sumber informasi d/d permintaan informasi

3. Perencanaan
Dx
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasionalisasi
1
Mengidentifikasi / ikut serta dalam perilaku yang megurangi resiko infeksi mencapai masa penyembuhan luka / lesi tidak demam dan bebas dari pengeluaran / sekresi purulen dan tanda-tanda lain dari kondisi infeksi
Ø Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan instruksikan pasien / orang terdekat untuk mencuci tangan sesuai indikasi
Ø Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik periksa pengunjung / staf terhadap tanda infeksi dan mempertahankan kewaspadaan sesuai indikasi
Ø Diskusikan tingkat dan rasional isolasi pencegahan dan mempertahankan kesehatan pribadi


Ø Pantau tanda-tanda vital termasuk suhu

















Ø Bersihkan kulit / membran mukosa oral terdapat bercak putih / lesi




Ø Periksa adanya luka / lokasi alat infasif,perhatikan tanda-tanda inflamasi / infeksi lokal
Ø Bersihkan percikan cairan tubuh / darah dengan larutan pemutih 1 : 10
Ø Mengurangi resiko terkontaminasi silang






Ø Mengurangi patogen pada sistem imun dan mengurangi kemungkinan pasien mengalami infeksi nosokomial

Ø Meningkatkan kerja sama dengan cara hidup dan berusaha mengurangi rasa terisolasi
Ø Memberikan informasi dasar awitan / peningkatan suhu secara berulang-ulang dari demam yang terjadi untuk menunjukkan bahwa tubuh bereaksi pada proses infeksi yang baru dimana obat tidak lagi dapat secara efektif mengontrol infeksi yang tidak dapat disembuhkan
Ø Kandidiasis oral, herpes, CMV dan crytocolus adalah penyakit yang umum terjadi dan memberikan efek pada membran kulit
Ø Identifikasi / perawatan awal dari infeksi sekunder dapat mencegah terjadinya sepsis
Ø Mengontrol mikro organisme pada permukaan keras
2
Mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membran mukosa lembab, turgor kulit baik, haluaran urine adekuat secara pribadi
Ø Pantau tanda-tanda vital termasuk CVP, bila terpasang, catata hipertensi termasuk perubahan postural
Ø Kaji turgor kulit, membran mukosa dan rasa haus
Ø Pantau pemasukan oral dan masukan cairan sedikitnya 2500 ml / hari
Ø Indikator dari volume cairan sirkulasi





Ø Indikator tidak langsung dari status cairan
Ø Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabakan membran mukosa
3
Mempertahankan pola pernapasan efektif membran mukosa tidak mengalami sesak nafas / sianosis dengan bunyi nafas dan sinar x bagian dada yang bersih / meningkat dan AGD dalam batas normal pasien
Ø Tinggikan kepala tempat tidur usahakan pasien untuk berbalik, batuk, menarik nafas sesuai kebutuhan


Ø Selidiki tentang keluhan nyeri dada







Ø Berikan periode istirahat yang cukup diantara waktu aktivitas pertahankan lingkungan yang tenang
Ø Meningkatkan fungsi pernafasan yang optimal dan mengurangi aspirasi / infeksi yang ditimbulkan karena atelektasis
Ø Nyeri dada pleuritis dapat menggambarkan adanya pnemonia non spesifik / efusi pleura berkenaan dengan keganasan
Ø Menurunkan konsumsi O2
4
Menunjukkan homosatis yang ditunjukkan dengan tidak adanya perdarahan mukosa dan bebas dari ekimosis
Ø Lakukan pemeriksaan darah pada cairan tubuh untuk mengetahui adanya darah pada urine, feses dan cairan muntah
Ø Pantau perubahan tanda-tanda vital dan warna kulit



Ø Pantau perubahan tingkat kesadaran dan gangguan penglihatan
Ø Mempercepat deteksi adanya perdarahan / penentuan awal dari therapi mungkin dapat mencegah perdarahan kritis
Ø Timbulnya perdarahan / hemoragi dapat menunjukkan kegagalan sirkulasi / syok
Ø Perubahan dapat menunjukkan adanya perdarahan otak
5
Mempertahankan BB atau memperlihatkan peningkatan BB yang mengacu pada tujuan yang diinginkan
Ø Kaji kemampuan untuk mengunyah, merasakan dan menelan









Ø Timbang BB sesuai kebutuhan, evaluasi BB dalam hal adanya BB yang tidak sesuai. Gunakan serangkaian pengukuran BB dan antropometrik
Ø Jadwalkan obat-obatan diantara makan dan batasi pemasukan cairan dengan makanan, kecuali jika cairan memiliki nilai gizi
Ø Dorong pasien untuk duduk pada waktu makan

Ø Catat pemasukan kalori
Ø Lesi mulut, tenggorokan, dan esofagus dapat menyebabkan dispagia, penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi keinginan untuk makan
Ø Indikator kebutuhan nutrisi / pemasukan yang adekuat





Ø Lambung yang penuh akan mengurangi nafsu makan dan pemasukan makanan

Ø Mempermudah proses menelan dan mengurangi resiko aspirasi
Ø Mengidentifikasi kebutuhan terhadap suplemen atau alternatif metode pemberian makanan
6
Keluhan hilangnya / terkontrolnya rasa sakit
Ø Kaji keluhan yeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1 – 10), frekuensi dan waktu menandai gejala non verbal
Ø Dorong pengungkapan perasaan






Ø Lakukan tindakan pariatif mis: pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada sendi yang sakit
Ø Berikan kompres hangat / lembab pada sisi infeksi pentamidin / IV selama 20 menit setelah pemberian
Ø Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan / resolusi komplikasi
Ø Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit
Ø Meningkatkan relaksasi / menurunka tegangan otot



Ø Infeksi diketahui sebagai penyebab rasa sakit dan abses steril
7
Menunjukkan tingkah laku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit / meningkatkan kesembuhan
Ø Kaji kulit setiap hari, catat warna, turgor, sirkulasi dan sensasi. Gambarkan lesi dan amati perubahan


Ø Pertahankan sprei bersih, kering dan tidak berkerut






Ø Tutupi luka tekan yang terbuka dengan pembalut yang steril atau barrier produktif
Ø Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat
Ø Friksi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yang menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi
Ø Dapat mengurangi kontaminasi bakteri, meningkatkan proses penyembuhan
8
Menunjukkan membran mukosa utuh, berwarna merah jambu, basah dan bebas dari inflamasi / ulserasi
Ø Kaji membran mukosa / catat seluruh lesi oral. Perhatikan keluhan nyeri, bengkak, sulit mengunyah / menelan
Ø Berikan perawatan oral setiap hari dan setelah makan, gunakan sikat gigi halus, pasta sisi non abrasif, obat pencuci mulut non alkohol dan pelembab bibir

Ø Cuci lesi mukosa oral dengan menggunakan hidrogen peroksida / salin atau larutan soda kue
Ø Anjurkan permen karet / permen tidak mengandung gula



Ø Dorong pasien untuk tidak merokok
Ø Edema, lesi, membran mukosa oral dan tenggorok kering menyebabkan rasa sakit dan sulit mengunyah / menelan
Ø Mengurangi rasa tidak nyaman, meningkatkan rasa sehat dan mencegah pembentukan asam yang dikaitkan dengan partikel makanan yang tertinggal
Ø Mengurangi penyebaran lesi dan krustasi dari kandidiasis dan meningkatkan kenyamanan
Ø Merangsang saliva untuk menetralkan asam dan melindungi membran mukosa
Ø Rokok akan mengeringkan dan mengiritasi membran mukosa

9
Melaporkan peningkatan energi
Ø Kaji pola tidur dan catat perubahan dalam proses berpikir / perilaku







Ø Rencanakan perawatan untuk menyediakan fase istirahat. Atur aktivitas pada waktu pasien sagat berenergi. Ikut sertakan pasien / orang terdekat pada penyusunan rencana







Ø Tetapkan keberhasilan aktivitas yang realitas dengan pasien
Ø Berbagai faktor dapat meningkatkan kelelahan, termasuk kurang tidur, penyakit ssp, tekanan emosi dan efek samping obat-obatan / kemoterapi
Ø Periode istirahat yang sering sangat dibutuhkan dalam memperbaiki / menghemat energi. Perencanaan akan membuat pasien menjadi aktif pada waktu dimana tingkat energi lebih tinggi, sehingga dapat memperbaiki perasaan sehat dan kontrol diri
Ø Mengusahakan kontrol diri dan perasaan berhasil, mencegah timbulnya perasaan frustasi akibat kelelahan karena aktivitas berlebihan
10
Mempertahankan orientasi realita umum dan fungsi kognitif optimal
Ø Kaji status mental dan neurologis dengan menggunakan alat yang sesuai. Catat perubahan orientasi, respon terhadap rangsang, kemampuan untuk mencegah masalah, ansietas, perubahan pola tidur, halusinasi dan ide paranoid




Ø Pantau adanya tanda-tanda infeksi ssp, mis: sakit kepala, kekakuan nukal, muntah, demam












Ø Susun batasan pada perilaku mal adaptif / menyiksa, hindari pilihan pertanyaan terbuka
Ø Diskusikan penyebab / harapan di masa depan dan perawatan jika demensia telah terdiagnosa. Gunakan istilah yang kongkret
Ø Menetapkan tingkat fungsional pada waktu penerimaan dan mewaspadakan perawat pada perubahan status yang dapat dihubungkan dengan infeksi / kemungkinan penyakit ssp yang makin buruk, stressor lingkungan, tekanan fisiologis, efek samping terapi obat-obatan
Ø Gejala ssp dihubungkan dengan meningitis / ensefalitis diseminata mungkin memiliki jangkauan dari perubahan kepribadian yang tidak kelihatan sampai kekacauan mental, peka rangsangan, mengantuk, pingsan, kejang dan demensia
Ø Memberikan waktu tidur, emngurangi gejala kognitif dan kurang tidur

Ø Mendapatkan informasi bahwa A2T telah muncul untuk memperbaiki kognisi dapat memberikan harapan dan kontrol terhadap kehilangan
11
Menyatakan kesadaran tentang perasaan dan cara sehat untuk menghadapinya
Ø Jamin pasien tentang kerahasiaan dalam batasan situasi tertentu




Ø Berikan informasi akurat dan konsiste mengenai prognosis, hindari argumentasi mengenai persepsi pasien terhadap situasi tersebut


Ø Berikan lingkungan terbuka dimana pasien akan merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menahan diri untuk berbicara

Ø Berikan informasi yang dapat dipercaya dan konsisten, juga dukungan untuk orang terdekat
Ø Memberikan penentraman hati lebih lanjut dan kesempatan bagi pasien untuk memecahkan masalah pada situasi yang diantisipasi
Ø Dapat mengurangi ansietas dan ketidakmampuan pasien untuk membuat keputusan / pilihan berdasarkan realita
Ø Membantu pasien untuk merasa diterima pada kondisi sekarang tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan perasaan harga diri dan kontrol
Ø Menciptakan interaksi personal yang lebih baik dan menurunkan ansietas dan rasa takut
12
Menunjukkan peningkatan perasaan harga diri
Ø Tentukan persepsi pasien tentang situasi



Ø Batasi / hindari penggunaan masker, baju dan sarung tangan jika memungkinkan mis: jika berbicara dengan pasien


Ø Dorong kunjungan terbuka, hubungan telepon dan aktivitas sosial dalam tingkat yang memungkinkan
Ø Dorong adanya hubungan yang aktif dengan orang terdekat
Ø Isolasi sebagian dapat mempengaruhi diri saat pasien takut penolakan / reaksi orang lain
Ø Mengurangi perasaan pasien akan isolasi fisik dan menciptakan hubungan sosial yang positif yang dapat meningkatkan rasa percaya diri
Ø Partisipasi orang lain dapat meningkatkan rasa kebersamaan

Ø Membantu menetapkan partisipasi pada hubungan sosial dapat mengurangi kemungkinan upaya bunuh diri
13
Menyatakan perasaan dan cara yang sehat untuk berhubungan dengan mereka
Ø Kaji tingkat perasaan tidak berdaya, mis: ekspresi verbal / non verbal yang mengindikasikan kurang kontrol, efek daftar kurangnya komunikasi
Ø Dorong peran aktif pada perencanaan aktivitas, menetapkan keberhasilan harian, yang realitas / dapat dicapai dorong kontrol pasien dan tanggung jawab sebanyak mungkin, identifikasi hal-hal yang dapat dan tidak dapat dikontrol pasien
Ø Menentukan status individual pasien dan mengusahakan intervensi yang sesuai pada waktu pasien imobilisasi karena perasaan depresi
Ø Memungkinkan peningkatan perasaan kontrol dan menghargai diri sendiri dan tanggung jawab
14
Mengungkapkan pemahamannya tentang kondisi / proses dan perawatan dari penyakit tertentu
Ø Tinjau ulang proses penyakit dan apa yang menjadi harapan di masa depan


Ø Tinjau ulang cara penularan penyakit






Ø Berikan informasi mengenai penatalaksanaan gejala yang melengkapi aturan medis, mis: pada diare intermiten, gunakan lomotil sebelum pergi kegitan sosial
Ø Tekankan perlunya melajutkan perawatan kesehatan dan evaluasi



Ø Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: rumah sakit / pusat perawatan tempat tinggal (bila ada)
Ø Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
Ø Mengoreksi mitos dan kesalahan konsepsi, meningkatkan keamanan bagi pasien / orang lain
Ø Memberikan pasien kontrol mengurangi resiko rasa malu dan meningkatkan kenyamanan



Ø Memberi kesempatan untuk mengubah aturan untuk memenuhi kebutuhan perubahan / individual
Ø Memudahkan pemindahan dari lingkungan perawatan akut, mendukung pemulihan dengan kemandirian























DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan republik Indonesia Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Meular Dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman Nasional Terapi, 2004.
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan Departemen RI, Buku Pedoman Untuk Petugas Kesehatan Dan Petugas Lainnya, Jakarta, 2003.
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 2000.
Suzanne C Smeltzer, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 2001.
Umar Zein, 100 Pertanyaan Seputar HIV / AIDS Yang Anda Ketahui, USU Press, Medan, 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar